Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang
Hyang Widhi Wasa, karena atas asung kertha wara nugraha Nya, atas berkah dan
anugerah Nyalah maka penyusunan laporan individu dengan judul Peran Perawat
Dalam Penanggulangan Masalah Keperawatan Pada Klien Lansia Ibu Jaikem Dengan
Post Operasi Katarak Di Wisma Pandu, PSTW Bahagia Magetan tanggal 03 07
Desember 2001 ini dapat penulis selesaikan.
Untuk itu perkenankanlah penulis menghaturkan rasa terima kasih
kepada pihak pihak tersebut di bawah atas segala bimbingan, saran ,
masukan , motivasinya sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik,
yaitu:
1.
sehingga
3.
4.
dan
dukungannya
sehingga
penyusunan
laporan
ini
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman judul.....................................................................................
ii
Kata Pengantar..................................................................................
iii
Daftar Isi...............................................................................................
iv
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................
1.3 Manfaat..................................................................................
11
13
20
26
3.3 Perencanaan........................................................................
28
3.4 Implementasi........................................................................
34
3.5 Evaluasi.................................................................................
35
BAB 4 PENUTUP...................................................................................
36
4.1 Kesimpulan...........................................................................
36
4.2 Saran.....................................................................................
36
Daftar Pustaka......................................................................................
37
Lampiran lampiran.............................................................................
38
38
41
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring
dengan
keberhasilan
pemerintah
dalam
pembangunan
jumlah
penduduk yang
berusia
LAKI-LAKI
44,2
PEREMPUAN
47,2
TOTAL
45,7
1980
50,6
53,7
52,2
1990
58,1
61,5
59,8
1995
61,5
65,4
63,5
2000
63,3
67,2
65,3
2005
64,9
68,8
66,9
2010
66,4
70,4
68,4
2015
67,7
71,7
69,8
2020
69,0
73,0
71,7
Sumber: BPS, 1992, 1993 Keterangan: Angka harapan hidup sejak lahir
Saat ini, di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500
juta dengan usia rata rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025
akan mencapai 1,2 milyar. Di negara maju seperti Amerika Serikat
pertambahan orang lanjut usia lebih kurang 1000 orang per hari pada
tahun 1985 dan diperkirakan 50% dari penduduk berusia di atas 50 tahun
sehingga istilah Baby Boom pada masa lalu berganti menjadi Ledakan
penduduk lanjut usia.
Menurut penelitian yang dilakukan terhadap orang lanjut usia di
Indonesia yang dilakukan oleh Prof. Dr.R. Boedhi Darmojo, terjadi
peningkatan jumlah lanjut usia yang sangat signifikan seperti terlihat
dalam tabel berikut:
1985
165
1990
183
1995
202
2000
222
2020
ke atas)
a. Total (juta)
b. Persentase (%)
Harapan hidup
13,3
8
58,19
16
8,7
61,12
19
9,4
64,05
22,2
10
65-70
29,12
11,09
70-75
11,4
7,7
55,30
Berdasarkan Data pada Biro Pusat Statistika dan beberapa sumber lain,
dapat diketahui jumlah dan prosentase populasi lansia di Indonesia pada
tahun 1971 2020 sesuai pada tabel berikut ini:
Tabel 1.2 Jumlah dan Persentase Populasi Lansia Indonesia 1971 2020
TAHUN
1971 (a)
1980 (b)
1990 (c)
1995 (d)
2000 (d)
2005 (d)
2010 (d)
2015 (d)
2020 (d)
JUMLAH LANSIA
5.306.874
7.998.543
11.277.557
12.778.212
15.262.199
17.767.709
19.936.859
23.992.553
28.822.879
PERSENTASE
4,48%
5,45%
6,29%
6,56%
7,28%
7,97%
8,48%
9,77%
11,34%
Sumber: (a) Biro Pusat Statistika, 1974; (b) Biro Pusat Statistika,1983; (c) Biro Pusat
Statistika, 1992; (d) Ananta dan Anwar, 1994. Dikutip oleh Djuhari dan Anwar, 1994
Survei rumah tangga tahun 1980, angka kesakitan penduduk usia lebih dari 55
tahun sebesar 25,70% diharapkan pada tahun 2000 nanti angka tersebut menjadi
12,30% (Depkes RI, Pedoman Pembinaan Kesehatan Lanjut Usia Bagi Petugas
Kesehatan I, 1992).
