Disusun Oleh
2020
BAB I
LATAR BELAKANG
A. Latar Belakang
upaya pengobatan, perawatan, serta pemulihan bagi yang sedang menderita penyakit
fungsi yang sangat relevan dengan kebutuhan indivudu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat. Sehat secara sosial merupakan hasil dari interaksi positif dalam
serta memelihara homeostasis. Setiap manusia mempunyai rentan sehat sakit yang
terdiri atas 2 kutub, yaitu keadaan sehat optimal dan keadaan sakit (Efendi &
Makhfudli, 2009)
lingkungan. Menurut Nies & McEwan, 2001 (dalam Efendi & Makhfudli, 2009:90)
kelompok khusus, komunitas baik yang sehat maupun sakit yang mempunyai
diberikan membutuhkan kerja sama lintas program dan lintas sektoral (Mubarak et
al., 2007).
secara mandiri sesuai dengan kompetensi yang dicapai untuk masyarakat, akan tetapi
daring yang di bagi menjadi 4 kelompok yaitu (agregat balita, agregat ibu hamil,
puskesmas, bidan desa, dan kader sebagai berikut: jumlah masyarakat Kecamatan
Baki sebanyak 22.055 KK dengan jumlah penduduk 70.073 jiwa, bayi (920 jiwa),
neonatus resiko tinggi (138 jiwa), balita (3680 jiwa), ibu hamil (1028 jiwa), ibu
kunjungan bayi (97%), untuk yang belum tercapai adalah pelayanan kunjungan
balita (87%) salah satu penyebab masalahnya adalah pada waktu ada posyandu
sebagian anak yang tidak menimbang. Selanjutnya untuk angka kematian pada balita
di Kecamatan Baki ada 3 orang di Desa Gedongan 1 balita karena atresia esofagus,
Desa Waru 1 balita karena dehidrasi diare dan CA mata, dan Desa Purbayan 1 balita
karena kelainan jantung dan down sindrom. Sedangkan pada bulan Desember 2019
terhadap penemuan diare pada balita (32%), dan pneumonia pada balita (15%) masih
B. TUJUAN
disepakati
C. MANFAAT
Kecamatan Baki
2. Puskesmas
3. Mahasiswa
D. STRATEGI
sebagai berikut:
1. Mahasiswa mencari data-data ke pihak puskesmas terkait presentasi masalah
mancasan, Desa Gedongan, Desa Duwet, Desa Jetis, Desa Purbayan) untuk
desa tersebut
data dari setiap masalah di desa yang paling banyak menggunakan presentase
puskesmas
Baki
daring
waktu yang telah ditentukan dengan dosen pembimbing dan pihak puskesmas.
Penting dalam tahap ini adalah follow up terhadap masalah atau perencanaan
E. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup Praktik Keperawatan Komunitas Ners XXII Umiversitas
F. WAKTU
Sukoharjo dengan periode waktu dari tanggal 15 Juni s/d 06 Juli 2020.
BAB II
T1NJAUAN TEORI
2. Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri dari atas
keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam
satu rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau
adopsi, satu dengan yang lainnya saling tergantung dan saling berinteraksi.
Bila salah satu atau beberapa anggota keluarga mempunyai masalah
kesehatan/ keperawatan, maka akan berpengaruh terhadap anggota-
anggota keluarga lain, dan keluarga-keluarga yang ada disekitamya
3. Kelompok khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan
jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang
sangat rawan terhadap masalah kesehatan dan termasuk diantaranya
adalah;
a. Kelompok khusus dengan kebutuhan kesehatan khusus sebagai akibat
perkembangan dan pertumbuhan seperti: Ibu hamil, bayi ban' lahir,
anak balita, anak usia sekolah, usia lanjut.
b. Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan
dan bimbingan serta asuhan keperawatan diantaranya adalah:
penderita penyakit menular seperti: TBC, AIDS, penyakit kelamin
dan lainnya. Penderita yang menderita penyakit tidak menular,
seperti: diabetes militus, jantung koroner, cacat fisik, gangguan
mental dan lainnya.
c. Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, diantarannya:
WTS, pengguna narkoba, pekerjaan tertentu, dan lainnya.
d. Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi diantarannya adalah: panti
Werdha, panti asuhan, pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental, sosial
dan lainnya), penitipan anak balita.
