PROFESI NERS
ASUHAN KEPERAWATAN
GERONTIK PADA NY. A
OSTEOARTRITIS DI
WILAYAH KERJA PKM SERPONG 1 TANGERANG
SELATAN TAHUN 2021
Oleh:
ANITA INDAHNIATI
190510251
( ) ( )
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANTEN
TANGERANG SELATAN
2021
FORMAT PENGKAJIAN FISIK KLIEN GERONTIK
1. Identitas Klien
Nama : Ny. A Jenis Kelamin :Perempuan
Umur : 75 tahun Suku : Sunda
Alamat : Jl. Semapal Lengkong Gudang Agama : Islam
Pendidikan: Tidak Sekolah Status Perkawinan:Kawin
Tgl masuk : Pengkajian :03Maret 2021
Panti werdha
PERTANYAAN TAHAP 2
Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1 bulan? Tidak
Ada masalah atau banyak fikiran? Tidak
Ada gangguan/masalah dengan keluarga lain? Tidak
Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter? Tidak
Cenderung mengurung diri? Tidak
Bila lebih dari satu atau sama dengan 1 jawaban “ya”
Masalah emosional negatif (-)
6.3 Spiritual :
Klien mengatakan seminggu 3 kali menghadiri pengajian di Mushola
Keterangan :
a. 130 : Mandiri
b. 65-125 : Ketergantungan sebagian
c. 60 : Ketergantungan total
Score total = 2
Interpretasi hasil :
a. Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh
b. Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6-8 : kerusakan intelektual sedang
d. Salah 7-10 : kerusakan intelektual berat
Interpretasi hasil :
>23 : Aspek kognitif dari fungsi mental baik
18-22 : Kerusakan aspek fungsi mental ringan
Terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat
9. PENGKAJIAN KESEIMBANGAN UNTUK KLIEN LANSIA
(TINNETI,ME,DAN GINTER,SF, 1998)
Pengkajian keseimbangan dinilai dari dua komponen utama dalam bergerak,
dari kedua komponen tersebut dibagi lagi dalam beberapa gerakan yang pelu
diobservasi oleh perawat. Kedua komponen tersebut adalah :
a. Perubahan posisi atau keseimbangan
Beri nilai 0 jika klien tidak menunjukkan komponen dibawah ini, atau beri
nilai 1 jika klien menunjukkan salah satu dari kondisi dibawah ini :
Bangun dari kursi (dimasukan dalam analisis)*
Tidak bangun dari duduk dengan satu gerakan, tetapi mendorong tubuh
keatas dengan tangan atau bergerak ke bagian depan kursi terlebih
dahulu, tidak stabil pada saat pertama kali berdiri. (0)
Duduk ke kursi (dimasukkan ke dalam analisis)
Menjatuhkan-diri ke kursi, tidak duduk ditengah
Kursi keterangan : (*) kursi yang keras tanpa lengan (0)
Menahan dorongan pada sternum (pemeriksaan mendorong
sternum perlahan-lahan sebanyak 3 kali)
Klien menggerakan kaki, memegang objek untuk dukungan, kaki tidak
menyentuh sisi-sisinya. (0)
Mata tertutup
Lakukan pemeriksaan sama seperti diatas tapi klien disuruh menutup
mata (periksa kepercayaan pasien tentang input penglihatan untuk
keseimbangannya) (1)
Perputaran leher
Menggerakan kaki, menggenggam obyek untuk dukungan, kaki tidak
menyentuh sisi-sisinya, kelelahan vertigo, pusing atau keadaan tidak
stabil. (0)
Gerakan menggapai sesuatu
Tidak mampu untuk menggapai sesuatu dengan bahu fleksi sepenuhnya
sementara berdiri pada ujung-ujung jari kaki, tidak stabil, memegang
sesuatu untuk dukungan (0)
Membungkuk
Tidak mampu membungkuk untuk mengambil obyek-obyek kecil (misl
