Anda di halaman 1dari 95

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak semata-mata ditentukan
oleh hasil kerja keras sektor kesehatan, tetapi sangat dipengaruhi oleh hasil
kerja keras serta konstribusi positif berbagai sektor pembangunan lainnya.
Untuk optimalisasi hasil serta kontribusi positif tersebut, harus dapat
diupayakan masuknya wawasan kesehatan sebagai asas pokok program
pembangunan nasional. Orientasi kebijakan pembangunan di Indonesia telah
mengalami pergeseran menuju paradigma sehat. Paradigma sehat merupakan
upaya kesehatan yang lebih mengutamakan tindakan promotif, preventif dan
tidak mengenyampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif.
Para penanggungjawab program pembangunan harus memasukkan
pertimbangan-pertimbangan

kesehatan

dalam

semua

kebijakan

pembangunannya. Program pembangunan yang tidak berkontribusi positif


terhadap kesehatan, apalagi yang berdampak negatif terhadap kesehatan,
seyogyanya tidak diselenggarakan. Untuk dapat terlaksananya pembangunan
nasional yang berkontribusi positif terhadap kesehatan seperti dimaksud
diatas, maka seluruh elemen dari Sistem Kesehatan Nasional harus berperan
sebagai penggerak utama pembangunan nasional berwawasan kesehatan.
Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu,
masyarakat, pemerintah dan swasta. Apapun peran yang dimainkan oleh
pemerintah, tanpa kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri
menjaga kesehatan mereka, hanya sedikit yang akan dapat dicapai. Perilaku
1

yang sehat dan kemampuan masyarakat untuk memilih dan mendapatkan


pelayanan kesehatan yang bermutu sangat menentukan keberhasilan
pembangunan kesehatan. Oleh karena itu, salah satu upaya kesehatan pokok
atau misi sektor kesehatan adalah mendorong kemandirian masyarakat untuk
hidup sehat.
Perawatan kesehatan masyarakat/komunitas merupakan perpaduan
antara praktek keperawatan dan praktek kesehatan masyarakat yang dilakukan
untuk menunjang dan memulihkan kesehatan populasi. Kegiatan praktek ini
dilakukan secara menyeluruh dan tidak terbatas pada sekelompok umur dan
diagnosa tertentu serta dilaksanakan secara berkelanjutan.
Dalam rangka turut serta mendukung kebijakan pemerintah tentang
kesehatan tersebut maka Program Ners Universitas Alauddin Makassar
sebagai salah satu institusi pendidikan kesehatan memiliki tanggung jawab
dalam rangka mempersiapkan tenaga kesehatan/keperawatan berkualitas
dimasa depan yang melaksanakan pengambilan data Keperawatan Komunitas
di Wilayah Dusun Tammu-Tammu Desa Moncong Loe Kabupaten Maros
dengan menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan keluarga dan
pendekatan masyarakat, dalam rangka melakukan pembinan, mengatasi
masalah kesehatan serta meningkatkan derajat kesehatan yang optimal secara
mandiri, dimana dalam pelaksanaan praktek asuhan keperawatan komunitas
menggunakan pendekatan proses keperawatan komunitas yang diawali dari
pengkajian dengan cara mengumpulkan data, analisa, menentukan diagnosa
atau permasalahan dan menyusun rencana sesuai peramasalahan yang

ditemukan, kemudian pelaksanaan dan yang terakhir adalah melakukan


evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan.
Kegiatan tersebut merupakan Tri Darma Perguruan Tinggi khususnya
bidang pengabdian masyarakat. Praktek Keperawatan Komunitas juga
merupakan suatu bentuk pengembangan dari praktek klinik keperawatan bagi
mahasiswa yang diarahkan pada pengalaman nyata penerapan Primary Health
Care.
Diakhir praktik keperawatan komunitas, diharapkan Kelompok Kerja
Kesehatan terus giat mengatasi masalah kesehatan di wilayahnya masingmasing, karena dalam praktik diupayakan adanya

desiminasi ilmu

pengetahuan dari mahasiswa yang melakukan praktik ke masyarakat sebagai


strategi utama dalam memberi bekal pengetahuan dan keterampilan dalam
mengatasi masalah kesehatan.
B. TUJUAN
1. Umum
Setelah melakukan Praktek Asuhan Keperawatan Komunitas, mahasiswa
akan dapat meningkatkan kemampuan komunitas dalam mengenali
masalah kesehatan, mengorganisasikan potensi dan sumber daya yang
dimiliki untuk mengatasi masalah kesehatan yang dihadapinya.

2. Khusus
Setelah melakukan Praktek Asuhan Keperawatan Komunitas di Wilayah
Dusun Tammu-Tammu Desa Moncong Loe Kabupaten Maros, mahasiswa
mampu;
3

a. Membina hubungan baik dengan komunitas dan keluarga yang dibina


dengan mengenal wilayah, tokoh-tokoh masyarakat serta masalah
kesehatan yang sedang dihadapi.
b. Bekerjasama dengan komunitas dan keluarga dalam melaksanakan
pendataan kesehatan.
c. Menganalisa data dengan menggunakan pendekatan biostatistik,
demografi dan epidemiologi guna mengidentifikasikan diagnosa
keperawatan komunitas serta faktor penyebab timbulnya masalah.
d. Mengorganisasikan potensi yang ada di komunitas untuk
merencanakan dan melaksanakan tindakan pemecahan masalah.
e. Meningkatkan tenaga-tenaga potensial di komunitas (kader) dengan
melatihnya dalam program kerja untuk mengatasi masalah.
f. Bekerjasama dengan tokoh-tokoh di komunitas, sektor yang terkait
dalam memberikan dukungan bagi pemecahan masalah yang sedang
dan akan dihadapi.
g. Mengevaluasi setiap

kegiatan

dan

pencapaian

tujuan asuhan

keperawatan masyarakat.
h. Mendokumentasikan asuhan keperawatan masyarakat dengan benar
dan tepat.
C. Manfaat
1. Masyarakat
Diharapkan dapat membantu masyarakat guna mengerti gambaran status
kesehatannya dan menyadari permasalahan kesehatan yang ada serta mau
menyelesaikan permasalahan tersebut.
2. Mahasiswa
Menimba pengalaman belajar mahasiswa untuk peka dalam mengenali
masalah kesehatan dalam masyarakat serta menentukan langkah
4

penyelesaiannya dengan mengaplikasikan ilmu yang didapatkan pada


masyarakat khusus tentang kesehatan.
3. Puskesmas
Diharapkan dapat memberikan sumbangan/masukan berupa informasi
tentang kondisi kesehatan masyarakat yang termasuk dalam wilayah kerja
puskesmas guna membantu program kesehatan pada masyarakat.

BAB II
TINJAUAN TEORI

Tujuan Pembangunan Kesehatan Nasional adalah untuk mencapai hidup


sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat
yang optimal. Dengan demikian pembangunan di bidang kesehatan mempunyai
arti penting dalam kehidupan nasional khususnya dalam memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang erat kaitannya dengan
5

pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia sebagai salah satu modal
dasar pembangunan nasional.
Berdasarkan tujuan pembangunan nasional yang ingin dicapai oleh
pemerintah Indonesia, maka direncanakanlah suatu strategi pendekatan untuk
menggalang potensi yang ada pada masyarakat sehingga masyarakat dapat
berperan aktif dalam upaya meningkatkan derajat kesehatannya secara mandiri
melalui perawatan kesehatan komunitas.

A. PERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS


Perawatan kesehatan adalah sebagai suatu lapangan khusus di bidang
kesehatan, keterampilan hubungan antar manusia dan keterampilan berorganisasi
diterapkan dalam hubungan yang serasi kepada keterampilan anggota profesi
kesehatan lain dan kepada tenaga sosial demi untuk memelihara kesehatan
masyarakat. Oleh karenanya perawatan kesehatan masyarakat ditujukan kepada
individu-individu, keluarga, kelompok-kelompok yang mempengaruhi kesehatan
terhadap keseluruhan penduduk, peningkatan kesehatan, pemeliharaan kesehatan,
penyuluhan kesehatan, koordinasi dan pelayanan keperawatan berkelanjutan
dipergunakan dalam pendekatan yang menyeluruh terhadap keluarga, kelompok
dan masyarakat.
Keperawatan komunitas perlu dikembangkan di tatanan pelayanan
kesehatan dasar yang melibatkan komunitas secara aktif, sesuai keyakinan
keperawatan komunitas. Sedangkan asumsi dasar keperawatan komunitas
didasarkan pada asumsi:
6

1. Sistem pelayanan kesehatan bersifat kompleks


2. Pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier merupakan komponen
pelayanan kesehatan
3. Keperawatan merupakan sub sistem pelayanan kesehatan, dimana hasil
pendidikan dan penelitian melandasi praktek.
4. Fokus utama adalah keperawatan primer sehingga keperawatan komunitas
perlu dikembangkan di tatanan kesehatan utama.
Adapun unsur-unsur perawatan kesehatan mengacu kepada asumsi-asumsi
dasar mengenai perawatan kesehatan masyarakat, yaitu:
1. Bagian integral dari pelayanan kesehatan khususnya keperawatan
2. Merupakan bidang khusus keperawatan
3. Gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu sosial
(interaksi sosial dan peran serta masyarakat)
4. Sasaran pelayanan adalah individu, keluarga, kelompok khusus dan
masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit.
5. Ruang lingkup kegiatan adalah upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif
dan resosialitatif dengan penekanan pada upaya preventif dan promotif.
6. Melibatkan partisipasi masyarakat
7. Bekerja secara team (bekerjasama)
8. Menggunakan pendekatan pemecahan masalah dan perilaku
9. Menggunakan proses keperawatan sebagai pendekatan ilmiah
10. Bertujuan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan
masyarakat secara keseluruhan.
7

Keyakinan keperawatan komunitas yang mendasari praktik keperawatan


komunitas adalah:
1. Pelayanan kesehatan sebaiknya tersedia, dapat dijangkau dan dapat diterima
semua orang
2. Penyusunan kebijakan seharusnya melibatkan penerima pelayanan dalam hal
ini komunitas
3. Perawat sebagai pemberi pelayanan dan klien sebagai penerima pelayanan
perlu terjalin kerjasama yang baik
4. Lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan komunitas baik bersifat
mendukung maupun mengahambat
5. Pencegahan penyakit dilakukan dalam upaya meningkatkan kesehatan
6. Kesehatan merupakan tanggung jawab setiap orang
Berdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang mendasar tersebut,
maka dapat dikembangkan falsafah keprawatan komunitas sebagai landasan
praktik keperawatan komunitas. Dalam falsafah keperawatan komunitas,
keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan perhatian
terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual) terhadap
kesehatan komunitas, dan memberikan prioritas pada strategi pencegahan
penyakit dan peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi keperawatan
komunitas mengacu kepada paradigma keperawatan yang terdiri dari 4 hal
penting, yaitu: manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan sehingga dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang luhur
8

dan manusiawi yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan


masyarakat.
2. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasrkan kemanusiaan
untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi terwujudnya
manusia yang sehat khususnya dan masyarakat yang sehat pada umumnya.
3. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat
diterima oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya
kesehatan
4. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa mengabaikan
upaya kuratif dan rehabilitatif
5. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan berlangsung
secara berkesinambungan
6. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien sebagai konsumer
pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin suatu hubungan yang saling
mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan dan
pelayanan kesehatan ke arah peningkatan status kesehatan masyarakat
7. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat direncanakan
secara berkesinambungan dan terus menerus
8. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas kesehatannya,
ia harus ikut dalam upaya mendorong, mendidik dan berpartisipasi aktif dalam
pelayanan kesehatan mereka sendiri.

