Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA

AGREGAT BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS BAKI


SUKOHARJO

Disusun Oleh

1. Naufal Raihan Al farisi J230195120


2. Ahlaqkul Kharimah TP J230195073
3. Bunga Mahardika A J230195084
4. Dyah Ayu Nurjanah J230195091
5. Eristia Nur Hamidah J230195097
6. Isnaini Nur Anisah J230195107
7. Nabilla Oktaviani N J230195117
8. Arsita Apriliani R J230195079
9. Tiara Aulia J230195137
10. Yuni Eka Cahyani J230195148

PROGRAM PROFESI NERS XXII

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2020

BAB I

LATAR BELAKANG
A. Latar Belakang

Kesehatan yang optimal bagi setiap individu, keluarga, kelompok, dan

masyarakat merupakan tujuan dari keperawatan, khususnya keperawatan komunitas.

Keperawatan komunitas lebih menekankan kepada upaya peningkatan kesehatan dan

pencegahan terhadap berbagai gangguan kesehatan dengan tidak melupakan upaya-

upaya pengobatan, perawatan, serta pemulihan bagi yang sedang menderita penyakit

maupun dalam kondisi pemulihan terhadap penyakit.

Keperawatan komunitas ditujukkan untuk mempertahankan dan meningkatkan

kesehatan serta memberikan bantuan melalui intervensi keperawatan dalam

membantu individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dalam mengatasi berbagai

masalah keperawatan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Perawat adalah

sebagai orang pertama dalam tatanan pelayanan, kesehatan, melaksanakan fungsi-

fungsi yang sangat relevan dengan kebutuhan indivudu, keluarga, kelompok, dan

masyarakat. Sehat secara sosial merupakan hasil dari interaksi positif dalam

komunitas. Kesehatan manusia berubah-berubah bergantung pada pemicu stress

(stressor) yang ada, kemampuan untuk mengatasi masalah (mekanisme koping),

serta memelihara homeostasis. Setiap manusia mempunyai rentan sehat sakit yang

terdiri atas 2 kutub, yaitu keadaan sehat optimal dan keadaan sakit (Efendi &

Makhfudli, 2009)

Menurut Ketut (2016), keperawatan komunitas adalah pengkajian tentang

kondisi kesehatan dari suatu masyarakat, yang meliputi: pemeliharaan kesehatan

dimasyarakat, peran serta masyarakat dalam kesehatan, peningkatan kesehatan

lingkungan. Menurut Nies & McEwan, 2001 (dalam Efendi & Makhfudli, 2009:90)

perawat komunitas mengidentifikasi kebutuhan masyarakat yang berkaitan dengan

kesehatan kemudian mengkaji, merencanakan, tindakan dan mengevaluasi tujuan-


tujuan dengan profesi kesehatan yang lain. Keperawatan komunitas adalah suatu

bidang dalam keperawatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan

kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta aktif masyarakat dan

mengutamakan pelayanan promotif dan preventif.

Sasaran dari perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga,

kelompok khusus, komunitas baik yang sehat maupun sakit yang mempunyai

masalah kesehatan atau perawatan (Akbar, 2019). Ruang lingkup keperawatan

komunitas yaitu, berorientasi kepada masyarakat, segala kegiatan mulai dengan

pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi semua diarahkan oleh

masyarakat. Pelayanan dasar bersifat relationship, artinya bahwa pelayanan yang

diberikan membutuhkan kerja sama lintas program dan lintas sektoral (Mubarak et

al., 2007).

Dalam upaya menerapkan konsep kesehatan dan keperawatan komunitas, serta

menyediakan perawat profesional yang mempunyai kompetensinya keperawatan

secara mandiri sesuai dengan kompetensi yang dicapai untuk masyarakat, akan tetapi

karena terkendala adanya pandemi Covid-19 di indonesia sehingga mahasiswa

Profesi Ners XXII Universitas Muhammadiyah Surakarta melaksanakan Praktik

Klinik Keperawatan Komunitas di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo secara

daring yang di bagi menjadi 4 kelompok yaitu (agregat balita, agregat ibu hamil,

agregat lansia, agregat remaja).

Data-data yang kami memperoleh dengan cara wawancara kepada pihak

puskesmas, bidan desa, dan kader sebagai berikut: jumlah masyarakat Kecamatan

Baki sebanyak 22.055 KK dengan jumlah penduduk 70.073 jiwa, bayi (920 jiwa),

neonatus resiko tinggi (138 jiwa), balita (3680 jiwa), ibu hamil (1028 jiwa), ibu

hamil resiko tinggi (206 jiwa), ibu bersalin (982 jiwa).


Data yang didapatkan indikator kinerja puskesmas pada bulan November 2019

yang sudah tercapai adalah kunjungan KN 1 (100%), kunjungan KN lengkap

(95,9%), cakupan komplikasi neonatal yang ditangani (48,14%), sdidtk (93,88%),

kunjungan bayi (97%), untuk yang belum tercapai adalah pelayanan kunjungan

balita (87%) salah satu penyebab masalahnya adalah pada waktu ada posyandu

sebagian anak yang tidak menimbang. Selanjutnya untuk angka kematian pada balita

di Kecamatan Baki ada 3 orang di Desa Gedongan 1 balita karena atresia esofagus,

Desa Waru 1 balita karena dehidrasi diare dan CA mata, dan Desa Purbayan 1 balita

karena kelainan jantung dan down sindrom. Sedangkan pada bulan Desember 2019

terhadap penemuan diare pada balita (32%), dan pneumonia pada balita (15%) masih

dalam kategori belum tercapai.

Oleh karena itu, diperlukan tindakan-tindakan dalam asuhan keperawatan

komunitas untuk memperdayakan masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat

kesehatan khususnya di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo.

B. TUJUAN

1. Tujuan Instruksional Umum

Setelah dilaksanakan kegiatan Praktik Kerja Keperawatan Komunitas secara

daring atau sistem online, diharapkan mahasiswa mampu menerapkan upaya

pemecahan masalah kesehatan masyarakat pada tingkat komunitas dengan

pendekatan proses keperawatan (pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, implementasi, dan evaluasi)

2. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah melaksanakan kegiatan Praktik Kerja Keperawatan Komunitas secara

daring, diharapkan mahasiswa mampu:

a. Melakukan pengkajian keperawatan komunitas


b. Mengidentifikasi masalah kesehatan komunitas di Kecamatan Baki

berdasarkan data-data yang di temukan

c. Menyusun perencanaan keperawatan komunitas meliputi memprioritaskan

masalah, perumusan tujuan, dan intervensi

d.Melakukan perencanaan sesuai dengan kesepatan

e. Mengimplementasikan rencana yang telah dibuat sesuai dengan agregat

f. Melakukan evaluasi terhadap pencapain tujuan sesuai waktu yang telah

disepakati

C. MANFAAT

1. Masyarakat Kecamatan Baki

Memberikan informasi demografi, jumlah populasi penduduk, kesehatan

lingkungan, pendidikan, dan permasalahan kesehatan dan pelayanan kesehatan di

Kecamatan Baki

2. Puskesmas

Memberikan informasi tentang status kesehatan dan kegiatan-kegiatan kesehatan,

serta sosial kemasyarakatan yang ada di masyarakat Kecamatan Baki, Sukoharjo

3. Mahasiswa

Menambah pengetahuan dan pengalaman secara daring dalam memberikan

asuhan keperawatan komunitas di Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo

D. STRATEGI

Beberapa strategi yang dilakukan dalam penerapan asuhan keperawatan komunitas

sebagai berikut:
1. Mahasiswa mencari data-data ke pihak puskesmas terkait presentasi masalah

terbanyak di Kecamatan Baki, jumlah penduduk di kecamatan bagi, terutama

terkait data demografi Kecamatan Baki

2. Mahasiswa mengundi perwakilan bidan desa di Kecamatan Baki (Desa Waru,

mancasan, Desa Gedongan, Desa Duwet, Desa Jetis, Desa Purbayan) untuk

mewawancarai bidan desa menganalisis masalah terbanyak di desa tersebut, dan

bagaimana penanganannya masalahnya

3. Mahasiswa menghubungi kader balita untuk menanyakan kegiatan posyandu di

desa tersebut

4. setelah data di dapat, mahasiswa memprioritaskan masalah dengan melihat data-

data dari setiap masalah di desa yang paling banyak menggunakan presentase

yang paling tinggi sesuai dengan data yang di dapat

5. Mahasiswa menyusun asuhan keperawatan sesuai dengan masalah yang telah

ditentukan, yang sebelumnya di konsulkan ke dosen pembimbing dan pihak

puskesmas

6. mahasiswa membuat intervensi sesuai dengan masalah pada balita di masyarakat

Baki

7. mahasiswa mengimplemtensikan intervensi yang sudah di buat dengan cara

daring

8. Mengevaluasi pencapaian tindakan dan pemecahan masalah sesuai tujuan dan

waktu yang telah ditentukan dengan dosen pembimbing dan pihak puskesmas.

Penting dalam tahap ini adalah follow up terhadap masalah atau perencanaan

yang belum terlaksanakan atau terselesaikan untuk selanjutnya dikoordinasikan

dengan instalasi kesehatan terkait.

E. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup Praktik Keperawatan Komunitas Ners XXII Umiversitas

Muhammadiyah Surakarta ini menganalisis masalah di Kecamatan Baki Kabupaten

Sukoharjo secara daring

F. WAKTU

Praktik Keperawatan Komunitas dilaksanakan di Kecamatan Baki, Kabupaten

Sukoharjo dengan periode waktu dari tanggal 15 Juni s/d 06 Juli 2020.

BAB II
T1NJAUAN TEORI

A. PELAYANAN KESEHATAN UTAMA


Pelayanan Kesehatan Utama atau Primary Health Care ( PHC ) adalah
pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan metode dan teknologi praktis,
ilmiah dan sosial yang dapat diterima secara umum baik oleh individu maupun
keluarga dalam masyarakat melalui partisipasi mereka dan dengan biaya yang
terjangkau oleh masyarakat, negara untuk memelihara setiap tingkat
perkembangan untuk hidup secara mandiri (self reliance) dan menentukan
nasib sendiri ( self determination) (Mubarak, 2012).
Tanggung jawab tenaga kesehatan dalam PHC lebih dititik beratkan
kepada hal-hal sebagai berikut:
1. Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pengembangan dan
implementasi pelayanan keSehatan dan program pendidikan kesehatan.
2. Kerja sama dengan masyarikat, keluarga dan individu
3. Mengajarkan konsep kesehatan dasar dan teknik asuhan diri sendiri
pada masyarakat
4. Memberikan bimbingan dan dukungan kepada petugas pelayanan
kesehatan dan kepada masyarakat
5. Koordinasi kegiatan pengembangan kesehatan masyarakat
Adapun tujuan umum dari pelayanan kesehatan utama adalah mencoba
menemukan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan yang diselenggarakan,
sehingga akan dicapai tingkat kepuasan pada masyarakat yang menerima
pelayanan. Sedangkan tujuan khususnya adalah:
1. Pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk yang dilayani
2. Pelayanan harus dapat diterima oleh penduduk yang dilayani
3. Pelayanan harus berdasarkan kebutuhan medis dari populasi yang dilayani
4. Pelayanan harus secara maksimum menggunkan tenaga dan sumber-
sumber lain dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
Fungsi Dari Pelayanan Kesehatan Utama/ Primary Health Care (PHC)
meliputi: pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, diagnosis dan
pengobatan, pelayanan tindak lanjut, pemberian sertifikat. Adapun prinsip
dasar dari Pelayanan Kesehatan Utama ada lima yaitu pemerataan upaya
kesehatan, penekanan pada upaya preventif, menggunakan teknologi tepat
guna, melibatkan peran serta masyarakat, melibatkan kerjasama lintas sektoral.
Kegiatan dalam Pelayanan Kesehatan Utama meliputi penyuluhan kesehatan
terhadap masalah kesehatan yang pokok, cara penanggulangan dan pengobatan
serta pencegahannya, imunisasi, kesehatan ibu dan anak, KB, perbaikan gizi,
pencegahan penyakit menular, pengadaan obat essensial, sanitasi dan
pengadaan air bersih serta perawatan lanjut usia.
Strategi Pelayanan Kesehatan Utama adalah memotivasi masyarakat agar
dapat merawat dan mengatur din sendiri serta memelihara kesehatan,
peningkatan gizi masyarakat, kesehatan ibu dan anak termasuk KB,
penyediaan air yang memenuhi syarat kesehatan, sanitasi yang baik, imunisasi,
tindakan preventif, kontrol terhadap penyakit endemik lokal, tindakan yang
tepat terhadap penyakit endemik lokal, tindakan yang tepat terhadap penyakit
yang terjadi dan penggunaan obat tradisional dalam masyarakat.
Hubungan antara Pelayanan Kesehatan Utama dan Komunitas adalah
untuk melaksanakan kesehatan masyarakat, mengatur jenjang tingkat
pelayanan kesehatan menjadi tingkat rumah tangga (individu dan keluarga),
tingkat masyarakat (pimpinan atau tokoh), tingkat rujukan pertama serta
menyelenggarakan kerja sama lintas sektoral dan lintas program yang
melibatkan peran serta masyarakat. Peran serta masyarakat diperlukan dalam
hal kesehatan perorangan Komunitas sebagai subjek sekaligus objek dalam
PKU (Pelayanan Kesehatan Utama) diharapkan mampu mengenal, mengambil
keputusan dalam menjaga kesehatannya. Sebagai akhir dari tujuan PKU
diharapkan masyarakat mampu secara mandiri menjaga dan melayani status
kesehatan komunitas dimana ia tinggal.

B. KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS


Keperawatan Komunitas atau community health nursing merupakan
praktik untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat dengan
menggunakan pengetahuan dari ilmu keperawatan, ilmu sosial dan ilmu
kesehatan masyarakat. Pengertian lain dari keperawatan komunitas adalah
suatu bentuk pelayanan profesional berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan
yang ditujukan terutama pada kelompok risiko tinggi untuk meningkatkan
status kesehatan komunitas (Kholifah dan Widagdo 2016).
Keperawatan Komunitas adalah proses keperawatan tidak hanya
mencakup masalah individu namun juga meliputi keluarga, kelompok serta
masyarakat pada umumnya. Paradigma pelayanan keperawatan yang
mengalami perubahan menjadi upaya promotif dan preventif semakin
menekankan peran perawat yang tidak hanya membantu seorang individu
untuk bebas dari penyakit yang diderita namun juga lebih pada menstimulasi
tumnbuhnya kemandirian Masyarakat dalam melaksanakan upaya preventif
dan promotif yang pada akhirnya mampu meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal. Perawat sebagai pemberi asuhan yang komprehensif
mampu menekan stresor dan meningkatkan peran komunitas dalam mengatasi
stresor melalui upaya pencegahan primer, sekunder dan tersier (Fallen & Dwi
K,2010).
Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan
yang bersifat alamiah, sistentatis, dinamis, kontiniu, dan berkesinambungan
dalam rangka memecahkan masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok serta
masyarakat melalui langkah-langkah seperti pengkajian, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi keperawatan. Keperawatan komunitas perlu
dikembangkan pelayanan kesehatan dasar yang melibatkan komunikasi secara
aktif. Dasar keperawatan komunitas menurut American Nurses
Assicoation/ANA dalam Effendi & Mahfudli (2009) didasarkan pada asumsi:
1. Sistem pelayanan kesehatan bersifat komplek
2. Pelayanan kesehatan primer sekunder dan tersier merupakan komponen
pelayanan kesehatan
3. Keperawatan merupakan system pelayanan kesehatan diman pendidikan
dan penelitian sebagai landasan praktek
4. Fokus utama adalah keperawatan primer sehingga keperawatan
komunitas perlu dikembangkan di tatanan kesehatan utama
Keperawatan komunitas pelayanan kesehatan utama yang ditujukan pada
masyarakat pada prakteknya memerlukan acuhan atau landasan teoritis untuk
menyelesaikan penyimpangan dalam kebutuhan dasar komunitas, salah
satunya adalah konsep keperawatan dikarakteristikan oleh 4 (empat) konsep
pokok, yang meliputi konsep manusia, kesehatan, masyarakat dan
keperawatan.
Gambar 1. Paradigma Keperawatan
Teori Betty Neuman memperlihatkan bahwa melihat semua aspek seperti
stressor karena dampak stressor lingkungan. Tujuan keperawatan untuk
menjaga stabilitas sistem klien, membantu klien dalam memonitoring dirinya
untuk memcapai derajat kesehatan yang optimal (Rector, 2018)
Konsep utama Betty Neuman antara lain:
1. Sehat merupakan suatu titik keadaan yang baik. Semua bagian pada diri
klien berada dalam keadaan harmonis atau seimbang, kesehatan optimal
tercapai dan kesehatan merupakan energi.
2. Manusia terdiri dari fisiologis, psikologis, sosiokultural, perkembangan
dan spiritual. Klien adalah manusia yang diancam bisa karena faktor
lingkungan yaitu faktor internal maupun eksternal yang dapat
mempengaruhi sitem. Lingkungan juga merupakan kekuatan-kekuatan
diluar sistem klien
3. Lingkungan merupakan mobilisasi klien terdiri dari struktur komponen
sebagai stabilitas maupun integritas.
Model teori Betty Neuman dilandasi teori sistem terdiri dari individu,
keluarga atau kelompok dan komunitas yang merupakan target pelayanan
komunitas. Kesehatan masyarakat ditentukan oleh hasil interaksi antara
komunitas, lingkungan dan tenaga kesehatan dengan cara pencegahan yaitu:
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer dari arti sebenarnya terjadi sebelum sakit atau
diaplikasikan ke populasi yang sehat pada umumnya. Pencegahan primer
mengidentifikasi faktor resiko terjadinya penyakit, mengkaji kegiatan
promosi dan pendidikan kesehatan. Pencegahan ini mencakup peningkatan
kesehatan dan perlindungan khusus terhadap penyakit.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah intervensi yang dilakukan pada saat
terjadinya perubahan derajat kesehatan masyarakat yang ditentukannya
masalah kesehatan Pencegahan sekunder menekankan pada diognosa dini,
intervensi tepat, memperpendek waktu sakit dan menekan tingkat
keparahan.
3. Pencegahan Tersier
Tingkat pencegahan ini adalah untuk mempertahankan kesehatan setelah
terjadinya gangguan beberapa sistem tubuh. Rehabilitasi sebagai tujuan
pencegahan tersier tidak hanya untuk menghambat proses penyakitnya,
tetapi juga mengendalikan individu kepada tingkat berfungsi yang optimal
dari ketidakmampuan.
Model komunitas menurut Neuman 1974 dalam Alligood tahun 2014
untuk menekankan filosofi pelayanan kesehatan primer yang menjadi
landasannya, terdiri dari beberapa komponen keperawatan komunitas, yaitu:
1. Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga, apabila individu tersebut
mempunyai masalah kesehatan/ keperawatan karena ketidakmampuan
merawat dirinya sendiri oleh sesuatu hal dan sebab, maka akan dapat
mempengaruhi anggota kelurga lainnya baik secara fisik, mental maupun
sosial.

2. Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri dari atas
keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam
satu rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau
adopsi, satu dengan yang lainnya saling tergantung dan saling berinteraksi.
Bila salah satu atau beberapa anggota keluarga mempunyai masalah
kesehatan/ keperawatan, maka akan berpengaruh terhadap anggota-
anggota keluarga lain, dan keluarga-keluarga yang ada disekitamya
3. Kelompok khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan
jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang
sangat rawan terhadap masalah kesehatan dan termasuk diantaranya
adalah;
a. Kelompok khusus dengan kebutuhan kesehatan khusus sebagai akibat
perkembangan dan pertumbuhan seperti: Ibu hamil, bayi ban' lahir,
anak balita, anak usia sekolah, usia lanjut.
b. Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan
dan bimbingan serta asuhan keperawatan diantaranya adalah:
penderita penyakit menular seperti: TBC, AIDS, penyakit kelamin
dan lainnya. Penderita yang menderita penyakit tidak menular,
seperti: diabetes militus, jantung koroner, cacat fisik, gangguan
mental dan lainnya.
c. Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, diantarannya:
WTS, pengguna narkoba, pekerjaan tertentu, dan lainnya.
d. Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi diantarannya adalah: panti
Werdha, panti asuhan, pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental, sosial
dan lainnya), penitipan anak balita.
4. Tingkat komunitas
Pelayanan asuhan keperawatan berorientasi pada individu, keluarga
dilihat sebagai satu kesatuan dalam komunitas. Asuhan ini diberikan
untuk kelompok beresiko atau masyarakat wilayah binaan.Pada tingkat
komunitas, asuhan keperawatan komunitas, asuhan keperawatan
komunitas diberikan dengan memandang komunitas sebagai klien.
C. PERAN PERAWAT KOMUNITAS (PROVIDER OF NURSING CARE)
Perawat sebagai salah satua tenaga kesehatan mempunyai peran dan fungsi
dalam meningkatkan kesehatan komunitas. Perawat dituntut mempunyai
sekumpulan kemampuan/ kompetensi yang telah ditetapkan oleh kebijakan
organisasi dengan merujuk pada persepsi dan harapan komunitas terhadap
pelayanan keperawatan komunitas yang diberikan (Kholifah dan Widagdo
2016). Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan
masyarakat diantaranya adalah (Mubarak, 2012) :
1. Sebagai Pendidik dan konsultan (Health Education and counselor)
Memberikan pendidikan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat baik di rumah, puskesmas dan di masyarakat secara
terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi
perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai derajat
kesehatan yang optimal. Konseling adalah proses membantu klien untuk
menyadari dan mengatasi tatanan dan psikologi atau masalah sosial untuk
membangun hubungan interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan
perkembangan seseorang. Didalamnya diberikan dukungan emosional dan
intelektual.
2. Sebagai Pengamat Kesehatan (Health Monitor)
Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadi
pada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang menyangkut
masalah-maSalah kesehatan dan keperawatan yang timbul serta
berdampak terhadap status kesehatan melalui kunjungan rumah,
pertemuan-pertemuan, obbervasi dan pengumpulan data
3. Koordinator Pelayanam Kesehatan (Coordinator of Services)
Mengkoordinir seluruh kegiatan upaya, pelayanan kesehatan masyarakat
dan puskesnias dalam mencapai tujuan kesehatan melalui kerjasama
dengan team kesehatan lainnya sehingga tercipta keterpaduan dalam
sistem pelayanan kesehatan. Dengan demikian pelayanan kesehatan yang
diberikan merupakan suatu kegiatan yang menyeluruh dan tidak terpisah-
pisah antara satu dengan yang lainnya.

4. Sebagai Pembaharuan (Inovator)


Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan sebagai agen pembaharu
terhadap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat terutama dalam
merubah perilaku dan pola hidup yang erat kaitannya dengan peningkatan
dan pemeliharaan kesehatan
5. Pengorganisir Pelayanan Kesehatan (Organizator)
Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan serta dalam memberikan
motivasi dalam meningkatkan keikutsertaan masyarakat individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat dalam setiap upaya pelayanan
kesehatan yang dilaksanakan oleh masyarakat misalnya: kegiatan
posyandu, dana sehat, mulai dan tahap perencanaan, pelaksanaan sampai
dengan tahap penilaian, sehingga ikut dalam berpartisipasi dalam kegiatan
pengembanagan pengorganisasian masyarakat dalam bidang kesehatan.
6. Sebagai Panutan (Role Model)
Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang baik
dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru
dan di contoh oleh masyarakat.
7. Sebagai Tempat Bertanya (Fasilitator)
Perawat kesehatan masyarakat dapat dijadikan tempat bertanya oleh
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk memecahkan berbagai
permasalahan dalam bidang kesehatan dan yang dihadapi sehari-hari.
Perawat kesehatan diharapkan dapat membantu memberikan jalan keluar
dalam mengatasi masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka
hadapi.
8. Sebagai Pengelola kasus (Case Manager)
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai
kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan
beban tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.

D. ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS


Sesuai dengan teori Neuman dalam Fallen dan Dwi (2010), kelompok atau
komunitas dilihat sebagai klien dipengaruhi oleh dua faktor. Faktor utama
yaitu komunitas yang merupakan klien dan penggunaan proses keperawatan
sebagai pendekatan, yang terdiri dari lima tahapan.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan
sistematis untuk dikaji dan yang diahadapi oleh masyarakat baik
individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada
fisiologi, psikologis, sosial ekonomi, maupun spiritual kemudian
melakukan pengumpulan dan mengidentifikasi data klien.
Yang perlu dikaji pada kelompok atau komunitas adalah:
a. Core atau inti: data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri:
umur, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai¬nilai,
keyakinan serta riwayat timbulnya kelompok atau komunitas.
b. Delapan subsistem yang mempengaruhi komunitas (Betty Neumen)
1) Perumahan: rumah yang diuni oleh penduduk, penerangan,
sirkulasi, dan kepadatan
2) Pendidikan: apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan
untuklmeningkatkan pengetahuan
3) Keamanan dan keselamatan dilingkungan tempat tinggal, apakah
dapat menimbulkan stress
4) Politik dan kebijakan pemerintah terkait dengan kesehatan, apakah
cukup menunjang sehingga memudahkan komunitas mendapat
pelayanan diberbagai bidang tennasuk kesehatan
5) Pelayanan kesehitan yang tersedia untuk melakukan deteksi dini
gangguan atau merawat atau memantau apabila gangguan sudah
terjadi
6) Sistem komunikas, sarana komunikasi yang dapat dimanfaatkan
di komunitas untuk meningkatkan pengetahuan seperti gangguan
nutrisi misalnya televisi, radio, koran atau leaflet.
7) Ekonomi, tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan
apakah sesuai dengan UMR (Upah Menimum Regional), dibawah
UMR atau diatas UMR sehingga upaya pelayanan kesehatan
yang diberikan dapat terjangkau, misalnya anjuran untuk
konsumsi jenis makanan sesuai status ekonomi tersebut.
8) Rekreasi, apakah tersedia sarana dan apakah biayanya terjangkau
oleh komunitas karena dapat mengurangi stres.
c. Status kesehatan komunitas dilihat dengan biostatistik, vital statistik,
antara lain angka mortalitas, angka morbiditas, IMR, MMR, serta
cakupan imunisasi.
Anderson & Mc. Forlace tahun 1985 menjelaskan pengkajian
komunitas terdiri dari demografi, populasi, nilai-nilai keyakinan, riwayat
individu termasuk riwayat kesehatan, faktot-faktor lingkungan,
lingkungan fisik, pendidikan, keamanan, transportasi, politik
pemerintahan, pelayanan kesehatan sosial, komunitas dan reaksi. Semua
dikaji langsung menggunaan data statistik, angket maupun wawancara.
Langkah mengidentifikasi masalah kesehatan melalui pendekatan sosial
sebagai berikut:
a. Pengenalan Masyarakat
1) Pendekatan terhadap tokoh-tokoh masyarakt (camat, kepala desa,
dip, tokoh masyarakat, tokoh agama maupun sesepuh.
2) Mengenal struktur pemerintahan desa.
3) Mengenal organisasi masyarakat (BPD, PKK, Karang Taruna).
4) Pemetaan wilayah binaan.
b. Pengenalan Masalah
Pengenalan masalah dilakukan dengan pengumpulan data (survey)
atau Survei Mawas Diri dengan menggunkan instrument
pengumpulan data, contoh wawancara, observasi, studi dokumentasi,
pemerikasaan fisik. Meliputi keadaan geografis, demografi, data
kultural, data kesehatan, sarana dan prasarana.
2. Diagnosa Keperawatan Komunitas atau Kelompok dan Analisa Data
Setelah dilakukan pengkajian kemudian dikelompokkan dan dianalisa
seberapa mengancam masyarakat dan seberapa berat reaksi yang timbul
pada masyarakat tersebut. Berdasarkan hal tersebut disusun diagnosa
keperawatan komunitas terdiri dari masalah kesehatan, karakteristik
populasi, karakteristik lingkungan misalkan antara lain:
a. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada komunitas
di RW 03 keluiahan Gumpang berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi
tubuh.
b. Masalah kesehatan yang ditemukan di masyarakat disampaikan
dalam pelaksanaan musyawarah masyarakat desa/ RW.
c. Data dapat disajikan dengan menggunakan grafik, Label ataupun
melalui sosio drama.
3. Perencanaan (Intervensi)
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan yang
akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis
keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya
kebutuhan klien. Tahap ke dua merupakan tindakan menetapkan yang
harus dilakukan untuk membantu sasaran dalam upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dalam rencana pelaksanaan kegiatan
kaji faktor yang mempengaruhi yaitu sifat masalah dan sumber atau
potensi masyarakat seperti dana, sarana, tenaga yang tersedia. Dalam
pelaksanaan pengembangan masyarakat dilakukan melalui tahapan
sebagai berikut:
a. Tahap persiapan
Pemilihan daerah yang menjadi prioritas menentukan cara untuk
berkomunikasi, mempelajari dan bekerja sama dengan masyarakat.
b. Tahap pengorganisasian
Persiapan pembentukan kelompok kerja kesehatan untuk
menumbuhkan kepedulian terhadap kesehatan dalam masyarakat.
kegiatan yang dibentuk secara bergotong royong untuk menolong
mereka sendiri dalam mengenal dan memecahkan masalah atau
kebutuhan kesehatan dan kesejahteraan, meningkatkan kemampuan
masyarakit berperan serta dalam pembangunan kesehatan di
wilayahnya.
c. Tahap pendidikan dan latihan
1) Kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat
2) Melakukan pengkajian
3) Membuat program berdasarkan masalah atau diagnosa
keperawatan
4) Melatih kader
5) Kepatan langsung terhadap individu, keluarga dan masyarakat
d. Tahap formasi dan kepemimpinan
Tahap ini merupakan tahap yang struktus untuk menjalankan tugas
agar sesuai dan terarah akan adanya penanggung jawab.
Kepemimpinan juga merupakan suatu proses yang dapat
mempengaruhi aktifitas kelompok
e. Tahap koordinasi intersektoral dan tahap akhir
Seluruh kegiatan masyarakat bisa dibagi ke dalam sektor-sektor yang
merupakan kumpulan kegiatan yang bisa diidentifikasi karena
mempunyai kesamaan karakteristik. Pengelolaan dalam melaksanakan
koordinasi antar sektor akan mengoptimalkan kinerja yang bisa
berbentuk maksimalisasi, stabilisasi, minimisasi, dan sinkronisasi
untuk cepat memecahkan dan mengendalikan suatu masalah.
4. Tahap pelaksanaan
Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah
direncanakan antar lain:
a. Bantuan dalam upaya mengatasi masalah-masalah kurang nutrisi,
mempertahankan kondisi seimbang dan meningkatkan kesehatan.
b. Mendidik komunitas tentang perilaku gaya hidup sehat
c. Sebagai advocad komunitas dan memfasilitasi kebutuhan komunitas
d. Pada kegitan praktek komunitas berfokus kepada pencegahan yaitu:
1) Pencegahan primer.
Pencegahan sebelum sakit dan difokuskan pada populasi sehat,
mencakup kegiatan kesehatan serta perlindungan khusus.
2) Pencegahan sekunder
Kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya perubahan derajat
kesehatan masyarakat dengan ditemukan masalah kesehatan.
3) Pencegahan tersier
Kegiatan yang menekankan pengembalian individu pada tingkat
berfungsinya secara optimal dr kemampuan keluarga.
5. Tahap evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian terhadap program yang telah dilaksanakan
dibanding dengan tujuan semula dan dijadikan dasar untuk memodifikasi
rencana berikutnya. Penilaina dapat dilakukan secara penilaian formatif
(selama pelaksanaan kegiatan) dan penilaian sumatif (setelah pelaksanaan
kegiatan). Penilain dan pemantauan penting artinya untuk mengkaji ulang
perencanan pembinaan dalam pelaksanaan perawatan kesehatan yang
telah disusun mencapai sasaran atau tidak, selain itu penting juga untuk
pengembangan perencanaan selanjutnya. Fokus dan evaluasi pelaksanaan
keperawatan komunitas adalah:
a. Relevaansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan
target pelaksanaan
b. Perkembangan atau kemajuan proses kesesuaian dengan
perencanaan, peran staf atau pelaksana tindakan, fasilitas dan
jumlah peserta
c. Evisiensi biaya
Bagaimanakah pencarian sumber dana serta keunagan program
d. Efektiftas kerja
Apakah tujuan tercapai dan apakah klien atau masyarakat puas
terhadap tindakah yang dilaksanakan
e. Dampak
Apakah status kesehatan meningkat setelah dilaksanakan tindakan,
apa perubahan yang terjadi dalam enam bulan atau satu tahun.

