Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN KASUS PRAKTEK

PROFESI NERS
ASUHAN KEPERAWATAN
GERONTIK PADA NY. A
OSTEOARTRITIS DI
WILAYAH KERJA PKM SERPONG 1 TANGERANG
SELATAN TAHUN 2021

Oleh:
ANITA INDAHNIATI
190510251

Pembimbing Materi Pembimbing


Lapangan

( ) ( )
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANTEN
TANGERANG SELATAN
2021
FORMAT PENGKAJIAN FISIK KLIEN GERONTIK

1. Identitas Klien
Nama : Ny. A Jenis Kelamin :Perempuan
Umur : 75 tahun Suku : Sunda
Alamat : Jl. Semapal Lengkong Gudang Agama : Islam
Pendidikan: Tidak Sekolah Status Perkawinan:Kawin
Tgl masuk : Pengkajian :03Maret 2021
Panti werdha

2. Status Kesehatan Saat Ini


Klien mengatakan kedua lutut kakinya sakit
P : Klien mengatakan kakinya sakit saat melakukan aktivitas berlebih
Q : Rasanya seperti ditusuk-tusuk jarum
R : Nyerinya hanya di kedua lutut
S : Skala nyerinya 3
T : Nyerinya hilang timbul
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan tidak pernah mengalami sakit apa-apa
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan di keluarga nya tidak ada penyakit keturunan
5. Tinjauan sistem (jelaskan tentang kondisi sistem-sistem dibawah ini yang
terdapat dibawah pada klien)
 Keadaan umum : Composmentis
 Integument : Bersih tidak terdapat lesi, turgor kulit <3 detik
 Kepala : Bersih
 Mata : Klien mengatakan tidak ada masalah pengelihatan
 Telinga : Klien mengatakan tidak ada masalah pendengaran
 Mulut dan tenggorokan : Bersih, tidak terdapat lesi
 Sistem pernafasan : Pengembangan dada simetrsi, Tidak terdapat suara
nafas
tambahan
 Sistem kardiovaskuler : Tekanan darah 150/80mmHg, Nadi 85x/menit
 Sistem perkemihan : BAK 4-6x/hari, BAB 1x/hari
6. Pengkajian Psikososial
6.1 Psikososial :
Klien mengatakan mengisi waktu luangnya dengan berjualan di rumah dan
bermain bersama cucu
6.2 Identifikasi Masalah Emosional :
PERTANYAAN TAHAP 1
 Apakah klien mengalami sukar tidur? Ya
 Apakah klien sering merasa gelisah? Tidak
 Apakah klien sering murung atau menangis sendiri? Tidak
 Apakah klien sering was-was atau kuatir? Tidak
Lanjutkan kepertanyaan tahap 2 jika lebih dari atau sama dengan 1
jawaban “ya”

PERTANYAAN TAHAP 2
 Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1 bulan? Tidak
 Ada masalah atau banyak fikiran? Tidak
 Ada gangguan/masalah dengan keluarga lain? Tidak
 Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter? Tidak
 Cenderung mengurung diri? Tidak
Bila lebih dari satu atau sama dengan 1 jawaban “ya”
Masalah emosional negatif (-)

6.3 Spiritual :
Klien mengatakan seminggu 3 kali menghadiri pengajian di Mushola

7. Pengkajian Fungsional Klien


7.1 KATZ Indek :
Termasuk / Kategori manakah klien ?
 Mandiri dalam makan, kontinensia (BAB, BAK), menggunakan pakaian,
pergi ke toilet, berpindah dan mandi
 Mandiri semuanya kecuali salah satu saja dari fungsi di atas
 Mandiri kecuali mandi dan satu lagi fungsi yang lain
 Mandiri kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi yang lain
 Mandiri kecuali mandi, berpakaian ke toilet dan satu fungsi yang lain
 Mandiri kecuali mandi, berpakaian ke toilet berpindah dan satu fungsi
yang lain
 Ketergantungan untuk semua fungsi di atas.
 Lain-lain (tidak termasuk kategori diatas) keterangan :
Mandiri berarti : tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan aktif dari
orang lain. Seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi
dianggap tidak melakukan fungsi, meskipun ia anggap mampu.

7.2 Modifikasi dari bathel indek


Termasuk yang manakah klien?
DENGAN
NO KRITERIA MANDIRI KETERANGAN
BANTUAN
Frekuensi :
1. Makan 5 10 Jumlah :
Jenis :
Frekuensi :
2. Minum 5 10 Jumlah :
Jenis :
Berpindah dari kursi roda ke
3. 5-10 15
tempat tidur, sebaliknya
Personal toilet (cuci muka, Frekuensi :
4. 5 5
menyisir rambut, gosok gigi) 2x/hari
Keluar masuk toilet (mencuci
5. pakaian, menyeka tubuh, 5 10
menyiram)
Frekuensi :
6. Mandi 5 15
2x/hari
7. Jalan dipermukaan datar 0 15
8. Naik turun tangga 5 10
9. Mengenakan pakaian 5 10
Frekuensi :
10. Kontrol bowel (BAB) 5 10
Konsistensi :
Frekuensi :
11. Kontrol bladder (BAK) 5 10
Warna :
12. Olahraga/latihan 5 10 Frekuensi :
1x/hari
Jenis : Jalan
santai sambil
berjemur
Frekuensi : setiap
hari
Rekreasi/pemanfaatan waktu
13. 5 10 Jenis : berkumpul
luang
bersama tetangga
lansia

Keterangan :
a. 130 : Mandiri
b. 65-125 : Ketergantungan sebagian
c. 60 : Ketergantungan total

8. Pengkajian Status Mental Gerontik


8.1 Identifikasi tingkat kerusakan intelektual dengan menggunakan short
portable mental status questioner (SPMSQ)
Intruksi :
 Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat semua jawaban.
 Catat jumlah kesalahan total berdasarkan 10 pertanyaan.
BENAR SALAH NO PERTANYAAN
√ 01 Tanggal berapa hari ini
√ 02 Hari apa sekarang ini
√ 03 Apa nama tempat ini
√ 04 Dimana alamat anda
√ 05 Berapa umur anda
√ 06 Kapan anda lahir? ( minimal tahun lahir)
√ 07 Siapa presiden Indonesia sekarang ?
√ 08 Siapa presiden Indonesia sebelumnya ?
√ 09 Siapa nama ibu anda
Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap
√ 10
angka baru, semua secara menurun
=8 =2

Score total = 2
Interpretasi hasil :
a. Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh
b. Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6-8 : kerusakan intelektual sedang
d. Salah 7-10 : kerusakan intelektual berat

8.2 Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan menggunakan


MMSE ( Mini Mental Status Exam)
 Orientasi
 Registrasi
 Perhatian
 Kalkulasi
 Mengingat kembali
 Bahasa
ASPEK NILAI
NO NILAI KRITERIA
KOGNITIF MAKS
Menyebutkan dengan benar
√ Tahun
 Musim
1. Orientasi 5 4
√ Tanggal
√ Hari
√ Bulan
Dimana kita sekarang berada?
√ Negara Indonesia
√ Provinsi jawa barat
Orientasi 5 3
√ Kota Tangerang Selatan
 PSTW
 WISMA
Sebutkan nama 3 objek (oleh pemeriksa) 1
detik untuk mengatakan masing-masing
obyek. Kemudian tanyakan kepada klien
2. Registrasi 3 3 ketiga obyek tadi (untuk disebutkan)
√ Obyek Handphone
√ Obyek Kursi
√ Obyek Pulpen
Minta klien untuk memulai dari angka 100
kemudian dikurangi 7 sampai 5
kali/tingkat.
Perhatian √ 93
3. 5 4
kalkulasi √ 86
√ 79
√ 72
 65
Minta klien untuk mengulangi ketiga
4. Mengingat 3 3 obyek pada No.2 (registrasi) tadi. Bila
benar 1 point untuk masing-masing obyek.
5. Bahasa 9 7 Tunjukkan pada klien suatu benda dan
tanyakan namanya pada klien
√ jam tangan
√ pensil
Minta klien untuk mengulangi kata berikut:
“tak ada jika, dan atau, tetapi”. Bila benar,
nilai satu point.
 Pertanyaan benar 2 buah : tak ada,
tetapi.
Minta klien untuk mengikuti perintah
berikut yang terdiri dari 3 langkah :
“ambil kertas di tangan anda, lipat dua dan
taruh di lantai”
√ Ambil kertas di tangan anda
√ Lipat dua
√ Taruh di lantai
Perintahkan pada klien untuk hal berikut
(bola aktivitas sesuai perintah nilai point 1)
√ “tutup mata anda”
Perintahkan pada klien untuk menulis satu
kalimat dan menyalin gambar
 Tulis satu kalimat
√ Menyalin gambar
Total Nilai 24