B. TUJUAN PERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS


1. Tujuan Umum
9

Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga tercapai


derajat kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi kehidupan sesuai
dengan kapasitas yang mereka miliki.
2. Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan berbagai kemampuan individu, keluarga, kelompok
khusus dan msyarakat dalam hal:
1)

Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi

2)

Menetapkan masalah kesehatan/keperawatan dan prioritas masalah

3)

Merumuskan

berbagai

alternatif

pemecahan

masalah

kesehatan/keperawatan
4)

Menanggulangi masalah kesehatan/keperawatan yang mereka hadapi

5)

Penilaian

hasil

kegiatan

dalam

memecahkan

masalah

kesehatan/keperawatan
6)

Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelayanan


kesehatan/keperawatan

7)

Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri


(self care).

8)

Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan, dan


lebih spesifik lagi adalah untuk menunjang fungsi Puskesmas dalam
menurunkan angka kematian bayi, ibu dan balita serta diterimanya norma
keluarga kecil bahagia dan sejahtera

9)

Tertanganinya kelompok-kelompok resiko tinggi yang rawan terhadap


masalah kesehatan.
10

C. SASARAN
Sasaran perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat, baik yang sehat maupun yang sakit yang mempunyai
masalah kesehatan/perawatan.
1. Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut
mempunyai masalah kesehatan/keperawatan karena ketidakmampuan merawat
diri sendiri oleh suatu hal dan sebab, maka akan dapat mempengaruhi anggota
keluarga lainnya baik secara fisik, mental maupun sosial.
2. Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala
keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam suatu
rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi, satu
dengan lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa
anggotat keluarga mempunyai masalah kesehatan/keperawatan, maka akan
berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya dan keluarga-keluarga yang ada
disekitarnya.
3. Kelompok Khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan
jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan
terhadap masalah kesehatan. Termasuk diantaranya adalah:
1) Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat perkembangan
11

dan petumbuhannya, seperti:


a. Ibu hamil
b. Bayi baru lahir
c. Balita
d. Anal usia sekolah
e. Lanjut Usia
2) Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan
bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah:
a. Penderita penyakit menular, seperti: TBC, Lepra, AIDS, penyekit kelamin
lainnya.
b. Penderita dengan penyakit tak menular, seperti: penyakit diabetes mellitus,
jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental dan lain sebagainya.
3) Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, diantaranya:
a. Wanita tuna susila
b. Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba
c. Kelompok-kelompok pekerja tertentu
d. Dan lain-lain
4) Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah:
a. Panti wredha
b. Panti asuhan
c. Pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental dan sosial)
d. Penitipan balita
4. Masyarakat
12

Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan bekerjasama


cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri
mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas yang telah ditetapkan
dengan jelas. Masyarakat merupakan kelompok individu yang saling berinteraksi,
saling tergantung dan bekerjasama untuk mencapai tujuan. Dalam berinteraksi
sesama

anggota

masyarakat

akan

muncul

banyak

permasalahan,

baik

permasalahan sosial, kebudayaan, perekonomian, politik maupun kesehatan


khususnya.

D. RUANG LINGKUP PERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS


Ruang lingkup praktik keperawatan masyarakat meliputi: upaya-upaya
peningkatan

kesehatan

(promotif),

pencegahan

(preventif),

pemeliharaan

kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan


mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya (resosialisasi).
Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan yang
ditekankan adalah upaya preventif dan promotif dengan tidak mengabaikan upaya
kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif.
1. Upaya Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:
1) Penyuluhan kesehatan masyarakat
2) Peningkatan gizi
13

3) Pemeliharaan kesehatan perseorangan


4) Pemeliharaan kesehatan lingkungan
5) Olahraga secara teratur
6) Rekreasi
7) Pendidikan seks
2. Upaya Preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan
gangguan terhadap kesehatan terhadap individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat melalui kegiatan:
1) Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil
2) Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui Posyandu, Puskesmas maupun
kunjungan rumah
3) Pemberian vitamin A dan yodium melalui Posyandu, Puskesmas ataupun di
rumah
4) Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan meyusui
3. Upaya Kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota
keluarga, kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit atau masalah
kesehatan, melalui kegiatan:
1) Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)
2) Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari Puskesmas dan
rumah sakit.
3) Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin dan
14

nifas.
4) Perawatan payudara
5) Perawatan tali pusat bayi baru lahir
4. Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderitapenderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu
yang menderita penyakit yang sama, misalnya Kusta, TBC, cacat fisik dan
lainnya, dilakukan melalui kegiatan:
1) Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita Kusta,
patah tulang mapun kelainan bawaan
2) Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu,
misalnya TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke: fisioterapi manual
yang mungkin dilakukan oleh perawat

5. Upaya Resosialitatif
Upaya resosialitatif adala upaya mengembalikan individu, keluarga dan
kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya adalah kelompokkelompok yang diasingkan oleh masyarakat karena menderita suatu penyakit,
misalnya kusta, AIDS, atau kelompok-kelompok masyarakat khusus seperti
Wanita Tuna Susila (WTS), tuna wisma dan lain-lain. Disamping itu, upaya
resosialisasi meyakinkan masyarakat untuk dapat menerima kembali kelompok
yang mempunyai masalah kesehatan tersebut dan menjelaskan secara benar
15

masalah kesehatan yang mereka derita. Hal ini tentunya membutuhkan penjelasan
dengan pengertian atau batasan-batasan yang jelas dan dapat dimengerti.

E. KEGIATAN PRAKTIK KEPERAWATAN KOMUNITAS


Kegiatan praktik keperawatan komunitas yang dilakukan perawat
mempunyai lahan yang luas dan tetap menyesuaikan dengan tingkat pelayanan
kesehatan wilayah kerja perawat, tetapi secara umum kegiatan praktik
keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:
1) Memberikan asuhan keperawatan langsung kepada individu, keluarga,
kelompok khusus baik di rumah (home nursing), di sekolah (school health
nursing), di perusahaan, di Posyandu, di Polindes dan di daerah binaan
kesehatan masyarakat.
2) Penyuluhan/pendidikan kesehatan masyarakat dalam rangka merubah perilaku
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
3) Konsultasi dan pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi
4) Bimbingan dan pembinaan sesuai dengan masalah yang mereka hadapi
5) Melaksanakan rujukan terhadap kasus-kasus yang memerlukan penanganan
lebih lanjut
6) Penemuan kasus pada tingakat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
7) Sebagai penghubung antara masyarakat dengan unit pelayanan kesehatan
8) Melaksanakan asuhan keperawatan komuniti, melalui pengenalan masalah
kesehatan masyarakat, perencanaan kesehtan, pelaksanaan dan penilaian
kegiatan dengan menggunakan proses keperawatan sebagai suatu usaha
16

pendekatan ilmiah keperawatan.


9) Mengadakan koordinasi di berbagai kegiatan asuhan keperawatan komuniti
10) Mengadakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan instansi
terkait.
11) Memberikan ketauladanan yang dapat dijadikan panutan oleh individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat yang berkaitan dengan keperawatan dan
kesehatan.

F. MODEL PENDEKATAN
Pendekatan yang digunakan perawat dalam memecahkan masalah
kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat secara keseluruhan adalah pendekatan pemecahan masalah (problem
solving approach) yang dituangkan dalam proses keperawatan dengan
memanfaatkan pendekatan epidemiologi yang dikaitkan dengan upaya kesehatan
dasar (PHC).
Pendekatan pemecahan masalah dimaksudkan bahwa setiap masalah
kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyakrakat akan
dapat diatasi oleh perawat melalui keterampilan melaksanakan intervensi
keperawatan sebagai bidang keahliannya dalam melaksanakan profesinya sebagai
perawat kesehatan masyarakat.
Bila

kegiatan

perawatan

komunitas

dan

keluarga

menggunakan

pendekatan terhadapat keluarga binaan disebut dengan family approach, maka bila
pembinaann keluarga berdasarkan atas seleksi kasus yang datang ke Puskesmas
17

yang dinilai memerlukan tindak lanjut disebut dengan case approach, sedangkan
bila pendekatan yang digunakan adalah pendekatan pendekatan yang dilakukan
terhadap masyarakat daerah binaan melalui survei mawas diri dengan melibatkan
partisipasi masyarakat disebut community approach.

G. METODE
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat, metode
yang digunakan adalah proses keperawatan sebagai suatu pendekatan ilmiah di
dalam bidang keperawatan, melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1. Pengkajian
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan perawat kesehatan masyarakat dalam
mengkaji masalah kesehatan baik di tingkat individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat adalah:

1) Pengumpulan Data
Kegiatan ini dilakukan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang
dihadapi individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat melalui
wawancara, observasi, studi dokumentasi dengan menggunakan instrumen
pengumpulan data dalam menghimpun informasi.
Pengkajian yang diperlukan adalah inti komunitas beserta faktor
lingkungannya. Elemen pengkajian terdiri dari inti komunitas, yaitu meliputi
demografi; populasi; nilai-nilai keyakinan dan riwayat individu termasuk
18

riwayat kesehatan. Sedangkan faktor lingkungan adalah lingkungan fisik;


pendidikan; keamanan dan transportasi; politik dan pemerintahan; pelayanan
kesehatan dan sosial; komunikasi; ekonomi dan rekreasi.
Hal diatas perlu dikaji untuk menetapkan tindakan yang sesuai dan
efektif dalam langkah-langkah selanjutnya.
2) Analisa Data
Analisa data dilaksanakan berdasarkan data yang telah diperoleh dan
disusun dalam suatu format yang sistematis. Dalam menganalisa data
memerlukan pemikiran yang kritis.
Data yang terkumpul kemudian dianalisa seberapa besar faktor stressor
yang mengancam dan seberapa berat reaksi yang timbul di komunitas.
Selanjutnya dirumuskan masalah atau diagnosa keperawatan terdiri dari:
a. Masalah sehat sakit
b. Karakteristik populasi
c. Karakteristik lingkungan
3) Perumusan Masalah dan Diagnosa Keperawatan/Kesehatan
Kegiatan ini dilakukan diberbagai tingkat sesuai dengan urutan
prioritasnya. Diagnosa keperawtan yang dirumuskan dapat aktual, ancaman
resiko atau wellness.
Dasar penentuan masalah keperawatan kesehatan masyarakat antara
lain:
a. Masalah yang ditetapkan dari data umum
b. Masalah yang dianalisa dari hasil kesenjangan pelayanan kesehatan
19