E. AGREGAT BAYI DAN BALITA


1. Balita
a. Pengertian Balita
Balita merupakan istilah yang berasal dari kependekan kata bawah
lima tahun. Istilah ini cukup populer dalam program kesehatan. Balita
merupakan kelompok usia tersendiri yang menjadi sasaran program
KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) di lingkup Dinas Kesehatan. Balita
merupakan masa pertumbuhan tubuh dan otak yang sangat pesat dalam
pencapaian fungsi yang optimal. Periode tumbuh kembang anak
adalah masa Balita, pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan
menentukan perkembangan kemampuan berbahasa, kreatifitas,
kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan
merupakan landasan perkembangan berikutnya (Supartini, 2008).
b. Karakteristik Balita
Karakteristik balita yaitu anak usia kurang dari lima tahun sehingga
bayi usia dibawah satu tahun juga termasuk golongan ini. Balita usia 1-
5 tahun dapat dibedakan menjadi dua yaitu anak usia lebih dari satu
tahun sampai tiga tahun yang dikenal dengan batita dan anak usia lebih
dari tiga tahun sampai lima tahun yang dikenal dengan usia prasekolah.
Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak
menerima makanan dari apa yang disediakan ibunya sehingga anak
batita sebaiknya diperkenalkan dengan berbagai bahan makanan. Laju
pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia prasekolah
sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif besar. Pola makan
yang diberikan sebaiknya dalam porsi kecil dengan frekuensi sering
karena perut balita masih lebih kecil sehingga tidak mampu menerima
jumlah makanan dalam sekali makan. Pada usia prasekolah akan
menjadi konsumen aktif yaitu mereka sudah dapat memilih makanan
yang disukainya. Perilaku makan sangat dipengaruhi oleh keadaan
psikologis, kesehatan dan sosial anak (Proverawati dan wati, 2010).

c. Tumbuh Kembang Balita


Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta
jaringan interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur
tubuh sebagian atau keseluruhan, diukur dengan satuan panjang dan
berat. Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan jumlah, ukuran dan
fungsi tingkat sel organ maupun individu. Pada fase ini akan semakin
menunjukkan perkembangan fisik yang sangat pesat. Rentang usia
balita dimulai dari satu sampai dengan lima tahun, atau bisa digunakan
perhitungan bulan yaitu usia 12-60 bulan (Kemenkes RI, 2012).
d. Faktor Mempengaruhi Perkembangan Balita
Soetjiningsih (1998) dalam Supariasa dkk, 2016, faktor lingkungan
pascanatal adalah faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan
anak setelah lahir antara lain lingkungan biologis yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan adalah ras, jenis kelamin, umur, gizi, perawatan
kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis dan fungsi
metabolisme yang saling terkait satu dengan yang lain. Faktor dominan
yang mempengaruhi pertumbuhan adalah status gizi bayi yang
dilahirkan. Bayi yang mengalami kekurangan gizi, dapat dipastikan
pertumbuhan anak akan terhambat dan tidak akan mengikuti potensi
genetik yang optimal.
e. Status Gizi Balita
Status Gizi Status Gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan
dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa, dkk 2016). Status gizi
berkaitan dengan asupan makronutrien dan energi. Energi didapatkan
terutama melalui konsumsi makronutrien berupa karbohidrat, protein
dan lemak. Selama usia pertumbuhan dan perkembangan asupan
nutrisi menjadi sangat penting, bukan hanya untuk mempertahankan
kehidupan melainkan untuk proses tumbuh dan kembang. Selain
sebagai indikator kesehatan masyarakat status gizi secara individual
juga berhubungan dengan prestasi akademik. Kekurangan zat gizi
secara berkepanjangan menunjukkan efek jangka panjang terhadap
pertumbuhan (Ryadinency R, 2012).
f. Penilaian Status Gizi Penilaian
Penilaian status gizi pada balita sangat penting untuk dilakukan
dengan menilai apakah cakupan gizi sudah terpenuhi. Penilaian ini
dapat dilakukan dengan cara yaitu (Supariasa, dkk 2016):
1) Penilaian Gizi Secara langsung
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat
penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia dan biofisik.
2) Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung
Penilaian secara tidak langsung dapat melakukan berbagai cara
yaitu melakukan survei komsumsi makanan balita, statistik vital
mapun ekologi dengan beinteraksi beberapa faktor fisik, biologis
dan lingkungan budaya dan jumah makanan yang tersedia.
g. Jenis dan Penilaian Status Gizi Parameter
Antropometri untuk penilaian status gizi berdasarkan parameter:
1) Umur
Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat,
menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur
yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya
kecenderungan untuk memilih angka yang mudah seperti 1 tahun,
1,5 tahun atau 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu
dihitung dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12
bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam
bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan
(Depkes, 2015). Rumus antropometri anak dalam Soetjiningsih,
2010 yang berhubungan dengan umur yaitu:
a) Berat Badan
Umur 1 – 6 bulan = BBL (gr) + (usia x 600 gr)
Usia 7 – 12 bulan = BBL (gr) + (usia x 500 gr) atau (usia / 2)
+3 Umur 1- 6 tahun = 2n + 8 b)
b) Tinggi badan
Umur 1 tahun = 1,5 x panjang badan lahir
Umur 2 – 12 tahun = umur (tahun) x 6 + 77
Kriteria status gizi berdasarkan pengukuran tersebut
dibandingkan dengan NCHS adalah:
a) Gizi baik, jika BB menurut umur > 80% standart WHO-
NCHS.
b) Gizi kurang, jika BB menurut umur 61%-80% standart
WHO-NCHS.
c) Gizi buruk, jika BB menurut umur ≤ 60% standart WHO-
NCHS
c) Lingkar Kepala
Lingkar kepala dipakai untuk mengetahui volume intracranial
dan dipakai untuk menaksir pertumbuhan otak. Alat yang sering
digunakan dibuat dari serat kaca (fiberglass) dengan lebar
kurang dari 1 cm, fleksibel dan tidak mudah patah pengukuran
sebaiknya mendekati 1 desimal.
d) Lingkaran kepala < sentil ke-5 atau < -2 SB menunjukan
adanya mikrosefali dan kemungkinan malnutrisi kronik pada
masa intrauterin atau masa bayi/ anak dini.
e) Lingkaran kepala > sentil ke-95 atau >+2 SB menunjukan
adanya makrosefali.
d) Lingkar Lengan Atas (LILA)
Pengukuran ini mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak
dan otot. LILA dapat menunjukan status gizi, alat yang
digunakan adalah pita ukur yang terbuat dari fiberglass, atau
jenis kertas tertentu berlapis plastik. Pengukuran dilakukan
pada lengan yang tidak aktif pada pertengahan bahu dan siku.
Interpretasi: <12, 5 cm gizi buruk, 12,5-1,5 cm gizi kurang,
>13,5 cm gizi baik.

