Anda di halaman 1dari 90

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Arah pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 sesuai dengan

arah pembangunan nasional selama ini yaitu pembangunan kesehatan yang

merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Konsep pembangunan

nasional harus berwawasan kesehatn, yaitu telah memperhitungkan dengan

seksama berbagai dampak positif maupun negative setiap kegiatan terhadap

kesehatan masyarakat. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan

memberikan prioritas kepada upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan

penyakit disamping penyembuhan dan pemulihan kesehatan.

Untuk melakukan penyembuhan dan pemulihan kesehatan tersebut

diharapkan peran serta masyarakat, sehingga tujuan pembangunan kesehatan

menuju Indonesia Sehat 2010 dapat tercapai. Tujuannya diharapkan dapat

meningkatkan kesadaran, kemuaan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang

agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptannya

masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang

hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk

menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta

memiliki derajat kesehatan yang optimal diseluruh wilayah RI. Untuk

1
mendapatkan kesehatan yang optimal dan pelayanan kesehatan yang bermutu dan

harus sesuai pada sasaran pembangunan kesehatan sehat 2010 yaitu :

1. Kerja sama lintas sektoral

Kerja sama lintas sector dalam pembangunan kesehatan merupakan kontribusi

positif sector lain terhadap kesehatan, dapat memperbaiki perilaku dan

lingkungan hidup yang kondusif bagi terwujudnya masyarakat sehat.

2. Kemandirian masyarakat dan kemitraan swasta

Meningkatnya secara bermakna upaya kesehatan yang bersumber daya swasta

serta jumlah anggota masyarakat yang memanfaatkan upaya kesehatan swasta

3. Perilaku hidup sehat

Meningkatnya secara bermakna jumlah ibu hamil dan melahirkan yang

ditolong oleh tenag kesehatan, jumlah bayi yang memperoleh imunisasi

lengkap dan yang memperoleh ASI ekslusif, jumlah penduduk yang buang air

besar di jamban, jumlah penduduk yang tidak berhubungan seks diluar nikah

serta jumlah penduduk yang menjadi peserta jaminan kesehatan masyarakat

(JPKM).

2
4. Lingkungan sehat.

Meningkatnya secara bermakna jumlah wilayah/wawasan sehat, tempat umum

sehat, temapat pariwisata sehat, temapat kerja sehat, rumah dan bangunan

seahat, sarana sanitasi, sarana air minum dan sarana pembangunan limbah.

5. Upaya kesehatan

Meningkatnyan secara bermakna jumlah sarana kesehatan yang bermutu,

jangkauan dan cakupan pelayanan kesehatan, penggunan obat secara

tradisional, pemanfaatan pelayanan promotif dan preventif.

6. Derajat kesehatan

Meningkatnya secara bermakna umur harapan hidup, menurunnya angka

kematian ibu dan bayi, menurunnya angka kesakitan beberapa penyakit

penting, menurunnya angka kecacatan dan ketergantungan serta

meningkatnya status gizi masyarakat.

Penerapan paradigma pembangunan kesehatan baru, yaitu paradigma sehat adalah

upaya untuk lebih meningkatkan kesehatan bangsa yang bersifat pro aktif. Paradigma

sehat tersebut merupakan modal pembangunan kesehatan yang dalam jangka panjang

mampu mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri dalam menjaga kesehatan

mereka sendiri melalui kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan

kesehatan yang bersifat promotif dan preventif.

Pradigma pembangunan di Indonesia telah bergeser dari paradigma sakit menjadi

peradigma sehat merupakan pembangunan berwawasan kesehatan yang menitik pada

upaya peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif) tanpa

3
mengabaikan upaya-upaya penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan

(rehabilitatif). Strategi paradigma sehat ini yaitu mendorong masyarakat untuk

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang.

Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat diharapkan peran serta masyarakat yang

bertujuan untuk meningkatkan dukungan masyarakat secara aktif dan dinamis dalam

berbagai upaya kesehatan masyarakat dan mendorong kearah kemandirian dalam

memecahkan masalah kesehatan yang ada, seperti kesehatan ibu dan anak, kesehatan

lingkungan, pemberantasan dan pencegahan penyakit menular, penyuluhan kesehatan

dan lain-lain.

Keperawatan komunitas merupakan salah satu bentuk pelayanan keperawatan

professional yang ditunjukan pada komunitas dengan penekanan pada kelompok

resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui

pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, menjamin keterjangkauan pelayanan

kesehatan yang dibutuhkan dengan melibatkan komunitas sebagai mitra perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi pelayanan kesehatan (Spradle, 1998). Bentuk pelayanan

atau keperawatan komunitas yang berkaitan dengan kebiasaan dengan kebiasaan atau

pola perilaku masyarakat yang tidak sehat, ketidakmampuan masyarakat untuk

beradaptasi dengan lingkungan internal dan eksternal.

Dalam rangka menyiapkan tenaga keperawatan yang professional dalam keperawatan

komunitas, maka Program Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kesetiakawanan Sosial

Indonesia Jakarta melaksanakan praktek keperawatan keluarga dan komunitas. Hal

ini dimaksudkan agar mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan kepada

4
individu, keluarga atau kelompok agar meningkatkan kesehatan sesuai kondisinya.

Untuk mengimplementasikan teori keperawatan tersebut maka kelompok Program

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kesetiakawanan Sosial Indonesia melaksanakan

praktek keperawatan keluarga dan komunitas di RW 03 dan RW 04 Kelurahan

Gunung Sahari Selatan Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat, yang dimulai dari

tanggal 16 Maret - 8 Mei 2009 dengan menggunakan 2 pendekatan, yaitu pertama

kepada keluarga dilakukan dengan cara masing-masing mahasiswa membina keluarga

binaan dengan resiko tinggi, termasuk didalamnya adalah keluarga binaan dengan

balita, lansia dan ibu hamil di RW 03 dan RW 04 Kelurahan Gunung Sahari Selatan.

Pada pendekatan selanjutnya yaitu kepada masyarakat sebagia langkah awal dalam

pelaksanaan kegiatan bertujuan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang ada di

wilayah RW 03 dan RW 04 Kelurahan Gunung Sahari Selatan dilakukan keraja sama

dengan ketua RW 03 dan RW 04 serta Tarang Taruna dan bersama dengan tokoh

masyarakat membentuk kelompok kerja kesehatan (POKJAKES). POKJAKES ini

dibentuk nyata dari peran serta masyarakat yang secara langsung meningkatnya

masyarakat dalam seluruh proses keperawatan komunitas. Melalui pembentukan

POKJAKES ini dan keluarga binaan diharapkan terjadi peran dalam mengatasi

masalah kesehatan yang terjadi baik individu sebagai anggota keluarga dan

masyarakat yang diharapkan dapat terus berlanjut oleh masyarakat.

Di akhir praktek, mahasiswa menyerahkan tanggung jawab secara keseluruhan

kepada POKJAKES dan kader dalam mengatasi masalah kesehatan yang ada di

wilayahnya. Hal ini penting dilakukan untuk memandirikan bahwa pelaksanaan

5
kegiatan di prakarsai dan dilakukan oleh individu itu sendiri untuk memenuhi

kebutuhan guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan sesuai

keadaan sehat sakit (Orem, 1980).

Selanjutnya sebagai bukti kegiatan dan untuk ditindak lanjuti maka mahasiswa

praktik keperawatan komunitas juga menyerahkan laporan tulis kepada Puskesmas

Kecamatan Kemayoran dalam hal ini bertanggung jawab langsung adminstrasi guna

mengelola kesehatan masyarakat.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Memperoleh gambaran secara umum kegiatan yang dilakukan mahasiswa

mencapai kompetensi dalam mengaplikasikan konsep-konsep keperawatan

komunitas di tatanan nyata masyarakat melalui tahapan prosese keperawatan

yang telah dilaksanakan oleh mahasiswa profesi di RW 03 dan RW 04

Kelurahan Gunung Sahari mulai tanggal 16 Maret – 8 Mei 2009.

2. Tujuan Khusus

Di perolehnya gambaran tentang kemampuan mahasiswa dalam :

a. Mengindentifikasi masalah kesehatan melalui proses pengumpulan

data (assessment) di RW 03 dan RW 04 Kelurahan Gunung Sahari

Selatan Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat.

6
b. Menganalisa data kesehatan yang telah diindentifikasi dan

merumuskan masalah keperawatan di RW 03 dan RW 04 Kelurahan

Gunung Sahari Selatan Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat

c. Menyusun rencana keperawatan bersama masyarakat untuk

menyelesaikan masalah kesehatan sesuai dengan prioritas masalah di

RW 03 dan RW 04 Kelurahan Gunung Sahari Selatan Kecamatan

Kemayoran Jakarta Pusat

d. Memberikan gambaran tentang hasil kegiatan yang dilaksanakan

sesuia dengan rencana yang telah ditetapkan di RW 03 dan RW 04

Kelurahan Gunung Sahari Selatan Kecamatan Kemayoran Jakarta

Pusat.

e. Memberikan gambaran hasil evaluasi kegiatan keperawatan komunitas

di RW 03 dan RW 04 Kelurahan Gunung Sahari Selatan Kecamatan

Kemayoran Jakarta Pusat

7
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Keperawatan Kesehatan/Masyarakat

a. Pengertian

Keperawatan kesehatan komunitas adalah suatu upaya pelayanan keperawatan

yang merupakan bagiaan integral dari pelayanan kesehatan yang dilaksanakan

oleh perawat dengan mengikuti sertakan team kesehatan lainnya dan masyarakat

untuk memperoleh tingkat kesehatan yang lebih tinggi dan individu, keluarga dan

masyarakat.(Depkes RI, 1986).

Keperawatan kesehatan komunitas adalah pelayanan perawatan profesioanal yang

ditujukan kepdad masyarakat dengan pendekatan pada kelompok resiko tinggi,

dadlam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan

penyakit dan peningkatan kesehatan dengan menjamin keterjangkauan pelayanaan

kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagaia mitra dalam

perencanaan, elaksanaan dan evaluasi pelayanan kesehatan. (Logan & Dawkin,

1987)

b. Tujuan dan sasaran

Adapaun tujuan keperawatan komunitas adalah untuk mencegah dan

meningkatkan kesehatan masyarakat melalui :

8
1. pelayanan keperawatan langsung (Direction) terhadapa individu, keluarga,

kelompok dan konteks komunitas.

2. Perhatian langsung terahadap kesehatan masyarakat yang mempengaruhi

individu, keluarga dan masyarakat.

Disamping itu juga tujuan perawatan komunitas adalah meningkatkan

kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga tercapai derajat kesehatan

yang optimal agar dapat menjalankan fungsi kehidupan sesuai dengan kapasitas

yang dimiliki. Masyarakat perlu memiliki kemampuan dalam pemelirahaan

kesehatan, yaitu mampu dalam hal :

a. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang hadapi

b. Menetapkan masalah keperawatan dan prioritas masalah.

c. Merumuskan berbagai alternative pemecahan masalah

kesehatan/keperawatan

d. Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi.

e. Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah kesehatan

f. Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara

mandiri

g. Menanamkan perilaku hidup sehat melalui upaya pendidikan

h. Menunjang fungsi Puskesmas dalam menurunkan angka kematian

bayi, ibu dan balita serta diterimanya NKKBS.

i. Tertanganinya kelompok-kelompok beresiko tinggi yang rawan

terhadap masalah kesehatan.