Interpretasi hasil :
>23 : Aspek kognitif dari fungsi mental baik
18-22 : Kerusakan aspek fungsi mental ringan
 Terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat
9. PENGKAJIAN KESEIMBANGAN UNTUK KLIEN LANSIA
(TINNETI,ME,DAN GINTER,SF, 1998)
Pengkajian keseimbangan dinilai dari dua komponen utama dalam bergerak,
dari kedua komponen tersebut dibagi lagi dalam beberapa gerakan yang pelu
diobservasi oleh perawat. Kedua komponen tersebut adalah :
a. Perubahan posisi atau keseimbangan
Beri nilai 0 jika klien tidak menunjukkan komponen dibawah ini, atau beri
nilai 1 jika klien menunjukkan salah satu dari kondisi dibawah ini :
 Bangun dari kursi (dimasukan dalam analisis)*
Tidak bangun dari duduk dengan satu gerakan, tetapi mendorong tubuh
keatas dengan tangan atau bergerak ke bagian depan kursi terlebih
dahulu, tidak stabil pada saat pertama kali berdiri. (0)
 Duduk ke kursi (dimasukkan ke dalam analisis)
Menjatuhkan-diri ke kursi, tidak duduk ditengah
Kursi keterangan : (*) kursi yang keras tanpa lengan (0)
 Menahan dorongan pada sternum (pemeriksaan mendorong
sternum perlahan-lahan sebanyak 3 kali)
Klien menggerakan kaki, memegang objek untuk dukungan, kaki tidak
menyentuh sisi-sisinya. (0)
 Mata tertutup
Lakukan pemeriksaan sama seperti diatas tapi klien disuruh menutup
mata (periksa kepercayaan pasien tentang input penglihatan untuk
keseimbangannya) (1)
 Perputaran leher
Menggerakan kaki, menggenggam obyek untuk dukungan, kaki tidak
menyentuh sisi-sisinya, kelelahan vertigo, pusing atau keadaan tidak
stabil. (0)
 Gerakan menggapai sesuatu
Tidak mampu untuk menggapai sesuatu dengan bahu fleksi sepenuhnya
sementara berdiri pada ujung-ujung jari kaki, tidak stabil, memegang
sesuatu untuk dukungan (0)
 Membungkuk
Tidak mampu membungkuk untuk mengambil obyek-obyek kecil (misl
pulpen) dari lantai, memegang obyek untuk bisa berdiri lagi, memerlukan
usaha-usaha multiple untuk bangun (1)
b. Komponen gaya berjalan atau gerakan
Beri nilai 0 jika klien menunjukkan kondisi dibawah ini, atau beri nilai 1
jika klien menunjukkan salah satu dari kondisi dibawah ini :
 Minta klien untuk berjalan ke tempat yang ditentukan
Ragu-ragu, tersandung, memegang obyek untuk dukungan (0)
 Ketinggian langkah kaki (mengangkat kaki saat melangkah)
Kaki tidak naik dari lantai secara konsisten (menggeser atau menyeret
kai), mengangkat kaki terlalu tinggi (> 5 cm) (0)
 Kontinuitas langkah kaki (lebih baik diobservasi dari samping klien)
Setelah langkah-langkah awal, langkah menjadi tidak konsisten, memulai
mengangkat satu kaki sementara kaki yang lain menyentuh lantai (0)
 Kesimetrisan langkah (lebih baik diobservasi dari dari
samping klien)
Tidak berjalan dalam garis lurus,bergelombang dari sisi
ke sisi (1)
 Penyimpangan jalur pada saat berjalan (lebih baik diobservasi dari
belakang klien)
Tidak berjalan dalam garis lurus,bergelombang dari sisi ke sisi (1)
 Berbalik
Berhenti sebelum mulai berbalik, jalan sempoyongan, bergoyang,
memegang obyek untuk dukungan (1)

Intervensi hasil :
Jumlahkan semua nilai yang diperoleh klien, dan dapat diinterpretasikan
sebagai berikut :
 0-5 : Risiko jatuh rendah
 6-10 : Risiko jatuh sedang
 11-15 : Risiko jatuh tinggi

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi kronis (osteoarthritis) ditandai
dengan mengeluh nyeri, tampak meringis, tidak mampu menuntaskan aktivitas,
pola tidur berubah. (D.0078)
2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai dengan nyeri saat
bergerak, gerakan terbatas, fisik lemah. (D.0054)
3) Risiko jatuh berhubungan dengan usia >65 tahun. (D.0143)
4) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai
dengan menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran, menunjukkan persepsi
keliru terhadap masalah. (D.0111)

INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan Tujuan Intervensi
1. D.0078 Setelah diberikan asuhan Manajemen Nyeri
Nyeri kronis keperawatan selama 1x24 (I.08238)
berhubungan jam diharapkan nyeri Observasi
dengan kondisi berkurang/terkontrol 1. Identifikasi lokasi,
kronis dengan kriteria hasil : karakteristik, durasi,
(osteoarthritis) Tingkat nyeri (L.08066) frekuensi, kualitas,
ditandai dengan 1. Kemampuan
intensitas nyeri
mengeluh nyeri, menuntaskan aktivitas
tampak meringis, 2. Identifikasi skala nyeri
meningkat (5)
tidak mampu 3. Identifikasi respons
2. Keluhan nyeri
menuntaskan nyeri non verbal
aktivitas, pola tidur menurun (5)
4. Identifikasi factor yang
berubah. 3. Meringis menurun (5)
memperberat dan
4. Sikap protektif
memperingan nyeri
menurun (5)
5. Identifikasi
5. Gelisah menurun (5)
pengetahuan dan
6. Kesulitan tidur
keyakinan tentang
menurun (5)
nyeri
7. Menarik diri menurun
6. Identifikasi pengaruh
(5)
budaya terhadap respon
8. Berfokus pada diri
nyeri
sendiri menurun (5)
7. Identifikasi pengaruh
9. Diaphoresis menurun
nyeri pada kualitas
(5)
hidup
10. Perasaan depresi
8. Monitor keberhasilan
(tertekan) menurun
terapi
(5)
komplamenteryang
11. Perasaan takut
sudah diberikan
mengalami cedera
9. Monitor efek samping
berulang menurun (5)
penggunaan analgetik
12. Anoreksia menurun
Terapeutik
(5) 10. Berikan teknik
13. Perineum terasa nonfarmakologis untuk
tertekan menurun (5) mengurangi rasa nyeri
14. Uterus teraba (kompres hangat)
membulat menurun 11. Control lingkungan
(5) yang memperberat rasa
15. Ketegangan otot nyeri (suhu ruangan,
menurun (5) pencahayaan,
16. Pupil dilatasi kebisingan)
menurun (5) 12. Fasilitasi istirahat dan
17. Muntah menurun (5) tidur
18. Mual menurun (5) 13. Pertimbangkan je is
19. Frekuensi nadi dan sumber nyeri
membaik (5) dalam pemilihan
20. Pola napas membaik strategi meredakan
(5) nyeri
21. Tekanan darah Edukasi
membaik (5) 14. Jelaskan penyebab,
22. Proses berpikir periode, dan pemicu
membaik (5) nyeri
23. Focus membaik (5) 15. Jelaskan strategi
24. Fungsi berkemih meredakan nyeri
membaik (5) 16. Anjurkan memonitor
25. Perilaku membaik (5) nyeri secara tepat
26. Nafsu makan 17. Ajarkan teknik
membaik (5) nonfarmakologis untuk
27. Pola tidur membaik mengurangi rasa nyeri
(5) Kolaborasi
18. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