pulpen) dari lantai, memegang obyek untuk bisa berdiri lagi, memerlukan
usaha-usaha multiple untuk bangun (1)
b. Komponen gaya berjalan atau gerakan
Beri nilai 0 jika klien menunjukkan kondisi dibawah ini, atau beri nilai 1
jika klien menunjukkan salah satu dari kondisi dibawah ini :
Minta klien untuk berjalan ke tempat yang ditentukan
Ragu-ragu, tersandung, memegang obyek untuk dukungan (0)
Ketinggian langkah kaki (mengangkat kaki saat melangkah)
Kaki tidak naik dari lantai secara konsisten (menggeser atau menyeret
kai), mengangkat kaki terlalu tinggi (> 5 cm) (0)
Kontinuitas langkah kaki (lebih baik diobservasi dari samping klien)
Setelah langkah-langkah awal, langkah menjadi tidak konsisten, memulai
mengangkat satu kaki sementara kaki yang lain menyentuh lantai (0)
Kesimetrisan langkah (lebih baik diobservasi dari dari
samping klien)
Tidak berjalan dalam garis lurus,bergelombang dari sisi
ke sisi (1)
Penyimpangan jalur pada saat berjalan (lebih baik diobservasi dari
belakang klien)
Tidak berjalan dalam garis lurus,bergelombang dari sisi ke sisi (1)
Berbalik
Berhenti sebelum mulai berbalik, jalan sempoyongan, bergoyang,
memegang obyek untuk dukungan (1)
Intervensi hasil :
Jumlahkan semua nilai yang diperoleh klien, dan dapat diinterpretasikan
sebagai berikut :
0-5 : Risiko jatuh rendah
6-10 : Risiko jatuh sedang
11-15 : Risiko jatuh tinggi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi kronis (osteoarthritis) ditandai
dengan mengeluh nyeri, tampak meringis, tidak mampu menuntaskan aktivitas,
pola tidur berubah. (D.0078)
2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai dengan nyeri saat
bergerak, gerakan terbatas, fisik lemah. (D.0054)
3) Risiko jatuh berhubungan dengan usia >65 tahun. (D.0143)
4) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai
dengan menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran, menunjukkan persepsi
keliru terhadap masalah. (D.0111)
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan Tujuan Intervensi
1. D.0078 Setelah diberikan asuhan Manajemen Nyeri
Nyeri kronis keperawatan selama 1x24 (I.08238)
berhubungan jam diharapkan nyeri Observasi
dengan kondisi berkurang/terkontrol 1. Identifikasi lokasi,
kronis dengan kriteria hasil : karakteristik, durasi,
(osteoarthritis) Tingkat nyeri (L.08066) frekuensi, kualitas,
ditandai dengan 1. Kemampuan
intensitas nyeri
mengeluh nyeri, menuntaskan aktivitas
tampak meringis, 2. Identifikasi skala nyeri
meningkat (5)
tidak mampu 3. Identifikasi respons
2. Keluhan nyeri
menuntaskan nyeri non verbal
aktivitas, pola tidur menurun (5)
4. Identifikasi factor yang
berubah. 3. Meringis menurun (5)
memperberat dan
4. Sikap protektif
memperingan nyeri
menurun (5)
5. Identifikasi
5. Gelisah menurun (5)
pengetahuan dan
6. Kesulitan tidur
keyakinan tentang
menurun (5)
nyeri
7. Menarik diri menurun
6. Identifikasi pengaruh
(5)
budaya terhadap respon
8. Berfokus pada diri
nyeri
sendiri menurun (5)
7. Identifikasi pengaruh
9. Diaphoresis menurun
nyeri pada kualitas
(5)
hidup
10. Perasaan depresi
8. Monitor keberhasilan