9
Tujuan akhir dalam melakukan perawatan komunitas adalah mendirikan

masyarakat dalam memelihara kesehatan unutuk hidup sehat. Sasaran perawatan

komunitas adalah individu, keluarga dan kelompok beresiko tinggi (keluarga dan

penduduk di keluarga kumuh, daerah terisolasi dan daerah tidak terjangkau termasuk

kelompok bayi, balita dan ibu hamil, masyarakat baik yang sehat maupun sakit).

1. Tingkat individu

Asuhana keperawatan individu mempunyai masalah kesehatan tertentu

(misalnya TBC, bumil, menyusui, dll) yang dijumpai di poliklinik,

Puskesmas, dengan sasaran dan proses praktis pada masalah kesehatan dan

pemecahan masalah keehatan individu.

2. Tingkat keluarga

Keluarga dengan anggota keluarga yang bermasalah dirawat sebagai bagian

dari keluarga dengan menyeluruh sejauh mana telah terpenuhi tugas kesehatan

keluarga.

3. Tingkat komunitas

Berorientasi pada individu, keluarga sebagai satu kesatuan dalam komunitas.

Asuhan ini diberikan untuk kelompok beresiko atau masyarakat wilayah

binaan dengan memandang komunitas sebagai klien.

10
B. Model Keperawatan Komunitas

Model keperawatan komunitas disusun berdasarkan teori yang berkaitan

dengan kesehatan masyarakat. Salah satu teori keperawatan yang menjadi

acuan dalam mengembangkan model keperawatan adalah teori dari Betty

Neuman (1972), teori ini menekankan pendekatan secara menyeluruh untuk

mengatasi masalah kesehatan. Model ini pada dasarnya menjelaskan tentang

pengaruh lingkungan, masalah kesehatan yan timbul akibat besar stressor dan

reaksi dari masyarakat, pencegahan primer, sekunder dan tersier.

ANA (1980) menggunkana definisi keperawatan komunitas adalah gabungngan

dari pelayanan keperawatan dan pelayanan kesehatan masyarakat dengan

memberikan promosi dan peningkatan kesehatan masyarakat. Pelayanan yang

diberikan bersifat umum komperehsif, tidak terbatas pada kelompok umur

tertentu atau diagnosa yang berkesinambungan.

Teori Ruth Breeman (1981) mendefinisikan perawatan komunitas adalah kesatuan

yang unik dari praktek keperawatan dan kesehatan masyarakat yang ditujukan

kepada pengembangan dan peningkatan kemampuan kesehatan baik sendiri

sebagai keluarga, kelompok khusus atau masyarakat, pelayanan ini tercakup

dalam spectrum pelayanan untuk masyarakat.

11
C. Konsep Model Keperawatan

Model sytem Neuman (Neuman dan Fawcett, 2002) mempunyai 4 kompenen

utama yang dpat digambarkan sebagai interaksi antara ronah (domain) yaitu :

orang, lingkungan, kesehatan dan ilmu keperawatan.

Komponen dan terminology yang terkait dengan ranah-ranah tersebut adalah :

1. Sistem klien : Struktur dasar, garis penolakan, garis pertahanan

normal dan garis pertahanan fleksibel.

2. Lingkungan : Internal, Eksternal, Stressor

3. Kesehatan : Rentang sehat sakit (wellness -ilness continuum)

c. Keperawatan : Upaya pencegahan (preventif), konstitusi ulang (recontution),

promosi kesehatan (healthy promotion).

Adapun konsep atau teori model keperawatan yang dijelaskan oleh Betty

Neuman adalah : bahwa sytem Neuman terdiri dari individu, keluaraga dan

masyarakat sebagi terget pelayanan kesehatan. Lingkungan sangat memperngaruhi

terhadap derajat kesehatan masyarakat yang mana lingkungan tersebut tergantung

pada besarnya stressor dan reaksi masyarakat. Kesehatan masyarakat ditentukana

oleh hasil interaksi yang dinamis secara lingkunfan serta tenaga kesehatan unutuk

melakukan tindakan pencegahan primer, sekunder dan tersier.

12
D. Asuhan Keperawatan Komunitas

Asuhan keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk pelayanan

profesional yang didasari ilmu dan kiat keperawatan yang ditujukan kepada

masyarakat dengan menekanakan kepada kelompok beresiko tinggi dalam upaya

pencapaian derajat keseahtan yang optimal melalui peningkatan kesehatan,

pencegahan penyakit serta pengobatan dan rehailitasi. Adapun langkah-langkah yang

dilakukan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas meliputi :

a. Pengkajian

menurut Anderson dan Me Farlane (1985), hal yang perlu dikaji meliputi :

demografi, populasi, nilai keyakinan dan riwayat kesehatan individu yang

dipengaruhi oleh subsitem komunitas yang terdiri dari fisik lingkungan,

perumahan, pendidikan, keselamatan dan transportasi, politik pemerintah,

kesehatan, pelayanan sosial, komunikasi, ekonomi dan rekreasi.

b. Analisa dan diagnosa keperawatan komunitas

Setelah dilakukan pengkajian data, maka data dikelompokkan dan dianalisa

untuuk menilai seberapa besar stressor yang mengancam masyarakat dan seberapa

berat reaksi yang ditimbulkan terhadap masyarakat tersebut. Dari hasil analisa data

kemudian dirumuskanlah dianosa keperawatan komunitas. Diagnosa keperawatan

yang dapat dirumuskan dapat bersifat resiko, actual dan potensial.

13
c. Perencanaan

Strategi yang digunkaan mencakup proses kelompok, penkes dan kerja sama,

serta mendemonstrasikan keterlibatan dalam askep dengan melihat 3 aspek penting

yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier. Peran serta masyarakat sangat

diperlukan dalam memecahkan masalah kesehatan yang dihadapi masalah kesehatan.

Menurut model pendekatan pengorganisasian Rothman (1968) yang terdiri dari

pendekatan perencanaan sosial (social planning), aksi sosial (sosial action) dan

pengembangan masyarakat (locality develompment) sehingga pendekatan yang

dipakai adalah pengembangan masyarakat, karena pendekatan ini sangat tepat atau

sesuai dengan prinsip PKU terutama daldam meningkatkan partisipasi menuju

kemandirian.

Adapun sosial planning adalah pendekatan yang menekanakan proses teknik

dan penyelesaian masalah. Rencana para ahli digunakan pada model ini untuk

mengatasi masalah yang ada dimasyarakat dengan memanfaatkan fasilitas dan

pelayanan kesehatan masyarakat. Sosial action merupakan metode yang dapat

digunkan pada situasi dimana dibutuhkan pemerataan sumber-sumber tenaga dan

pengambilan keputusan dalam masyarakat dengan mengorganisir masyarakat untuk

mengurangi aspek-aspek yamg merugikan dengan tujuan membuat perubahan yang

mendasar dalam masyarakat.

Locality development adalah pendekatan yang bertujuan untuk menciptakan

kondisi sosial dan ekonomi yang lebih baik untuk semua anggota masyarakat

dengan peran serta aktif dan kemandirian masyarakat dalam pembangunan.

14
Pelaksanaan pengembangan masyarakat dilakukan melalui tahap-tahap

sebagai berikut :

1. Tahap persiapan

Dilakukan pemilihan daerah yang menjadi prioritas untuk menentukan

cara dalam berhubungan dengan masyarakat.

2. Tahap pengorganisasian

Pada tahap ini dengan persiapan kelompok kerja kesehatan untuk

menumbuhkan kepedulian terhadap kesehatan dalam masyarakat sehingga

dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

3. Tahap pendidikana dan latihan.

Tahap ini meliputi kegiatan pertemuan yang teratur dengan kelompok

masyarakat, melakukan pengkajian, membuat program berdasarkan

masalah atau diagnosa keperawatan, melihat kader keperawatan langsung

terhadap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

4. Tahap formasi kepemimpinan

Tahap formasi kepemimpinan memberikan dukungan terhadap latihan dan

pengembanagan keterampilan kepemimpinan yang meliputi perencanaan,

pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan kegiatan pemeliharaan

kesehatan.

5. Tahap koordinasi intersektoaral.

Pada tahap ini adalah bekerja sama dengan sector terkait dalam

menjalankan program dan upaya memandirikan masyarakat.

15
6. Tahap akhir

Tahap akhir yaitu melakukan supervise/kunjungan untuk mengevaluasi

serta memberikan umpan balik yang berguna untuk perbaikan kegiatan

serta kelompok kerja kesehatan lebih lanjut.

d. Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan perawatan komunitas berfokus pada tingkat pencegahan

yang terbagi atas 3 tingkat pencegahan yaitu :

1. Pencegahan primer

Pencegahan primer adalah pencegahan sebelum sakit dan difokuskan

pada populasi sehat, mencakup pada kegiatan promosi kegitan, penkes,

proteksi khusus dan prokteksi terhadap lingkungan termasuk promosi

kesehatan yaitu : penyuluhan kesehatan dan rokok, pemakaian obat dan

alkohol yang salah, olahraga dan latihan serta kontrol terhadp stress dan

marah. Proteksi khusus seperti : imunisasi, keberhasihan perorangan,

lingkungan sanitasi, kesehatan kerja, perlindungan terhadap kecelakaan,

nutrisi khusus dan melindungi terhadap karsinogen dan zat alergi.

2. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder adalah kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya

perubahan derajat kesehatan masyarakat dan ditemukan masalah kesehatan.

16
Pencegahan sekunder menekankan pada deteksi dini dan pengobatan, perawatan

emergensi, perawatan akut dan kritis serta diagnosa dan terapi.

3. Pencegahan tersier

Pencegahan ini adalah kegiatan yang menekankan pengambilan inidividu

pada tingkat berfumgsinya secara optimal dari ketidakmampuan keluarga, contoh :

membantu keluarga yang mempunyai anak dengan kelumpuhan anggota gerak untuk

latihan secara teratur. Pencegahan tersier menekankan pada rehabilitas, perawatan

dalam jangka waktu yang lama dan perawatan menghadapi kematian.

e. Evaluasi

Evaluasi yang dilakukan merupakan perubahan terhadap program yang telah

dilaksanakan dibandingkan dengan tujuan dan dijadikan dasar untuk memodifikasi

rencana tindakan selanjutnya. Evaluasi yang dilakukan menggunakan konsep evaluasi

struktur, evaluasi proses dan evaluasi hasil.

Fokus dari evaluasi pelaksanaan askep komunitas adalah :

1. Relevasi hubungan antara kenyataan yang ada dengan target

pelaksanaan yang sesuai

2. Perkembangan atau kemajuan proses kesesuaian dengan perencanaan,

peran staff atau pelaksanaan tindakan, fasilitas dan jumlah peserta.