4. Tingkat komunitas
Pelayanan asuhan keperawatan berorientasi pada individu, keluarga
dilihat sebagai satu kesatuan dalam komunitas. Asuhan ini diberikan
untuk kelompok beresiko atau masyarakat wilayah binaan.Pada tingkat
komunitas, asuhan keperawatan komunitas, asuhan keperawatan
komunitas diberikan dengan memandang komunitas sebagai klien.
C. PERAN PERAWAT KOMUNITAS (PROVIDER OF NURSING CARE)
Perawat sebagai salah satua tenaga kesehatan mempunyai peran dan fungsi
dalam meningkatkan kesehatan komunitas. Perawat dituntut mempunyai
sekumpulan kemampuan/ kompetensi yang telah ditetapkan oleh kebijakan
organisasi dengan merujuk pada persepsi dan harapan komunitas terhadap
pelayanan keperawatan komunitas yang diberikan (Kholifah dan Widagdo
2016). Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan
masyarakat diantaranya adalah (Mubarak, 2012) :
1. Sebagai Pendidik dan konsultan (Health Education and counselor)
Memberikan pendidikan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat baik di rumah, puskesmas dan di masyarakat secara
terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi
perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai derajat
kesehatan yang optimal. Konseling adalah proses membantu klien untuk
menyadari dan mengatasi tatanan dan psikologi atau masalah sosial untuk
membangun hubungan interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan
perkembangan seseorang. Didalamnya diberikan dukungan emosional dan
intelektual.
2. Sebagai Pengamat Kesehatan (Health Monitor)
Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadi
pada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang menyangkut
masalah-maSalah kesehatan dan keperawatan yang timbul serta
berdampak terhadap status kesehatan melalui kunjungan rumah,
pertemuan-pertemuan, obbervasi dan pengumpulan data
3. Koordinator Pelayanam Kesehatan (Coordinator of Services)
Mengkoordinir seluruh kegiatan upaya, pelayanan kesehatan masyarakat
dan puskesnias dalam mencapai tujuan kesehatan melalui kerjasama
dengan team kesehatan lainnya sehingga tercipta keterpaduan dalam
sistem pelayanan kesehatan. Dengan demikian pelayanan kesehatan yang
diberikan merupakan suatu kegiatan yang menyeluruh dan tidak terpisah-
pisah antara satu dengan yang lainnya.
e) Lipatan Kulit
Tebalnya lipatan kulit bagian trisep dan subscapular
menggambarkan refleksi tumbuh kembang jaringan lemak di
bawah kulit yang mencerminkan kecukupan energi. Alat yang
digunakan adalah Skin-Fold Calipers dengan ketelitian 0,1 mm,
tekanan konstan 10 gram/mm², dan jangkauan jepitan 20-40
mm². Jenis alat yang sering digunakan adalah Harpenden
Calipers (Soetjiningsih, 2010).
2. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
Pos Pelayanan Terpadu/Posyandu merupakan bentuk Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dilaksanakan oleh,
dari dan bersama masyarakat, untuk memberdayakan dan memberikan
kemudahan kepada masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan
bagi ibu, bayi dan anak balita. Kegiatan Posyandu mencakup kesehatan
ibu anak, keluarga berencana, imunisasi, gizi, pencgahan dan
penanggulangan diare Kegiatan pengembangan dapat menambah
kegiatan baru disamping lima kegiatan utama misalnya Bnina Keluarga
Balita (BKB), Tanaman Obat Keluarga (TOGA), Bina Keluarga Lansia
(BKL), Pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan lain sebagainya.