(tertekan) menurun
terapi
(5)
komplamenteryang
11. Perasaan takut
sudah diberikan
mengalami cedera
9. Monitor efek samping
berulang menurun (5)
penggunaan analgetik
12. Anoreksia menurun
Terapeutik
(5) 10. Berikan teknik
13. Perineum terasa nonfarmakologis untuk
tertekan menurun (5) mengurangi rasa nyeri
14. Uterus teraba (kompres hangat)
membulat menurun 11. Control lingkungan
(5) yang memperberat rasa
15. Ketegangan otot nyeri (suhu ruangan,
menurun (5) pencahayaan,
16. Pupil dilatasi kebisingan)
menurun (5) 12. Fasilitasi istirahat dan
17. Muntah menurun (5) tidur
18. Mual menurun (5) 13. Pertimbangkan je is
19. Frekuensi nadi dan sumber nyeri
membaik (5) dalam pemilihan
20. Pola napas membaik strategi meredakan
(5) nyeri
21. Tekanan darah Edukasi
membaik (5) 14. Jelaskan penyebab,
22. Proses berpikir periode, dan pemicu
membaik (5) nyeri
23. Focus membaik (5) 15. Jelaskan strategi
24. Fungsi berkemih meredakan nyeri
membaik (5) 16. Anjurkan memonitor
25. Perilaku membaik (5) nyeri secara tepat
26. Nafsu makan 17. Ajarkan teknik
membaik (5) nonfarmakologis untuk
27. Pola tidur membaik mengurangi rasa nyeri
(5) Kolaborasi
18. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
JUDUL SOP:
PSIK Kompres Hangat
UNIVERSITAS
JEMBER
NO NO REVISI: HALAMAN:
DOKUMEN:
PROSEDUR DITETAPKAN OLEH:
TETAP
TANGGAL Ketua PSIK
TERBIT: Universitas Jember
1. PENGERTIAN Kompres hangat adalah memberikan rasa
hangat pada daerah tertentu dengan
menggunakan cairan atau alat yang
menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang
memerlukan.
2. TUJUAN 1. Memperlancar sirkulasi darah
2. Menurunkan suhu tubuh
3. Mengurangi rasa sakit
4. Memberi rasa hangat, nyaman dan
tenang pada klien
3. INDIKASI 1. Klien hipertermi (suhu tubuh yang
tinggi)
2. Klien dengan perut kembung.
3. Klien yang mempunyai penyakit
peradangan, seperti radang persendian.
4. Spasme otot.
5. Adanya abses.
4. KONTRAINDIKASI 1. Trauma 12-24 jam pertama
2. Perdarahan/edema
3. Gangguan vascular
4. Pleuritis
HASIL:
Dokumentasikan nama tindakan/tanggal/jam tindakan, hasil yang diperoleh,
respon pasien selama tindakan, nama dan paraf perawat
STRATEGI PELAKSANAAN
RANGE OF MOTION
STRATEGI PELAKSANAAN 1 (SP1)
F. Kondisi Klien
DS :
- Klien mengatakan Ny.A mengatakan tidak bisa aktivitas berat karena nyeri
sendi
DO :
- Ny.A hanya duduk, menonton tv, sambil berjaga di warung teras rumah
G. Diagnosa Keperawatan : Gangguan mobilitas fisik berhungan dengan nyeri
H. Tujuan
5. Mengidentifikasi keluhan klien
6. Melakukan interaksi dengan klien menggunakan sikap dan teknik terapeutik
7. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk klien
8. Memberikan rasa nyaman pada klien.
I. Tindakan Keperawatan
4. Dukungan mobilisasi
5. Berikan posisi yang nyaman
6. Berikan ROM ekstremitas bawah
J. Strategi Pelaksanaan
4. Orientasi
d. Salam Terapeutik
“Selamat pagi ibu A, bagaimana kabarnya? masih ingat dengan saya?
Saya perawat Anita yang akan merawat ibu hari ini”.
e. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan ibu pagi ini? Apakah semalam tidurnya nyenyak?