Perawatan terhadap pasien lansia bisa menjadi tugas yang menantang bagi para
tenaga klinis. Perubahan perubahan kecil dalam kemampuan seorang pasien lansia
untuk melaksanakan aktivitas sehari hari atau perubahan kemampuan seorang
pemberi asuhan keperawatan dalam memberikan dukungan hendaknya memiliki
kemampuan untuk mengkaji aspek fungsional, sosial, dan aspek aspek lain dari
kondisi klien lansia.
Berkaitan dengan peran pemberi asuhan keperawatan dalam hal ini perawat
sebagai salah satu kompetensi yang harus diemban, maka dirasa perlu untuk
mengadakan praktek keperawatan klinik khususnya pada klien lansia sebagai konteks
keperawatan gerontik, maka pada kesempatan mengenyam tahap profesi ini,
mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga Surabaya, Angkatan II, Gerbong I, diterjunkan secara langsung di Panti
Sosial Tresna Werdha Bahagia di Kabupaten Magetan, guna mendapat pengalaman
secara langsung mengenai perubahan perubahan yang terjadi pada lansia serta
konsep asuhan keperawatan pada klien lansia yang mengalami gangguan atau
masalah kesehatan.
1.2 Tujuan Kegiatan
Tujuan kegiatan praktek keperawatan gerontik adalah sebagai lahan
penerapan asuhan keperawatan gerontik khusunya pada klien lansia
dengan post operasi katarak guna meningkatkan status kesehatan klien
lansia.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat praktek keperawatan gerontik adalah:
1) Sebagai lahan penerapan asuhan keperawatan gerontik bagi
mahasiswa.
2) Membantu meningkatkan status kesehatan lansia melalui pendekatan
praktek keperawatan.
1.4 Sistematika Laporan
Sistematika laporan kegiatan ini adalah:
1) Bab 1 Pedahuluan memuat: Latar Belakang, Tujuan Kegiatan,
Asuhan
Keperawatan
Gerontik
memuat:
Pengkajian,
BAB 2
KONSEP TEORI
Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep teori yang memuat: Konsep
Lansia, Konsep Penyakit Post Operasi Katarak dan Konsep Asuhan Keperawatan
Klien Dengan Post Operasi Katarak.
2.1 Konsep Teori Lansia
2.1.1 Batasan Lansia
Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
1) Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59
tahun.
2) Lanjut usia (elderly) antara 60 74 tahun
3) Lanjut usia tua (old) antara 75 90 tahun
4) Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun
2.1.2 Proses Menua
Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang
berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak,
masa dewasa dan masa tua (Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik
secara
biologis
maupun
psikologis.
Memasuki
masa
tua
berarti
tubuh, suatu
saat
tubuh.
Regenerasi
jaringan
tidak
dapat
yang
tua
atau
usang
reaksi
kimianya
b)
c)
1.
kehilangan peran
2.
3.
1) Perubahan fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistim
organ tubuh, diantaranya sistim pernafasan, pendengaran,
penglihatan,
kardiovaskuler,
sistem
pengaturan
tubuh,
kekuatan
dan
ketegapan
fisik,
perubahan
atau
kepercayaan
makin
terintegrasi
dalam
6) Anemia
7) Demensia
2.2 Konsep Penyakit Katarak
2.2.1 Definisi
Katarak adalah kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur
angsur penglihatan kabur akhirnya tidak dapat menerima cahaya (Barbara
C.Long, 1996)
2.2.2 Etiologi
1) Ketuaan biasanya dijumpai pada katarak Senilis
2) Trauma terjadi oleh karena pukulan benda tajam/tumpul, terpapar
oleh sinar X atau benda benda radioaktif.
3) Penyakit mata seperti uveitis.
4) Penyakit sistemis seperti DM.