Posyandu ini dapat bermanfaat bag mayarakat maupun bagi kader-kader
desa.
3. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
a. Pengertian ISPA
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah penyebab utama
morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Tingkat
mortalitas sangat tinggi pada bayi, anak-anak, dan orang usia lanjut
terutama di negara-negara dengan pendapatan per kapital rendah dan
menengah (Kemenkes, 2012). Infeksi saluran pernafasan akut/ ISPA
istilah dalam bahasa Inggris adalah Acute Respiratory Infections
(ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran
pernafasan dan akut, dengan pengertian sebagai berikut (Brunner dan
Suddarth, 2013; Mansjoer, 2010):
1) Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam
tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala
penyakit.
2) Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli
beserta organ adeneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga
tengah dan pleura. ISPA secara anatomis mencakup saluran
pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk
jaringan paru-paru) dan organ adeneksa saluran pernafasan. Dengan
batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan.
3) Infeksi akut berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari
diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa
penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat
berlangsung lebih dari 14 hari. ISPA adalah radang akut saluran
pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan infeksi jasad
remik atau bakteri, virus maupun rikitsia tanpa atau disertai radang
parenkim paru.
b. Etiologi
ISPA disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk kesaluran
pernafasan. Salah satu penyebab ISPA yang lain adalah asap
pembakaran bahan bakar kayu yang biasanya digunakan untuk
memasak. Asap bahan bakar kayu ini banyak menyerang lingkungan
masyarakat, karena masyarakat terutama ibu-ibu rumah tangga
selalu melakukan aktifitas memasak tiap hari menggunakan bahan
bakar kayu, gas maupun minyak. Timbulnya asap tersebut tanpa
disadari telah mereka hirup sehari-hari, sehingga banyak masyarakat
mengeluh batuk, sesak nafas dan kesulitan dalam bernafas. Polusi
bahan bakar kayu tersebut mengandung zat-zat seperti Dry basis, Ash,
Carbon, Hidrogen, Sulfur, Nitrogen dan Oxygen yang sangat
berbahaya bagi kesehatan (Kemenkes, 2012). Selain itu menurut
Brunner dan Suddarth tahun 2013 etiologi yang terjadi yaitu:
1) Kuman
Kuman penyebab ISPA kadang-kadang dapat dijumpai pada orang
sehat. Kuman seperti ini bisa menimbulkan penyakit jika daya tahan
tubuh orang tersebut lemah. Penularan ISPA terjadi melalui
pernafasan. Kuman masuk kedalam tubuh penderita jika kuman
tersebut terhisap ke jalan nafas kuman ditularkan dari penderita ke
orang lain melalui udara pernafasan atau percikan ludah.
2) Daya tahan tubuh menurun
Daya tahan tubuh lemah adalah kemampuan tubuh untuk mencegah
masuk dan berkembang biaknya kuman-kuman didalam tubuh, daya
tahan tubuh dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kurang gizi
maupun keadaan kekebalan tubuh.
3) Keadaan lingkungan yang buruk
a) Lingkungan perumahan sangat berpengaruh pada terjadinya
dan tersebarnya ISPA.
b) Rumah yang kurang mempunyai jendela menyebabkan
pertukaran udara tidak dapat berlangsung dengan baik misalnya :
asap rokok, asap kompor, dapat terkumpul didalam rumah.
c) Rumah yang lembab dan basah karena banyak air yang terserap
didinding tembok dan matahari pagi sukar masuk kedalam rumah.
d) Rumah yang padat dan perkampungan yang padat menyebabkan
berkembang biaknya berbagai kuman.
c. Tanda dan Gejala
1) ISPA Ringan
Seseorang dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan tanda
dan gejalanya adalah Batuk, pilek, demam, Seorang anak
dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan gejala sebagai
berikut:
a) Batuk, Serak, yaitu bersuara parau pada waktu mengeluarkan
suara (misalnya pada waktu berbicara atau menangis).
b) Pilek yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung. Panas
atau demam, suhu badan lebih dari 37oC atau jika dahi anak
diraba dengan punggung tangan terasa panas.