2. D.0054 Setelah diberikan asuhan Teknik latihan penguatan


Gangguan keperawatan selama 3x24 sendi (I.05185)
mobilitas fisik jam, diharapkanhambatan Observasi
berhubungan mobilisasi fisik dapat 1. Identifikasi
dengan nyeri diatasi dengan kriteria : keterbatasan fungsi dan
ditandai dengan Mobilitas fisik (L.05042) gerak sendi
nyeri saat bergerak, 1. Pergerakan 2. Monitor lokasi dan sifat
gerakan terbatas, ekstremitas ketidaknyamanan atau
fisik lemah. meningkat (5) rasa sakit selama
2. Kekuatan otot gerakan/aktivitas
meningkat (5) Terapeutik
3. Rentang gerak (ROM) 3. Lakukan pengendalian
meningkat (5) nyeri sebelum memulai
4. Nyeri menurun (5) latihan
5. Kecemasan menurun 4. Berikan posisi tubuh
(5) optimal untuk gerakan
6. Kaku sendi menurun sendi pasif atau aktif
(5) 5. Fasilitasi menyusun
7. Gerakan tidak jadwal latihan rentang
terkoordinasi gerak aktif maupun
menurun (5) pasif
8. Gerakan terbatas 6. Fasilitasi gerak sendi
menurun (5) teratur dalam batas-
9. Kelemahan fisik batas rasa sakit,
menurun (5) ketahanan, dan
mobilitas sendi
Edukasi
7. Jelaskan kepada
pasien/keluarga tujuan
dan rencanakan latihan
bersama
8. Anjurkan duduk di
tempat tidur, di sisi
tempat (menjuntai),
atau di kursi, sesuai
toleransi
9. Anjurkan
memvisualisasikan
gerak tubuh sebelum
memulai gerakan
10. Anjurkan ambulasi,
sesuai toleransi
Kolaborasi
11. Kolaborasi dengan
fisioterapi dalam
mengembangkan dan
melaksanakan program
latihan
3 D.0143 Setelah diberikan asuhan Pencegahan Jatuh
Risiko jatuh keperawatan selama 3x24 (I.14540)
berhubungan jam, risiko jatuh dapat Observasi
dengan usia >65 dihindari dengan kriteria 1. Identifikasi faktor
tahun hasil : risiko jatuh (usia >65
Tingkat Jatuh (L14138) tahun)
1. Jatuh dari tempat 2. Identifikasi risiko jatuh
tidur menurun (1) setidaknya sekali setiap
2. Jatuh saat berdiri shift atau sesuai dengan
kebijakan institusi
menurun (1)
3. Identifikasi faktor
3. Jatuh saat duduk lingkungan yang
menurun (1) meningkatkan risiko
4. Jatuh saat berjalan jatuh (lantai licin,
menurun (1) penerangan kurang)
5. Jatuh saat 4. Hitung risiko jatuh
dipindahkan menurun dengsn menggunakan
skala (Fall morse scale,
(1)
6. Jatuh saat naik tangga humpty dumpty scale),
menurun (1) jika perlu
7. Jatuh saat di kamar 5. Monitor kemampuan
berpindah dari tempat
mandi menurun (1)
tidur ke kursi roda dan
8. Jatuh saat sebaliknya
membungkuk Terapeutik
menurun (1) 6. Orientasikan ruangan
pada pasien dan
keluarga
7. Pastikan roda tempat
tidur dan kursi roda
selalu dalam kondisi
terkunci
8. Pasang handrail tempat
tidur
9. Atur tempat tidur
mekanis pada posisi
terendah
10. Tempatkan pasien
beresiko tinggi jatuh
dekat dengan pantauan
perawat dari nurse
station
11. Gunakan alat bantu
berjalan
12. Dekatkan bel
pemanggil dalam
jangkauan pasien
Edukasi
13. Anjurkan memanggil
perawat jika
membutuhkan bantuan
untuk berpindah
14. Anjurkan
menggunakan alas kaki
yang tidak licin
15. Anjurkan melebarkan
jarak kedua kaki untuk
meningkatkan
keseimbangan saat
berdiri
16. Ajarkan cara
menggunakan bel
pemanggil untuk
memanggil perawat
4 D.0111 Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama 3x24 Edukasi nutrisi (I.12395)
Defisit
pengetahuan jam, diharapkan klien Observasi
dapat mengetahui tentang 1. Periksa status gizi,
berhubungan
penyakitnya dengan status alergi, program
dengan kurang kriteria hasil: diet, kebutuhan dan
Tingkat pengetahuan kemampuan
terpapar informasi
(L.12111) pemenuhan kebutuhan
ditandai dengan 1. Perilaku sesuai gizi
anjuran meningkat (5) 2. Identifikasi
menunjukkan
2. Verbalisasi minta kemampuan dan waktu
perilaku tidak yang tepat menerima
dalam belajar
informasi
sesuai anjuran, meningkat (5) Terapeutik
menunjukkan 3. Kemampuan 3. Persiapkan materi dan
menjelaskan media seperti jenis-
persepsi keliru
pengetahuan tentang jenis nutrisi, tabel
terhadap masalah. suatu topic meningkat makanan penukar, cara
(5) mengelola, cara
menakar makanan
4. Kemampuan
4. Jadwalkan pendidikan
menggambarkan kesehatan sesuai
pengalaman kesepakatan
sebelumnya yang 5. Berikan kesempatan
sesuai dengan topik untuk bertanya
meningkat (5) Edukasi
5. Perilaku sesuai 6. Jelaskan pada pasien
dan keluarga alergi
dengan pengetahuan
makanan, makanan
meningkat (5) yang harus dihindari,
6. Pertanyaan tentang kebutuhan jumlah
masalah yang kalori, jenis makanan
dihadapi menurun (5) yang dibutuhkan pasien
7. Persepsi yang keliru 7. Ajarkan cara
terhadap masalah melaksanakan diet
sesuai program (mis.
menurun (5) Makanan tinggi
8. Menjalani protein, rendah garam,
pemeriksaan yang rendah kalori)
tidak tepat menurun 8. Jelaskan hal-hal yang
(5) dilakukan sebelum
9. Perilaku membaik (5) memberikan makan
(mis. Perawatan mulut,
penggunaan gigi palsu,
obat-obatan yang harus
diberikan sebelum
makan)
9. Demonstrasikan cara
membersihkan mulut
10. Demonstrasikan cara
mengatur posisi saat
makan
11. Ajarkan
pasien/keluarga
memonitor asupan
kalori dan makanan
(mis. Menggunakan
buku harian)
12. Ajarkan pasien dan
keluarga memantau
kondisi kekurangan
nutrisi
13. Anjurkan
mendemostrasikan cara
memberi makan,
menghitung kalori,
menyiapkan makanan
sesuai program diet.