5) Defek kongenital
2.2.3 Patofisiologi
Dalam keadaan normal transparansi lensa terjadi karena
adanya keseimbangan atara protein yang dapat larut dalam protein yang
tidak dapat larut dalam membran semipermiabel. Apabila terjadi
peningkatan
jumlah
protein
yang
tdak
dapat
diserap
dapat
katarak insipiens
Katarak yang tidak teratur seperti bercak bercak yang
membentuk gerigi dengandasar di perifer dan daerah jernih
di antaranya.
b)
katarak imatur
Terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum
mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapt bagianbagian yang jernih pada lensa.
c)
katarak matur
Bila proses degenerasi berjala terus maka akan terjadi
pengeluaran air bersama sama hasil desintegritas melalui
kapsul.
d)
katarak hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut sehingga korteks lensa
mencair dan dapat keluar melalui kapsul lensa.
4) Katarak komplikasi
Terjadi akibat penyakit lain. Penyakit tersebut dapat intra okular
atau penyakit umum.
5) Katarak traumatik
Kemerahan
Edema
Zat purulen
Tiang infus
Tempat sampah
Sandal
b)
c)
Intervensi:
Bantu
klien
dalam
mengidentifikasi
tindakan
Membantu
dalam
membuat
diagnosa
dan
kebutuhan terapi.
Posisi:
tinggikan
bagian
kepala
tempat
tidur,
Distraksi
Latihan relaksasi
b)
c)
Intervensi:
dorongan
untuk
mengikuti
diet
yang
secara
keseluruhan,
yang
meningkatkan
penyembuhan
Teknik
aseptik
meminimialkan
masuknya
Peningkatan suhu
b)
c)
Intervesi:
Modifikasi
lingkungan
untuk
menghilangkan
kemungkinan bahaya.
-
terjatuh.
Binatang peliharaan
Tangga
b)
c)
Intervensi:
Membaca
Menonton televisi
Memasak
Mandi
dan
mencegah
peningkatan
tekanan
okuler.
Teknik pemberian
Kehilangan penglihatan
Instruksikan
untuk
menjaga
hygiene
mata
2.3.4 Pelaksanaan
Disesuaikan dengan intervensi yang telah ditetapkan serta
keadaan umum klien.
2.3.5 Evaluasi
Disesuaikan
dengan
tujuan
yang
telah
ditetapkan,
BAB 3
ASUHAN
KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember 2001 pada pukul
11.30 WIB samapi dengan selesai pada pukul 12.30 WIB.
3.1.1 Pengumpulan data
1) Data biografi klien
a) Nama : J A I K E M
b) Tempat dan tanggal lahir: Bojonegoro, 1916
c) Pendidikan terakhir: tidak sekolah
d)
Agama: Islam
e)
f)
TB/BB: 140 cm / 33 kg
g)
h)
i)
j)
k)
2) Riwayat keluarga
Keterangan:
= laki - laki
= perempuan
= meninggal
3) Riwayat pekerjaan
Pekerjaan saat ini: -- Pekerjaan sebelumnya: tukang pijat keliling,
sumber sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan:
-4) Riwayat lingkungan hidup
Klien tinggal di Wisma Pandu, 1 kamar berdua dengan Ibu
Darmiatun. Kondisi kamar cukup bersih, peralatan makan tertata
rapi di atas meja, tidak ada pakaian kotor yang menumpuk atau
tergantung, kondisi tempat tidur cukup bersih. Pertukaran udara an
cahaya matahari cukup bersih. Tingkat kenyamanan dan privacy
cukup terjamin. Klien juga punya tongkat 1 buah, tapi jarang
digunakan.
5) Riwayat rekreasi
Klien mengaku sering jalan jalan kewisma wisma yang lain
untuk menengok teman temannya atau sekedar mengobrol. Klien
juga mengatakan sangat senang dengan adanya kegiatan senam
lansia setiap hari Selasa dan Kamis serta kegiatan rekreatif setiap
hari Rabu, karena ada hiburan serta kesempatan bertemu dengan
teman temannya yang lain.