2) ISPA Sedang
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika di jumpai
gejala ISPA ringan dengan disertai gejala sebagai berikut :
a) Pernapasan lebih dari 50 x /menit pada anak umur kurang dari 1
tahun atau lebih dari 40 x/menit pada anak 1 tahun atau lebih.
b) Suhu lebih dari 390C, tenggorokan berwarna merah
c) Timbul bercak-bercak pada kulit menyerupai bercak campak
d) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga
e) Pernafsan berbunyi seperti mendengkur.
f) Pernafasan berbunyi seperti mencuit-cuit
3) ISPA Berat
Seseorang dinyatakan menderita ISPA berat, jika ditemukan tanda
gejalanya adalah kesadaran menurun, nadi cepat tidak teraba, nafsu
makan menurun, bibir dan ujung jari membiru, gelisah, rewel,
cuping hidung kembang kempis waktu bernafas. Sedangkan
menurut (Hidayat 2006) tanda dan gejala yaitu demam, batuk,
pilek, hidung tersumbat, bersin-bersin, nyeri tenggorokan/nyeri
menelan, suara serak, sakit kepala, badan pegal-pegal, atau nyeri
sendi, lesu, lemas dan sesak napas
d. Faktor Resiko
Faktor resiko yang dapat mempengaruhi ISPA menurut (Brunner &
Suddarth, 2013):
1) Usia
Anak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk menderita atau
terkena penyakit ISPA lebih besar bila dibandingkan dengan anak
yang usianya lebih tua karena daya tahan tubuhnya lebih rendah.
2) Status Imunisasi
Anak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan tubuhnya
lebih baik dibandingkan dengan anak yang status imunisasinya tidak
lengkap.
3) Lingkungan
Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara di kota-
kota besar dan asap rokok dapat menyebabkan timbulnya penyakit
ISPA pada anak.
e. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada penyakit ISPA antara lain
(Rahajoe, 2008):
1) Otitis media akut
2) Rinosinusitis
3) Pneumonia
4) Epistaksis
5) Konjungtivitis
6) Faringitis
f. Perawatan ISPA
Berikut ini beberapa tips untuk penanganan ISPA secara umum
(Riyadi,2009):
1) Istirahat yang cukup minimal 8 jam perhari.
2) Beri makananan yang bergizi tinggi. Sedikit-sedikit tetapi
berulang-ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika
muntah.
3) Berikan anak asupan cairan (air putih, air buah dan sebagainya)
lebih banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan
dahak, kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang
diderita terutama bila anak batuk dan demam
4) Tetap berikan ASI bila anak tersebut masih disusui.
5) Memberikan kompres air hangat bila anak demam
6) Bayi dibawah 2 bulan bila demam harus segera dirujuk ke dokter.
7) Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung
dengan sapu tangan yang bersih
8) Untuk melancarkan jalan nafas karena hidung tersumbat berikan
uap air hangat di dalam baskom dan ditutup handuk atau kain.
9) Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis
tidak terlalu ketat. Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau
selimut yang terlalu tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan
demam.
10) Hindari penularan ISPA ke orang lain. Cara untuk menghindari
penularan: menutup mulut dan hidung bila batuk/bersin, cuci
tangan dengan sabun setelah batuk/bersin, gunakan masker (bila
anak cukup kooperatif), hindari kontak terlalu dekat dengan bayi.
11) Jangan memberikan antibiotik tanpa anjuran dokter.