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


NO
TGL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
DX
03/03/2021 1 Observasi S: Anita
13.30 1. Mengidentifikasi lokasi, Klien mengatakan
karakteristik, durasi, nyerinya berkurang
setelah diberikan
frekuensi, kualitas,
kompres hangat
intensitas nyeri Skalanya 1
Ef/ P : Klien mengatakan O:
kakinya sakit saat Klien tampak lebih
rileks
melakukan aktivitas A:
berlebih Masalah teratasi
P:
Q : Rasanya seperti Hentikan intervensi
ditusuk-tusuk jarum
R : Nyerinya hanya di
kedua lutut
T : Klien mengatakan
nyerinya hilang timbul
2. Mengidentifikasi skala
nyeri
Ef/ Klien mengatakan skala
nyerinya 3
3. Mengidentifikasi respons
nyeri non verbal
Ef/ Klien tampak gelisah
saat disuruh berjalan
4. Mengidentifikasi faktor
yang memperberat dan
memperingan nyeri
Ef/ Klien mengatakan nyeri
bertambah berat saat
terlalu banyak
beraktivitas
5. Mengidentifikasi
pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
Ef/ Klien mengatakan nyeri
di lututnya karna faktor
usia
14.15 6. Mengidentifikasi
pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
Ef/ Klien mengatakan
semenjak lututnya nyeri
aktivitasnya jadi
terganggu
14.00 Terapeutik
7. Memberikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
14.20 (kompres hangat)
Ef/ Klien mengatakan
nyerinya sudah
berkurang
Edukasi
8. Menjelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
Ef/ Klien tampak mengerti
9. Mengajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Ef/ Klien tampak kooperatif
03/03/2021 2 Observasi S:
14.25 1. Mengidentifikasi Klien mengtakan
keterbatasan fungsi dan menjadi lebih rileks
gerak sendi setelah melakukan
Ef/ Klien mengatakan setiap latihan ROM
bangun tidur harus O:
perlahan ditekuk kakinya Klien tampak lebih
agar bisa berdiri nyaman
2. Memonitor lokasi dan A:
sifat ketidaknyamanan Masalah teratasi
atau rasa sakit selama P:
gerakan/aktivitas Hentikan intervensi
Ef/ Klien mengatakan nyeri
14.15 di lututnya
Terapeutik
3. Melakukan pengendalian
nyeri sebelum memulai
latihan
Ef/ Klien mengatakan
nyerinya berkurang
setelah diberikan
kompres hangat
4. Memberikan posisi
tubuh optimal untuk
gerakan sendi pasif atau
aktif
Ef/ Klien diberikan posisi
duduk
14.30 5. Memfasilitasi menyusun
jadwal latihan rentang
gerak aktif
Ef/ Klien tampak mengerti
saat diberikan jadwal
latihan setiap pagi
6. Memfasilitasi gerak
sendi teratur dalam
batas-batas rasa sakit,
ketahanan, dan mobilitas
sendi
Ef/ Klien mengikuti setiap
gerakan
Edukasi
7. Menjelaskan kepada
pasien/keluarga tujuan
dan rencanakan latihan
bersama
Ef/ Klien dan keluarga
tampak mengerti
8. Menganjurkan duduk di
tempat tidur, di sisi
tempat (menjuntai), atau
di kursi, sesuai toleransi
Ef/ Klien tampak mengerti
03/03/2021 Observasi S:
13.30 1. Mengidentifikasi faktor Klien mengatakan
risiko jatuh (usia sudah mengerti dengan
>65tahun) apa yang diberitahukan
Ef/ Klien berusia 75 tahun tentang mencegah
2. Mengidentifikasi faktor terjadinya risiko jatuh
lingkungan yang O:
meningkatkan risiko Klien tampak mengerti
jatuh (lantai licin, A:
penerangan kurang) Masalah teratasi
Ef/ Lantai rumah klien P:
tampak licin Hentikan intervensi
Edukasi
3. Menganjurkan
3 memanggil keluarga jika
membutuhkan bantuan
14.40 untuk berpindah
Ef/ Klien tampak mengerti
4. Menganjurkan
menggunakan alas kaki
yang tidak licin
Ef/ Klien tampak mengerti
5. Menganjurkan
melebarkan jarak kedua
kaki untuk
meningkatkan
keseimbangan saat
berdiri
Ef/ Klien tampak mengerti
05/03/2021 4 Observasi S:
11.30 1. Mengidentifikasi Klien mengatakan
kemampuan dan waktu sudah mengerti tentang
yang tepat menerima diet rendah garam
informasi O:
Ef/ Klien tampak kooperatif Klien tampak mengerti
setiap menjawab setiap A:
11.35 pertanyaan Masalah teratasi
Terapeutik P:
2. Mempersiapkan materi Hentikan intervensi
dan media seperti jenis-
jenis nutrisi, tabel
11.40 makanan penukar, cara
mengelola, cara menakar
11.50 makanan
3. Menjadwalkan
pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
11.59 Ef/ Klien setuju saat akan
diberikan penyuluhan
kesehatan
Edukasi
4. Cara melaksanakan diet
sesuai program (Rendah
garam)
Ef/ Klien tampak mengerti
5. Mengajarkan
pasien/keluarga
memonitor asupan kalori
dan makanan
(Menggunakan buku
harian)
Ef/ Klien dan keluarga
tampak mengerti
6. Menganjurkan
mendemostrasikan cara
memberi makan,
menghitung kalori,
menyiapkan makanan
sesuai program diet.
Ef/ Klien dan keluarga
tampak mengerti
STRATEGI PELAKSANAAN
KOMPRES HANGAT

STRATEGI PELAKSANAAN 1 (SP1)


A. Kondisi Klien
DS:
Klien mengatakan nyeri pada lutut kanan dan lutut kiri.
DO:
Klien tampak meringis ketika berjalan di luar rumah. TD: 150/80
mmHg.
B. Diagnosa Keperawatan:
C. Tujuan
1. Mengidentifikasi keluhan klien
2. Melakukan interaksi dengan klien menggunakan sikap dan teknik
terapeutik
3. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk klien
4. Memberikan rasa nyaman pada klien.
D. Tindakan Keperawatan
1. Pantau tanda-tanda vital klien
2. Berikan posisi yang nyaman
3. Berikan kompres hangat
E. Strategi Pelaksanaan
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi ibu A, Saya perawat anita yang akan merawat ibu hari
ini”.
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan ibu siang ini? Apakah semalam tidurnya
nyenyak? Bagaimana lututnya masih nyeri?”
c. Kontrak
“Karena lututnya masih nyeri, bagaimana kalau saya ajarkan dan
lakukan kompres hangat, mungkin keluarga yang menunggu dapat
belajar juga, sebentar saja saya jelaskan baru saya lakukan kompres
hangat”
2. Kerja
“Sebelum saya ajarkan dan lakukan kompres hangat, saya akan jelaskan
tujuan dan manfaat tindakan ini”
“Tujuan kompres hangat adalah memperlancar sirkulasi darah,
mengurangi rasa sakit, memberikan rasa hangat, nyaman dan tenang pada
klien”
“Alat yang digunakan adalah baskom berisi air hangat, dan 1 handuk
kecil”
“Caranya bu akan kita posisikan nyaman terlebih dahulu, setelah itu
kompres hangat dari air hangat yang sudah disiapkan ya”
“Bagaimana sudah siap bu?”
“Mari kita posisikan yang nyaman.. handuk yang sudah dibilas air hangat
saya letakkan di lutut ya bu?”
“Kompres hangat bisa ibu ulang bila handuk yang dikompres sudah dingin
atau bila sudah lebih baik kompres bisa dihentikan…”
“Sejauh ini, apa yang ibu rasakan? Apakah ibu lebih nyaman?”
“Apakah ibu ada pertanyaan?”
3. Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi subjektif:
“Bagaimana perasaan ibu setelah dikompres air hangat? Bisa ibu
sebutkan persiapan dan cara melakukannya?”
Evaluasi objektif:
Menunjukkan lebih nyaman, lebih rileks
b. Tindak lanjut klien
“Wah… ibu hebat bisa menyebutkan dengan sempurna”
c. Kontrak yang akan datang (topik, waktu, tempat)
“Karena saya merasa ibu sudah merasa lebih baik, saya sudahi dulu yaa
bu.. nanti saya akan datang kembali untuk mengecek kondisi lutut pada
jam 1 siang, disini yaa untuk mengobservasi kembali”
SOP KOMPRES HANGAT