3. Efisiensi biaya, bagaimana pencarian sumber dana dan

penggunaannya.

17
4. Efektifitas kerja, apakah tujuan tercapai dana apakah keluarga atau

masyarakat puas terhadap tindakan yang dilaksanakan.

5. Dampak; apakah status kesehatan meningkat setelah dilaksanakan

tindakan, apakah terdapat perubahan dalam 3 bulan.

E. Pelayanan Kesehatan Utama (PKU)

Pelayanan kesehatan utama merupakan pelayanan kesehatan pokok yang

berdasarkan kepada metode teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat diterima

secara umum baik oleh individu, keluarga maupun oleh masyarakat, melalui

partisispasi masyarakat sepenuhnya serta dengan biaya yang dapat terjangkau oleh

masyarakat dan negara untuk memelihara setiap tingkat perkembangan mereka

dalam semangat untuk hidup mandiri (self reliance) dan menentukan nasib sendiri

(self determination).

Di Indonesia bentuk operasional PKU adalah PKMD (Pembangunan

Kesehatan Masyarakat Desa) dengan berlandaskan kepada GBHN 1993, yang

menjelaskan bahwa pembangunan kesehatan diarahkan pada peningkatan kualitas

kehidupan dan usia, harapan hidup manusia. Meningkatkan kesejahteraan keluarga

dan masyarakat serta untuk mempertinggi kesadaran akan pentingnya hidup sehat

yang merupakan ketetapan MPR untuk dilaksanakan dengan melibatkan kerja sama

lintas sektoral dari instansi – instansi yang berwenang dalam mencapai derajat

kesehatan dan kesejahteraan masyarakat yang optimal. Hal ini sesuai dengan tujuan

pembangunan kesehatan nasional yaitu peningkatan hidup sehat bagi setiap

18
penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan optimal, ditekankan sebai

upaya segenap bangsa dan seluruh masyarakat bukan hanya tenaga profesional saja

(SKN, 1981) pembangunan kesehatan tersebut dapat melalui peran serta

masyarakat.

Peran serta masyarakat merupakan modal dasar yang menandai pentingnya

kesehatan, bukan saja menjadi tanggung jawab tenaga kesehatan. Masyarakat juga

mempunyai hak untuk mengenal dan mengetahui masalah kesehatan yang ada

didaerahnya, prinsip pelaksanaannya terdapat dalam kegiatan PKU melalui PKMD

yang meliputi penyuluhan kesehatan terhadap masalah kesehatan yang pokok. Cara

penanggulangan dan pencegahan serta pengobatan, imunisasi, kesehatan ibu dan

anak, KB, perbaikan gizi, sanitasi dan pengadaan air bersih.

Pelayanan kesehatan utama mempunyai hubungan yang tidak dapat

dipisahkan dengan komunitas. Hubungan antara PKU dengan komunitas misalnya :

peningkatan kesehatan masyarakat yang bersatu dengan jenjang pelayanan

kesehatan, dari PKU tingkat RT (individu / keluarga), tingkat rujukan (RS tipe A

dan B) dan juga menyelenggarakan kerja sama tingkat sektoral dan lintas program

yang melibatkan masyarakat.

19
BAB III

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DI WILAYAH

RW 03 DAN RW 04 KELURAHAN GUNUNG SAHARI SELATAN

KECAMATAN KEMAYORAN JAKARTA PUSAT

Pada BAB III ini kelompok akan menyajikan beberapa rencana keperawatan

komunitas berdasarkan prioritas masalah. Dimana proses asuhan keperawatan yang

dilaksanakan oleh kelompok I mahasiswa program PROFESI 2008 STIKes KESOSI

menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, pelaksanaan

dan evaluasi. Kegiatan tersebut melibatkan keluarga dan masyarakat dalam setiap

proses asuhan keperawatan guna menyelesaikan masalah kesehatan masyarakat.

A. PERSIAPAN

1. Persiapan ke masyarakat

Dalam persiapan ini kelompok berusaha untuk mengadakan pendekatan kepada

masyarakat, melalui tokoh masyarakat, pengurus RT/RW setempat. Kegiatan ini

meliputi upaya mengenal karakteristik wilayah binaan secara tidak langsung dengan

cara mencari informasi dari berbagai pihak terkait, diantaranya kantor kelurahan,

kantor RW dan pengurus setempat. Setelah itu kami mengadakan pertemuan secara

formal dengan pengurus RW dan RT, kader posyandu, tokoh masyarakat, karang

20
taruna, untuk bersilaturrahmi serta berkenalan dan menjelaskan maksud dan tujuan

akan kedatangan mahasiswa STIKesKESOSI selama kurang lebih 2 bulan.

2. Persiapan teknis

Persiapan teknis ini sudah sejak pertemuan bersama masyarakat RW 03 dan RW

04 tanggal 13 April 2009. Pada pertemuan kali ini disamping bersilaturrahmi dengan

masyarakat kelompok juga merencanakan untuk mengidentifikasi masalah – masalah

kesehatan yang ada diwilayah RW 03 dan RW 04. Pada pertemuan ini juga dibentuk

kelompok kerja kesehatan atau POKJAKES.

B. TAHAP PELAKSANAAN

Terdiri dari pengkajianm perencanaan, implementasi dan evaluasi.

1. Pengkajian

a.Mengidentifikasi masalah kesehatan

Identifikasi terhadap masalah kesehatan dilakukan pada pertemuan pertama

antara mahasiswa STIKes KESOSI dengan masyarakat RW 03 dan RW 04

kelurahan Gunung Sahari Selatan, Pada tanggal 13 April 2009. Masalah

kesehatan yang terjadi di RW 03 dan RW 04 kelurahan Gunung Sahari

Selatan adalah hipertensi, diabetes militus.

b. Pengumpulan data

Dalam pengumpulan data ini kelompok menggunakan alat pengumpulan

data yakni instrumen pengkajian. Instrumen diuji cobakan pada tanggal 31

Maret s/d 2 April 2009 dengan jumlah responden sebanyak 16 kepala

21
keluarga untuk menilai reliabilitas dan validitas, didapatkan hasil alpha >

0,75, yang artinya pertanyaan dalam kuesioner dapat dimengerti oleh

responden dan sudah layak untuk disebarluaskan. Selanjutnya kami

menyebarkan angket pada masyarakat sejumlah 295 angket sesuai

perhitungan rumus. Setelah dilakukan perhitungan maka disebarkan

kuesioner keseluruh RT di RW 03 dan RW 04, masing – masing RT

mendapat jumlah angket yang sesuai jumlah warga masing – masing RT,

yaitu dari RW 03 terdapat 11 RT antara lain: RT 1: 14 KK, RT 2: 13 KK, RT

3: 13 KK, RT 4: 13 KK, RT 5: 13 KK, RT 6: 14 KK, RT 7: 13 KK, RT 9: 13

KK, RT 10: 13 KK, RT 11: 14 KK, dan RT 12 : 14 KK.

Dari RW 04 terdapat 16 RT antara lain : RT 1 : 10 KK, RT 2 : 10 KK, RT 3

: 9 KK, RT 4 : 10 KK, RT 5 : 9 KK, RT 6 : 9 KK, RT 7 : 9 KK, RT 8 : 9 KK,

RT 9 :9 KK, RT 10: 9KK, RT 11: 9 KK, RT 12 : 9 KK, RT 13 : 9 KK, RT 14

: 10KK, RT 15 : 9 KK dan RT 16 : 9 KK. Pengumpulan data dilakukan

dengan penyebaran kuisioner, melakukan wawancara dan observasi pada

tanggal 31 Maret – 3 April 2009.

c. Populasi

Populasi yang ditentukan sebagai subyek keperawatan komunitas adalah

masyarakat RW 03 dan RW 04 Kelurahan Gunung Sahari Selatan kec.

Jakarta Pusat. Jumlah populasi yang ada adalah RW 03 terdapat 514 KK

22
sedangkan RW 04 terdapat 788 KK, jadi jumlah keseluruhan populasi 1302

KK.

d. Sampel

Sampel yang diambil sebanyak 295 KK dengan menggunakan metode

proporsional sampling yang bertujuan agar setiap RT dapat terwakili.

Dengan perhitungan sebagai berikut:

Z = 95 % = 1, 96 P = 50 %

Q = (1-p) = (1-0.5) =0.5 d = 5%

n = Populasi sample yang diketahui, yaitu n = 1302

setelah dilakukan perhitungan maka disebarkan angket sejumlah 295 angket

yang disebarkan keseluruh RT dengan pembagian sebagai berikut :

jawab :

n = z2xpxq
d2

=(1.96) 2 .(0.5x0.5)
(0.05)2

= 3,84(0.25)
0.0025

= 0.96
0.0025

= 384

23
Diketahui jumlah populasi 1302 orang
Nk = 384
384
1+
1302

= 384

1+ 0.3

= 295 KK

PROFIL WILAYAH
Secara umum gambaran wilayah RW 03 dan RW 04 Kelurahan Gunung Sahari

Selatan berdasarkan winsheld survey adalah :


a. Lingkungan
Wilayah RW 03 dan RW 04 Kelurahan Gunung Sahari Selatan merupakan

daerah seminural dan padat, keadaan ekonomi sebagaian besar menengah kebahwa.

Berdasarkan hasil observasi didapatkan bahwa jalan umum diaspal, got dan saluran

air terbuka, sebagian besar penduduk RW 03 dan RW 04 tidak mempunyai tempat

pembuangan samaph khusus, melainkan dengan kantong plastic yang terbuka

sehingga banyak dikerumuni lalat dan bau samaph yang dikumpulkan pada kantong

plastik diambil oleh petugas sampah .

b. Batas Wilayah
1. Batas wilayah RW 03
Sebelah barat berbatasan dengan RW 01
Sebalah tengah berbatasan dengan RW 04
Sebelah timur berbatasan dengan RW 05
2. Batas wilayah RW 04
Sebelah barat berbatasan dengan RW 01
Sebalah utara berbatasan dengan RW 02 dan RW 03

24
Sebelah timur berbatasan dengan RW 05

d. Perumahan
Sebagian besar rumah waraga adalah permanen, terlihat padat, ventilasi sangat

minimal sehingga cahaya matahari sulit masuk kerumah warga. Hal ini sangat

beresiko untuk terjadinya transfer mikroorganisme jika ada salah satu

keluarga yang menderita penyakit tuberculosis.

e. Kebiasaan masyarakat
Kebiasaan masyarkat pada RW 03 yang biasa dilakukan adalah pertemuan

warga arisan setiap bulan, pengajian para ibu-ibu, tetapi untuk senam sudah

tidak aktif lagi semenjak tahun 2008. kegiatan wilayah RW 04 sama seperti

wilayah RW 03.

f. Transportasi
Transportasi yang digunakan oleh masyarakat adalah sebagian besar,

kendaraan umum (ojek, bajaj dan angkutan umum), kedaraan pribadi (mobil,

motor, dan sepeda) dan ada juga yang berjalan kaki.

g. Pusat pelayanan kesehatan


Fasilitas kesehatan yang ada di RW 03 ada 1 buah posyadu yang terdiri 10

orang. Sedangkan di RW 04 terdapat Pusling yang dilaksanakan hari senin

dan kamis, 1 buah klinik praktek dokter, 1 buah Posyadu RW 04 terdiri 10

orang.
h. Fasilitas umum
Fasilitas umum yang tersedia di RW 03 adalah telpon umum, wartel, mesjid,,

warung nasi, foto kopi. Sedangkan di RW 04 adalah telepon umum, wartel,

masjid, mushola, SD, SLTP dan SLTA, warung nasi dan foto copi.
i. Kultur dan suku.