Menetapkan skala prioritas dilakukan untuk menentukan tindakan yang


lebih dahulu ditanggulangi karena dianggap dapat mengancam kehidupan
masyarakat secara keseluruhan dengan mempertimbangkan:
a. Masalah spesifik yang mempengaruhi kesehatan masyarakat
b. Kebijaksanaan nasional dan wilayah setempat
c. Kemampuan dan sumber daya masyarakat
d. Keterlibatan, partisipasi dan peran serta masyarakat
Kriteria skala prioritas:
a. Perhatian masyarakat, meliputi: pengetahuan, sikap, keterlibatan emosi
masyarakat terhadap masalah kesehatan yang dihadapi dan urgensinya
untuk segera ditanggulangi.
b. Prevalensi menunjukkan jumlah kasus yang ditemukan pada suatu kurun
waktu tertentu
c. Besarnya masalah adalah seberapa jauh masalah tersebut dapat
menimbulkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat
d. Kemungkinan masalah untuk dapat dikelola dengan mempertimbangkan
berbagai alternatif dalam cara-cara pengelolaan masalah yang menyangkut
biaya, sumber daya, sarana yang tersedia dan kesulitan yang mungkin
timbul.
2. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1) Menetapkan tujuan dan sasaran pelayanan
2) Menetapkan rencana kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan dan
20

keperawatan
3) Menetapkan kriteria keberhasilan dari rencana tindakan yang akan dilakukan.
3. Pelaksanaan
Pada tahap ini rencana yang telah disusun dilaksanakan dengan melibatkan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sepenuhnya dalam mengatasi
masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi. Hal-hal yang perlu
dipertimbangkan dalam pelaksanaan kegiatan perawatan kesehatan masyarakat
adalah:
1) Melaksanakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan instansi
terkait
2) Mengikutsertakan partisipasi aktif individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya
3) Memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat

Level pencegahan dalam pelaksanaan praktik keperawatan komunitas terdiri atas:


a. Pencegahan Primer
Pencegahan yang terjadi sebelum sakit atau ketidak fungsian dan
diaplikasikannya ke dalam populasi sehat pada umumnya dan perlindungan
khusus terhadap penyakit.
b. Pencegahan Sekunder

21

Pencegahan sekunder menekankan diagnosa diri dan intervensi yang tepat


untuk menghambat proses patologis, sehingga memperpendek waktu sakit dan
tingkat keparahan.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dimulai pada saat cacat atau terjadi ketidakmampuan
sambil stabil atau menetap atau tidak dapat diperbaiki sama sekali. Rehabilitasi
sebagai pencegahan primer lebih dari upaya menghambat proses penyakit sendiri,
yaitu mengembalikan individu kepada tingkat berfungsi yang optimal dari
ketidakmampuannya.
4. Penilaian/Evaluasi
Evaluasi dilakukan atas respon komunitas terhadap program kesehatan.
Hal-hal yang perlu dievaluasi adalah masukan (input), pelaksanaan (proses) dan
hasil akhir (output).
Penilaian yang dilakukan berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai,
sesuai dengan perencanaan yang telah disusun semula. Ada 4 dimensi yang harus
dipertimbangkan dalam melaksanakan penilaian, yaitu:

1) Daya guna
2) Hasil guna
3) Kelayakan
4) Kecukupan
Fokus evaluasi adalah:
1) Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan pelaksanaan
22

2) Perkembangan atau kemajuan proses


3) Efisiensi biaya
4) Efektifitas kerja
5) Dampak: apakah status kesehatan meningkat/menurun, dalam rangka waktu
berapa?
Perubahan ini dapat diamati seperti gambar dibawah ini:

Keterangan:
: peran masyarakat
: peran perawat
Pada gambar diatas dapat dijelaskan alih peran untuk memandirikan klien
dalam menanggulangi masalah kesehatan, pada awalnya peran perawat lebih besar
daripada klien dan berangsur-angsur peran klien lebih besar daripada perawat.

Tujuan akhir perawatan komunitas adalah kemandirian keluarga yang


terkait dengan lima tugas kesehatan, yaitu: mengenal masalah kesehatan,
mengambil

keputusan

tindakan

kesehatan,

merawat

anggota

keluarga,

menciptakan lingkungan yang dapat mendukung upaya peningkatan kesehatan


keluarga serta memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia,

23

sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pemecahan masalah keperawatan


yaitu melalui proses keperawatan.

24

BAB III
APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Wilayah


Dusun Tammu-Tammu Desa Moncong Loe Kabupaten Maros maka mahasiswa
berusaha untuk menerapkan konsep-konsep keperawatan komunitas yang ada.
Kegiatan praktik keperawatan yang dilaksanakan oleh mahasiswa diawali dengan
Pembentukan Kelompok Kerja Kesehatan RT I Dusun Tammu-Tammu Desa
Moncong Loe Kabupaten Maros yang anggotanya terdiri dari kader kesehatan,
tokoh masyarakat, tokoh agama, remaja RW I Wilayah Dusun Tammu-Tammu
Desa Moncong Loe Kabupaten Maros. Selain kegiatan komunitas, mahasiswa
juga memberikan Asuhan Keperawatan Keluarga. Keluarga yang menjadi sasaran
untuk dibina khususnya adalah keluarga dengan risiko kesehatan.
Adaptasi kegiatan-kegiatan kelompok kerja kesehatan yang dilaporkan
meliputi tahap-tahap persiapan dan pelaksanaan. Persiapan meliputi persiapan
kemasyarakatan dan persiapan teknis sedangkan tahap pelaksanaan terdiri dari
pengkajian, perencanaan, implementasi, evaluasi dan rencana tindak lanjut.

A.

Persiapan
1.

Persiapan Kemasyarakatan
Pada

tahap

ini,

mula-mula

kelompok

melakukan

kegiatan

pengidentifikasian tokoh masyarakat, tokoh agama, kader kesehatan, remaja


dan organisasi kemasyarakatan yang dilaksanakan pada tanggal 29
Desember 2014. Setelah mengidentifikasi tokoh masyarakat, maka

56

dilakukan

pendekatan

membina

hubungan

saling

percaya

dengan

memperkenalkan diri dan menjelaskan tentang tujuan Praktek Keperawatan


di Dusun Tammu-Tammu khususnya Desa Moncong Loe pada umumnya.
Selanjutnya mahasiswa mengadakan pertemuan dengan Ketua RT
untuk rencana pertemuan dengan masyarakat setempat, tokoh agama, kader
kesehatan tentang rencana pertemuan pertama dan pertemuan selanjutnya
dari kegiatan Praktek Keperawatan Komunitas mahasiswa Profesi NERS
UIN Alauddin Makassar
Tanggal

31 Desember 2014 diadakan pertemuan

Musyawarah

Masyarakat Desa pertama (MMD I), dimulai dengan pembukaan dan


sekaligus perkenalan dengan masyarakat, tujuan dan maksud keberadaan
mahasiswa di Wilayah Dusun Tammu-Tammu Desa Moncong Loe
Kabupaten Maros dijelaskan. Kemudian dilakukan pembentukan dan
pelantikan anggota kelompok kerja kesehatan (Pokjakes). Pertemuan
diakhiri dengan rencana pendataan dari rumah ke rumah di Wilayah Dusun
Tammu-Tammu Desa Moncong Loe Kabupaten Maros .
Pada tanggal 01 Januari s/d 6 Januari 2015 diadakan pendataan
(pengumpulan data) oleh mahasiswa, kemudian dilanjutkan dengan tabulasi
dan analisis data dari tanggal 7 s/d 8 Januari 2015.
Setelah dilakukan tabulasi dan analisis data, maka diadakan
persiapan pertemuan II (kedua) yang akan dilaksanakan pada tanggal 09
Januari 2015 dengan agenda acara penyampaian tabulasi dan analisis data
Wilayah Dusun Tammu-Tammu Desa Moncong Loe Kabupaten Maros,
yang kemudian dilanjutkan dengan kegiatan

57

curah pendapat bersama

masyarakat untuk menentukan prioritas masalah kesehatan yang muncul


dan bersama-sama pula menentukan Plan Of Action dari masalah yang
muncul tersebut. Dari hasil curah pendapat tersebut diatas, masyarakat
akhirnya dapat menentukan masalah yang benarbenar menjadi prioritas di
Wilayah Dusun Tammu-Tammu Desa Moncong Loe Kabupaten Maros.

2. Persiapan Teknis
Dalam menentukan masalah kesehatan yang ada di Wilayah Dusun
Tammu-Tammu Desa Moncong Loe, maka mahasiswa melaksanakan
pengumpulan data melalui angket (lampiran) dengan melakukan wawancara
langsung kepada setiap Kepala Keluarga dalam hal ini yang bertanggung
jawab adalah Mahasiswa Praktek Keperawatan Komunitas Profesi Ners
UIN Alauddin Makassar bersama Kader Kesehatan. Kegiatan ini
dilaksanakan selama 6 hari yaitu pada tanggal 01 Januari s/d 06 Januari
2015.

B. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan ini terdiri atas pengkajian, perencanaan, implementasi,
evaluasi dan tindak lanjut.
1.
a.

Pengkajian

Pengumpulan data
Untuk mendapatkan informasi tentang kondisi yang mempengaruhi
kesehatan di Wilayah Dusun Tammu-Tammu Desa Moncong Loe

58

Kabupaten Maros, maka diperlukan data yang didapatkan melalui


pengkajian, yang terdiri dari kegiatan :
1) Survey sekaligus observasi dimasing-masing rumah yang ada di
Wilayah Dusun Tammu-Tammu Desa Moncong Loe Kabupaten
Maros.
2) Pengumpulan data di masing-masing rumah penduduk/Kepala
Keluarga melalui wawancara dan observasi langsung bersama
anggota Kader Kesehatan pada tanggal 01 Januari s/d 06 Januari
2015.
3) Tabulasi data pada tanggal 7 s/d 8 Januari 2015. .
b. Hasil Tabulasi Data dan Analisa Data
Setelah data terkumpul, maka data tersebut ditabulasi dan diformat
dalam bentuk tabel dan diagram pie untuk disajikan pada saat
pertemuan kedua.
Pengolahan data mencakup analisa masalah kesehatan yang ada di
masyarakat.
Adapun tabel-tabel tersebut terdiri dari 79 tabel yaitu :
TABEL 1
Distribusi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin
Di RW I Kelurahan Bontomanai

59

49%

51%

laki-laki
perempuan

Sumber : Data Mahasiswa KKP-Ners UIN 2013


Interpretasi : Jumlah penduduk secara keseluruhan RW I Adalah 795
orang terdiri dari laki-laki 406 (51 %) dan perempuan 387 atau (49 %)

TABEL 2
Distribusi penduduk berdasarkan usia
Di RW I Kelurahan Bontomanai

<1 tahun; 2%1-3 tahun; 5%

3-5 tahun; 4%
>60 tahun; 15%
5-12 tahun; 11%
50-60 tahun; 15%
40-50 tahun; 10%
12-15 tahun; 5%
15-19 tahun; 8%
30-40 tahun; 8%
21-30 tahun; 13% 19-21 tahun; 4%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013


Interpretasi : Tabel diatas terlihat bahwa 795 orang, jumlah
penduduk berusia <1 tahun sebanyak 14 orang (2%), 1-3 tahun

60

sebanyak 41 orang (5%), 3-5 tahun sebanyak 35 orang (4%), 5-12


tahun sebanyak 90 orang (11%), 12-15 tahun sebanyak 43 orang (5%),
15-19 tahun sebanyak 60 orang (8%), 19-21 tahun sebanyak 31 (4%)
21-30 sebanyak 106 (13%), 30-40 tahun sebanyak 62 orang (8%), 4050 sebanyak 76 (10%), 50-60 tahun sebanyak 118 orang (15%), dan >
60 tahun sebanyak 119 orang (15%).