e) Lipatan Kulit
Tebalnya lipatan kulit bagian trisep dan subscapular
menggambarkan refleksi tumbuh kembang jaringan lemak di
bawah kulit yang mencerminkan kecukupan energi. Alat yang
digunakan adalah Skin-Fold Calipers dengan ketelitian 0,1 mm,
tekanan konstan 10 gram/mm², dan jangkauan jepitan 20-40
mm². Jenis alat yang sering digunakan adalah Harpenden
Calipers (Soetjiningsih, 2010).
2. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
Pos Pelayanan Terpadu/Posyandu merupakan bentuk Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dilaksanakan oleh,
dari dan bersama masyarakat, untuk memberdayakan dan memberikan
kemudahan kepada masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan
bagi ibu, bayi dan anak balita. Kegiatan Posyandu mencakup kesehatan
ibu anak, keluarga berencana, imunisasi, gizi, pencgahan dan
penanggulangan diare Kegiatan pengembangan dapat menambah
kegiatan baru disamping lima kegiatan utama misalnya Bnina Keluarga
Balita (BKB), Tanaman Obat Keluarga (TOGA), Bina Keluarga Lansia
(BKL), Pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan lain sebagainya.
Posyandu ini dapat bermanfaat bag mayarakat maupun bagi kader-kader
desa.
3. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
a. Pengertian ISPA
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah penyebab utama
morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Tingkat
mortalitas sangat tinggi pada bayi, anak-anak, dan orang usia lanjut
terutama di negara-negara dengan pendapatan per kapital rendah dan
menengah (Kemenkes, 2012). Infeksi saluran pernafasan akut/ ISPA
istilah dalam bahasa Inggris adalah Acute Respiratory Infections
(ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran
pernafasan dan akut, dengan pengertian sebagai berikut (Brunner dan
Suddarth, 2013; Mansjoer, 2010):
1) Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam
tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala
penyakit.
2) Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli
beserta organ adeneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga
tengah dan pleura. ISPA secara anatomis mencakup saluran
pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk
jaringan paru-paru) dan organ adeneksa saluran pernafasan. Dengan
batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan.
3) Infeksi akut berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari
diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa
penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat
berlangsung lebih dari 14 hari. ISPA adalah radang akut saluran
pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan infeksi jasad
remik atau bakteri, virus maupun rikitsia tanpa atau disertai radang
parenkim paru.
b. Etiologi
ISPA disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk kesaluran
pernafasan. Salah satu penyebab ISPA yang lain adalah asap
pembakaran bahan bakar kayu yang biasanya digunakan untuk
memasak. Asap bahan bakar kayu ini banyak menyerang lingkungan
masyarakat, karena masyarakat terutama ibu-ibu rumah tangga
selalu melakukan aktifitas memasak tiap hari menggunakan bahan
bakar kayu, gas maupun minyak. Timbulnya asap tersebut tanpa
disadari telah mereka hirup sehari-hari, sehingga banyak masyarakat
mengeluh batuk, sesak nafas dan kesulitan dalam bernafas. Polusi
bahan bakar kayu tersebut mengandung zat-zat seperti Dry basis, Ash,
Carbon, Hidrogen, Sulfur, Nitrogen dan Oxygen yang sangat
berbahaya bagi kesehatan (Kemenkes, 2012). Selain itu menurut
Brunner dan Suddarth tahun 2013 etiologi yang terjadi yaitu:

1) Kuman
Kuman penyebab ISPA kadang-kadang dapat dijumpai pada orang
sehat. Kuman seperti ini bisa menimbulkan penyakit jika daya tahan
tubuh orang tersebut lemah. Penularan ISPA terjadi melalui
pernafasan. Kuman masuk kedalam tubuh penderita jika kuman
tersebut terhisap ke jalan nafas kuman ditularkan dari penderita ke
orang lain melalui udara pernafasan atau percikan ludah.
2) Daya tahan tubuh menurun
Daya tahan tubuh lemah adalah kemampuan tubuh untuk mencegah
masuk dan berkembang biaknya kuman-kuman didalam tubuh, daya
tahan tubuh dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kurang gizi
maupun keadaan kekebalan tubuh.
3) Keadaan lingkungan yang buruk
a) Lingkungan perumahan sangat berpengaruh pada terjadinya
dan tersebarnya ISPA.
b) Rumah yang kurang mempunyai jendela menyebabkan
pertukaran udara tidak dapat berlangsung dengan baik misalnya :
asap rokok, asap kompor, dapat terkumpul didalam rumah.
c) Rumah yang lembab dan basah karena banyak air yang terserap
didinding tembok dan matahari pagi sukar masuk kedalam rumah.
d) Rumah yang padat dan perkampungan yang padat menyebabkan
berkembang biaknya berbagai kuman.
c. Tanda dan Gejala
1) ISPA Ringan
Seseorang dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan tanda
dan gejalanya adalah Batuk, pilek, demam, Seorang anak
dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan gejala sebagai
berikut:
a) Batuk, Serak, yaitu bersuara parau pada waktu mengeluarkan
suara (misalnya pada waktu berbicara atau menangis).
b) Pilek yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung. Panas
atau demam, suhu badan lebih dari 37oC atau jika dahi anak
diraba dengan punggung tangan terasa panas.
2) ISPA Sedang
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika di jumpai
gejala ISPA ringan dengan disertai gejala sebagai berikut :
a) Pernapasan lebih dari 50 x /menit pada anak umur kurang dari 1
tahun atau lebih dari 40 x/menit pada anak 1 tahun atau lebih.
b) Suhu lebih dari 390C, tenggorokan berwarna merah
c) Timbul bercak-bercak pada kulit menyerupai bercak campak
d) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga
e) Pernafsan berbunyi seperti mendengkur.
f) Pernafasan berbunyi seperti mencuit-cuit
3) ISPA Berat
Seseorang dinyatakan menderita ISPA berat, jika ditemukan tanda
gejalanya adalah kesadaran menurun, nadi cepat tidak teraba, nafsu
makan menurun, bibir dan ujung jari membiru, gelisah, rewel,
cuping hidung kembang kempis waktu bernafas. Sedangkan
menurut (Hidayat 2006) tanda dan gejala yaitu demam, batuk,
pilek, hidung tersumbat, bersin-bersin, nyeri tenggorokan/nyeri
menelan, suara serak, sakit kepala, badan pegal-pegal, atau nyeri
sendi, lesu, lemas dan sesak napas
d. Faktor Resiko
Faktor resiko yang dapat mempengaruhi ISPA menurut (Brunner &
Suddarth, 2013):
1) Usia
Anak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk menderita atau
terkena penyakit ISPA lebih besar bila dibandingkan dengan anak
yang usianya lebih tua karena daya tahan tubuhnya lebih rendah.
2) Status Imunisasi
Anak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan tubuhnya
lebih baik dibandingkan dengan anak yang status imunisasinya tidak
lengkap.
3) Lingkungan
Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara di kota-
kota besar dan asap rokok dapat menyebabkan timbulnya penyakit
ISPA pada anak.
e. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada penyakit ISPA antara lain
(Rahajoe, 2008):
1) Otitis media akut
2) Rinosinusitis
3) Pneumonia
4) Epistaksis
5) Konjungtivitis
6) Faringitis
f. Perawatan ISPA
Berikut ini beberapa tips untuk penanganan ISPA secara umum
(Riyadi,2009):
1) Istirahat yang cukup minimal 8 jam perhari.
2) Beri makananan yang bergizi tinggi. Sedikit-sedikit tetapi
berulang-ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika
muntah.
3) Berikan anak asupan cairan (air putih, air buah dan sebagainya)
lebih banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan
dahak, kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang
diderita terutama bila anak batuk dan demam
4) Tetap berikan ASI bila anak tersebut masih disusui.
5) Memberikan kompres air hangat bila anak demam
6) Bayi dibawah 2 bulan bila demam harus segera dirujuk ke dokter.
7) Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung
dengan sapu tangan yang bersih
8) Untuk melancarkan jalan nafas karena hidung tersumbat berikan
uap air hangat di dalam baskom dan ditutup handuk atau kain.
9) Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis
tidak terlalu ketat. Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau
selimut yang terlalu tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan
demam.
10) Hindari penularan ISPA ke orang lain. Cara untuk menghindari
penularan: menutup mulut dan hidung bila batuk/bersin, cuci
tangan dengan sabun setelah batuk/bersin, gunakan masker (bila
anak cukup kooperatif), hindari kontak terlalu dekat dengan bayi.
11) Jangan memberikan antibiotik tanpa anjuran dokter.
Antibiotik tidak diperlukan apabila ISPA yang disebabkan infeksi
virus. Antibiotik diperlukan apabila ISPA disebabkan oleh infeksi
bakteri seperti strep throat dan pneumonia. Penggunaan antibiotik
yang tidak tepat dapat meningkatkan kekebalan bakteri terhadap
antibiotik tersebut
12) Hindari pemberian obat batuk/pilek pada anak tanpa instruksi
dokter. Diskusikan dengan dokter anda mengenai manfaat dan
risiko obat tersebut apabila akan diberikan pada anak anda.
13) Kenali tanda-tanda gawat darurat pada anak yang menderita ISPA.
Anda perlu segera memeriksakan anak ke dokter apabila:
f) Sesak napas atau frekuensi napas menjadi lebih cepat
g) Napas berbunyi mengi (wheezing) atau seperti merintih
(grunting)
h) Dinding dada/sela-sela iga tampak tertarik ke dalam bila anak
bernapas
i) Bibir berwarna kebiru-biruan
j) Leher anak kaku
k) Kesulitan menelan
l) Muntah terus menerus
m) Anak tampak sangat lemah