Bagaimana kakinya masih sulit digerakan?”
f. Kontrak
“Karena kakinya sedikit kaku karna sering mengalami nyeri, bagaimana
kalau saya ajarkan dan lakukan range of motion atau menggerakan sendi
pada kaki ibu , mungkin keluarga yang menunggu dapat belajar juga,
sebentar saja saya jelaskan baru saya lakukan range of motion”
5. Kerja
“Sebelum saya ajarkan dan lakukan range of motion, saya akan jelaskan
tujuan dan manfaat tindakan ini”
“Tujuan range of motion adalah Menjaga dan mengembalikan kelenturan
sendi serta meningkatkan vaskularisasi pada klien”
“Alat yang digunakan adalah Penghangat/WWZ dan sarungnya”
“Caranya pertama, ibu akan saya posisikan nyaman terlebih dahulu, setelah
itu kita gerakkan kaki nya sesuai tahap yang saya instruksikan”
“Bagaimana sudah siap bu?”
“Mari saya posisikan yang nyaman, seperti ini duduk nyaman tidak bu?”
“pertama mulai dari Panggul: Menggerakkan kaki (Abduksi – Adduksi),
Menggerakkan kaki (Fleksi – Ekstensi), Menggerakkan kaki (Hiperekstensi
– posisi Anatomi), Rotasi (keluar – kedalam), lalu kita lanjutkan ke tahap
kedua : Lutut: Menggerakkan lengan bawah (Fleksi – Ekstensi), sekarang
tahap terakhir Pergelangan kaki: Menggerakkan (Dorsal Fleksi – Ekstensi),
Menggerakkan (Supinasi – Pronasi)…”
“Sejauh ini, apa yang ibu rasakan? Apakah ibu lebih nyaman?
“Apakah ibu ada pertanyaan?”
6. Terminasi
d. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi subjektif:
“Bagaimana perasaan ibu setelah dilakukan range of motion atau
penggerakan pada kaki ? Bisa ibu sebutkan persiapan dan cara
melakukannya?”
Evaluasi objektif:
Menunjukkan lebih nyaman, lebih rileks
e. Tindak lanjut klien
“Wah… ibu hebat bias menyebutkan dengan sempurna”
f. Kontrak yang akan datang (topik, waktu, tempat)
“Karena saya merasa ibu sudah merasa lebih baik, saya sudahi dulu yaa
bu..nanti saya akan dating kembali untuk mengecek kondisi kaki kanan
pada jam 1 siang, disini yaa untuk mengobservasi kembali”
STANDAR
OPERASIONAL ROM EKSTREMITAS BAWAH
PROSEDUR
PENGERTIAN Menggerakkan sendi ekstremitas bawah secara aktif atau pasif
1. Menjaga dan mengembalikan kelenturan sendi
TUJUAN 2. Meningkatkan vaskularisasi
A. Latar Belakang
Jatuh menjadi salah satu insiden yang paling sering terjadi pada
orang lanjut usia (lansia) yang mengakibatkan trauma serius, seperti nyeri,
kelumpuhan bahkan kematian. Hal ini menimbulkan rasa takut dan hilangnya
rasa percaya diri sehingga mereka membatasi aktivitasnya sehari-hari yang
menyebabkan menurunnya mutu kehidupan pada lansia yang mengalaminya
dan juga berpengaruh pada anggota keluarganya.
Jatuh sering terjadi atau dialami oleh usia lanjut. Banyak faktor
berperan di
dalamnya, baik faktor intrinsic dalam diri lansia tersebut seperti gangguan
gaya
berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, kekakuan sendi, sinkope dan
dizzines, serta faktor ekstrinsik seperti lantai yang licin dan tidak rata,
tersandung benda-benda, penglihatan kurang karena cahaya kurang terang,
dan sebagainya.
Pencegahan jatuh pada lansia harus diperhatikan oleh semua pihak
yaitu keluarga, penjaga bayaran, perawat di rumah sakit dan juga pihak-pihak
yang menentukan keputusan bagi pembangunan rumah sakit. Keluarga
merupakan support system utama bagi lansia dalam mempertahankan
kesehatannya. Keluarga memegang peranan penting dalam perawatan
terhadap lansia oleh sebab itu keluarga harus memiliki pengetahuan mengenai
faktor risiko jatuh pada lansia (Maryam, 2009). Perawat dan pihak rumah
sakit atau panti jompo harus menunjang fasilitas dengan pengawasan penuh
akan aktivitas masing- masing lansia yang dirawat dan juga pemenuhan
fasilitas yang aman di daerah yang memungkinkan untuk terjadinya kejadian
jatuh.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 15 menit
diharapkan lansia A dapat mengerti dan memahami mengenai pencegahan
jatuh.