TABEL 3
Distribusi penduduk berdasarkan Agama
Di RWI Bontomanai Kelurahan Bontomanai

islam; 100%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013


Interprestasi : berdasrakan tabel diatas menunjukan semua penduduk RW I
Bontomanai beragama islam (100%)

61

Tabel 4
Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku
Di RW I Kelurahan Bontomanai

3%
bugis
makassar

97%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013


Interprestasi : berdasarkan tabel diatas menunjukan sebagian penduduk
RW I Bontomanai bersuku makassar yaitu 776 orang (97%) dan suku
Bugis 15 orang (3%).
Tabel 5
Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Rw I Bontomanai

Belum Sekolah; 10% TK; 2%


Tidak Tamat SD; 9%
Sarjana; 6%
Tamat SD/SD; 28%
Dipoloma; 2%
SMA; 22%
SMP; 20%

62

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013


Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 796 orang jumlah
penduduk terdapat Saat ini yang tidak sekolah/tidak tamat SD Sebanyak
72 (9%), tamat atau sementara SD Sebanyak 225 (28%), tamat
SMP/sederajat (Tamat, dan sementara SMP) Sebanyak 157 (20,%),
tamat SMA/sederajat 177 orang (22%) , diploma 18 orang (2%) sarjana
sebanyak 49 (6%), saat ini TK 14 orang (2%), dan yang belum sekolah
83 orang (11%) Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan
masyarakat masih rendah.

Tabel 6
Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
Rw I Bontomanai

Tidak Bekerja; 6%
Tani; 10%
Belum Bekerja; 10% Wiraswasta; 16%
Pelajar/ mahasiswa; 27%
PNS/TNI/POLRI; 6%
Tukang Batu/ Tukang Kayu; 3%
IRT; 22%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013

63

Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 795 orang jumlah


penduduk yang pekerjaannya Petani sebanyak 82 orang (10%), Wiraswasta
124 orang (16%), 47 orang (6%) sebagai PNS, Tukang batu/kayu sebanyak
21 orang (3%), Tidak bekerja sebanyak 46 orang (6%), belum bekerja
sebanyak

79

orang

(10%),

URT

sebanyak

178

mahasiswa/pelajar sebanyak 218 (27%).

Tabel 7
Distribusi Jenis Bangunan Rumah
Di Rw I Bontomanai Kec. Bontomarannu

Panggung/Kayu; 5% Lain-Lain; 0%
Semi Permanen; 20%

Permanen; 74%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013

64

(22%)

dan

Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 212 rumah


terdapat 154 rumah permanen (74%) 11 (5%) rumah Panggung , dan 42
(20%) Semi Permanen.

Tabel 8
Distribusi Jumlah Rumah Berdasarkan Sistem Ventilasi
Di Rw I Kec.Bontomarannu
5%
Ya
Tidak

95%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013


Interpertasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 208 rumah
terdapat 198 rumah (96%) yang memiliki ventilasi dan terdapat 10
rumah (4%) yang tidak memiliki ventilasi.

Tabel 9
Distribusi Jumlah Rumah Berdasarkan Kepemilikan Jendela
Di Rw I Bontomanai Kec.Bontomarannu

65

Tidak; 10%

Ya; 90%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013


Interpertasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 208 rumah
terdapat 187 rumah (90%) yang memiliki jendela dan terdapat 21
rumah (10%) yang tidak memiliki jendela.

Tabel 10
Distribusi Jumlah Rumah Berdasarkan Kebiasaan Membuka Jendela
Di Rw I Bontomanai Kec.Bontomarannu

66

Tidak pernah; 19%


Kadang-kadang; 15%
Ya; 66%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013


Interpertasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 208 rumah
terdapat 137 rumah (66%) yang membuka jendela, 31 (15 %) kadangkadang membuka jendela dan terdapat 40 rumah (19%) yang tidak
membuka jendela.

Tabel 11
Distribusi Jumlah Rumah Berdasarkan Pencahayaan Matahari Ke Dalam
Rumah
Di Rw I Bontomanai Kec.Bontomarannu
Tidak; 5%

Ya; 95%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013

67

Interpertasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 208 rumah


terdapat 197 rumah (95%) yang mendapatkan cahaya matahari dan
terdapat 11 rumah (5%) yang tidak mendapatkan cahaya matahari.

TABEL 12
Distribusi Jumlah Rumah Berdasarkan Kebersihan Dalam Rumah
Di RW I Bontomanai Kec.Bontomarannu

Tidak bersih; 30%


Bersih; 70%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013


Interpertasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 208 rumah
terdapat 146 rumah (70 %) yang bersih dan 62 rumah (30%) yang tidak
bersih.

Tabel 13
68

Distribusi Jumlah Rumah Berdasarkan Penyebab Tidak Bersih Dalam


Rumah
Di Rw I Bontomanai Kec.Bontomarannu
Banyak sisa makanan; 3%
Sampah; 26%
Debu; 56%
Pasir; 15%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013


Interpertasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 208 rumah terdapat 1
rumah (3%) yang terdapat banyak sisa makanan, 9 rumah (26%) yang
terdapat sampah, 5 rumah (15%) yang terdapat pasir, 19 rumah (16%)
yang terdapat debu.

Tabel 14
Distribusi Jumlah Rumah Berdasarkan Kebersihan Halaman Rumah
Di Rw I Bontomanai Kec.Bontomarannu

Tidak Ada Halaman; 6%


Tidak Bersih; 26%
Bersih; 68%

69

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013


Interpertasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 208 rumah terdapat
142 rumah (68 %) yang bersih, 55 rumah (26%) yang tidak bersih, dan
yang tidak mempunyai halaman ada 8 rumah (6%).

Tabel 15
Distribusi Jumlah Rumah Berdasarkan Pemanfaatan Halaman Rumah
Di Rw I Bontomanai Kec.Bontomarannu

Untuk Perikanan; 3%
Untuk Kandang Ternak; 10%
Untuk Perkebunan; 30%

Tidak dimanfaatkan; 58%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013


Interpertasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 208 rumah terdapat
107 rumah (57 %) yang halamannya tidak dimanfaatkan, 36 rumah (30 %)
yang halamannya digunakan untuk perkebunan, rumah yang halamannya
dimanfaatkan untuk kandang ternak 18 rumah (10%), 5 rumah (3 %) yang
halamannya digunakan untuk perikanan.

70

Tabel 16
Distribusi Jenis Vektor Yang Membahayakan Kesehatan
Di Dusun Balang Punia

Lalat dan nyamuk; 14%


Lain-Lain; 1%
Ayam; 10%
Kucing; 1%

Lalat, nyamuk, kecoa, ayam; 2%


Lalat; 25%
Burung; 2%

Kecoak; 1%
Nyamuk; 43%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013


Interpertasi : Dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 208 rumah
terdapat 51 rumah (25%) yang jenis vektornya lalat, 5 rumah (2%) yang
jenis vektornya burung, 89 rumah (43%) yang jenis vektornya nyamuk, 2
rumah (1%) yang jenis vektornya kecoak,

3 rumah (1%) yang jenis

vektornya kucing, 20 rumah (10%) yang jenis vektornya ayam, 5 rumah


(2%) yang jenis vektornya nyamuk ayam, dan 30 rumah (15%) yang jenis
vektornya lalat, nyamuk, dll 3 (1%).

71

Tabel 17
Distribusi Jumlah Rumah Berdasarkan Sumber Air Minum
Di Rw I Bontomanai Kec. Bontomarannu
Lain - Lain; 2% Air Hujan; 0%
Sumur Pompa; 20%
PAM; 53%

Sumur Gali; 24%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013


Interpertasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa sumber air dari 208
rumah terdapat 49 rumah (24%) yang berasal dari sumur gali, terdapat 40
rumah (20 %) yang berasal dari sumur pompa, terdapat 109 rumah (53 %)
yang berasal dari PAM, terdapat 1 rumah ( 1 %) yang berasal dari air
hujan dan 5 rumah (2%) yang berasal dari lain-lain.

Tabel 18
Distribusi Pengolahan Air Minum
Di Rw I Bontomanai Kec. Bontomarannu

72

Tidak; 5%

Ya; 95%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013


Interpertasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 208 rumah terdapat
196 rumah (95%) air dimasak dan 11 rumah (5%) air minum tidak di
masak .

Tabel 20
Distribusi Jarak Sumber Air Dari Tempat Penampungan
Di Rw I Bontomanai Kec. Bontomarannu

<10 m; 37%
>10 m; 63%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013


Interpertasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 208 rumah terdapat
72 rumah (63%) yang mempunyai jarak >10 m dan 45 rumah (34%) yang
mempunyai jarak <10 m. .

73

Tabel 21
Distribusi Keadaan Fisik Air Minum
Di Rw I Bontomanai Kec.Bontomarannu
Berasa; 3% Berbau; 4%
Berwarna; 3%
Keruh; 8%
Jernih; 82%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013


Interpertasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 208 rumah terdapat
170 rumah (82%) air yang jernih,terdapat 16 rumah (8%) airnya keruh,
terdapat 6 rumah (3%) yang airnya berwarna, dan terdapat 7 rumah (3 %)
yang airnya berbau.

Tabel 22
Distribusi Sumber Air Untuk Mandi Dan Mencuci
74

Di Rwi Bontomanai Kec. Bontomarannu

Sumur Pompa dan PAM; 0%


PAM; 42%

Sumur Pompa; 24%


Air Hujan; 2%

Empang; 0% Sumur Gali; 32%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners 2013


Interpertasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 208 rumah terdapat
66 rumah (32%) menggunakan sumber air dari sumur gali, terdapat 45
rumah ( 21 %) menggunakan sumber air dari sumur pompa, terdapat 86
rumah (42 %) menggunakan sumber air dari PAM , dan 4 rumah ( 2 %)
menggunakan sumber air hujan.