JUDUL SOP:
PSIK Kompres Hangat
UNIVERSITAS
JEMBER

NO NO REVISI: HALAMAN:
DOKUMEN:
PROSEDUR DITETAPKAN OLEH:
TETAP
TANGGAL Ketua PSIK
TERBIT: Universitas Jember
1. PENGERTIAN Kompres hangat adalah memberikan rasa
hangat pada daerah tertentu dengan
menggunakan cairan atau alat yang
menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang
memerlukan.
2. TUJUAN 1. Memperlancar sirkulasi darah
2. Menurunkan suhu tubuh
3. Mengurangi rasa sakit
4. Memberi rasa hangat, nyaman dan
tenang pada klien
3. INDIKASI 1. Klien hipertermi (suhu tubuh yang
tinggi)
2. Klien dengan perut kembung.
3. Klien yang mempunyai penyakit
peradangan, seperti radang persendian.
4. Spasme otot.
5. Adanya abses.
4. KONTRAINDIKASI 1. Trauma 12-24 jam pertama
2. Perdarahan/edema
3. Gangguan vascular
4. Pleuritis

5. PERSIAPAN PASIEN 1. Berikan salam, perkenalkan diri anda, dan


identifikasi pasien dengan memeriksa
identitas pasien secara cermat.
2. Jelaskan tentang prosedur tindakan yang
akan dilakukan. Berikan kesempatan
kepada pasien untuk bertanya dan jawab
seluruh pertanyaan pasien.
3. Atur posisi pasien sehingga merasakan
aman dan nyaman.
6. PERSIAPAN ALAT: 1. Air panas
2. Washlap
3. Sarung tangan
4. Handuk kering
7 CARA KERJA:
. 1. Beri tahu pasien bahwa tindakan akan segera dimulai
2. Tinggikan tempat tidur sampai ketinggian kerja yang nyaman
3. Cek alat-alat yang akan digunakan
4. Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur
5. Posisikan pasien senyaman mungin
6. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan
7. Periksa TTV pasien sebelum memulai backrub (terutama nadi dan tekanan
darah)
8. Kebersihan alat diperhatikan
9. Kompres hangat diletakkan di bagian tubuh yang memerlukan (dahi, aksila,
lipat paha).
10. Minta pasien untuk mengungkapkan ketidaknyamanan saat dilakukan
kompres.
11. Pengompresan dihentikan sesuai waktu yang telah ditentukan.
12. Kaji kembali kondisi kulit disekitar pengompresan, hentikan tindakan jika
ditemukan tanda-tanda kemerahan.
13. Rapikan pasien ke posisi semula
14. Beri tahu bahwa tindakan sudah selesai
15. Bereskan alat-alat yang telah digunakan dan lepas sarung tangan
16. Kaji respon pasien (respon subjektif dan objektif)
17. Berikan reinforcement positif pada pasien
18. Buat kontrak pertemuan selanjutnya
19. Akhiri kegiatan dengan baik

HASIL:
Dokumentasikan nama tindakan/tanggal/jam tindakan, hasil yang diperoleh,
respon pasien selama tindakan, nama dan paraf perawat

STRATEGI PELAKSANAAN
RANGE OF MOTION
STRATEGI PELAKSANAAN 1 (SP1)
F. Kondisi Klien
DS :
- Klien mengatakan Ny.A mengatakan tidak bisa aktivitas berat karena nyeri
sendi
DO :
- Ny.A hanya duduk, menonton tv, sambil berjaga di warung teras rumah
G. Diagnosa Keperawatan : Gangguan mobilitas fisik berhungan dengan nyeri
H. Tujuan
5. Mengidentifikasi keluhan klien
6. Melakukan interaksi dengan klien menggunakan sikap dan teknik terapeutik
7. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk klien
8. Memberikan rasa nyaman pada klien.
I. Tindakan Keperawatan
4. Dukungan mobilisasi
5. Berikan posisi yang nyaman
6. Berikan ROM ekstremitas bawah
J. Strategi Pelaksanaan
4. Orientasi
d. Salam Terapeutik
“Selamat pagi ibu A, bagaimana kabarnya? masih ingat dengan saya?
Saya perawat Anita yang akan merawat ibu hari ini”.
e. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan ibu pagi ini? Apakah semalam tidurnya nyenyak?
Bagaimana kakinya masih sulit digerakan?”
f. Kontrak
“Karena kakinya sedikit kaku karna sering mengalami nyeri, bagaimana
kalau saya ajarkan dan lakukan range of motion atau menggerakan sendi
pada kaki ibu , mungkin keluarga yang menunggu dapat belajar juga,
sebentar saja saya jelaskan baru saya lakukan range of motion”
5. Kerja
“Sebelum saya ajarkan dan lakukan range of motion, saya akan jelaskan
tujuan dan manfaat tindakan ini”
“Tujuan range of motion adalah Menjaga dan mengembalikan kelenturan
sendi serta meningkatkan vaskularisasi pada klien”
“Alat yang digunakan adalah Penghangat/WWZ dan sarungnya”
“Caranya pertama, ibu akan saya posisikan nyaman terlebih dahulu, setelah
itu kita gerakkan kaki nya sesuai tahap yang saya instruksikan”
“Bagaimana sudah siap bu?”
“Mari saya posisikan yang nyaman, seperti ini duduk nyaman tidak bu?”
“pertama mulai dari Panggul: Menggerakkan kaki (Abduksi – Adduksi),
Menggerakkan kaki (Fleksi – Ekstensi), Menggerakkan kaki (Hiperekstensi
– posisi Anatomi), Rotasi (keluar – kedalam), lalu kita lanjutkan ke tahap
kedua : Lutut: Menggerakkan lengan bawah (Fleksi – Ekstensi), sekarang
tahap terakhir Pergelangan kaki: Menggerakkan (Dorsal Fleksi – Ekstensi),
Menggerakkan (Supinasi – Pronasi)…”
“Sejauh ini, apa yang ibu rasakan? Apakah ibu lebih nyaman?
“Apakah ibu ada pertanyaan?”
6. Terminasi
d. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi subjektif:
“Bagaimana perasaan ibu setelah dilakukan range of motion atau
penggerakan pada kaki ? Bisa ibu sebutkan persiapan dan cara
melakukannya?”
Evaluasi objektif:
Menunjukkan lebih nyaman, lebih rileks
e. Tindak lanjut klien
“Wah… ibu hebat bias menyebutkan dengan sempurna”
f. Kontrak yang akan datang (topik, waktu, tempat)
“Karena saya merasa ibu sudah merasa lebih baik, saya sudahi dulu yaa
bu..nanti saya akan dating kembali untuk mengecek kondisi kaki kanan
pada jam 1 siang, disini yaa untuk mengobservasi kembali”
STANDAR
OPERASIONAL  ROM EKSTREMITAS BAWAH
PROSEDUR
PENGERTIAN Menggerakkan sendi ekstremitas bawah secara aktif atau pasif
1. Menjaga dan mengembalikan kelenturan sendi
TUJUAN 2. Meningkatkan vaskularisasi

KEBIJAKAN Klien dengan keterbatasan rentang gerak dan immobilisasi


PETUGAS Perawat
PERALATAN Penghangat/WWZ dan sarungnya
PROSEDUR 1. Tahap Pra Interaksi
PELAKSANAAN 1. Melakukan verifikasi program pengobatan klien
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
2. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam sebagai pendekatan
therapeutic
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
klien/keluarga
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien
sebelum kegiatan dilakukan
3. Tahap Kerja
1. Menjaga privacy pasien
2. Menghangatkan sendi yang akan dilatih selama
3. Melatih sendi-sendi secar bergantian:
a. Panggul:
1. Menggerakkan kaki Abduksi –
Adduksi
2. Menggerakkan kaki Fleksi –
Ekstensi
3. Menggerakkan kaki
Hiperekstensi – posisi Anatomi
4. Rotasi keluar – kedalam
b. Lutut: Menggerakkan lengan bawah
Fleksi – Ekstensi
c. Pergelangan kaki:
1. Menggerakkan Dorsal Fleksi –
Ekstensi
2. Menggerakkan Supinasi –
Pronasi
4. Merapikan pasien
4. Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi hasil tindakan
2. Berpamitan dengan pasien
3. Membereskan dan kembalikan alat ke tempat
semula
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
keperawatan
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : Pencegahan Jatuh Pada Lansia