25
Budaya yang ada wilayah RW 03 dan 04 cukup beragam, karena wilayah ini

terdiri berbagai macam suku, budaya dan agama.


j. Data Demografi
Lingkungan RW 03 merupakan wilayah Kelurahan Gunung Sahari Selatan

dengan jumlah kepala keluarga (KK) yang aktif sebanyak 514 KK, terbagi dalam

11 RT dengan jumlah KK tiap RT, yaitu : RT 01 = 58 KK, RT 02 : 40 KK, RT 03 :

44 KK, RT 04 : 40 KK, RT 05 : 42 KK, RT 06 : 50 KK, RT 07 : 51 KK, RT 09 :

39 KK, RT 10 : 43 KK, RT 11 : 54 KK, dan RT 12 : 53 KK. Sedangkan pada

lingkungan RW 04 dengan jumlah KK yang aktif sebanyak 788 KK, : RT 01 =

62 KK, RT 02 : 62 KK, RT 03 : 51 KK, RT 04 : 68 KK, RT 05 : 38 KK, RT 06 :

51 KK, RT 07 : 64 KK, RT 08 : 46 KK, RT 09 : 40 KK, RT 10 : 42 KK, RT 11 :

21 KK, RT 12 : 20 KK, RT 13 : 51 KK, RT 14 : 68 KK, RT 15 : 52 KK, dan RT

16 : 52 KK.
Berdasarkan hasil pengkajian mahasiswa STIKes KESOSI bersama POKJAKES

di wilayah RW 03 dan RW 04 yang dilaksanakan pada tanggal 4 April 2009

terdapat 295 KK, terdiri dari di RW 03 terdapat 147 KK sedangkan di RW 04

terdapat 148 KK, didapatkan data sebagai berikut :

1. Data Demograf

26
DIAGRAM 1.1
PROPORSI UMUR KEPALA KELUARGA
DIWILAYAH RW 03 DAN RW 04 KELURAHAN GUNUNG SAHARI SELATAN

Berdasarkan diagram diatas menunjukan data yang terbesar keadaan umur anggota

keluarga di RW 03 dan RW 04 Kelurahan Gunung Sahari Selatan adalah umur 31-40

tahun sebanyak 74 orang (25.00%). Hal ini menunjukan bahwa kepala keluarga di

RW 03- RW 04 banyak kepala keluarga yang masih muda.

DIAGRAM 1.2

27
PROPORSI AGAMA KEPALA KELUARGA
DIWILAYAH RW 03DAN RW 04 KELURAHAN GUNUNG SAHARI SELATAN

Berdasarkan diagram diatas menunjukkan bahwa agama kepala keluarga di RW 03

dan RW 04 Kelurahan Gunung Sahari Selatan mayoritas adalah Islam sebanyak 254

orang (86.00%). Hal ini mempengaruhi masyarakat tentang keyakinan dan kesadaran

akan kesehatan. Oleh karena itu pendekatan harus dilakukan sesuai agama yang

dianut

DIAGRAM 1.3

28
PROPORSI TINGKAT PENDIDIKAN KEPALA KELUARGA
DIWILAYAH RW 03 DAN RW 04 KELURAHAN GUNUNG SAHARI SELATAN

Berdasarkan diagram diatas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan kepala keluarga

di di RW 03 dan RW 04 Kelurahan Gunung Sahari Selatan yang terbanyak adalah

SLTA yaitu 132 orang (44.45%). Hal ini menjadi bahan pertimbangan bagi

mahasiswa dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat. Oleh karena

itu dalam melakukan PENKES harus menggunakan bahasa yang mudah diterima

masyarakat sesuai dengan latar belakang

DIAGRAM 1.4

29
PROPORSI PEKERJAAN KEPALA KELUARGA
DIWILAYAH RW 03 DAN RW 04 KELURAHAN GUNUNG SAHARI SELATAN

Berdasarkan diagram diatas menunjukkan bahwa tingkat pekerjaan kepala keluarga

di di RW 03 dan RW 04 Kelurahan Gunung Sahari Selatan yang terbanyak adalah

buruh sebesar 89 orang ( 30,16%). Keadaan ini akan mempengaruhi keadaan

keuangan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan yang terjadi di keluarga.

DIAGRAM 1.5

30
PROPORSI SUKU BANGSA KEPALA KELUARGA
DIWILAYAH RW 03 DAN RW 04 KELURAHAN GUNUNG SAHARI SELATAN

Berdasarkan diagram diatas menunjukkan untuk suku kepala keluarga di di RW 03

dan RW 04 Kelurahan Gunung Sahari Selatan yang terbanyak adalah suku betawi

sebanyak 125 orang (42.37%). Dalam pemberian penkes kapada masyarakat harus

memperhatikan suku masing-masing

DIAGRAM 1.6

31
PROPORSI UMUR ANGGOTA KELUARGA
DIWILAYAH RW 03 DAN RW 04 KELURAHAN GUNUNG SAHARI SELATAN

Berdasarkan diagram diatas menunjukkan bahwa porprosi umur anggota keluarga di

RW 03 dan RW 04 Kelurahan Gunung Sahari Selatan yang terbanyak adalah dewasa

muda 22.33 % dan anak balita 15.89 %. Hal ini menunjukan bahwa tumbuh kembang

balita sangat diperhatikan oleh masyarakat.

2. Kesehatan Ibu dan Anak

32
DIAGRAM 2.1
PROPORSI IMMUNISASI BALITA LENGKAP DIWILAYAH RW 03 DAN
RW 04 KELURAHAN GUNUNG SAHARI SELATAN

Berdasarkan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh balita

mendapatkan imunisasi lengkap. Ini menandakan bahwa keluarga terutama ibu

rumah tangga sangat peduli dengan kesehatan putra putrinya.

DIAGRAM 2.2

33
PROPORSI PERTUMBUHAN BALITA

DIWILAYAH RW 03 DAN RW 04 KELURAHAN GUNUNG SAHARI SELATAN

Berdasarkan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh balita

pertumbuhan dan gizinya dalam keadaan baik. Dengan adanya status gizi yang

baik dan imunisasi lengkap ini akan meningkatkan daya tubuh anak terhadap

penyakit.

DIAGRAM 2.3

34
PROPORSI IBU HAMIL DIWILAYAH

RW 03 DAN RW 04 KELURAHAN GUNUNG SAHARI SELATAN

Berdasarkan diagram diatas menunjukkan proporsi ibu hamil di di RW 03 dan RW 04

Kelurahan Gunung Sahari Selatan yang terbanyak adalah sebanyak 24 orang

(12.76%). Dalam pemberian penkes kapada masyarakat harus memperhatikan suku

masing-masing

DIAGRAM 2.4

35
PROPORSI PEMERIKSAAN KEHAMILAN

DIWILAYAH RW 03 DAN RW 04 KELURAHAN GUNUNG SAHARI SELATAN

Berdasarkan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu hamil

memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas, bidan praktek dan rumah sakit. Ini

menunjukkan bahwa kesadaran ibu hamil terhadap kesehatan sangat tinggi,

mencegah terjadinya komplikasi dalam kehamilan.

DIAGRAM 2.5

36
PROPORSI TEMPAT PEMERIKSAAN KEHAMILAN

DIWILAYAH RW 03 DAN RW 04 KELURAHAN GUNUNG SAHARI SELATAN

Berdasarkan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu hamil

37.79 % memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas, bidan praktek 37 % dan

rumah sakit. Ini menunjukkan bahwa kesadaran ibu hamil terhadap kesehatan

sangat tinggi, mencegah terjadinya komplikasi dalam kehamilan.

DIAGRAM 2.6

37
PROPORSI IMUNISASI KEHAMILAN TT (Tetanus Toxoid)

DIWILAYAH RW 03 DAN RW 04 KELURAHAN GUNUNG SAHARI SELATAN

Berdasarkan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar 66.10 %

ibu hamil telah mendapatkan imunisasi tetanus toxoid. Imunisasi ini dapat

mencegah terjadinya penyakit tetanus setelah melahirkan, sehingga berdampak

menurunkan angka kematian ibu setelah melahirkan.

DIAGRAM 2. 7

38
PROPORSI KELUHAN SELAMA KEHAMILAN

DIWILAYAH RW 03 DAN RW 04 KELURAHAN GUNUNG SAHARI SELATAN

Berdasarkan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu hamil

mengalami keluhan kaki bengkak sebanyak 44 orang (36.98%) hal ini

dikarenakan kurang kurangnya pengetahuan pada ibu-ibu hamil.

3. GAMBARAN REMAJA
DIAGRAM 3.1

39
PROPORSI GAMABARAN REMAJA DI LINGKUNGAN

DIWILAYAH RW 03 DAN RW 04 KELURAHAN GUNUNG SAHARI SELATAN

Berdasarkan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar remaja

mempunyai kegiatan lebih dari satu yaitu karang taruna, pengajian, olahraga dan

musik. Hal ini merupakan aktivitas yang positif bagi para remaja.

D IAGRAM 3.2

PROPORSI KEGIATAN REMAJA

40
DIWILAYAH RW 03 DAN RW 04 KELURAHAN GUNUNG SAHARI SELATAN

Berdasarkan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar remaja

mempunyai kegiatan karang taruna. Hal ini merupakan aktivitas yang positif bagi

para remaja.

DIAGRAM 3.3

PROPORSI MASALAH REMAJA

41
DIWILAYAH RW 03 DAN RW 04 KELURAHAN GUNUNG SAHARI SELATAN

Berdasarkan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar remaja

mempunyai masalah yaitu kebiasaan merokok dan minum minuman keras. Ini

disebabkan karena pergaulan, coba-coba dan adanya masalah keluarga. Keadaan

ini dapat menyebabkan risiko tinggi terhadap penyakit saluran nafas dan penyakit

liver.

DIAGRAM 3.4

PROPORSI MENEMUKAN REMAJA MASALAH NARKOBA

42
DIWILAYAH RW 03 DAN RW 04 KELURAHAN GUNUNG SAHARI SELATAN

Berdasarkan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar warga RW

03 dan 04 pernah menemukan remaja menggunakan narkoba. Kondisi ini dapat

menimbulkan berbagai masalah kesehatan yang disebabkan oleh narkoba seperti

risiko terjadinya HIV/ AIDS.