Tabel 23
Distribusi Jumlah Rumah Berdasarkan Tempat Penampungan
Di Rwi Bontomanai Kec. Bontomarannu

Terbuka; 25%
Tertutup; 75%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013

75

Interpertasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 208 rumah


terdapat 155 rumah (75%) yang tempat penampungan air tertutup dan
51 rumah (25 % %) yang tempat penampungan air terbuka

Tabel 24
Distribusi Jumlah Rumah Berdasarkan Kondisi Penampungan Air
Di Rw I Bontomanai Kec. Bontomarannu
Tidak berlumut dan tidak ada jentik nyamuk; 8%
Berlumut; 11%
Tidak ada jentik nyamuk; 23%
Ada jentik nyamuk; 10%
Tidak berlumut; 48%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013


Interpertasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 208 rumah terdapat
100 rumah (48%) yang tempat penampungan air tidak berlumut, 22 rumah
(11%) yang tempat penampungan airnya berlumut, 21 rumah (10%) yang
terdapat jentik nyamuk. Dan 48 rumah (23%) yang tidak terdapat jentik
nyamuknya.

Tabel 25

76

Distribusi Frekuensi Pengurasan Tempat Penampungan Air


Di Rw I Bontomanai Kec. Bontomarannu

lain-lain; 10%
3 Minggu; 2%
2 Minggu; 2%

1 Minggu; 86%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013


Interpertasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 208 rumah
terdapat 63 rumah (86%) yang menguras tempat penampungan 1
minggu, 4 rumah (2%) yang menguras tempat penampungan 2 minggu,
4 rumah (2%) yang menguras tempat penampungan 3 minggu, 2 rumah
(2%) yang tidak pernah dibersihkan, dan 20 rumah (10%) yang lainlain.

Tabel 26
Distribusi Jumlah Rumah Berdasarkan Pembuangan Sampah
Di Rw I Bontomanai Kec.Bontomarannu

77

sembarangan;
3%
ditimbun Didalam
sungai; 4% tanah; 6%
dikumpulkan dan dibakar; 87%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2011


Interpertasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 208 rumah terdapat
180 rumah (87%) yang sampahnya dikumpulkan dan di bakar, 8 rumah (4
%) yang sampahnya di buang di sungai, 13 rumah (6%) sampahnya
ditimbun dalam tanah, 6 rumah (3%) di buang di sembarang tempat.

Tabel 27
Distribusi Jumlah Rumah Berdasarkan Keberadaan Tempat
Penampungan Sampah
Di Rw I Bontomanai Kec.Bontomarannu

Tidak Ada; 40%


Ada; 60%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013

78

Interpertasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 208 rumah terdapat


124 rumah (60%) yang mempunyai tempat penampungan sampah dan 81
rumah (40%) yang tidak mempunyai tempat penampungan sampah.

Tabel 28
Distribusi Keadaan Tempat Penampungan Sampah
Di Rw I Bontomanai Kec.Bontomarannu

banyak lalat; 20%


terpelihara; 67% bau busuk; 10%
banyak kecoa; 2%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013


Interpertasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 208 rumah, 18 rumah
(20%) yang memiliki keadaan banyak lalat, 9 rumah (12%) yang tercium
bau busuk, 2 rumah (2%) yang banyak kecoak..

Tabel 29
Distribusi Keberadaan Polusi Udara Dan Limbah
Di Rw I Bontomanai Kec.Bontomarannu

79

Ya; 32%
Tidak; 68%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013


Interpertasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 208 rumah
terdapat 68 rumah (32%) yang terdapat polusi dan 140 (84%) yang
tidak terdapat polusi udara.

Tabel 30
Distribusi Sumber Polusi Udara Dan Limbah
Di Rw I Bontomanai Kec.Bontomarannu

tetangga; 11%
keluarga; 55%
lain-lain; 34%
Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013
Interpertasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 208 rumah terdapat 31
rumah (55%) yang mendapat sumber polusi dari keluarga, 6 rumah (11%)
yang dari tetangga, 19 (34%) yang dari lain-lain,

Tabel 31
Distribusi Cara Membuang Barang Bekas

80

Di Rw I Bontomanai Kec.Bontomarannu

Ditutup; 6%

ditimbun; 25%
Dibuang di tempat penampungan sampah; 69%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013


Interpertasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 208 rumah terdapat 13
rumah (6%) yang ditutup, 141 rumah (69%) yang dibuang di tempat
penampungan sampah, dan 51 rumah (25%) yang ditimbun.

Tabel 32
Distribusi Jumlah Rumah Berdasarkan Adanya Jamban Keluarga
Di Rw I Bontomanai Kec. Bontomarannu

81

tidak ada; 2%

ada; 98%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013


Interpertasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 208 rumah
terdapat 203 rumah (98%) yang mempunyai jamban dan 5 rumah (2%)
yang tidak mempunyai jamban.

Tabel 33
Distribusi Jumlah Rumah Berdasarkan Jenis Jamban
Di Rw I Bontomanai Kec. Bontomarannu
Cemplung; 1%

Angsatrie; 99%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013


Interpertasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 208 rumah, terdapat
206 rumah ( 99 %) menggunakan jenis jamban leher angsa dan terdapat 2
rumah (1%) menggunakan jenis jamban cemplung

82

Tabel 34
Distribusi Jumlah Rumah Berdasarkan Kondisi Jamban
Di Rw I Bontomanai Kec.Bontomarannu

Tidak terpelihara; 7%

Terpelihara; 93%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013


Interpertasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 208 rumah,
terdapat 194 rumah (93%) yang memiliki jamban terpelihara dan 14
rumah (7%) yang tidak terpelihara.

Tabel 35
Distribusi Jumlah Rumah Berdasarkan Status Kepemilikan Jamban
Di Rw I Bontomanai Kec.Bontomarannu

83

Milik Bersama; 1% Menumpang; 1%


Milik Sendri; 98%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013


Interpertasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 208 rumah, terdapat
205 rumah (98%) yang memiliki jamban sendiri. 2 Rumah (1%) yang
mempunyai jamban bersama, dan 1 rumah (1%) yang menumpang.

TABEL 36
Distribusi Tempat Pembuangan Air Limbah
Di RW I Bontomanai Kec.Bontomarannu

Lain-lain; 9%

Aliran Bak Penampungan; 15%


sembarang tempat; 8%
sungai; 2%

selokan; 65%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013


Interpertasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 208 rumah yang
memiliki tempat pembuangan air limbah terdapat 134 rumah (63%) yang di
selokan, 5 rumah (3%) yang di sungai, 17 rumah (8%) yang di sembarang

84

tempat, 30 rumah (15%) yang di aliran bak penampungan, dan 19 rumah


(9%) di tempat lain.

EKONOMI, TRANSPORTASI, DAN PENDIDIKAN PELAYANAN


KESEHATAN

Tabel 1
Distribusi Jumlah Rumah Berdasarkan Penghasilan Penduduk
Sebulan
Di Di Rw I Bontomanai Kec. Bontomarannu

< 200.000; 9%

Rp. 200.000- Rp. 300.000; 5%


Rp. 300.000-Rp 500.000; 13%

> 500.000; 74%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013


Interpertasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 208 rumah, 154
rumah (74%) yang mempunyai penghasilan >Rp 500.000, 10 rumah (5%)
yang mempunyai penghasilan Rp 200.000 Rp 300.000, sebanyak 27
rumah (13%) yang penghasilannya Rp 300.000 - Rp500.000, dan
rumah (9%) yang mempunyai penghasilan < Rp. 200.000.
85

18

Tabel 2
Distribusi Jumlah Rumah Berdasarkan Adanya Alokasi Dana
Kesehatan
Di Rw I Bontomanai Kec. Bontomarannu

ya; 44%

tidak; 56%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013


Interpertasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 208 rumah terdapat
92 rumah (44%) yang mempunyai alokasi dana kesehatan dan 116 rumah
(56%) yang tidak memiliki dana kesehatan.

TABEL 3
Distribusi Industri Dalam Wilayah
Di RW I Bontomanai Kec. Bontomarannu

86

perusahaan rumah tangga; 6%


perikanan; 30%
pertanian; 61%
makanan; 3%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013


Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 208 rumah,
terdapat 127 (61 %) memiliki industri pertanian, terdapat 6 (3%)
memiliki industri makanan terdapat 62 (30 %), dan terdapat 13 (6%)
memiliki indusri perusahaan rumah tangga.

Tabel 4
Distribusi Sarana Transportasi Umum
Di Rw I Bontomanai Kec. Bontomarannu

Pete-pete; 6% lain-lain ; 2%
Ojek/Becak; 4%

Mobil/Motor Pribadi; 88%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013

87

Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 208

rumah

terdapat 184 rumah (88%) yang menggunakan mobil/motor pribadi, 8


rumah (4%) yang menggunakan ojek/becak, dan 13 rumah (4%) yang
menggunakan pete-pete dan 4 rumah (2 %) menggunakan lain-lain.

Tabel 5
Distribusi Jumlah Rumah Yang Pernah Mendapat Info Kesehatan
Di Rw I Bontomanai Kec. Bontomarannu

Papan Pengumuman; 1% Mahasiswa; 4% Radio; 5%


TV; 28%
Penyuluhan Pkm; 60%

Koran/Majalah; 3%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013


Interpretasi : tabel diatas menunjukkan bahwa dari 208 rumah terdapat
107 Rumah (60%) yang mendapat info kesehatan dari penyuluhan
puskesmas/posyandu, 8 rumah (4%) yang mendapat informasi
kesehatan dari radio, 49 rumah (28%) yang mendapat info kesehatan
88

melalui televisi, 5 rumah (3%) yang mendapatkan informasi kesehatan


dari koran/majalah, 1 rumah (1%) yang mendapat info kesehatan dari
puskesmas dan papan pengumuman/kelurahan, 7 rumah (4%) yang
mendapatkan informasi kesehatan dari mahasiswa KKN/PB.

Tabel 6
Distribusi Jumlah Rumah Berdasarkan Tempat Pemeriksaan Kesehatan
Di Rw I Bontomanai Kec. Bontomarannu

DOKTER PRAKTIK; 9%
RUMAH SAKIT; 10%
PUKESMAS; 59%

PERAWAT/MANTRI; 23%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013


Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 208 rumah
terdapat
puskesmas,

184

rumah (59%) yang memeriksakan kesehatan ke

12 rumah (23%) yang memeriksakan kesehatan ke

perawat/mantri, 3 rumah (10%) yang memeriksakan kesehatan ke

89

rumah sakit, 10 rumah (8%) yang memeriksakan kesehatan ke dokter


praktik.