Antibiotik tidak diperlukan apabila ISPA yang disebabkan infeksi
virus. Antibiotik diperlukan apabila ISPA disebabkan oleh infeksi
bakteri seperti strep throat dan pneumonia. Penggunaan antibiotik
yang tidak tepat dapat meningkatkan kekebalan bakteri terhadap
antibiotik tersebut
12) Hindari pemberian obat batuk/pilek pada anak tanpa instruksi
dokter. Diskusikan dengan dokter anda mengenai manfaat dan
risiko obat tersebut apabila akan diberikan pada anak anda.
13) Kenali tanda-tanda gawat darurat pada anak yang menderita ISPA.
Anda perlu segera memeriksakan anak ke dokter apabila:
f) Sesak napas atau frekuensi napas menjadi lebih cepat
g) Napas berbunyi mengi (wheezing) atau seperti merintih
(grunting)
h) Dinding dada/sela-sela iga tampak tertarik ke dalam bila anak
bernapas
i) Bibir berwarna kebiru-biruan
j) Leher anak kaku
k) Kesulitan menelan
l) Muntah terus menerus
m) Anak tampak sangat lemah
g. Pencegahan
1) Menjaga keadaan gizi anda dan keluarga agar tetap baik.
memberikan ASI ekslusif pada bayi anda
2) Menjaga pola hidup bersih dan sehat, istirahat/ tidur yang cukup
dan olah raga teratur
3) Membiasakan cuci tangan teratur menggunakan air dan sabun atau
hand sanitizer terutama setelah kontak dengan penderita ISPA.
Ajarkan pada anak untuk rajin cuci tangan untuk mencegah ISPA
dan penyakit infeksi lainnya
4) Melakukan imunisasi pada anak anda
5) Hindari kontak yang terlalu dekat dengan penderita ISPA
6) Hindari menyentuh mulut atau hidung anda setelah kontak dengan
flu segera cuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer
setelah kontak dengan penderita ISPA
7) Apabila anda sakit, gunakanlah masker dan rajin cuci tangan agar
tidak menulari anak anda atau anggota keluarga lainnya
8) Mencegah anak berhubungan terlalu dekat dengan saudaranya atau
anggota keluarga lainnya yang sedang sakit ISPA. Tindakan semi
isolasi mungkin dapat dilakukan seperti anak yang sehat tidur
terpisah dengan anggota keluarga lain yang sedang sakit ISPA.
9) Upayakan ventilasi yang cukup dalam ruangan/ rumah
10) Cuci tangan (Potter et al. 2016)
a) Definisi mencuci tangan
Mencuci tangan merupakan teknik dasar yang paling
penting dalam pencegahan dan pengontrolan infeksi dengan
cara menggosok kedua permukaan tangan dengan kuat secara
bersamaan menggunakan zat pembersih yang sesuai dan
dibilas dengan air mengalir dengan tujuan menghilangkan
mikroorganisme sebanyak mungkin
b) Tujuan mencuci tangan
- Mengangkat mikroorganisme yang ada di tangan
- Mencegah infeksi silang (cross infection)
- Menjaga kondisi steril
- Melindungi diri dan pasien dari infeksi
- Memberikan perasaan segar dan bersih
c) Indikasi mencuci tangan
- Sebelum dan setelah kontak dengan kulit ibu atau bayi
atau cairan tubuh
- Sebelum melakukan teknik aseptik
- Sebelum memegang makanan
- Bila terlihat kotor
- Setelah dari toilet
- Setelah kontak dengan peralatan yang kotor atau
berpotensi terkontaminasi
- Setelah melepas sarung tangan
d) Waktu mencuci tangan
- Sebelum dan sesudah makan
- Setelah buang air besar
- Setelah bermain
- Sebelum dan sesudah melakukan kegiatan
- Sebelum dan sesudah kontak dengan pasien di RS
e) Langkah-langkah mencuci tangan
- Kedua telapak tangan saling digosok.
- Letakan telapak tangan kanan diatas tangan kiri lalu
gosokkan sela-sela jari tersebut dan sebaliknya.