DIAGRAM 3.5

PROPORSI PENYEBAB REMAJA MENGGUNAKAN NARKOBA

43
DIWILAYAH RW 03 DAN RW 04 KELURAHAN GUNUNG SAHARI SELATAN

Berdasarkan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar penyebab

remaja yang menggunakan narkoba dikarenakan pergaulan 67.13%. Kondisi ini

dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan yang disebabkan oleh narkoba

seperti risiko terjadinya HIV/ AIDS.

DIAGRAM 3.6

PROPORSI SIKAP WARGA TENTANG REMAJA MENGGUNAKANNARKOBA

44
DIWILAYAH RW 03 DAN RW 04 KELURAHAN GUNUNG SAHARI SELATAN

Berdasarkan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar warga akan

menasihati dan menegur remaja yang menggunakan narkoba. Ini menandakan

bahwa warga sangat peduli terhadap kesehatan remaja.

4. KELUARGA LANJUT USIA

DIAGRAM 4.1

45
PROPORSI KEGIATAN LANSIA DIDALAM KELUARGA

DIWILAYAH RW 03 DAN RW 04 KELURAHAN GUNUNG SAHARI SELATAN

Berdasarkan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar kegiatan

lansia mengasuh cucu, membersihkan rumah, memasak dan mencuci. Ini

menunjukkan bahwa lansia masih banyak yang aktif di dalam kegiatan sehingga

kegiatan lansia dapat dikembangkan melalui kegiatan posyandu lansia.

DIAGRAM 4.2

PROPORSI KEAKTIFAN KEGIATAN LANSIA

46
DIWILAYAH RW 03 DAN RW 04 KELURAHAN GUNUNG SAHARI SELATAN

Berdasarkan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar kegiatan

lansia mengasuh cucu, membersihkan rumah, memasak dan mencuci. Ini

menunjukkan bahwa lansia masih banyak yang aktif di dalam kegiatan sehingga

kegiatan lansia dapat dikembangkan melalui kegiatan posyandu lansia.

DIAGRAM 4.3

PROPORSI JENIS KEGIATAN LANSIA

47
DIWILAYAH RW 03 DAN 04 KELURAHAN GUNUNG SAHARI SELATAN

Berdasarkan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar kegiatan

lansia di luar rumah adalah pengajian. Ini menunjukkan bahwa lansia masih

banyak yang aktif di dalam kegiatan sehingga kegiatan lansia dapat

dikembangkan melalui kegiatan posyandu lansia.

DIAGRAM 4.4

PROPORSI KELUHAN-KELUHAN YANG DIALAMI LANSIA

48
DIWILAYAH RW 03 DAN RW 04 KELURAHAN GUNUNG SAHARI SELATAN

Berdasarkan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar lansia

mengeluh asam urat sebanyak 26 %, darah tinggi sebanyak 17 % dan kencing

manis sebanyak 11%. Kondisi tersebut dapat memicu terjadinya komplikasi

apabila tidak ditangani dengan serius.

DIAGRAM 4.5

PROPORSI PENGETAHUAN TENTANG POSYADU LANSIA

49
DIWILAYAH RW 03 DAN RW 04 KELURAHAN GUNUNG SAHARI SELATAN

Berdasarkan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar lansia

tidak mengetahui tentang posyandu lansia. Kondisi ini membuat dirasa perlu

adanya pengadaan dan sosialisasi posyandu lansia untuk memantau kesehatan

lansia.

DIAGRAM 4.6

PROPORSI PELAYANAN YANG DIINGINKAN POSYADU LANSIA

50
DIWILAYAH RW 03 DAN RW 04 KELURAHAN GUNUNG SAHARI SELATAN

Berdasarkan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar lansia

menginginkan pemeriksaan rutin. Hal ini dapat diartikan bahwa posyandu

lansia sangat diperlukan.

DIAGRAM 4.7

PROPORSI TINDAKAN KELUARGA APABILA LANSIA SAKIT

51
DI DALAM KELUARGAVDIWILAYAH RW 03 DAN RW 04

KELURAHAN GUNUNG SAHARI SELATAN

Berdasarkan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh keluarga

membawa lansia yang sakit ke dokter/ RS/ Puskesmas, namun demikian masih

ditemukan adanya keluarga yang membeli obat di warung sebesar 9.00%. Hal ini

berisiko terjadinya kesalahan dalam pengobatan.

5. KADER KESEHATAN
DIAGRAM 5.1

52
PROPORSI ADA/TIDAK ADA KADER KESEHATAN

DIWILAYAH RW 03 DAN RW 04 KELURAHAN GUNUNG SAHARI SELATAN

Berdasarkan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar warga

mengetahui adanya kader kesehatan. Ini menandakan bahwa peran kader

kesehatan tersebut cukup baik

DIAGRAM 5.2

PROPORSI PERAN KADER DIWILAYAH

53
RW 03 DAN RW 04 KELURAHAN GUNUNG SAHARI SELATAN

Berdasarkan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar warga

mengatakan peran kader cukup baik, sehingga pelayanan kesehatan berjalan dengan

baik.

DIAGRAM 5.3

PROPORSI KESEDIAAN UNTUK MENJADI KADER KESEHATAN

54
DIWILAYAH RW 03DAN RW 04 KELURAHAN GUNUNG SAHARI SELATAN

Berdasarkan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar warga

mengatakan mengizikan anggota keluarga untuk berperan menjadi kader, hal ini dapat

menambah tenaga kesehatan dalam posyandu balita maupun posyandu lansia

6. KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PERILAKU

KESEHATAN KELUARGA

55
DIAGRAM 6.1

PROPORSI AIR BERSIH DIWILAYAH RW 03 DAN RW 04

KELURAHAN GUNUNG SAHARI SELATAN

Berdasarkan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar warga

menggunakan sumber air bersih dari PAM, ada juga yang mendapatkan air bersih

dari sumur pompa sebesar 30%. Oleh karena itu apabila kondisi sumur pompa

tidak memenuhi kriteria air yang sehat maka akan berisiko menyebabkan penyakit

diare dan penyakit kulit.

DIAGRAM 6.2

PROPORSI KONDISI AIR KEBUTUHAN MASAK DAN MINUM

56
DIWILAYAH RW 03 DAN RW 04 KELURAHAN GUNUNG SAHARI SELATAN

Berdasarkan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar kondisi air

yang digunakan warga untuk kebutuhan masak dan minum tidak berasa, tidak

berwarna dan tidak bau. Hal tersebut dapat meminimalkan terjadinya penyakit

diare dan penyakit kulit.

DIAGRAM 6.3

PROPORSI JARAK ANTARA SUMUR DENGAN SEPTIKTANK

57
DIWILAYAH RW 03 DAN RW 04 KELURAHAN GUNUNG SAHARI SELATAN

DIAGRAM 6.4

PROPORSI KEBUTUHAN AIR UNTUK MINUM

58
DIWILAYAH RW 03 DAN RW 04 KELURAHAN GUNUNG SAHARI SELATAN

Berdasarkan diagram diatas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar warga sumber

air minumdari PAM sebesar 48 % dan membeli air sebesar 23 %

DIAGRAM 6.5

PROPORSI KEBIASAAN BUANG AIR BESAR/KECIL

59
DIWILAYAH RW 03 DAN RW 04 KELURAHAN GUNUNG SAHARI SELATAN

Berdasarkan diagram diatas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar warga pada

umumnya, buang air besar sudah pada tempatnya yaitu di WC keluarga sebesar 77%

dan WC umum sebesar 22 %. Hal ini dapat mencegah terjadinya penyakit diare.

DIAGRAM 6.6

PROPORSI TEMPAT PEMBUANGAN AIR LIMBAH DARI KAMAR MANDI

60
DIWILAYAH RW 03 DAN RW 04 KELURAHAN GUNUNG SAHARI SELATAN

Berdasarkan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar warga

membuang limbah rumah tangga ke got/ kali. Cara pembuangan ini dapat

mencemari lingkungan yang ada sehingga akan berdampak pada masalah kesehatan

seperti diare dan kulit, serta jika got tidak mengalir/ menggenang dapat menjadi

tempat bersarangnya nyamuk.

DIAGRAM 6.7

PROPORSI PENGEOLAAN SAMPAH

61
DIWILAYAH RW 03 DAN RW 04 KELURAHAN GUNUNG SAHARI SELATAN

Berdasarkan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar warga

membuang sampah di tempat pembuangan umum dan 7% warga membakar sampah.

Kondisi tersebut memungkinkan terjadinya masalah kesehatan seperti diare dan

gangguan pernafasan serta polusi udara.

DIAGRAM 6.8

PROPORSI CARA PEMBUANGAN SAMPAH DILINGKUNGAN BERDAMPAK

62
PADA KESEHATAN DIWILAYAH RW 03 DAN RW 04

KELURAHAN GUNUNG SAHARI SELATAN

Berdasarkan diagram diatas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar warga

berpendapat bahwa pembungan sampah tidak berdampak terhadap

lingkunga/kesehatan

DIAGRAM 6.9

PROPORSI PENYAKIT YANG DAPAT DITIMBULKAN DARI SAMPAH

63
DIWILAYAH RW 03 DAN RW 04 KELURAHAN GUNUNG SAHARI SELATAN

Berdasarkan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar warga

berpendapat bahwa pembuangan sampah yang sembarangan dapat menyebabkan

diare. Persepsi warga yang demikian tentu diharapkan akan meningkatkan

kesadaran warga dalam membuang sampah pada tempatnya.

7. DATA TAMBAHAN

DIAGRAM 7.1

64
PROPORSI INFORMASI KESEHATAN YANG DIBUTUHKAN OLEH WARGA

PADA KESEHATAN DIWILAYAH RW 03 DAN RW 04

KELURAHAN GUNUNG SAHARI SELATAN

Berdasarkan diagram diatas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar warga

mengingikan penyuluhan tentang lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwa warga

sangat peduli terhadap lingkungan.

DIAGRAM 7.2

PROPORSI FASILITAS KESEHATAN YANG DIGUNAKAN

65
PADA KESEHATAN DIWILAYAH RW 03 DAN RW 04

KELURAHAN GUNUNG SAHARI SELATAN

Berdasarkan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh keluarga

memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada. Hal tersebut menandakan bahwa

warga mampu mengambil keputusan apabila ada anggota keluarga yang sakit.

DIAGRAM 7.3

66
PROPORSI HAMBATAN KELUARGA MEMANFAATKAN

FASILITASKESEHATAN DIWILAYAH RW 03 DAN RW 04

KELURAHAN GUNUNG SAHARI SELATAN

Berdasarkan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar warga

mengatakan hambatan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan

adalah biaya yang tidak memadai.

67
68
I. PENGKAJIAN

69
ANALISA DATA

Dari semua data yang telah terkumpul kemudaian diolah dan dianalisa bersama-sama
kelompok.