Tabel 7
Distribusi Jumlah Rumah Berdasarkan Anggapan Mengenai Petugas
Kesehatan
Di Rw I Bontomanai Kec. Bontomarannu

9%

91%

BAIK
KURANG BAIK

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013


Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 208 rumah terdapat
190 rumah (91%) yang mengatakan petugas kesehatan bersikap baik dan
17 rumah (9%) yang mengatakan petugas kesehatan kurang baik.
Tabel 8
90

Distribusi Jumlah Rumah Dengan Kunjungan Petugas Kesehatan Puskesmas


Di Rw I Bontomanai Kec. Bontomarannu

16%

34%
YA, 1 BULAN SEKALI
YA, JIKA DIPANGGIL
TIDAK PERNAH

50%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013


Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 208 rumah, terdapat
37 rumah (34%) menyatakan petugas kesehatan berkunjung 1 bulan sekali,
54 rumah (50%) menyatakan petugas kesehatan berkunjung jika dipanggil,
17 rumah (16%) menyatakan petugas kesehatan tidak pernah berkunjung.

Tabel 9
Distribusi Keberadaan Program Kesehatan Sekolah
Di Rw I Bontomanai Kec. Bontomarannu

91

YA

100%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013


Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 208 rumah, terdapat
keberadaan program kesehatan sekolah 99%, dan lebihnya mengatakan
tidak mempunyaiprogram kesehatan sekolah.

Tabel 10
Distribusi Program Sekolah Yang Sudah Berjalan

YA

100%

Di Rw I
Bontomanai Kec. Bontomarannu
92

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013


Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 208 rumah
mengatakan program yang sudah berjalan 100 %

BAYI BALITA
Tabel 1
Distribusi Jumlah Kepemilikan Kms
Di Rw I Bontomanai Kec.Bontomarannu

Tidak; 11%

Ya; 89%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013


Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 56 bayi/balita (89%)
memiliki KMS, dan terdapat 7 bayi/balita ( 11%) tidak memiliki KMS

Tabel 2
Distribusi Grafik Kms 3 Bulan Terakhir
Di Rw I Bontomanai Kec.Bontomarannu

93

Lain-lain; 2%
Tidak menentu (naik-turun); 13%
Tidak tahu; 8%
Datar setiap bulan; 10%
Menurun setiap bulan; 2%

Meningkat setiap bulan; 66%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013


Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 63 bayi/balita terdapat
41 bayi/balita (66%) meningkat per bulan, 6 bayi/balita (10%) yang datar per
bulan, 8 bayi/balita (13%) yang tidak menentu, dan 5 bayi / balita (8%) yang
tidak diketahui perkembangannya.

Tabel 3
Distribusi Jumlah Balita Berdasarkan Pemberian Asi
Di Rw I Bontomanai Kec.Bontomarannu

94

Tidak; 17%

Ya; 83%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013


Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 63 bayi/balita terdapat
52 bayi/balita (83%) diberi ASI, 11 bayi/balita (17%) tidak diberi ASI.

Tabel 4
Distribusi Jumlah Alasan Tidak Diberi Asi
Di Rw I Bontomanai Kec.Bontomarannu

Produksi ASI kurang; 25%


lain - lain; 50%

Bayi tidak mau makan; 8%


Ibu bekerja; 8%

putting tidak normal; 8%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013


Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 11 bayi/balita terdapat 3
bayi/balita (25%) tidak menyusu karena produksi ASI kurang, 1 bayi/balita
(9%) tidak menyusui karena bayi tidak mau makan, 1 bayi/balita (8%) tidak

95

menyusu karena alasan puting tidak normal.1 bayi/balita (9%) tidak menyusu
karena ibunya bekerja.

Tabel 5
Distribusi Jumlah Pemberian Makanan Pendamping Asi
Di Rw I Bontomanai Kec.Bontomarannu

Ya; 10%

Tidak; 90%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013


Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 63 bayi/balita terdapat
54 balita (90%) dengan pemberian makanan pendamping ASI, 9 balita (10%)
tidak diberikan makanan pendamping ASI

Tabel 6
Distribusi Status Alergi Makanan Dan Minuman
Di Rw I Bontomanai Kec.Bontomarannu

96

Ya; 10%

Tidak; 90%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013


Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 63 bayi/balita terdapat 6
orang (10%) ada makanan pantangan, terdapat 57 orang (90%) tidak ada
makanan pantangan.

Tabel 7
Distribusi Karakteristik Pemberian Vitamin A
Di Rw I Kec.Bontomarannu

7%

YA
TIDAK

93%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013

97

Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 63 bayi/balita terdapat 56


bayi/balita (93%) mendapatkan vitamin A dan 7 bayi/balita (7%) tidak
mendapatkan Vitamin A.

Tabel 8
Distribusi Penyakit Bayi/Balita Dalam 6 Bulan Terakhir
Di Rw I Kec.Bontomarannu

PENYAKIT KULIT, KUDIS, KURAP, GATAL, BISUL; 8%


BATUK-BATUK; 21%
DEMAM; 42%

PILEK; 18%
lain-lain; 11%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013


Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 63 bayi/balita
terdapat 26 bayi/balita (42%) demam, 13 bayi/balita (21%) batuk-batuk, 5
bayi/balita (8%) Penyakit kulit, kudis, kurap, gatal, bisul, 11 bayi/balita
(18%) pilek, 7 bayi/balita (11%) penyakit lain-lain.

98

Tabel 9
Distribusi Status Imunisasi Dasar
Di Rw I Bontomanai Kec.Bontomarannu

8%

YA
TIDAK

92%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013


Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 63 bayi/balita terdapat 58
bayi/balita (92%) imunisasi lengkap dan 5 bayi/balita (8%) tidak diimunisasi
lengkap.

Tabel 10
Distribusi Jenis Imunisasi Yang Diberikan
Di Rw I Bontomanai Kec.Bontomarannu
DPT I-POLIO I
BCG

8%

DPT II-POLIO II
CAM PAK

5% 2% 5%
2%

79%

99

LENGKAP
POLOI IV

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013


Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 63 bayi/balita
terdapat 3 orang (5%) Jenis imunisasi DPT I-Polio I, 1 bayi/balita (1%)
DPT II - Polio II, 50 bayi/balita (79%) imunisasi lengkap, 5 bayi/balita
(8%) imunisasi BCG, dan 3 bayi/balita (5%) imunisasi campak.

KESEHATAN ANAK DAN REMAJA


Tabel 1
Distribusi Karakteristik Kesulitan Makan Anak
Di RW I Bontomanai Kecamatan Bontomarannu

Ya; 31%

Tidak; 69%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013


Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 97 anak terdapat 30
anak (31%) dan tidak mengalami kesulitan dalam makan 67 anak (69%).
Secara umum anak di RW I Bontomanai tidak mengalami kesulitan dalam
makan.

100

Tabel 2
Distribusi Alasan Kesulitan Makan Anak
Di RW I Bontomanai Kecamatan Bontomarannu

dll; 13%
penyajian makanan; 3%

bermain; 37%

jajan; 47%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013

Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan alasan anak kesulitan makan


bahwa dari 97 anak terdapat 11 anak (37%) yang lebih pilih bermain, 14
anak (47%) sering jajan dan 1 anak (3%) yang malas makan karena tidak
tertarik dengan penyajian makanan, serta 4 (13%) anak mengalami kesulitan
dengan alsan lain.

101

Tabel 3
Distribusi Penyakit Anak 6 Bulan Terakhir
Di RW I Bontomanai Kecamatan Bontomarannu

BATUK/PILEK; 25%

LAIN-LAIN; 34%

DIARE; 4%
PENYAKITKULIT, KUDIS,KURAP,GATAL BISUL; 6%
DEMAM; 30%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013


Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan penyakit yang di derita anak
selama 6 bulan terakhir yaitu dari 97 anak terdapat 24 anak (25%)
batuk/pilek, 4 anak (30%), demam 6 (6%) dan penyakit kulit, kudis, kurap,
gatal, bisul 3 anak (5%) serta lain-lain 21 anak (33%) sehingga dapat
disimpulkan penyakit yang banyak di derita anak selama 6 bulan terakhir
adalah batuk/pilek (ISPA).

102

Tabel 4
Distribusi Karakteristik Masalah Yang Dihadapi Remaja
Di Rw I Bontomanai Kec. Bontomarannu

7%

19%

44%

28%
2%

KESULITAN BELAJAR
BEGADANG
PENYAKIT KULIT,
KUDIS, KURAP, GATAL,
BISUL
lain-lain
kurang percaya diri

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013


Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 57 orang terdapat 11
orang (7%) kesulitan belajar, 16 orang (28%) Begadang, 25 orang (44%)
lain-lain, 1 orang (2%) penyakit kulit, kudis, kurap, gatal, bisul.
Tabel 6
Distribusi Karakteristik Masalah Pemecahan Masalah Remaja
Di Rw I Bontomanai Kec. Bontomarannu

103

6% 2% 1%
2%
33%

BERCERITA PADA TEM AN


BERCERITA PADA ORANG
TUA
BERCERITA PADA
SAUDARA
M ENGURUNG DIRI
LARI DARI RUM AH
DLL

56%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013


Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 69 orang terdapat 26
orang (56%) bercerita pada teman, 30 orang (33%) bercerita pada orang tua.
2 orang (2%), 7 orang ( 6%) yang mengurung diri, 2 orang ( 2%) yang lari
dari rumah. Dan 1 orang (1%) yang melakukan hal lain.

Tabel 7
Distribusi Karakteristik Kegiatan Remaja Di Waktu Luang
Di Rw I Bontomanai Kec. Bontomarannu

3%
30%
51%
16%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013

104

karang taruna
membantu org tua
BEROLAHRAGA
lain-lain

Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 69 orang terdapat 2


orang (5%) yang mengikuti karang taruna, 36 orang (51%) membantu orang
tua, 11 orang (16%) berolah raga, dan 21 orang (3%) yang ikut dalam
kegiatan lain.

IBU HAMIL
Tabel 1
Distribusi Status Ibu Hamil
Di RW I Bontomanai Kecamatan Bontomarannu

ya, usia 25-35 tahun; 40%


YA, USIA <25 TAHUN; 60%

Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah ibu hamil yang berusia
<25 Tahun 3 (69%) orang , dan ibu hamil yang berusia 25-35 Tahun sebanyak 2
(40%) orang.

KESEHATAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS)


Tabel 1
Distribusi Status PUS Sebagai Akseptor KB
Di RW I Bontomanai Kecamatan Bontomarannu
105

Pernah, tapi saat ini tidak lagi; 12%


Tidak sama sekali; 19%
Ya; 69%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013


Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 113 PUS terdapat 78 PUS
(69%) yang menggunakan KB, 21 PUS (19%) yang tidak sama sekali
menggunakan KB dan 14 PUS (12%) yang pernah tapi saat ini tidak lagi
menggunakan KB, sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besas PUS di RW
I Bontomanai menggunakan KB.