Sasaran : Klien Lansia
Hari/Tanggal : Rabu, 05 Maret 2021
Tempat : Rumah Klien
Waktu : 14.40 WIB - selesai
Penyuluh : Anita Indahniati

A. Latar Belakang
Jatuh menjadi salah satu insiden yang paling sering terjadi pada
orang lanjut usia (lansia) yang mengakibatkan trauma serius, seperti nyeri,
kelumpuhan bahkan kematian. Hal ini menimbulkan rasa takut dan hilangnya
rasa percaya diri sehingga mereka membatasi aktivitasnya sehari-hari yang
menyebabkan menurunnya mutu kehidupan pada lansia yang mengalaminya
dan juga berpengaruh pada anggota keluarganya.
Jatuh sering terjadi atau dialami oleh usia lanjut. Banyak faktor
berperan di
dalamnya, baik faktor intrinsic dalam diri lansia tersebut seperti gangguan
gaya
berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, kekakuan sendi, sinkope dan
dizzines, serta faktor ekstrinsik seperti lantai yang licin dan tidak rata,
tersandung benda-benda, penglihatan kurang karena cahaya kurang terang,
dan sebagainya.
Pencegahan jatuh pada lansia harus diperhatikan oleh semua pihak
yaitu keluarga, penjaga bayaran, perawat di rumah sakit dan juga pihak-pihak
yang menentukan keputusan bagi pembangunan rumah sakit. Keluarga
merupakan support system utama bagi lansia dalam mempertahankan
kesehatannya. Keluarga memegang peranan penting dalam perawatan
terhadap lansia oleh sebab itu keluarga harus memiliki pengetahuan mengenai
faktor risiko jatuh pada lansia (Maryam, 2009). Perawat dan pihak rumah
sakit atau panti jompo harus menunjang fasilitas dengan pengawasan penuh
akan aktivitas masing- masing lansia yang dirawat dan juga pemenuhan
fasilitas yang aman di daerah yang memungkinkan untuk terjadinya kejadian
jatuh.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 15 menit
diharapkan lansia A dapat mengerti dan memahami mengenai pencegahan
jatuh.
2. Tujuan Khusus
a. Setelah dilakukan Pendidikan kesehatan lansia A dapat:
1) Mengetahui dan mampu menyebutkan pengertian jatuh
2) Mengetahui dan mampu menyebutkan penyebab jatuh
3) Mengetahui dan mampu menyebutkan cara pencegahan jatuh
C. Sasaran
Sasaran penyuluhan akan diberikan kepada: Klien lansia A.
D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Diskusi
E. Media
1. Leaflet
F. Kegiatan Penyuluhan
Tahapan Kegiatan
Kegiatan Peserta Metode Media
dan Waktu Penyuluhan
Pembukaan 1. Membuka 1. Menjawab salam Ceramah
(5 menit) dengan salam 2. Mendengarkan
2. Memperkenalk 3. Memperhatikan
an diri. 4. Menjawab
3. Menjelaskan pertanyaan
maksud dan
tujuan
penyuluhan.
4. Melakukan
kontrak.
5. Menanyakan
kepada peserta
tentang materi
yang akan
disampaikan.
Penyajian 1. Menjelaskan 1. Mendengarkan Ceramah, Leaflet
Materi (15 definisi luka memberikan tanya jawab
menit) operasi tanggapan dan
2. Mampu pertanyaan
menjelaskan mengenai hal
factor yang yang kurang
mempengaruhi dimengerti
penyembuhan 2. Memberikan
luka pemaparan dan
3. Mampu penjelasan dengan
menjelaskan baik
cara merawat
luka post
operasi
dirumah
4. Mampu
menjelaskan
apa saja
makanan yang
baik untuk
mempercepat
proses
penyembuhan
luka post
operasi
5. Memberikan
kesempatan
bertanya
6. Menjawab
pertanyaan
Penutup 1. Menanyakan 1. Menjawab Ceramah, Leaflet
(10 menit) pengetahuan pertanyaan tanya jawab
pada peserta 2. Memberikan
setelah tanggapan baik
dilakukan
penyuluhan
2. Menyimpulkan
hasil kegiatan
penyuluhan
3. Menutup
kegiatan
dengan salam
G. Evaluasi
1. Proses
a. Jumlah peserta penyuluhan minimal 5 peserta
b. Media yang digunakan adalah leaflet
c. Waktu penyuluhan adalah 30 menit
d. Persiapan penyuluhan dilakukan beberapa hari sebelum kegiatan
penyuluhan
e. Pembicara diharapkan menguasai materi dengan baik
f. Tidak ada peserta yang meninggalkan ruangan saat kegiatan
penyuluhan berlangsung
g. Peserta aktif dan antusias dalam mengikuti kegiatan penyuluhan
2. Hasil
a. Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan peserta diharapkan mengerti
dan memahami tentang definisi jatuh, penyebab jatuh, pencegahan
jatuh, dan menolong lansia yang jatuh.
MATERI RISIKO JATUH