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN
1 Data Kuisioner/data obyektif Kurangnya Resiko terjadinya
 Dari 295 sampel di RW 03 pengetahuan gangguan kesehatan
dan 04, 11,54% remaja remaja dan remaja RW 03 dan
mempunyai masalah dengan keluarga tentang RW 04 Kelurahan
narkoba, 54,70% mempunyai tugas Gunung Sahari
masalah minum minuman perkembangan Selatan
keras dan merokok
 Dari 295 sampel di RW 03
dan 04, 45,76% warga pernah
menemukan remaja
menggunakan narkoba
 Dari 295 sampel di RW 03
dan 04, 9,57% remaja
mempunyai kegiatan yang
kurang di ketahui oleh
masyarakat, 3,63%
mempunyai masalah keluarga
Risiko terjadi
 Dari 295 sampel di RW 03
penurunan derajat
dan 04, 5,25% mengalami
kesehatan pada lansia
frustasi, 67,13% mempunyai
di RW 03 dan 04
masalah dengan pergaulan
 Dari 295 sampel di RW 03 kelurahan Gunung
dan 04, 26% lansia mengeluh Sahari Selatan
2 Tidak adanya
asam urat, 17% mengeluh
wadah pada lansia

70
darah tinggi, 11% mengeluh untuk
kencing manis. meningkatkan
kesehatan lansia
 Dari 295 sampel di RW 03
dan 04, 9% lansia yang sakit
membeli obat warung, 1%
membeli obat di apotek tanpa
resep
 Dari 295 sampel di RW 03
dan 04, lansia tidak
mengetahui tentang posyandu
Risiko timbulnya
lansia
penyakit: diare,
 Dari 295 sampel di RW 03
ISPA dan DHF di
dan 04, 60% lansia tidak aktif
RW 03 dan 04
dalam kegiatan RW dan 7,2%
Kelurahan Gunung
lansia berdiam diri/ tidak
Sahari Selatan
melakukan kegiatan
 Dari 295 sampel di RW 03
dan 04, 77,63% membuang air
limbah rumah tangga ke got
 Dari 295 sampel di RW 03
dan 04, 87% warga
3 membuang sampah Kurangnya
kepembuangan umum, 7% pengetahuan
membuang sampah dengan masyarakat dalam
membakar, 5% membuang memelihara
sampah ke selokan/ kali lingkungan yang
 Dari 295 sampel di RW 03
memenuhi syarat
dan 04, 6% kondisi air berasa,
kesehatan
5% berbau dan 5% ada
endapan

71
 Dari 264 warga yang
menggunakan air sumur/
pompa di RW 03 dan 04, 26%
jarak sumur/ pompa air
dengan septitank kurang dari
10 meter
 Dari 295 sampel di RW 03
dan 04, 36% warga
mengatakan dampak
pembuangan sampah
sembarangan dapat
menyebabkan diare, 24%
menyebabkan gangguan
pernafasan, dan 12%
menyebabkan demam
berdarah.

Dari tiga masalah yang ditemukan berdasarkan MMD II didapatkan prioritas masalah

keperawatan.

1. Resiko terjadinya gangguan kesehatan remaja RW 03 dan RW 04 Kelurahan

Gunung Sahari Selatan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan remaja

dan keluarga tentang tugas perkembangan yang ditandai dengan:

72
 Dari 295 sampel di RW 03 dan 04, 11,54% remaja mempunyai masalah

dengan narkoba, 54,70% mempunyai masalah minum minuman keras dan

merokok
 Dari 295 sampel di RW 03 dan 04, 45,76% warga pernah menemukan

remaja menggunakan narkoba


 Dari 295 sampel di RW 03 dan 04, 9,57% remaja mempunyai kegiatan

yang kurang di ketahui oleh masyarakat, 3,63% mempunyai masalah

keluarga
 Dari 295 sampel di RW 03 dan 04, 5,25% mengalami frustasi, 67,13%

mempunyai masalah dengan pergaulan.

2. Risiko terjadi penurunan derajat kesehatan pada lansia di RW 03 dan 04

kelurahan Gunung Sahari Selatan berhubungan dengan tidak adanya wadah

pada lansia untuk meningkatkan kesehatan lansia yang ditandai dengan:

 Dari 295 sampel di RW 03 dan 04, 26% lansia mengeluh asam urat, 17%

mengeluh darah tinggi, 11% mengeluh kencing manis.


 Dari 295 sampel di RW 03 dan 04, 9% lansia yang sakit membeli obat

warung, 1% membeli obat di apotek tanpa resep


 Dari 295 sampel di RW 03 dan 04, lansia tidak mengetahui tentang

posyandu lansia
 Dari 295 sampel di RW 03 dan 04, 60% lansia tidak aktif dalam kegiatan

RW dan 7,2% lansia berdiam diri/ tidak melakukan kegiatan

3. Resiko timbulnya penyakit: diare, ISPA dan DHF di RW 03 dan 04 Kelurahan

Gunung Sahari Selatan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan

73
masyarakat dalam memelihara lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan

yang ditandai:
 Dari 295 sampel di RW 03 dan 04, 77,63% membuang air limbah rumah

tangga ke got
 Dari 295 sampel di RW 03 dan 04, 87% warga membuang sampah

kepembuangan umum, 7% membuang sampah dengan membakar, 5%

membuang sampah ke selokan/ kali


 Dari 295 sampel di RW 03 dan 04, 6% kondisi air berasa, 5% berbau dan

5% ada endapan
 Dari 264 warga yang menggunakan air sumur/ pompa di RW 03 dan 04,

26% jarak sumur/ pompa air dengan septitank kurang dari 10 meter
 Dari 295 sampel di RW 03 dan 04, 36% warga mengatakan dampak

pembuangan sampah sembarangan dapat menyebabkan diare, 24%

menyebabkan gangguan pernafasan, dan 12% menyebabkan demam

berdarah
Intervensi
Tahap intervensi merupakan tahap kedua dalam proses keperawatan. Pada tahap ini
mahasiswa bersama-sama warga RW 03 dan 04 merencanakan tindakan yang akan
dilakukan untuk mengatasi masalah yang ditemukan, yang dilaksanakan pada tanggal
6 April 2009 pukul 19.30 WIB di kantor RW 03 kelurahan Gunung Sahari Selatan.
Pada pertemuan ini kami mengundang perwakilan dari Puskesmas Kecamatan
Kemayoran, perwakilan Kelurahan, semua ketua RT yang ada di RW 03 dan 04,
kader RW 03 dan 04, karang taruna RW 03 dan 04. Undangan yang hadir pada saat
itu kurang lebih 65 orang Tujuan dari pertemuan ini adalah membicarakan pokok-
pokok masalah yang terjadi di RW 03 dan 04, serta menentukan bagamana cara
menanggulanginya. Adapun masalah yang ditemukan antara lain adalah: masalah
remaja (minuman beralkohol, merokok, narkoba, pergaulan bebas), masalah lansia/

74
lanjut usia (asam urat, darah tinggi dan kencing manis), masalah lingkungan (diare,
gangguan pernafasan/ ISPA dan demam berdarah).
Prioritas masalah berdasarkan keputusan warga adalah:
1. Masalah remaja akibat pergaulan bebas, narkoba dan minuman beralkohol
2. Masalah lansia yang sebagian besar mempunyai keluhan lebih dari satu
3. Masalah lingkungan akibat dari pembuangan sampah dan limbah rumah
tangga

Adapun rencana kegiatan yang akan dilakukan adalah:


N Masalah Rencana Waktu Tempat Pjwb/ RW Pjwb MHS
o Kesehatan Kegiatan
1 Risiko terjadinya Penkes tentang Remaja RW 04 Ketua Karang Ainil
gangguan gangguan jiwa mampu Taruna RW 03 Radiah,
kesehatan remaja remaja mendekteksi Zaenuri S.Kep
di RW 03 dan RW dini adanya Ketua karang
04 Kelurahan gangguan taruna RW 04
Gunung Sahari jiwa Ega
Selatan
2 Risiko penurunan Pembentukan Meningkatk RW 03 Bapak Darsono Di RW 03
kesehatan pada kader lansia an dan RW 03 Martini,S.
lansia di RW 03 Senam lansia, cek kesejahteraa RW 04 Bapak Masruri Kep
dan RW 04 tekanan darah dan n kesehatan RW 04 Di RW 04
Kelurahan cek Gula Darah lansia Nanik
Gunung Sahari Setiana,
Selatan. S.Kep
3 Penkes tentang Untuk RW 04 Ketua RW 04 RW 03
Risiko DBD, ISPA, diare mencegah bapak Marlis
meningkatnya peningkatan Syamsulrizal Dame Ida,
jumlah kasus kasus RW 03 S.Kep
penyakit demam penyakit
berdarah, diare, DBD, ISPA, Ketua RW 03 RW 04
ISPA di RW 03 DIARE Bapak Slamet. Muji

75
dan RW 04 DS Rahayu,
Kelurahan S.Kep
Gunung Sahari
Selatan.

Implementasi
Pada tahap pelaksanaan ini ada beberapa kegiatan yang dilakukan terpisah antara RW

03 dan RW 04, hal ini dilakukan atas permintaan warga. Kegiatan yang dilakukan

terpisah antara lain pelaksanaan pembentukan kader dan mengajarkan kader

pelayanan posyandu lansia dengan sistem lima meja, penyuluhan kesehatan tentang

diare, ISPA dan demam berdarah. Untuk pelaksanaan penyuluhan kesehatan remaja

tentang deteksi dini gangguan jiwa remaja dilaksanakan bersama-sama di kantor RW

04 kelurahan Gunung Sahari Selatan


1. Resiko terjadinya gangguan kesehatan remaja RW 03 dan RW 04 Kelurahan

Gunung Sahari Selatan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan remaja dan

keluarga tentang tugas perkembangan


Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah memberi penyuluhan kesehatan

tentang deteksi dini gangguan jiwa remaja dan penyalah gunaan narkoba, yang

dilakukan di kantor RW 04 kelurahan Gunung Sahari Selatan tanggal 25 April

2009 pukul 16.30 WIB s/d selesai.


2. Risiko terjadi penurunan derajat kesehatan pada lansia di RW 03 dan 04

kelurahan Gunung Sahari Selatan berhubungan dengan tidak adanya wadah pada

76
lansia untuk meningkatkan kesehatan lansia tanggal 16 April 2009 pukul 18.30

wib s/d selesai


Tindakan keperawatan yang dilakukan di RW 04 adalah:

a. Pembentukan kader lansia


b. Mengajarkan dan memdemonstrasikan cara pelayanan posyandu lansia,

adapun sistem pelaksanaannya adalah:


1) Meja pertama: pendaftaran lansia yang datang, yang terdiri dari

nama,umur, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan, tekanan

darah dan kadar gula darah sewaktu bagi yang mendapatkan

kupon cek kadar gula


2) Meja ke dua: menimbang berat badan dan mengukur tinggi

badan
3) Meja ke tiga: mengukur tekanan darah
4) Meja ke empat pengecekan kadar gula darah sewaktu
5) Meja kelima: memberikan penanganan pertama pada lansia yang

didapatkan kadar gula darah kurang dari 60 mg/ dl (ada 3 orang)

seperti memberi minum teh manis hangat, dan menganjurkan

untuk kontrol ke Puskesmas/ klinik/ Rumah Sakit bagi yang

kadar gulanya lebih dari 160 mg/ dl untuk menentukan diagnosa

lebih lanjut. Selain itu juga kami mengajarkan senam kaki dalam

rangka meningkatkan kebugaran/ kesehatan lansia yang di ikuti

oleh hampir semua lansia yang datang.