2. Tujuan Khusus
a. Setelah dilakukan Pendidikan kesehatan lansia A dapat:
1) Mengetahui dan mampu menyebutkan pengertian jatuh
2) Mengetahui dan mampu menyebutkan penyebab jatuh
3) Mengetahui dan mampu menyebutkan cara pencegahan jatuh
C. Sasaran
Sasaran penyuluhan akan diberikan kepada: Klien lansia A.
D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Diskusi
E. Media
1. Leaflet
F. Kegiatan Penyuluhan
Tahapan Kegiatan
Kegiatan Peserta Metode Media
dan Waktu Penyuluhan
Pembukaan 1. Membuka 1. Menjawab salam Ceramah
(5 menit) dengan salam 2. Mendengarkan
2. Memperkenalk 3. Memperhatikan
an diri. 4. Menjawab
3. Menjelaskan pertanyaan
maksud dan
tujuan
penyuluhan.
4. Melakukan
kontrak.
5. Menanyakan
kepada peserta
tentang materi
yang akan
disampaikan.
Penyajian 1. Menjelaskan 1. Mendengarkan Ceramah, Leaflet
Materi (15 definisi luka memberikan tanya jawab
menit) operasi tanggapan dan
2. Mampu pertanyaan
menjelaskan mengenai hal
factor yang yang kurang
mempengaruhi dimengerti
penyembuhan 2. Memberikan
luka pemaparan dan
3. Mampu penjelasan dengan
menjelaskan baik
cara merawat
luka post
operasi
dirumah
4. Mampu
menjelaskan
apa saja
makanan yang
baik untuk
mempercepat
proses
penyembuhan
luka post
operasi
5. Memberikan
kesempatan
bertanya
6. Menjawab
pertanyaan
Penutup 1. Menanyakan 1. Menjawab Ceramah, Leaflet
(10 menit) pengetahuan pertanyaan tanya jawab
pada peserta 2. Memberikan
setelah tanggapan baik
dilakukan
penyuluhan
2. Menyimpulkan
hasil kegiatan
penyuluhan
3. Menutup
kegiatan
dengan salam
G. Evaluasi
1. Proses
a. Jumlah peserta penyuluhan minimal 5 peserta
b. Media yang digunakan adalah leaflet
c. Waktu penyuluhan adalah 30 menit
d. Persiapan penyuluhan dilakukan beberapa hari sebelum kegiatan
penyuluhan
e. Pembicara diharapkan menguasai materi dengan baik
f. Tidak ada peserta yang meninggalkan ruangan saat kegiatan
penyuluhan berlangsung
g. Peserta aktif dan antusias dalam mengikuti kegiatan penyuluhan
2. Hasil
a. Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan peserta diharapkan mengerti
dan memahami tentang definisi jatuh, penyebab jatuh, pencegahan
jatuh, dan menolong lansia yang jatuh.
MATERI RISIKO JATUH
A. Definisi Jatuh
Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi
mata yang melibatkan seseorang mendadak terbaring atau terduduk di lantai
atau tempat yang lebih rendah atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka
(Reuben, 1996).
Jatuh sering terjadi atau dialami oleh usia lanjut. Banyak faktor
berperan di dalamnya misalnya kelemahan otot ekstremitas bawah, kekakuan
sendi, sinkope dan dizzines, serta faktor ekstrinsik seperti lantai yang licin
dan tidak rata tersandung benda-benda, penglihatan kurang terang dan
sebagainya.
Tidak mengejutkan bahwa jatuh merupakan kejadian yang
mempercepat patah tulang pada orang dengan kepadatan mineral tulang
(Bone Mineral Density/BMD) rendah. Jatuh dapat dicegah sehingga akan
mengurangi risiko patah tulang. Jatuh adalah penyebab terbesar untuk patah
tulang pinggul dan berkaitan dengan meningkatnya risiko yang berarti
terhadap berbagai patah tulang meliputi punggung, pergelangan tangan,
pinggul, lengan bagian atas.