A. Definisi Jatuh
Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi
mata yang melibatkan seseorang mendadak terbaring atau terduduk di lantai
atau tempat yang lebih rendah atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka
(Reuben, 1996).
Jatuh sering terjadi atau dialami oleh usia lanjut. Banyak faktor
berperan di dalamnya misalnya kelemahan otot ekstremitas bawah, kekakuan
sendi, sinkope dan dizzines, serta faktor ekstrinsik seperti lantai yang licin
dan tidak rata tersandung benda-benda, penglihatan kurang terang dan
sebagainya.
Tidak mengejutkan bahwa jatuh merupakan kejadian yang
mempercepat patah tulang pada orang dengan kepadatan mineral tulang
(Bone Mineral Density/BMD) rendah. Jatuh dapat dicegah sehingga akan
mengurangi risiko patah tulang. Jatuh adalah penyebab terbesar untuk patah
tulang pinggul dan berkaitan dengan meningkatnya risiko yang berarti
terhadap berbagai patah tulang meliputi punggung, pergelangan tangan,
pinggul, lengan bagian atas.
Jatuh dapat disebabkan oleh banyak faktor, sehingga strategi
pencegahan harus meliputi berbagai komponen agar sukses. Aktivitas fisik
meliputi pola gerakan yang beragam seperti latihan kekuatan atau kelas
aerobik dapat meningkatkan massa tulang sehingga tulang lebih padat dan
dapat menurunkan risiko jatuh.
Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko jatuh dan
meminimalisir dampak dari jatuh yang terjadi. Pedoman yang dikeluarkan
oleh American Geriatrics Society, British Geriatrics Society, dan American
Academy of Orthopedi Surgeons pada pencegahan jatuh meliputi beberapa
rekomendasi untuk orang tua (AGS et al, 2001).
B. Faktor – Faktor Lingkungan yang Sering Dihubungan dengan
Kecelakaan pada Lansia
Faktor penyebab jatuh pada lansia dapat dibagi dalam 2 golongan
besar, yaitu:
1. Faktor Intrinsik
Faktor instrinsik dapat disebabkan oleh proses penuaan dan
berbagai penyakit seperti Stroke dan TIA yang mengakibatkan kelemahan
tubuh, Parkinson yang mengakibatkan kekakuan alat gerak, maupun
Depresi yang menyebabkan lansia tidak terlalu perhatian saat berjalan.
Gangguan penglihatan pun seperti misalnya katarak meningkatkan risiko
jatuh pada lansia. Gangguan sistem kardiovaskuler akan menyebabkan
syncope yang sering meningkatkan risiko jatuh pada lansia. Jatuh dapat
juga disebabkan oleh dehidrasi. Dehidrasi bisa disebabkan oleh diare,
demam, asupan cairan yang kurang atau penggunaan diuretik yang
berlebihan.
2. Faktor Ekstrinsik
Alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua atau
tergeletak di lantai, tempat tidur tidak stabil atau kamar mandi yang rendah
dan tempat berpegangan yang tidak kuat atau tidak mudah dipegang, lantai
tidak datar, licin atau menurun, karpet yang tidak dilem dengan baik, keset
yang tebal/menekuk pinggirnya, dan benda-benda alas lantai yang licin
atau mudah tergeser, lantai licin atau basah, penerangan yang tidak baik
(kurang atau menyilaukan), alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran, berat,
maupun cara penggunaannya.
C. Pencegahan Jatuh
Pencegahan dilakukan berdasarkan faktor risiko apa yang dapat
menyebabkan jatuh seperti faktor neuromuskular, muskuloskeletal, penyakit
yang sedang diderita, pengobatan yang sedang dijalani, gangguan
keseimbangan dan gaya berjalan, gangguan visual, ataupun faktor
lingkungan.
Dibawah ini akan di uraikan beberapa metode pencegahan jatuh pada
orang tua:
D. Prinsip-prinsip dalam Perawatan Luka
1. Latihan fisik
Latihan fisik diharapkan mengurangi resiko jatuh dengan
meningkatkan kekuatan tungkai dan tangan, memperbaiki keseimbangan,
koordinasi, dan meningkatkan reaksi terhadap bahaya lingkungan. Latihan
fisik juga bisa mengurangi kebutuhan obat-obatan sedatif. Latihan fisik
yang dianjurkan yang melatih kekuatan tungkai, tidak terlalu berat dan
semampunya, salah satunya adalah berjalan kaki.
2. Managemen obat-obatan
Gunakan dosis terkecil yang efektif dan spesifik diantaranya:
a. Perhatikan terhadap efek samping dan interaksi obat
b. Gunakan alat bantu berjalan jika memang di perlukan selama
pengobatan
c. Kurangi pemberian obat-obatan yang sifatnya untuk waktu lama
terutama sedatif dan tranquilisers
d. Hindari pemberian obat multiple (lebih dari empat macam) kecuali atas
indikasi klinis kuat
e. Menghentikan obat yang tidak terlalu diperlukan
3. Modifikasi lingkungan
a. Atur suhu ruangan supaya tidak terlalu panas atau dingin untuk
menghindari pusing akibat suhu.
b. Taruhlah barang-barang yang memang seringkali diperlukan berada
dalam jangkauan tanpa harus berjalan dulu.
c. Gunakan karpet antislip di kamar mandi.
d. Perhatikan kualitas penerangan di rumah.
e. Jangan sampai ada kabel listrik pada lantai yang biasa untuk melintas.
f. Pasang pegangan tangan pada tangga, bila perlu pasang lampu
tambahan untuk daerah tangga.
g. Singkirkan barang-barang yang bisa membuat terpeleset dari jalan yang
biasa untuk melintas.
h. Gunakan lantai atau keramik yang tidak licin.
i. Atur letak furnitur supaya jalan untuk melintas mudah, menghindari
tersandung.
j. Pasang pegangan tangan ditempat yang di perlukan seperti misalnya di
kamar mandi.
4. Memperbaiki kebiasaan pasien lansia, misalnya:
a. Berdiri dari posisi duduk atau jangkok jangan terlalu cepat.
b. Jangan mengangkat barang yang berat sekaligus.
c. Mengambil barang dengan cara yang benar dari lantai.
d. Hindari olahraga berlebihan.
5. Alas Kaki
a. Perhatikan pada saat orang tua memakai alas kaki:
b. Hindari sepatu berhak tinggi, pakai sepatu berhak lebar
c. Jangan berjalan hanya dengan kaus kaki karena sulit untuk menjaga
keseimbangan
d. Pakai sepatu yang antislip
6. Alat Bantu Jalan
a. Terapi untuk pasien dengan gangguan berjalan dan keseimbangan
difokuskan untuk mengatasi atau mengeliminasi penyebabnya atau
faktor yang mendasarinya.
Penggunaan alat bantu jalan memang membantu meingkatkan
keseimbangan, namun di sisi lain menyebabkan langkah yang terputus
dan kecenderungan tubuh untuk membungkuk, terlebih jika alat bantu
tidak menggunakan roda., karena itu penggunaan alat bantu ini haruslah
direkomendasikan secara individual.
b. Apabila pada lansia yang kasus gangguan berjalannya tidak dapat
ditangani dengan obat-obatan maupun pembedahan. Oleh karena itu,
penanganannya adalah dengan alat bantu jalan seperti cane (tongkat),
crutch (tongkat ketiak) dan walker. (Jika hanya satu ekstremitas atas
yang digunakan, pasien dianjurkan pakai cane. Pemilihan tipe cane
yang digunakan, ditentukan oleh kebutuhan dan frekuensi yang
menunjang berat badan. Jika kedua ekstremitas atas diperlukan untuk
mempertahankan keseimbangan dan tidak perlu menunjang berat badan,
alat yang paling cocok adalah four-wheeled walker. Jika kedua
ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan
menunjang berat badan, maka pemilihan alat ditentukan oleh frekuensi
yang diperlukan dalam menunjang berat badan.
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Diit Hipertensi


Sasaran : Pasien Ny.A
Hari/Tanggal : Rabu 03-03-2021
Tempat : Kp.Babakan rt 03/04
Waktu : 20 menit

A. Tujuan Instruksional
1. Tujuan Umum

Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan pasien di Puskesmas


Serpong 1, dapat mengetahui dan memahami tentang hipertensi
2. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan penyuluhan selama 20 menit diharapkan pasien


dapat mengetahui tentang :
a. Pengertian Diit Rendah Garam
b. Makanan yang mengandung banyak garam
c. Makanan yang diperbolehkan
d. Makanan yang tidak diperbolehkan
e. Cara memasak yang baik
f. Contoh menu diit rendah garam
B. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
C. Media Penyuluhan
Leaflet
D. Kegiatan Penyuluhan

No Waktu Tahapan Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Media


1 2 menit Pembukaan 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam
2. Memperkenalkan diri 2. Memperhatikan Leaflet
3. Menjelaskan judul dan mendengarkan
materi serta tujuan
yang akan dicapai oleh
peserta penyuluhan dan
melakukan kontrak
waktu
4. Apersepsi materi
penyuluhan
2 10 menit Penyajian Menjelaskan pada peserta Memperhatikan dan
Materi tentang : mendengarkan
1. Pengertian Diit Rendah
Garam
2. Makanan yang
mengandung banyak
garam
3. Makanan yang
diperbolehkan
4. Makanan yang tidak
diperbolehkan
5. Cara memasak yang
baik
6. Contoh menu diit
rendah garam
3 6 menit Evaluasi 1. Memberikan 1. Bertanya
reinforcement positif 2. Mendengar
kepada peserta atas
kemampuan bertanya
2. Menjawab pertanyaan
peserta
3. Memberikan
pertanyaan tentang
materi yang telah
disampaikan
4 2 menit Penutup 1. Menyimpulkan hasil Menjawab salam
penyuluhan
2. Mengucapkan
terimakasih atas peran
serta peserta yang telah
berpartisipasi
3. Menutup acara
penyuluhan dengan
mengucapkan salam

E. Kriteria Evaluasi
Kriteria Evaluasi Struktur :
1. Menyusun Satuan Acara Penyuluhan Tentang Diit Hipertensi
2. Melakukan konsultasi Satuan Acara Penyuluhan yang telah disusun dengan
pembimbing
3. Melakukan kontrak waktu dan tempat penyuluhan
4. Mempersiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
penyuluhan

Kriteria Evaluasi Proses :


1. Penyuluhan diharapkan berjalan dengan lancar
2. Peserta penyuluhan aktif bertanya
3. Peserta penyuluhan tidak meninggalkan tempat sebelum penyuluhan selesai
4. Penyuluhan dapat berlangsung sesuai dengan kontrak waktu

Kriteria Evaluasi Hasil :


1. Penyaji mengajukan pertanyaan secara langsung kepada peserta penyuluhan
tentang materi penyuluhan sebelum penyuluhan dilaksanakan. Bila hanya 5-
10% dari seluruh peserta penyuluhan yang dapat menjawab pertanyaan
maka perlu diadakan penyuluhan tentang hipertensi.
2. Penyaji mengajukan pertanyaan secara langsung kepada peserta penyuluhan
setelah penyampaian materi penyuluhan, bila 60% dari seluruh peserta
penyuluhan mampu menjawab pertanyaan yang diajukan, maka dapat
dikategorikan penyuluhan berhasil.
F. Lampiran Materi