3. Resiko timbulnya penyakit: diare, ISPA dan DHF di RW 03 dan 04 Kelurahan

Gunung Sahari Selatan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat

dalam memelihara lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan

77
Tindakan yang dilakukan adalah memberikan penyuluhan tentang bahaya

penyakit diare, ISPA dan demam berdarah yang dilaksanakan di RW 03 dan RW

04 tanggal 5 Mei 2009 pukul 16.00 wib s/d selesai.


Evaluasi
Evaluasi dalam asuhan keperawatan keluarga merupakan umpan balik untuk menilai
keberhasilan suatu rencana keperawatan yang telah dibuat. Evaluasi ini meliputi tiga
hal yaitu evaluasi struktur, evaluasi proses dan evaluasi hasil. Adapun hasil evaluasi
tindakan dari setiap masalah keperawatan yang telah dilakukan adalah:
a. Resiko terjadinya gangguan kesehatan remaja RW 03 dan RW 04 Kelurahan
Gunung Sahari Selatan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan remaja dan
keluarga tentang tugas perkembangan
1) Evaluasi struktur
Kegiatan penyuluhan tentang deteksi dini gangguan jiwa remaja dan
penyalah gunaan NAPZA, telah disepakati dilakukan di kantor RW 04.
kegiatan ini telah disosialisasikan terhadap warga (remaja) dan
menyebarkan undangan kepada remaja yang ada di RW 03 dsn 04 agar
remaja mengetahui adanya kegiatan ini. Kegiatan ini dilakukan pada hari
Sabtu tanggal 25 April 2009, pukul 16.45 sampai 18.00.
2) Evaluasi proses
Remaja yang hadir pada saat penyuluhan tampak aktif dan antusias
mengikuti kegiatan penyuluhan. Terdapat .... pertanyaan dari remaja yang
semuanya dapat dijawab oleh mahasiswa dan remaja merasa senang dengan
jawaban yang memuaskan
3) Evaluasi hasil
Peserta/ remaja yang hadir pada saat penyuluhan ...orang. ....% remaja
mampu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh penyaji. Mahasiswa
mengambil kesimpulan bahwa setelah dilakukan kegiatan penyuluhan
tentang deteksi dini gangguan jiwa remaja dan penyalah gunaan NAPZA,
remaja mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi peda dirinya dan
mampu mengatasi/ beradaptasi yang positif terhadap perubahan yang terjadi

78
b. Risiko terjadi penurunan derajat kesehatan pada lansia di RW 03 dan 04
kelurahan Gunung Sahari Selatan berhubungan dengan tidak adanya wadah
lansia untuk meningkatkan kesehatan lansia
1) Evaluasi struktur
Di RW 03 pembentukan kader lansia dilakukan sesuai dengan rencana yaitu
pada tanggal 16 April 2009 pukul 20.00 di kantor sekretariat RW 03,
sedangkan di RW 04 pembentukan kader lansia tidak dapat dilakukan pada
tanggal 16 April 2009 pukul 20.00, hal ini dikarenakan sebagian besar
warga lansia diperkirakan tidak dapat hadir, maka warga/ kader meminta
pembentukan kader lansia dilakukan paada tanggal 21 April 2009 pukul
16.00 di kantor sekretariat RW 04.
Undangan disebarkan dua hari sebelum kegiatan, keseluruh calon kader
lansia di RW 03 dan 04. Setelah pembentukan kader lansia dilanjutkan
dengan pengajaran kader tentang cara mengukur tekanan darah yang benar.
Kegiatan lansia dilanjutkan dengan mengajarkan kader lansia melaksanakan
pelayanan kesehaatan dengan sistem lima meja yang dilakukan pada tanggal
23 April 2009 di RW 04 pukul 16.00, sedangkan di RW 03 dilakukan pada
tanggal 26 April 2009 pukul 06.00.
2) Evaluasi proses
Kegiatan pembentukan keder lansia di RW 03 dihadiri oleh 23 warga, ketua
RW 03, sedangkan di RW 04 pembentukan kader lansia dan mengajarkan
cara mengukur tekanan daarah dihadiri oleh ketua RW 03, dosen
pembeimbing dan 13 warga. Para warga/ lansia yang hadir tampak aktif dan
kooperatif dengan mengikuti semua kegiatan.
Pada saat kegiatan pelayanan kesehatan warga banyak yang hadir tampak
kooperatif dan tertip mengikuti semua kegiatan, mulai daari pendaftaran,
timbang berat badan, mengukur tinggi badan, mengukur tekanan darah,
pengecekan Kadar Gula Darah Sewaktu (KGDS) dan konseling kesehatan
bagi yang KGDS nya lebih dari 160 mg/ dl serta memberikan tindakan bagi
yang KGDS nya kurang dari 70 mg/ dl, kemudian ditutup dengan
mengajarkan senam kaki (RW 04), senam lansia (RW 03)

79
3) Evaluasi hasil
Sebagian besaar warga yang hadir besedia menjadi kader lansia, namun
demikian ada juga yang tidak beersedia dikarenakan keterbatasan waktu dan
tenaga. Pada kegiaatan pelayanan kesehatan 95% warga yang mendapat
kupon pengecekan KGDS hadir di tambah warga yang tidak mendapat
kupon untuk pengecekan berat badan, tinggi badan tekanan darah dan
mengikuti senam kaki (RW 04)/ senam lansia (di RW 03).
c. Resiko timbulnya penyakit: diare, ISPA dan DHF di RW 03 dan 04 Kelurahan
Gunung Sahari Selatan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat
dalam memelihara lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan
1) Evaluasi struktur
Penyuluhan kesehatan tentang diare, ISPA dan DBD dilakukan ditempat
yang berbeda yaitu di RW 03 dan 04, dilaksanakan oleh mahasiswa bekerja
sama dengan warga RW 03 dan 04. Penyuluhan kesehatan dilaksanakan di
kantor sekretaria RW 03 dan 04 pukul 16.00 WIB sesuai dengan rrencana
yaitu tanggal 5 Mei 2009. Undangan disebarkan satu hari sebelum kegiatan.
2) Evaluasi proses
Pelaksanaan penyuluhan di RW 03 dihadiri oleh.... warga dan RW 04
dihadiri oleh .... warga. Warga yang hadir tampak antusis dan aktif
mengikuti kegiatan penyuluhan.
3) Evaluasi hasil
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang diare, ISPA dan DBD
warga yang hadir mengerti tentang bahaya dari penyakit tersebut dan
berkomitmen untuk menjaga kesehatan lingkungannya supaya terhindar dari
penyakit diaare, ISPA dan DBD.
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini kelompok akan membahas lebih lanjut tentang adanya

kesenjangan antara konsep keperawatan komunitas dengan aplikasi yang telah

diterapkan dilapangan, yang dalam hal ini RW 03 dan RW 04 Kelurahan Gunung

80
Sahari Selatan. Sebagaimana diketahui bahwa salah satu upaya yang telah dilakukan

mahasiswa adalah dengan pembentukkan kelompok kerja kesehatan ( POKJAKES )

yang melibatkan masyarakat termasuk pengurus RW, RT, Kader, Tokoh masyarakat,

Pemuka Agama, dan orang – orang yang berpengaruh di masyarakat. Selama

pelaksanaan keperawatan komunitas, kelompok mencoba melakukan beberapa

analisa yang dilakukan dengan melewati beberapa tahap / proses keperawatan, antara

lain :

A. PENGKAJIAN
Sesuai dengan proses keperawatan bahwa tahap awal yang harus dilakukan adalah

pengkajian yang terdiri dari pengumpulan data, pengolahan data, dan analisa data. Data

dikumpulkan melalui beberapa pendekatan yaitu observasi, wawancara dan penyebaran

kuesioner. Data – data yang dikumpulkan adalah data – data mengenai demografi ( umur,

jenis kelamin, agama dam pekerjaan ), nilai – nilai keyakinan masyarakat, lingkungan fisik,

perumahan, pelayanan kesehatan, fasilitas komunikasi, keamanan dan keselamatan, politik

dan kebijakkan pemerintah yang terkait dengan kesehatan, transportasi, sarana pendidikan,

ekonomi dan rekreasi. Beberapa komponen pengkajian yang menggunakan pendekatan

observasi adalah identifikasi mengenai batas wilayah, luas wilayah, keadaan lingkungan,

pusat pelayanan kesehatan, transportasi, kebiasaan masyarakat dalam menjaga kesehatan,

tempat peribadatan, sarana komunikasi dan sarana umum lainnya seperti pasar, warung,

sekolah. Untuk komponen pengkajian yang menggunakan pendekatan wawancara adalah

mengenai gambaran umum masyarakat RW 03 dan RW 04 Kelurahan Gunung Sahari

Selatan, kebiasaan masyarakat, masalah - masalah kesehatan yang sering terjadi, pelayanan

kesehatan yang dilakukan oleh Kader PKK dan Posyandu, dan kendala dalam mengatasi

81
permasalahan – permasalahan kesehatan yang ada di RW 03 dan RW 04. Selanjutnya

penyebaran kuesioner dilakukan untuk menguatkan proses pengkajian dengan cara observasi

dan wawancara, sehingga dapat diidentifikasikan lebih lanjut permasalahan yang saat ini

terjadi pada masyarakat RW 03 dan RW 04.