6) Sistem pendukung
Di panti ada seorang perawat lulusan SPK dan panti telah
mengkibatkan kerjasama sistem rujukan dengan puskesmas
pembantu Candirejo serta RSUD Magetan. Serta keberadaan
teman sekamar klien yang sangat memperhatikan kondisi klien
sangat membantu pegawasan kesehatan klien.
7) Deskripsi kekhususan
Klien semenjak bulan puasa, rajin puasa setiap hari dan sampai
har ini belum pernah gagal puasa. Sholat 5 waktu juga
dilaksanakan oleh klien secara rutin, bahkan shalat tarawih pun
dilaksanakan setiap hari di musholla.
8) Status kesehatan
Klien mengatakan penglihatannya mulai terasa kabur sejak lebih
kurang 3 tahun yang lalu. Klien juga mengatakan tidak menderita
penyakit lain, klien merasa seat sehat saja. Semenjak operasi
klien mengeluh nyeri pada mata kiri, mata kiri terasa panas, berair,
nyeri terasa sampai menyebar ke kepala.
Provokative
Nyeri
dirasa
setelah
klien
terpapar
Region
Severity scale
Timming
obatan:
bila
nyeri
biasanya
perawat
memberikan
lain.
10)Tinjauan sistem
a)
b)
c)
d)
e)
Sistem kardiovaskuler:
-
abnoral lain.
Auskultasi: Irama jantung teratur, tidak ada suara
lain menyertai.
f)
Sistem pernafasan:
Inspeksi: dada ka/ki terlihat simetris, pergerakan
kordis teraba.
g)
Sistem perkemihan
Klien mengatakan biasa buang air kecil di kamar mandi,
frekuensi 3-4 x/hari, jumlah baias (100 cc). Ngompol (-)
i)
Sistem muskuloskletal
ROM klien baik/penuh, klien seimbang dalam berjalan,
osteoporosis
(-),
kemampuan
menggenggam
kuat,
otot
ekstremitas ka/ki sama kuat, tidak ada kelainan tulang, atrofi dll.
j)
Sistem endokrin
Klien mengatakan tidak menderita kencing manis. Palpasi: tidak
ada pembesaran kelenjar.
k)
Sistem immune
Klien mengatkan belum pernah disuntik imunisasi, sensitivitas
terhadap zat alergen (-), riwayat penyakit berkaitan dengan
imunisasi, klien mengatakan tidak tahu.
l)
Sistem gastrointestinal
Klien hanya mengkonsumsi makanan yang disediakan dari
dapur umum panti ditambah dengan kadang kadang minum
kopi. Klien mampu menghabiskan 1 porsi makanan yang
disediakan pendamping wisma tanpa keluhan mual. Klien
mengatakan tinggal di panti membuatnya makan teratur 3x/hari
dengan snack 2x/hari dan tambahan susu, teh atau kopi
sehingga klien merasakan badannya lebih gemuk semenjak
tinggal di panti. BB sekarang: 33 kg, keadaan gigi klien: sudah
ompong semuanya, klien mengatakan tidak ada kesulitan
menelan an mengunyah makanan.
m)
Sistem reproduksi
Klien mengatakan tidak punya anak dari hasil pernikahannya,
riwayat berhenti menstruasi lebih kurang 30 tahun yll.
n)
Sistem persyarafan
Keadaan status mental klien baik dengan emosi stabil. Respon
klien terhadap pembicaraan (+) dengan bicara yang normal dan
jelas, suara pelo (-), bahasa yang digunakan adalah bahasa
Jawa dan bahasa Indonesia. Interpretasi klien terhadap lawan
bicara cukup aik.
Keadaan mata kiri tampak penumpukan sekret, penglihatan
agak kabur tetapi klien mampu pergi ke wisma lain tanpa
bimbingan orang lain atau menggunakan tongkat dan klien juga
mampu mengikuti kegiatan senam dengan baik. IOL (+),
hiperemis (+). Klien mampu melihat dalam jarak pandang 50
mtr. Kemampuan pendengaran agak menurun sehingga lawan
bicara harus berbicara agak keras supaya klien mendengar.