A. Pengertian
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg.
Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi
juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal dan pembuluh
darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya. (Amin &
Hardhi 2015)
B. Penyebab
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan.
a. Hipertensi primer (esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui
penyebabnya. Factor yang mempengaruhinya yaitu: genetik, lingkungan,
hiperaktivitas saraf simpatis system rennin. Antigiotensin dan
peningkatan Na + Ca intraseluler. Factor-faktor yang meningkatkan
resiko : obesitas, merokok, alcohol dan polisitemia.
b. Hipertensi sekunder
Penyebab yaitu: penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom
cushing dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
C. Tanda dan gejala
Menurut Dalyoko (2010), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain
yaitu :
1. Gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala
2. Sering gelisah
3. Wajah merah
4. Tengkuk terasa pegal
5. Mudah marah
6. Telinga berdengung
7. Sukar tidur
8. Sesak napas
9. Rasa berat ditengkuk
10. Mudah lelah
11. Mata berkunang-kunang/ penglihatan kabur
12. Mimisan ( keluar darah dari hidung)
D. Faktor resiko
1. Faktor Risiko Yang Tidak Dapat Dikontrol:
a. Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan
wanita. Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler
sebelum menopause. Harrison, Wilson dan Kasper mengatakan
bahwa wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh
hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadarHigh
Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi
merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses
aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai
penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Dari
hasil penelitian didapatkan hasil lebih dari setengah penderita
hipertensi berjenis kelamin wanita sekitar 56,5%. Hipertensi lebih
banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi
lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60%
penderita hipertensi adalah wanita.Hal ini sering dikaitkan dengan
perubahan hormon setelah menopause (Aisyah, 2009).
b. Umur
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan
darahnya, jadi orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan
darah yang tinggi dari orang yang berusia lebih muda. Peningkatan
kasus hipertensi akan berkembang pada umur lima puluhan dan
enam puluhan. Dengan bertambahnya umur, dapat meningkatkan
risiko hipertensi (Suzanne & Brenda, 2001).
c. Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan
menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi.
Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler
dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium. Individu
dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali
lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang
tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.Selain itu
didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat
hipertensi dalam keluarga (Aisyah, 2009).
2. Faktor Resiko Yang Dapat Dikontrol:
a. Obesitas
Pada usia pertengahan (+50 tahun) dan dewasa lanjut asupan
kalori sehingga mengimbangi penurunan kebutuhan energi karena
kurangnya aktivitas. Itu sebabnya berat badan meningkat.Obesitas
dapat memperburuk kondisi lansia.Kelompok lansia karena dapat
memicu timbulnya berbagai penyakit seperti artritis, jantung dan
pembuluh darah, hipertensi. (Aisyah, 2009)
b. Kebiasaan Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah.Perokok
berat dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi
maligna dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami
ateriosklerosis.Merokok menyebabkan hipertensi karena nikotin yg
terkandung di dalam rokok memiliki kecenderungan untuk
menyempitkan pembuluh darah dan arteri yang dapat menyebabkan
plak.Plak menyempitkan pembuluh darah.Nikotin juga memiliki
kemampuan untuk merangsang produksi hormon epinefrin juga
dikenal sebagai adrenalin yang menyebabkan pembuluh darah
mengerut (Aisyah, 2009).
c. Mengkonsumsi garam berlebihan
Dalam diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hipertensi)
kita di wajibkan untuk membatasi asupan natrium ( garam) hanya
2/3 sendok teh atau setara dengan 1500 mg natrium
d. Stress
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui
aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan
darah secara intermiten (tidak menentu).Stres yang
berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap
tinggi. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stres yang
dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota. Menurut
Aisyah (2009) mengatakan stresakan meningkatkan resistensi
pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan
menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stres ini dapat
berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan
karakteristik personal.
e. Penyakit Jasmani
Penyakit jasmani merupakan penyakit yang dapat
menyebabkan meningkatkan hipertensi yaitu asam urat,
arterosklerosis, hiperkolesterol dan hiperuresemi. Asam urat dapat
menyebabkan peningkatan hipertensi karena asam urat akan
menyumbat aliran darah ke jantung sehingga jantung akan bekerja
lebih keras dalam memompa jantung. Dengan demikian tekanan
darah akan meningkat (Suzanne & Brenda, 2001).
E. Upaya Pencegahan dan penanganan hipertensi
1) Terapi farmakologis / dengan obat
Pengobatan dimulai ketika tekanan darah tetap di atas 85-89 mmHg
dan tekanan sistolik 130-139 mmHg pada individu yang beresiko
2) Terapi nonfarmakologi/tanpa obat
1. Cek Kesehatan secara berkala
2. Hindari Kegemukan
3. Hindari rokok dan alkohol.
4. Hindari stress
5. Olahraga teratur / Aktifitas fisik
6. Istirahat yang cukup
7. Batasi pemakaian garam
F. Jenis Makanan Yang Boleh Dikonsumsi
1. Sumber karbohidrat Beras, kentang, singkong, terigu, tapioca.
Makanan yang diolah dari makanan tersebut tanpa garam dapur dan
soda seperti: macaroni, mie, bihun, roti, biscuit, kue kering dan
sebagainya.
2. Sumber protein hewani Daging dan ikan maksimum 2 potong sedang,
telur maksimum 1 butir sehari, susu maksimum 2 gelas sehari.
3. Sumber protein nabati Seperti tahu,tempe dan kacang-kacangan yang
hasilnya diolah dan di masak tanpa garam.
4. Sayuran Semua sayuran segar: sayuran yang diawet tanpa garam
dapur dan soda.
5. Sumber vitamin (buah dan sayuran) seperti buah jeruk, pisang, melon,
tomat, dl
G. Jenis Makanan Yang Tidak Boleh Dikonsumsi
1. Karbohidrat Roti, biscuit dan kue-kue yang dimasak dengan garam
dapur dan atau soda.
2. Protein hewani dan nabati Hewani: otak, ginjal, lidah, sarden, keju,
daging, ikan dan telur yang diawetkan dengan garam dapur seperti:
daging asap, ham, dendeng, abon, ikan asin dan ikan kaleng, kornet,
udang kering. Nabati: keju, kacang tanah dan semua kacang-
kacangandan hasilnya yang dimasak dengan garam dapur.
3. Sayuran Sayuran yang diawet dengan garam dapur seperti sayuran
dalam kaleng, sawi asin, asinan, acar.
4. Buah-buahan yang diawet dengan garam dapur , seperti durian
5. Lemak Margarine dan mentega biasa
6. Makanan dan minuman mengandung alcohol
H. Contoh Menu Sehari
a. Pagi : Nasi
Telur dadar
Tumis kacang panjang
b. Pukul 10.00 : Selada buah
c. Siang : Nasi

Ikan acar kuning


Sambal goreng kering tempe
Sayur lodeh
Papaya
d. Pukul 16.00 : Kacang Ijo
e. Malam : Nasi
Daging bumbu balado
Tahu bacem
Cah sawi + wortel
Pisang
DAFTAR PUSTAKA

Craven & Hinrle. 2000. Pain perception and Management Fundamentals of


nursing: Human health and function (3rd ed.). Philadelphia: Lippincott.
Kozier & Erb. 2004. Pain Management Fundamentals of nursing: Concepts,
process, and practice (7th ed.). New Jersey: Pearson prentice hall.
Sani, P. A. 2016. Materi Kuliah: Pencegahan Jatuh pada Lansia. PSIK FK Unud.
Taylor, Lillis, & Le Mone. 1997. Comfort Fundamentals of nursing: The art &
Science of nursing care (3rd ed.). Philadelphia: Lippincott.

Anda mungkin juga menyukai