g. Pencegahan
1) Menjaga keadaan gizi anda dan keluarga agar tetap baik.
memberikan ASI ekslusif pada bayi anda
2) Menjaga pola hidup bersih dan sehat, istirahat/ tidur yang cukup
dan olah raga teratur
3) Membiasakan cuci tangan teratur menggunakan air dan sabun atau
hand sanitizer terutama setelah kontak dengan penderita ISPA.
Ajarkan pada anak untuk rajin cuci tangan untuk mencegah ISPA
dan penyakit infeksi lainnya
4) Melakukan imunisasi pada anak anda
5) Hindari kontak yang terlalu dekat dengan penderita ISPA
6) Hindari menyentuh mulut atau hidung anda setelah kontak dengan
flu segera cuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer
setelah kontak dengan penderita ISPA
7) Apabila anda sakit, gunakanlah masker dan rajin cuci tangan agar
tidak menulari anak anda atau anggota keluarga lainnya
8) Mencegah anak berhubungan terlalu dekat dengan saudaranya atau
anggota keluarga lainnya yang sedang sakit ISPA. Tindakan semi
isolasi mungkin dapat dilakukan seperti anak yang sehat tidur
terpisah dengan anggota keluarga lain yang sedang sakit ISPA.
9) Upayakan ventilasi yang cukup dalam ruangan/ rumah
10) Cuci tangan (Potter et al. 2016)
a) Definisi mencuci tangan
Mencuci tangan merupakan teknik dasar yang paling
penting dalam pencegahan dan pengontrolan infeksi dengan
cara menggosok kedua permukaan tangan dengan kuat secara
bersamaan menggunakan zat pembersih yang sesuai dan
dibilas dengan air mengalir dengan tujuan menghilangkan
mikroorganisme sebanyak mungkin
b) Tujuan mencuci tangan
- Mengangkat mikroorganisme yang ada di tangan
- Mencegah infeksi silang (cross infection)
- Menjaga kondisi steril
- Melindungi diri dan pasien dari infeksi
- Memberikan perasaan segar dan bersih
c) Indikasi mencuci tangan
- Sebelum dan setelah kontak dengan kulit ibu atau bayi
atau cairan tubuh
- Sebelum melakukan teknik aseptik
- Sebelum memegang makanan
- Bila terlihat kotor
- Setelah dari toilet
- Setelah kontak dengan peralatan yang kotor atau
berpotensi terkontaminasi
- Setelah melepas sarung tangan
d) Waktu mencuci tangan
- Sebelum dan sesudah makan
- Setelah buang air besar
- Setelah bermain
- Sebelum dan sesudah melakukan kegiatan
- Sebelum dan sesudah kontak dengan pasien di RS
e) Langkah-langkah mencuci tangan
- Kedua telapak tangan saling digosok.
- Letakan telapak tangan kanan diatas tangan kiri lalu
gosokkan sela-sela jari tersebut dan sebaliknya.

- Posisi telapak tangan kanan dan kiri saling menempel,


jari-jari saling terkait.

- Letakan punggung jari kanan pada telapak tangan kiri,


posisi saling mengunci dan sebaliknya.
- Gosok memutar ibu jari kanan dengan telapak kiri dan
sebaliknya.

- Jari-jari tangan kanan menguncup, gosok memutar diatas


telapak tangan kiri dan sebaliknya.

f) Penyakit akibat tidak mencuci tangan


- Disentri
Cara penularan: Buruknya fasilitas sanitasi dan fasilitas
pengolahan makanan penularan penyakit ini. Penularan
terjadi terutama dengan mengkonsumsi makanan atau air
yang terkontaminasi tinja dan mengandung kista
amoeba yang relatif resisten terhadap klorin.
- Cacingan
Cara penularan: penularan terjadi paling sering di sekitar
rumah, dimana anak-anak, tanpa adanya fasilitas jamban
yang kurang layak, mencemari daerah tersebut. Tanah
yang terkontaminasi telur cacing dapat terbawa jauh
karena menempel pada kaki atau alas kaki masuk ke
dalam rumah, penularan melalui debu juga dapat terjadi.
Infeksi kebanyakan karena rendahnya kesadaran
berperilaku hidup bersih. Paling sering karena tidak
mencuci tangan sebelum makan dan menjamah makanan.
- Diare
Cara penularan: penularan terjadi karena menelan
organisme yang terdapat dalam daging hewan yang tidak
dimasak dengan baik, air dan makanan yang
terkontaminasi, atau susu mentah. Penggunaan papan alas
pemotong daging yang tidak bersih juga dapat menjadi
penyebab penularan penyakit ini
- Infeksi kulit yang disebabkan oleh kutu dan jamur
Cara penularan: perpindahan parasit atau jamur dapat
terjadi secara kontak langsung melalui gesekan kulit.
Perpindahan dari pakaian dalam dan sprei terjadi jika
barang-barang tadi terkontaminasi oleh penderita yang
belum di obati. Penggunaan barang-barang pribadi
secara bergantian dapat juga menyebabkan penularan
penyakit ini.

Anda mungkin juga menyukai