Data
Etiologi
Interupsi
DS:
Klie
Masalah
Nyeri
pembedahan
ke kiri.
mengatakan
bila
nyeri
mengatakan
riwayat
Mat
Peningkatan
(+)
kerentanan
skunder terhadap
interupsi
DS:
pembedahan
Resiko infeksi
Klie
mengatakan
mata
katarak.
kiri
berair
dan
mengeluarkan kotoran.
3.
Keterbatasan
DO:
Sekr
Mat
a kiri berair(+)
Riw
mengatakan
matanya
yang lalu.
Klie
mengatakan
usianya
sudah 85 tahun.
DO:
Klie
berjalan
berjalan
tegap,
cara
seimbang
tapi
ragu ragu.
Klie
penglihatan.
Resiko cidera
1) Nyeri
2) Resiko infeksi
3) Resiko cidera
3.2 Diagnosa Keperawatan dan Perumusan Prioritas keperawatan
3.2.1 Diagnosa Keperawatan
1)
mengatakan
bila
nyeri
kambuh,
mengalami
kesulitan tidur.
Klien mengatakan riwayat operasi katarak mata kiri 16
hari yll.
DO:
-
IOL (+)
mengatakan
mata
kirinya
terus berair
dan
mengeluarkan kotoran.
DO:
-
yang lalu.
-
DO:
-
ragu ragu.
Klien mampu melihat dalam jarak pandang 50 mtr.
mengatakan
bila
nyeri
kambuh,
mengalami
kesulitan tidur.
Klien mengatakan riwayat operasi katarak mata kiri 16
hari yll.
DO:
-
IOL (+)
mengatakan
mata
kirinya
terus berair
dan
mengeluarkan kotoran.
DO:
-
yang lalu.
Klien mengatakan usianya sudah 85 tahun.
DO:
-
3.3 Perencanaan
NO
1.
DIAGNOSA
TUJUAN
Nyeri b/d interupsi Setelah
diberikan
pembedahan
pada mata kiri.
INTERVENSI
Bantu klien
berkurang
ditandai
dengan:
duduk.
Nyeri berkurang.
Lakukan
tindakan penghilanagn nyeri non
Istirahat
tidur
tercukupi 8 jam.
seperti berikut;
Posisi:
Mata
tidak
berair
tinggikan
bagian
kepala
berbaring
pada
Distraksi
Latihan
relaksasi
Berikan
dukungan tindakan penghilangan
nyeri
dengan
aalgesik
yang
diresepkan.
Observasi
nyeri terutama bila disertai mual.
Pertegas
pembatasan
aktifitas
yang
berikut:
-
Berbaring
pada sisi yang dioperasi
Membungk
uk melewati pinggang
Mengangka
benda
yang
beratnya
melebihi 10 kg.
Resiko
2.
infeksi
b/d
Mandi
Mengedan
selama defekasi.
peningkatan
kerentanan
terhadap
skunder
Setelah
interupsi
asuhan
pembedahan katarak.
diberikan
keperawatan
selama
hari,
Tingkatkan
ditandai dengan:
penyembuhan luka:
Penyembuhan luka
Berikan
dorongan untuk mengikuti diet
yang
seimbang
dan
Kemerahan (-)
Gunakan
teknik aseptik untuk meneteskan
Edema
kelopak
tetes mata:
mata (-)
Cuci tangan
sebelum memulai
Drainase
pada
Pegang alat
Ketika
Peningkatan
suhu
penetes.
tubuh (-)
Kaji
tanda
Kemerahan,
edema pada kelopak mata
Infeksi
konjungtiva (pembuluh darah
menonjol)
Drainase
n suhu
Resiko
3.
cidera
b/d
Nilai
keterbatasan
penglihatan.
Lakukan
tindakan
untuk
mencegah
diberikan
mata
keperawatan
pelindung
menggunakan
asuhan
selama
klien
hari,
pada
siang
mata
hari
pada
dan
malam
hari).