Jatuh dapat disebabkan oleh banyak faktor, sehingga strategi
pencegahan harus meliputi berbagai komponen agar sukses. Aktivitas fisik
meliputi pola gerakan yang beragam seperti latihan kekuatan atau kelas
aerobik dapat meningkatkan massa tulang sehingga tulang lebih padat dan
dapat menurunkan risiko jatuh.
Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko jatuh dan
meminimalisir dampak dari jatuh yang terjadi. Pedoman yang dikeluarkan
oleh American Geriatrics Society, British Geriatrics Society, dan American
Academy of Orthopedi Surgeons pada pencegahan jatuh meliputi beberapa
rekomendasi untuk orang tua (AGS et al, 2001).
B. Faktor – Faktor Lingkungan yang Sering Dihubungan dengan
Kecelakaan pada Lansia
Faktor penyebab jatuh pada lansia dapat dibagi dalam 2 golongan
besar, yaitu:
1. Faktor Intrinsik
Faktor instrinsik dapat disebabkan oleh proses penuaan dan
berbagai penyakit seperti Stroke dan TIA yang mengakibatkan kelemahan
tubuh, Parkinson yang mengakibatkan kekakuan alat gerak, maupun
Depresi yang menyebabkan lansia tidak terlalu perhatian saat berjalan.
Gangguan penglihatan pun seperti misalnya katarak meningkatkan risiko
jatuh pada lansia. Gangguan sistem kardiovaskuler akan menyebabkan
syncope yang sering meningkatkan risiko jatuh pada lansia. Jatuh dapat
juga disebabkan oleh dehidrasi. Dehidrasi bisa disebabkan oleh diare,
demam, asupan cairan yang kurang atau penggunaan diuretik yang
berlebihan.
2. Faktor Ekstrinsik
Alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua atau
tergeletak di lantai, tempat tidur tidak stabil atau kamar mandi yang rendah
dan tempat berpegangan yang tidak kuat atau tidak mudah dipegang, lantai
tidak datar, licin atau menurun, karpet yang tidak dilem dengan baik, keset
yang tebal/menekuk pinggirnya, dan benda-benda alas lantai yang licin
atau mudah tergeser, lantai licin atau basah, penerangan yang tidak baik
(kurang atau menyilaukan), alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran, berat,
maupun cara penggunaannya.
C. Pencegahan Jatuh
Pencegahan dilakukan berdasarkan faktor risiko apa yang dapat
menyebabkan jatuh seperti faktor neuromuskular, muskuloskeletal, penyakit
yang sedang diderita, pengobatan yang sedang dijalani, gangguan
keseimbangan dan gaya berjalan, gangguan visual, ataupun faktor
lingkungan.
Dibawah ini akan di uraikan beberapa metode pencegahan jatuh pada
orang tua:
D. Prinsip-prinsip dalam Perawatan Luka
1. Latihan fisik
Latihan fisik diharapkan mengurangi resiko jatuh dengan
meningkatkan kekuatan tungkai dan tangan, memperbaiki keseimbangan,
koordinasi, dan meningkatkan reaksi terhadap bahaya lingkungan. Latihan
fisik juga bisa mengurangi kebutuhan obat-obatan sedatif. Latihan fisik
yang dianjurkan yang melatih kekuatan tungkai, tidak terlalu berat dan
semampunya, salah satunya adalah berjalan kaki.