Proses pengkajian yang dilakukan dalam kurun waktu 2 minggu tersebut telah

diupayakan melibatkan berbagai elemen masyarakat khususnya pengurus RW 03 dan RW 04

sendiri. Dan setelah dilakukan analisa, maka dapat disimpulkan beberapa factor yang

mempengaruhi pengkajian tersebut, antara lain :

Srenght Weakness opportunity Treatment


( kekuatan ) ( kelemahan ) ( kesempatan ) ( ancaman )

 Pelaksanaan  Jumlah angket yang  Adanya respon positip dari  Kurangnya


pengkajian askep disebarkan cukup jajaran pengurus RW 03 pemahaman
komunitas di besar dan disebarkan dan RW 04 untuk masyarakat
wilayah RW 04 telah dengan door to door menerima kehadiran dalam
dilakukan dengan melalui bantuan oleh mahasiswa sebagai bagian mengidentifika
berbagai pendekatan ketua RT kader, dan dari petugas kesehatan, si
yg memungkinkan karang taruna, yang akan membantu permasalahan
diperolehnya data – menjadikan proses mengatasi masalah – kesehatan yzng
data yg lebih penyebaran dan masalah kesehatan di RW terjadi disekitar
komprehensif yaitu pengisian angket 03 dan RW 04 nya, sehingga
melalui pendekatan memakan waktu  Keberadaan mahasiswa jawaban
observasi, yang cukup lama. STIKes KESOSI dilembar
wawancara, dan  Ada warga yang merupakan sebuah kuesioner tidak
penyebaran angket tidak mau kesempatan bagi pengurus sesuai dengan
 Masyarakat diwawancara atau kader RW 03 dan RW 04 situasi yang
khususnya diberikan kuesioner untuk mendapatkan sebenarnya
POKJAKES, kader  Pada waktu informasi lebih banyak terjadi.
dan karang taruna pertemuan dengan mengenai masalah –
berperan aktif dalam warga saat masalah kesehatan dan
proses pengkajian pemaparan hasil alternative penyelesaiannya
khususnya pada saat pengkajian waktu
yang diberikan

82
penyebaran angket untuk mahasiswa
 Adanya respon yang dalam pemaparan
baik dari masyarakat tersebut terbatas
dalam proses  Jumlah mahasiswa
pengisian angket, 16 orang harus
sehingga mengelola RW 03
memudahkan dan 04 dengan
mahasiswa dalam jumlah KK RW 03
melakukan sebanyak 514 dan
pendekatan ke jumlah KK RW 04
masyarakat sebanyak 788. Hal
ini membuat
mahasiswa sedikit
sulit untuk
menggabung warga
RW 03 dan 04 untuk
melakukan satu
kegiatan dalam satu
tempat.

B. PERENCANAAN
Setelah proses pengumpulan data telah dilakukan, maka yang dilakukan oleh kelompok

adalah pengolahan data dengan menggunakan metode SPSS. Sehingga dapat dirumuskan

beberapa masalah yang dapat menunjang untuk perumusan masalah keperawatan komunitas.

Selain itu hasil pengkajian juga disosialisasikan kepada RW 03 dan RW 04 saat ini. Dan

bersama – sama dengan masyarakat, mahasiswa memfasilitasi proses rumusan prioritas

masalah keperawatan komunitas, dan dari hasil pengkajian tersebut diperoleh 3 masalah

keperawatan dan semuanya akan diatasi oleh mahasiswa bersama – sama dengan pengurus

POKJAKES dan masyarakat lainnya. Rencana tindakan (Plan Of Action) yang dibuat oleh

mahasiswa tentunya disesuaikan dengan kondisi, dan situasi yang ada di masyarakat. Namun

pendekatan yang dilakukan harus berorientasi pada 3 aspek penting yaitu pencegahan primer,

83
sekunder dan tersier dan memggunakan pendekatan pengembangan masyarakat. Pada tahap

perencanaan telah teridentifikasi hal – hal yang mempengaruhi penyusunan perencanaan,

antara lain :

Srenght Weakness Opportunity Treatment


( kekuatan ) ( kelemahan ) ( kesempatan) ( ancaman )
 Adanya respon dari  Pada waktu  Adanya kebijakkan  Kurangnya partisipasi

masyarakat untuk pertemuan ke – 3 pemerintah setempat dan dukungan dari

menanggapi atau tahap untuk mengatasi puskesmas kelurahan

permasalahan perencanaan waktu demam berdarah terjun langsung dalam


 Adanya mahasiswa
kesehatan yang yang diberikan pembatasan penyakit
STIKes KESOSI
teridentifikasi oleh untuk mahasiswa yang saat ini sedang
yang akan
mahasiswa di RW 03 dalam memaparkan terjadi di wilayah RW
membantu
dan RW 04 perencanaan 03 dan RW 04
 Adanya antusias masyarakat
terbatas sehingga
masyarakat untuk mengatasi masalah –
tidak semua warga
mengetahui lebih lanjut masalah kesehatan
mengetahui dengan
untuk mengatasi yang ditemukan
lengkap
masalah yang  Kurangnya alat tersebut

ditemukan seperti LCD dalam


 Adanya kerjasama
pemaparan hasil
yang kuat antara
kegiatan oleh
mahasiswa dengan
mahasiswa sehingga
POKJAKES, kader dan
tidak maksimal
karang taruna

84
C. PELAKSANAAN
Setelah melewati dua tahap dari proses keperawatan komunitas, maka yang

selanjutnya dilakukan adalah suatu upaya untuk mengatasi masalah – masalah kesehatan

yang ditemukan tersebut. Beberapa rencana tindakan yang telah disusun oleh mahasiswa

kemudian ditanggapi oleh masyarakat untuk disempurnakan menjadi sebuah rencana

tindakan yang lebih komprehensif juga telah dilakukan antara lain : penyuluhan tentang

penyakit ISPA, DIARE, DHF, Pembentukkan kader, Pembentukkan kader Lansia, UKS.

Berdasarkan implementasi dari kegiatan tersebut, maka dapat dirumuskan factor – factor

yang mempengaruhi kegiatan tersebut, antara lain :

Srenght Weakness opportunity Treatment


( kekuatan ) ( kelemahan ) ( kesempatan) ( ancaman )
 Adanya dukungan  Kurangnya dana  Adanya kebijakkan  Tingginya

dan peran serta dalam setiap kali pemerintah setempat urbanisasi di

masyarakat dalam pelaksanaan untuk mengatasi wilayah kelurahan

melaksanakan kegiatan masalah – masalah Gunung Sahari


 Kurangnya alat
upaya-upaya kesehatan yang Selatan yang
seperti LCD dalam
mengatasi masalah ditemukan pada memungkinkan
pemaparan hasil
kesehatan yang ada masyarakat RW 03 dan terjadinya masalah
kegiatan sehingga
di RW 03 dan RW RW 04 – masalah
tidak maksimal  Adanya kerjasama

85
04  Kurangnya lintas program dan kesehatan baru
 Adanya kader-  Lingkungan yang
kesadaran dari lintas sektor
kader dan petugas padat dan kumuh
sebagian warga  Kurangnya
POKJAKES serta
akan pentingnya partisipasi dan
karang taruna yang
kesehatan dukungan dari
membantu
puskesmas
pelaksanaan
Kelurahan terjun
tindakan
langsung dalam
keperawatan
pemberantasan
tersebut
penyakit yang saat

ini sedang terjadi

di wilayah RW 04

86
D. EVALUASI
Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan komunitas yang

bertujuan mengevaluasi adanya kemajuan atau perubahan setelah dilakukan tindakan

keperawatan diberikan pada sebuah kelompok masyarakat. Evaluasi juga merupakan sebuah

upaya untuk menilai apakah tindakan keperawatan yang selama ini diberikan sudah tepat,

atau masih diperlukan tambahan atau modifikasi permasalahan tersebut belum juga dapat

diatasi. Sebagaimana diketahui bahwa beberapa tindakan keperawatan baik yang bersifat

mandiri maupun kolaborasi telah diupayakan oleh mahasiswa bekerjasama dengan pengurus

POKJAKES dan elemen masyarakat lainnya. Tindakan yang dilakukan tentunya disesuaikan

dengan Plan Of Action yang telah dibuat. Kemudian dilakukan sebuah evaluasi untuk menilai

keberhasilan tindakan tersebut. Berdasarkan hasil analisa kelompok maka beberapa factor

yang mempengaruhi proses evaluasi adalah :

Srenght Weakness opportunity Treatment


( kekuatan ) ( kelemahan ) ( kesempatan) ( ancaman )
 Sebagian anggota  Kurangnya peran kader  Adanya dukungan  Masalah –

POKJAKES hadir PKK dan kader posyandu dari pengurus RT dan masalah

dalam pelaksanaan untuk terlibat dalam RW setempat serta kesehatan yang

kegiatan kegiatan yang dari pihak kelurahan ditemukan belum


 Adanya motivasi  Adanya mahasiswa
diselenggarakan dapat diatasi
dari masyarakat STIKes KESOSI
mahasiswa seluruhnya
untuk menghadiri  Kurangnya alokasi dana yang praktek

kegiatan yang untuk pelaksanaan

diselenggarakan kegiatan

87
mahasiswa  Karena jadwal terakhir

praktek keperawatan

tanggal 16 maret 2009

sedangkan pertemuan

terakhir yaitu 8 mei 2009

jadi evaluasi kegiatan

sudah dipaparkan,

sedangkan untuk evaluasi

terakhir atau menyeluruh

belum tentu untuk

dipaparkan ke warga

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Setelah melakukan asuhan keperawatan komunitas yang berlangsung kurang

lebih 2 bulan di wilayah RW 03 dan RW 04 Kelurahan Gunung Sahari Selatan

Jakarta Pusat, yang diawali dengan proses pengkajian yang dilakukan dalam

waktu kurun waktu 1 minggu dan diakhiri dengan evaluasi tersebut telah

diupayakan melibatkan berbagai elemen masyarakat khususnya pengurus RW 03

dan RW 04 sendiri. Dan setelah dilaksanakan analisa dapat disimpulkan bahwa :

88
1. Pelaksanaan pengkajian asuhan keperawatan komunitas di wilayah RW 03

dan RW 04 telah dilakukan dengan berbagai pendekatan yang

memungkinkan diperolehnya data – data yang lebih komprehensif yaitu

metode observasi, wawancara dan penyebaran angket.


2. Masyarakat RW 03 dan RW 04 khususnya pengurus POKJAKES berperan

aktif dalam pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas


3. Adanya respon yang positif dari jajaran pengurus RW 03 dan RW 04 untuk

menerima kehadiran mahasiswa sebagai bagian dari petugas kesehatan, yang

akan membantu mengatasi masalah – masalah kesehatan yang ada di RW 03

dan RW 04
4. Keberadaan mahasiswa STIKes KESOSI merupakan sebuah kesempatan

bagi pengurus kader RW 03 dan RW 04 untuk mendapatkan informasi lebih

banyak mengenai masalah–masalah kesehatan serta alternative

penyelesaiannya.
5. Terdapat beberapa masalah–masalah kesehatan di wilayah RW 03 dan RW

04 Kelurahan Gunung Sahari Selatan Jakarta Pusat. antara lain masalah

risiko terjadinya gangguan kesehatan remaja, risiko penurunan kesehatan

pada lansia, risiko meningkatnya jumlah kasus penyakit demam berdarah,

diare, dan ISPA.


B. SARAN
1. Agar POKJAKES yang telah dibentuk dapat berperan aktif serta dalam

meningkatkan kesehatan masyarakat RW 03 dan RW 04 Kelurahan Gunung

Sahari Selatan Jakarta Pusat dan melanjutkan kembali implementasi / POA

untuk mengatasi masalah yang ada di RW 03 dan RW 04


2. Agar pengurus POSYANDU lebih mengoptimalkan kinerja dan proses

pengkaderan, serta dapat menerapkan system 5 meja dan bisa melanjutkan

penyuluhan tentang kesehatan lansia

89
3. Agar masyarakat RW 03 dan RW 04 Kelurahan Gunung Sahari Selatan

Jakarta Pusat lebih terlibat langsung dalam proses peningkatan kesehatan

90

Anda mungkin juga menyukai