Modifikasi
lingkungan untuk menghilangkan
Klien
tidak
kemungkinan bahaya:
mengalami cidera
Singkirkan
atau
trauma
penghalang
jaringan
selama
berjalan.
dirawat.
dari
jalur
Pastikan
Tinggikan
tempat tidur. Letakkan benda
dimana klien dapat melihat dan
meraihnya
tanpa
klien
3.4 Implementasi
Waktu/tgl
4 12 2001
09.00
Implementasi
Evaluasi
Memb
erikan HE pentingnya:
K
lien kooperatif.
Pemba
tasan aktifitas.
K
lien berjanji akan selalu
Asupa
mengahbiskan
porsi
makanannya.Klien
banyak
habis).
tentang
Mengu
bertanya
nyeri
yang
dirasakannya.
09.30
K
lien
marapikan
meja
Menge
valuasi
lingkungan
tidur.
kamar
tidur klien:
meja.
tidur.
Kebers
11.00
gorden
mengurangi
G
orden telah terpasang.
Mema
5 12 2001
untuk
L
antai kamar disapu dan
paparan
K
lien
belajar
bersemangat
memebrsihkan
Menga
jarkan
teknik
perawatan
kebersihan mata:
5 12 2001
Cara
sendiri
oleh
sekamarnya.
dibantu
teman
12.30
membersihkan sekret.
Cara
09.00
K
lien
sudah
punya
kacamata
mata.
sinar matahari.
pelindung
Mengg
6 12 2001
siang hari.
Menga
tur posisi tidur klien berbaring
ke sisi mata yang tidak
dioperasi.
mengikuti
instruksi,
tetapi
mencoba
mau
unutk berlatih.
Melati
h relaksasi untuk mengurangi
rasa sakit pada mata kiri.
3.5 Evaluasi
No
1.
Diagnosa Keperawatan
Evaluasi
Nyeri
b/d
interupsi S: Klien mengatakan nyeri pada mata kiri
pembedahan
katarak
pada
mata kiri.
Lanjutkan
mengadakan
perencanaan
dengan
koordinasi
dengan
pendamping wisma.
2.
Resiko
infeksi
peningkatan
skunder
kerentanan
terhadap
pembedahan katarak.
Lanjutkan
perencanaan
dengan
mengadakan
koordinasi
dengan
pendamping wisma.
3.
Resiko
cidera
b/d S:
keterbatasan penglihatan.
Klien
mengatakan
penglihatannya
dan
tanpa
memakai
tongkat.
A: Masalah teratasi sebagian.
P:
Lanjutkan
mengadakan
perencanaan
dengan
koordinasi
dengan
pendamping wisma.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan gerontik merupakan salah satu bagian dari
asuhan keperawatan yang diberikan kepada indivdu atau sekleompok
lansia
dalam
konteks
peran
perawat
sebagai
penerima
asuhan
seoptimal
mungkin
mengupayakan
kehadiran
serta
DAFTAR PUSTAKA
Afdol. Et all. (1995). Latar Belakang Sosial Ekonomi dan Tingkat Kepuasan Hidup
Lanjut Usia Penghuni Panti Werdha. PPKP lemlit Unair. Surabaya
Agus Purwadianto (2000), Kedaruratan Medik: Pedoman Penatalaksanaan Praktis,
Binarupa Aksara, Jakarta.
Callahan, Barton, Schumaker (1997), Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan
gawat Darurat Medis, Binarupa Aksara, Jakarta.
Carpenito Lynda Juall (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek Klinik,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Decker DL. (1990). Social Gerontology an Introduction to Dinamyc of Aging.
Little Brown and Company. Boston
Depkes RI Badan Litbangkes. (1986). Survei Kesehatan Rumah Tangga.
Jakarta
Depsos RI. (----). Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pelayanan Kesejahteraan
Sosial Lanjut Usia Dalam Panti. Depsos RI. Jakarta
...........(1993). Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas
Kesehatan I. Depkes Ri. Jakarta
...........(1994). Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas
Kesehatan II. Depkes Ri. Jakarta
Doenges marilynn (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Evelyn C.pearce (1999), Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Penerbit PT
Gramedia, Jakarta.
Gallo, J.J (1998). Buku Saku Gerontologi Edisi 2. Aliha Bahasa James
Veldman. EGC. Jakarta
Guyton and Hall (1997), Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Hudak and Gallo (1996), Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Penerbit Buku
Materi
Sasaran
: Ibu Jaikem
Waktu
: 30 menit
Tempat
1.