Tabel 2
Distribusi Alat Kontrasepsi Yang Digunakan
Di RW I Bontomanai Kecamatan Bontomarannu

Susuk; 1%
Pil; 32%

AKDR; 1%

Suntik; 65%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013

106

Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 113 PUS terdapat 22 PUS
(32%) yang menggunakan KB PIL, 44 PUS (65%) yang menggunakan KB
suntik dan 1 PUS (2%) yang menggunakan KB jenis AKDR,serta 1 orang (1%)
yang menggunakan susuk, sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar PUS
di RW I Bontomanai menggunakan KB suntik.

Tabel 3
Distribusi Alasan Tidak/Belum Menjadi Akseptor KB
Di RW I Bontomanai Kecamatan Bontomarannu

Takut Efek samping; 11%


Ingin punya anak; 24%

sakit; 20%

dilarang pasangan; 7%
Alasan Agama; 7%
Tidak Tahu guna KB; 31%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013


Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan yang beralasan tidak/belum menjadi
akseptor KB karena takut efek samping ada 5 PUS (11%), sakit 9 PUS (20%),
alasan agama 3 PUS (7%),dilarang pasangan 3 PUS (7 %) ingin punya anak 10
PUS (24%), dan tidak tahu kegunaan KB 14 PUS (31%).

107

KESEHATAN LANSIA
Tabel 1
Distribusi Karakteristik Lansia Berdasarkan Umur
Di Rw I Bontomanai Kec.Bontomarannu

> 70 Tahun; 31%

55 - 59 Tahun; 33%

60- 70 Tahun; 36%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013


Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 88 lansia terdapat 32
orang (33%) usia 55-59 tahun, 30 orang (36%) Usia 60-70 tahun , 26 orang
(31%) Usia > 70 tahun.
Tabel 2
Distribusi Jumlah Status Kemandirian Lansia

108

Di Rw I Bontomanai Kec. Bontomarannu


Tidak; 6%

Ya; 94%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013


Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 88 lansia terdapat 83
orang (94%) yang mandiri dan 5 (6%) yang tidak mandiri

Tabel 4
Distribusi Karakteristik Penyakit Akut Yang Diderita Lansia
Di Rw I Bontomanai Kec.Bontomarannu

Ya; 45%
Tidak; 55%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013

109

Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 88 lansia terdapat 40


orang (45%) yang mempunyai penyakit akut / kronik dan 48 orang (55%)
yang tidak mempunyai penyakit akut/kronik

Tabel 6
Distribusi Cara Penanganan Penyakit Pada Lansia
Di Rw I Bontomanai Kec.Bontomarannu

berobat ke praktik tenaga kesehatan; 34%

berobat ke yankes; 66%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013


Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 88 lansia terdapat 58
orang (66%) yang berobat ke layanan kesehatan, 30 orang (34%) yang
berobat ke praktek tenaga kesehatan.

110

Tabel 7
Distribusi Frekuensi Pemeriksaan Pada Lansia
Di Rw I Bontomanai Kec.Bontomarannu
> 1 Kali; 3%
Tidak pernah; 47%

kalau sakit saja; 50%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013


Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 88 lansia terdapat 44
orang (50%) yang berobat kalau sakit saja, 41 orang (47%) yang tidak
pernah dan 3 orang (3%) yang lebih dari 1 kali.

PENYAKIT ANGGOTA KELUARGA


Tabel 1
Distribusi Tentang Keluhan Yang Dirasakan
Di Rw I Bontomanai Kec.Bontomarannu

111

dll; 5% Hipertensi; 8%

Stroke;
Rematik;
12%0%
DM;
1% 0%
Penyakit
Jantung;
Demam; 11%

Penyakit kulit; 53%

TB Paru; 1%
Batuk; 5%
Diare; 3%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013


Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 257 jiwa terdapat 20
orang (8%) yang mengalami hipertensi, 30 orang (12%) yang rematik, 3
orang (1%) yang diabetes melitus, 1 orang (1%) yang stroke, 1 orang (1%)
yang penyakit jantung, 29 orang (11%) yang demam, 2 orang (1%) yang TB
paru, 14 orang (6%) yang batuk, 8 orang (3%) yang diare, 135 orang (53%)
dan 14 orang (5%) lain-lain.
Tabel 2
Distribusi Usaha Keluarga Dalam Penanganan Penyakit
Di Rw I Bontomanai Kec.Bontomarannu

112

Perawat; 0% Bidan; 0% Dokter; 2%


ke RS/Klinik swasta; 7%

Ke Puskesmas; 90%

Sumber : Data Mahasiswa KKP Ners UIN 2013


Interpretasi : Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 257 jiwa terdapat 232
orang (90%) yang berobat ke puskesmas, 19 orang (8%) yang ke RS /
Klinik swasta, 1 orang (0%) yang ke bidan, 4 orang (2%) yang ke dokter,
dan 1 orang (0%) yang ke perawat.

Analisa Data
Data

Masalah

113

Diagnosa keperawatan

kesehatan

Terdapat % ( rumah) yang

Resiko

Risiko

memiliki vektor penular

terjadinya

penyakit

penyakit adalah nyamuk


Terdapat % ( rumah) yang

penyebaran

(,Diare,ISPA,DHF,Demam)

penyakit infeksi

Dusun

terjadinya

penyebaran
infeksi
di

Tammu-Tammu

memiliki vektor penular

berhubungan dengan: kurangnya

penyakit adalah lalat


Terdapat ( rumah) yang

pengetahuan masyarakat tentang


pentingnya kesehatan lingkungan,

kebiasaan membuang

kurangnya kesadaran untuk hidup

sampahdengan cara

komunitas

sehat.

membuang pada
Terdapat ( warga ) yang
mengalami penyakit ISPA
selama 6 bulan terakhir

Terdapat 80 % ( 4 ibu)
yang jarak kehamilan dulu

Resiko terjadi

dan sekarang <3 tahun


Terdapat 31 % (14 ibu)

kehamilan yang

tidak mengetahui guna

rencanakan

tidak di

dari KB
Terdapat 11 % ( 5 ibu)
yang takut efek samping

Resiko terjadi kehamilan yang tidak


di rencanakan berhubungan dengan
Kurangnya

pengetahuan

masyarakat

tentang

Keluarga

Berencana

Kurangnya

menggunakan KB
Terdapat 7 % (3 ibu) yang

pentingnya
(KB),

Pengetahuan

masyarakat mengenai jenis-jenis


alat Kontrasepsi

dilarang pasangannya
menggunakan KB

Terdapat 15 % (43 lansia )


yang mendominasi jumlah
jiwa di RW 001 di

kelurahan Bontomanai
Terdapat 31 % ( 26 lansia )

Risiko terjadinya
peningkatan
Angka kesakitan
114

Risiko

terjadinya

Angka

kesakitan

peningkatan
pada

lansia

yang berusia > 70 tahun


Terdapat 49 % ( 41 lansia )

pada

lansia diakibatkan oleh penurunan fungsi

yang tidak pernah

penurunan

Kurangnya

memeriksakan

fungsi tubuh

masyarakat

diakibatkan oleh tubuh

kesehatannya
Terdapat 48 % ( 101

lansia.

dengan

pengetahuan
tentang

kesehatan

Kurangnya

kesadaran

masyarakat tentang pemanfaatan

warga) yang melaporkan

sarana kesehatan untuk lansia

tidak pernah dikunjungi

berhubungan

oleh petugas kesehatan


Terdapat 27 % ( 20 lansia)
yang menginginkan

kelompok lansia
Terdapat 19 % ( 30 lansia)
yang mengalami penyakit
rematik

Prioritas Masalah
Setelah perumusan diagnosa, dilakukan skoring untuk penentuan prioritas,
yakni sebagai berikut:
N
Masalah Kesehatan

D E F G H

o
Resiko

terjadi

kehamilan yang tidak di

38

rencanakan
Risiko terjadinya

45

115

peningkatan Angka
kesakitan pada lansia
diakibatkan oleh
penurunan fungsi tubuh
Resiko
terjadinya
3

penyebaran

penyakit

46

infeksi
KeteranganPembobota
Keterangan :
A = Risiko terjadi
B = Risiko Keparahan
C = Potensial untuk pendidikan
Kesehatan
D = Minat Masyarakat

H = Waktu
I = Dana

n
1 = Sangat Rendah
2 = Rendah

J = Fasilitas Kesehatan

3 = Cukup

K = Sumber Daya
L = Sesuai Dengan Peran

4 = Tinggi
5 = Sangat Tinggi

E = Mungkin Diatasi
F = Sesuai dengan Program
G = Tempat

Perawat
M = Skor Total
N = Urutan Prioritas

116

BAB IV
PEMBAHASAN

Konsep keperawatan komunitas yang professional mengacu pada ilmu dan


kiat keperawatan yang ditujukan pada masyarakat terutama kelompok risiko
tinggi. Peran serta aktif masyarakat sangat mempengaruhi proses penerapan
asuhan keperawatan di masyarakat itu sendiri. Pengkajian yang dilakukan sangat
tergantung pada respon positif dari masyarakat terutama dalam memberikan
informasi yang valid dan akurat
Melalui Forum (FONDASI) di Wilayah Dusun Tammu-Tammu Desa
Moncong Loe Kabupaten Maros serta melibatkan pihak terkait baik pemerintah
setempat, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan remaja mesjid dapat diperoleh data
yang sangat mendukung proses pemberian asuhan keperawatan langsung pada
masyarakat.
Tahapan proses keperawatan komunitas pada dasarnya sama dengan
tahapan pada proses keperawatan di klinik keperawatan yang meliputi:
Pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi . Pembahasan inipun mengacu
pada analisis SWOT ( Strength / kekuatan. Weakness /kelemahan, Opportunity /
kesempatan dan Threat / ancaman. )
Pengkajian
Pada tahap pengkajian data yang perlu dikaji pada kelompok atau
komunitas menurut teori Anderson adalah data inti yang terdiri atas data
demografi : umur. pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai

117

keyakinan serta riwayat timbulnya komunitas. Dan mengkaji sub system yang
mempengaruhi komunitas seperti lingkungan fisik perumahan, pendidikan,
kesehatan, keamanan, keselamatan politik, dan kebijakan pemerintah tentang
kesehatan, sarana pelayanan kesehatan yang tersedia, sistem komunikasi dan
ekonomi
Pengkajian dilaksanakan dengan menggunakan metode wawancara serta
observasi langsung berdasarkan format pengkajian .

Analisis Swot :
Strength / kekuatan
Kekuatan dari pengkajian adalah adanya dukungan positif dari masyarakat,
dan kerjasama Fondasi / kader kesehatan serta aparat pemerintah.
Weakness / kelemahan
Kelemahannya adalah kurang akuratnya data yang diperoleh hal ini
diakibatkan kurang efektifnya bahasa, tingkat pendidikan

rendah

yang

menghambat pemahaman masyarakat terhadap pertanyaan yang diberikan,


Kepala keluarga yang tidak ada pada saat pendataan, dan ketidaksadaran
masyarakat akan pentingnya dilakukan pengkajian.
Opportunity / kesempatan
Kesempatan dari

tahap pengkajian adalah penerimaan yang baik dari

masyarakat karena kegiatan berhubungan dengan masalah kesehatan sesuai


dengan kebutuhan masyarakat.