Analisis Situasi
Klien Ibu Jaikem riwayat operasi katarak pada mata kiri 16 hari
yang lalu. Pada saat pengkajian Ibu jaikem mengeluh mata kiri terasa
nyeri menyebar sampai ke kepala dan terasa panas. Mahasiswa juga
melihat adanya penumpukan sekret pada mata kiri post op, mata
kemerahan (+), keterbatasan penglihatan (+) lk. 50 meter.
2.
Latar Belakang
Katarak merupakan suatu penyakit akibat kekeruhan pada lensa
yang mengakibatkan terjadinya penurunna fungsi penglihatan secara
progresif. Pada lanjut usia masalah penyakit katarak merupakan salah
satu penyakit yang umum terjadi pada klien. Untuk mengoptimalkan
fungsi penglihatan klien sehingga klien dapat seaksimal mungkin
memenuhi kebutuhan aktivitas dan pemenuhan kebutuhan sehari
hariinya secara mandiri, maka perlu kiranya dilakukan suatu pendidikan
kesehatan agar klien dapat memahami pentingnya melakukan perawatan
mata post operasi serta mampu melakukan perawatan mata post operasi
secara mandiri.
3.
Tujuan
3.1 Tujuan umum
Agar klien mampu melakukan perawatan mata post operasi secara
mandiri.
3.2 Tujuan khusus
a) Klien mampu memahami pentingnya melakukan perawatan mata
post operasi secara teratur.
b)
Klien
mampu
mengenal
pembatasan
aktifitas
yang
4.
Materi
4.1 Tujuan perawatan mata post operasi
4.2 Pembatasan aktifitas sementara
4.3 Teknik perawatan mata post operasi
5.
Metode
Diskusi dan tanya jawab.
6.
Kegiatan
No
1.
Tahap kegiatan
Pembukaan (5)
Kegiatan
Menyampaikan
salam.
Mengingatkan
kontrak kemarin untuk mengadakan
kegiatan diskusi.
2.
Isi dan
pengembangan (15)
Menyampaikan
tujuan kegiatan.
Menjelaskan
tujuan perawatan mata post operasi
Menjelaskan
pembatasan aktifitas sementara yang
harus dilakukan klien.
3.
Penutup (10)
Memberi
kesempatan untuk bertanya.
Mengajarkan
teknik perawatan mata post operasi
secara sederhana.
Memberi
kesempatan redemonstrasi
Memberi
kesempatan bertanya.
Menyimpulkan
kegiatan bersama klien.
Menutup kegiatan
denagn ucapan salam.
7.
Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan secara lisan dan redemonstrasi.
8.
Daftar Pustaka
Agus Purwadianto (2000), Kedaruratan Medik: Pedoman Penatalaksanaan
Praktis, Binarupa Aksara, Jakarta.
Callahan, Barton, Schumaker (1997), Seri Skema Diagnosis dan
Penatalaksanaan gawat Darurat Medis, Binarupa Aksara, Jakarta.
Carpenito Lynda Juall (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek
Klinik, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Decker DL. (1990). Social Gerontology an Introduction to Dinamyc of
Aging. Little Brown and Company. Boston
Doenges marilynn (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Evelyn C.pearce (1999), Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Penerbit PT
Gramedia, Jakarta.
Gallo, J.J (1998). Buku Saku Gerontologi Edisi 2. Aliha Bahasa James
Veldman. EGC. Jakarta
Guyton and Hall (1997), Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Hudak and Gallo (1996), Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Lueckenotte.A.G. (1996). Gerontologic Nursing. Mosby Year Book.
Missouri
Nugroho.W. (2000). Keperawatan Gerontik. Gramedia. Jakarta
Penyusun,
Mahasiswa PSIK II, Gerbong I,
Lampiran Materi
1.
Tujuan
perawatan
mata
post
operasi
katarak
a)
b)
c)
2.
b)
c)
d)
Mandi keramas
e)
Mengedan
f)
g)
h)
3.
Kapas bersih
Handuk bersih
b)
c)