118

Threat / ancaman
Ancaman adalah keakuratan data yang diragukan dan keseriusan pengumpul
data dalam mengkaji permasalahan yang dialami sebenarnya.

Perencanaan
Analisis SWOT :
Kekuatan pada perencanaaan ini adalah motivasi dari pemerintah setempat,
puskesmas, kader / fondasi dan beberapa tokoh masyarakat dan tokoh agama
serta remaja mesjid untuk mewujudkan apa yang telah direncanakan, terbukti
adanya kemauan dari masyarakat untuk ikut serta dalam setiap kegiatan,
tenaga dan tempat.
Kelemahan pada perencanaan ini adalah kurangnya sponsor dana yang dapat
bertanggung jawab untuk beberapa kegiatan yang membutuhkan pembiayaan
besar sehingga beberapa metode tepat guna disiapkan untuk menghadapi
kendala dana tersebut.
Kesempatan dalam perencanaan ini adalah cukup banyak waktu luang dari
masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan yang direncanakan sehingga
mereka menyempatkan diri sebagai penanggung jawab dalam beberapa
kegiatan. Bantuan dari puskesmas dan pihak terkaitpun didapatkan berupa
kesediaan kerjasama dalam beberapa kegiatan yang telah direncanakan.
Ancaman pada perencanaaan ini adalah kemungkinan peran serta aktif
masyarakat dalam pelaksanaan nantinya akan berkurang berhubungan dengan
kesibukan sebagai petani, buruh, PNS dan swasta, dll, mungkin beberapa

119

diantara mereka pergi ke kebun atau ke sawah, faktor cuaca (musim hujan).
Bantuan dana dan fasilitas dari puskesmas belum dapat dipastikan dari saat
penyusunan perencanaan ini.

Implementasi
Dalam pembahasan ini akan dijelaskan secara analisis SWOT
berdasarkan pada jenis masalah keperawatan yang ada.

Masalah kesehatan I : Lingkungan masyarakat yang kurang sehat


Analisis SWOT :
Kekuatan dalam kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan ini adalah
dukungan masyarakat, fondasi, pemerintah setempat dan tokoh masyarakat
dalam memotivasi masyarakat untuk berperan serta aktif dalam kegiatan yang
dilaksanakan serta bantuan pihak puskesmas.
Kelemahannya adalah kurangnya kesadaran masyarakat untuk menerapkan
kebiasaan hidup bersih dan sehat.
Kesempatan yang diperoleh adalah sejalannya beberapa kegiatan dengan
program pemerintah dan puskesmas, misalnya pelatihan kader kesehatan.
Ancaman dalam kegiatan ini adalah tidak adanya tindak lanjut terutama dari
masyarakat karena beberapa perencanaan membutuhkan dana swadaya
masyarakat dan kerjasama dengan pemerintah setempat dan pihak puskesmas
setempat. Selain itu, kurangnya partisipasi masyarakat dalam mengikuti
program kegiatan yang dilaksanakan karena bertepatan dengan musim hujan.

120

Masalah Kesehatan II : Kurangnya pemahaman masyarakat tentang keluarga


berencana (KB).
Analisis SWOT
Kekuatan yang ada dalam mengatasi masalah ini adalah dukungan berupa
kesediaan dari masyarakat memberi izin dilakukannya penyuluhan kepada
masyarakat dan kesediaan mereka menyebarkan informasi tentang keluarga
berencana.
Kelemahannya kurangnya kesadaran pasangan usia subur tentang pentingnya
berKB.
Kesempatan yang diperoleh adalah sejalannya beberapa kegiatan dengan
program pemerintah dan puskesmas, misalnya mengadakan posyandu dan
pelatihan kader kesehatan.
Ancaman yang ada adalah tidak berkelanjutannya kegiatan-kegiatan dalam
mengatasi masalah ini karena peran serta masyarakat memang sangat kurang
tentang kegiatan yang dilakukan serta kurangnya kader posyandu yang aktif
juga dibarengi dengan kurangnya petugas kesehatan.

Masalah kesehatan III :

Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap

kesehatan Lansia.
Analisis SWOT :
Kekuatan yang ada dalam masalah ini adalah adanya minat masyarakat yang
cukup besar untuk mengikuti penyuluhan dan posyandu kesehatan lansia dan

121

adanya dukungan dari puskesmas untuk melaksanakan

berbagai kegiatan

yang berhubungan dengan masalah ini.


Kelemahannya adalah jarak fasilitas pelayanan kesehatan yang cukup jauh
dari tempat tinggal masyarakat serta kurangnya tenaga kesehatan untuk
menjangkau seluruh masyarakat.
Kesempatan

adalah sejalannya kegiatan dengan program puskesmas,

misalnya mengadakan posyandu dan pelatihan kader kesehatan.


Ancaman yang ada dalam masalah ini adalah dibutuhkannya dukungan yang
sangat besar dari aparat pemerintah setempat dan petugas kesehatan dalam
tindak lanjut program serta dibutuhkannya kesadaran yang tinggi dari
masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas yang ada serta program yang dibuat.

Evaluasi
Berdasarkan respon verbal dan non verbal menurut teori Anderson dapat
disimpulkan hasil evaluasi bahwa :
1. Rencana kegiatan mahasiswa selalu mendapat respon positif dari
masyarakat.
2. Pada pelaksaaan kegiatan ( implementasi ) biasanya masyarakat kurang
berespon berhubungan dengan kurangnya kesadaran apalagi jika hal
tersebut membutuhkan pengorbanan materi.
3. Kegiatan yang berhasil dilaksanakan umumnya karena dukungan dari
kader/fondasi setempat, tokoh masyarakat, puskesmas dan swadana

122

mahasiswa sendiri. Partisipasi masyarakat umumnya masih kurang


dengan berbagai alasan terutama masalah financial.
4. Tindak lanjut dari aparat kesehatan terkait ( Puskesmas / bidan desa) dan
aparat pemerintah setempat (Camat, Kepala Kelurahan dan Kepala
Lingkungan) sangatlah perlu terutama dalam meningkatkan motivasi dan
kesadaran masyarakat untuk sehat melalui kegiatan mereka sendiri.
5. Perlunya kerjasama pihak puskesmas dengan FONDASI yang telah
terbentuk agar supaya program-program yang telah dilaksanakan tetap
berkelanjutan dan terus melakukan bimbingan serta eavaluasi hasil kerja
FONDASI di Wilayah Dusun Tammu-Tammu Desa Moncong Loe
Kabupaten Maros.

123

BAB V
PE N UTU P

A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan di atas, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut : Asuhan Keperawatan Komunitas sebagai salah
satu penerapan dari praktik keperawatan dan praktik kesehatan komunitas
bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat. Sifat
asuhan yang diberikan adalah umum dan menyeluruh melalui kerjasama dan
peran serta masyarakat, sedangkan fokus keperawatan individu, kelompok,
keluarga menekanan pada pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan
dengan tidak mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitatif.
Praktik profesi keperawatan komunitas, keluarga dan
gerontik yang dilakukan oleh mahasiswa Profesi Ners Jurusan Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar di
Wilayah Dusun Tammu-Tammu Desa Moncong Loe Kabupaten Maros
menggunakan peran serta masyarakat melalui strategi pembinaan wilayah dan
keluarga binaan melalui Kelompok Forum (Fondasi). Pemilihan keluarga
binaan berdasarkan keluarga yang berisiko tinggi dan rawan dalam kesehatan.
Pemilihan dilakukan mahasiswa pada saat pengkajian dimana asuhan
keperawatan yang diberikan meliputi : pengkajian, perencanaan, implementasi
dan evaluasi.

124

Dalam menerapkan asuhan keperawatan komunitas dalam


hal ini mahasiswa bekerjasama dengan masyarakat melakukan pengkajian,
menetapkan

masalah,

menentukan

prioritas,

membuat

perencanaan,

melaksanakan kegiatan dan evaluasi..Adapun masalah kesehatan yang


ditemukan di Wilayah Dusun Tammu-Tammu Desa Moncong Loe Kabupaten
Maros adalah : Lingkungan masyarakat yang kurang sehat, Kurangnya
pemahaman masyarakat tentang KB, kurangnya pemahaman masyarakat
tentang kesehatan lanjut usia.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan bersama

masyarakat

untuk mengatasi masalah tersebut antara lain : melakukan Penyuluhan, kerja


bakti, pelatihan kaser yang dilaksanakan di tingkat kelurahan sebanyak 1
(satu) kali, kegiatan posyandu.
Dari berbagai kegiatan yang dilaksanakan tersebut diatas
didapatkan hasil

antara lain, meningkatnya pengetahuan kader kesehatan

tentang masalah-masalah kesehatan melalui pelatihan kader kesehatan dengan


jumlah kader 4 orang yang tergabung dalam FONDASI, terlaksananya
kegiatan penyuluhan (pada masyarakat umum, pasangan usia subur dan
lansia), terlaksananya kegiatan kerja bakti.
Keberhasilan yang dicapai merupakan tanda adanya
peningkatan peran serta masyarakat melalui Fondasi, tokoh agama, tokoh
masyarakat, Puskesmas, dan pemerintah setempat. Dan secara umum adalah
karena adanya dukungan penuh dari masyarakat Wilayah Dusun TammuTammu Desa Moncong Loe Kabupaten Maros

125

B. Saran
Setelah seluruh kegiatan Asuhan Keperawatan Komunitas
telah dilaksanakan, maka dengan ini kami mengajukan beberapa saran sebagai
berikut :
1. Kerja sama yang baik dari pihak pendidikan dengan aparat pemerintah
dan Dinas Kesehatan di lahan praktek perlu dipertahankan.
2. Kerja sama antara Fondasi dan instansi terkait agar tetap dipertahankan
dan dikembangkan sehingga program yang telah ditetapkan dapat
dilaksanakan dengan baik.
3. Puskesmas dan pemerintah setempat sebaiknya memberikan pembinaan
yang

berkesinambungan

kepada

Fondasi

agar

termotivasi

untuk

melaksanakan program-program kesehatan termasuk dalam melakukan


pembinaan pada keluarga yang berisiko.
4. Mengadakan pelatihan kader setiap 3 bulan oleh pihak Puskesmas.
5. Kerjasama antara pihak pendidikan, Puskesmas dan pemerintah setempat
untuk menindaklanjuti hasil dari berbagai kegiatan praktik mahasiswa.
6. Puskesmas sebaiknya mengadakan kunjungan kesehatan dan memberikan
pennyuluhan secara berkala di setiap wilayah kerja puskesmas khususnya
di Wilayah Dusun Tammu-Tammu Desa Moncong Loe Kabupaten Maros.

126

Anda mungkin juga menyukai