2. Managemen obat-obatan
Gunakan dosis terkecil yang efektif dan spesifik diantaranya:
a. Perhatikan terhadap efek samping dan interaksi obat
b. Gunakan alat bantu berjalan jika memang di perlukan selama
pengobatan
c. Kurangi pemberian obat-obatan yang sifatnya untuk waktu lama
terutama sedatif dan tranquilisers
d. Hindari pemberian obat multiple (lebih dari empat macam) kecuali atas
indikasi klinis kuat
e. Menghentikan obat yang tidak terlalu diperlukan
3. Modifikasi lingkungan
a. Atur suhu ruangan supaya tidak terlalu panas atau dingin untuk
menghindari pusing akibat suhu.
b. Taruhlah barang-barang yang memang seringkali diperlukan berada
dalam jangkauan tanpa harus berjalan dulu.
c. Gunakan karpet antislip di kamar mandi.
d. Perhatikan kualitas penerangan di rumah.
e. Jangan sampai ada kabel listrik pada lantai yang biasa untuk melintas.
f. Pasang pegangan tangan pada tangga, bila perlu pasang lampu
tambahan untuk daerah tangga.
g. Singkirkan barang-barang yang bisa membuat terpeleset dari jalan yang
biasa untuk melintas.
h. Gunakan lantai atau keramik yang tidak licin.
i. Atur letak furnitur supaya jalan untuk melintas mudah, menghindari
tersandung.
j. Pasang pegangan tangan ditempat yang di perlukan seperti misalnya di
kamar mandi.
4. Memperbaiki kebiasaan pasien lansia, misalnya:
a. Berdiri dari posisi duduk atau jangkok jangan terlalu cepat.
b. Jangan mengangkat barang yang berat sekaligus.
c. Mengambil barang dengan cara yang benar dari lantai.
d. Hindari olahraga berlebihan.
5. Alas Kaki
a. Perhatikan pada saat orang tua memakai alas kaki:
b. Hindari sepatu berhak tinggi, pakai sepatu berhak lebar
c. Jangan berjalan hanya dengan kaus kaki karena sulit untuk menjaga
keseimbangan
d. Pakai sepatu yang antislip
6. Alat Bantu Jalan
a. Terapi untuk pasien dengan gangguan berjalan dan keseimbangan
difokuskan untuk mengatasi atau mengeliminasi penyebabnya atau
faktor yang mendasarinya.
Penggunaan alat bantu jalan memang membantu meingkatkan
keseimbangan, namun di sisi lain menyebabkan langkah yang terputus
dan kecenderungan tubuh untuk membungkuk, terlebih jika alat bantu
tidak menggunakan roda., karena itu penggunaan alat bantu ini haruslah
direkomendasikan secara individual.
b. Apabila pada lansia yang kasus gangguan berjalannya tidak dapat
ditangani dengan obat-obatan maupun pembedahan. Oleh karena itu,
penanganannya adalah dengan alat bantu jalan seperti cane (tongkat),
crutch (tongkat ketiak) dan walker. (Jika hanya satu ekstremitas atas
yang digunakan, pasien dianjurkan pakai cane. Pemilihan tipe cane
yang digunakan, ditentukan oleh kebutuhan dan frekuensi yang
menunjang berat badan. Jika kedua ekstremitas atas diperlukan untuk
mempertahankan keseimbangan dan tidak perlu menunjang berat badan,
alat yang paling cocok adalah four-wheeled walker. Jika kedua
ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan
menunjang berat badan, maka pemilihan alat ditentukan oleh frekuensi
yang diperlukan dalam menunjang berat badan.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
A. Tujuan Instruksional
1. Tujuan Umum
E. Kriteria Evaluasi
Kriteria Evaluasi Struktur :
1. Menyusun Satuan Acara Penyuluhan Tentang Diit Hipertensi
2. Melakukan konsultasi Satuan Acara Penyuluhan yang telah disusun dengan
pembimbing
3. Melakukan kontrak waktu dan tempat penyuluhan
4. Mempersiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
penyuluhan
A. Pengertian
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg.
Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi
juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal dan pembuluh
darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya. (Amin &
Hardhi 2015)
B. Penyebab
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan.
a. Hipertensi primer (esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui
penyebabnya. Factor yang mempengaruhinya yaitu: genetik, lingkungan,
hiperaktivitas saraf simpatis system rennin. Antigiotensin dan
peningkatan Na + Ca intraseluler. Factor-faktor yang meningkatkan
resiko : obesitas, merokok, alcohol dan polisitemia.
b. Hipertensi sekunder
Penyebab yaitu: penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom
cushing dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
C. Tanda dan gejala
Menurut Dalyoko (2010), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain
yaitu :
1. Gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala
2. Sering gelisah
3. Wajah merah
4. Tengkuk terasa pegal
5. Mudah marah
6. Telinga berdengung
7. Sukar tidur
8. Sesak napas
9. Rasa berat ditengkuk
10. Mudah lelah
11. Mata berkunang-kunang/ penglihatan kabur
12. Mimisan ( keluar darah dari hidung)
D. Faktor resiko
1. Faktor Risiko Yang Tidak Dapat Dikontrol:
a. Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan
wanita. Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler
sebelum menopause. Harrison, Wilson dan Kasper mengatakan
bahwa wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh
hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadarHigh
Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi
merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses
aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai
penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Dari
hasil penelitian didapatkan hasil lebih dari setengah penderita
hipertensi berjenis kelamin wanita sekitar 56,5%. Hipertensi lebih
banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi
lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60%
penderita hipertensi adalah wanita.Hal ini sering dikaitkan dengan
perubahan hormon setelah menopause (Aisyah, 2009).
b. Umur
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan
darahnya, jadi orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan
darah yang tinggi dari orang yang berusia lebih muda. Peningkatan
kasus hipertensi akan berkembang pada umur lima puluhan dan
enam puluhan. Dengan bertambahnya umur, dapat meningkatkan
risiko hipertensi (Suzanne & Brenda, 2001).
c. Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan
menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi.
Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler
dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium. Individu
dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali
lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang
tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.Selain itu
didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat
hipertensi dalam keluarga (Aisyah, 2009).
2. Faktor Resiko Yang Dapat Dikontrol:
a. Obesitas
Pada usia pertengahan (+50 tahun) dan dewasa lanjut asupan
kalori sehingga mengimbangi penurunan kebutuhan energi karena
kurangnya aktivitas. Itu sebabnya berat badan meningkat.Obesitas
dapat memperburuk kondisi lansia.Kelompok lansia karena dapat
memicu timbulnya berbagai penyakit seperti artritis, jantung dan
pembuluh darah, hipertensi. (Aisyah, 2009)
b. Kebiasaan Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah.Perokok
berat dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi
maligna dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami
ateriosklerosis.Merokok menyebabkan hipertensi karena nikotin yg
terkandung di dalam rokok memiliki kecenderungan untuk
menyempitkan pembuluh darah dan arteri yang dapat menyebabkan
plak.Plak menyempitkan pembuluh darah.Nikotin juga memiliki
kemampuan untuk merangsang produksi hormon epinefrin juga
dikenal sebagai adrenalin yang menyebabkan pembuluh darah
mengerut (Aisyah, 2009).
c. Mengkonsumsi garam berlebihan
Dalam diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hipertensi)
kita di wajibkan untuk membatasi asupan natrium ( garam) hanya
2/3 sendok teh atau setara dengan 1500 mg natrium
d. Stress
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui
aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan
darah secara intermiten (tidak menentu).Stres yang
berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap
tinggi. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stres yang
dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota. Menurut
Aisyah (2009) mengatakan stresakan meningkatkan resistensi
pembuluh darah perifer dan curah jantung sehingga akan
menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stres ini dapat
berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan
karakteristik personal.
e. Penyakit Jasmani
Penyakit jasmani merupakan penyakit yang dapat
menyebabkan meningkatkan hipertensi yaitu asam urat,
arterosklerosis, hiperkolesterol dan hiperuresemi. Asam urat dapat
menyebabkan peningkatan hipertensi karena asam urat akan
menyumbat aliran darah ke jantung sehingga jantung akan bekerja
lebih keras dalam memompa jantung. Dengan demikian tekanan
darah akan meningkat (Suzanne & Brenda, 2001).
E. Upaya Pencegahan dan penanganan hipertensi
1) Terapi farmakologis / dengan obat
Pengobatan dimulai ketika tekanan darah tetap di atas 85-89 mmHg
dan tekanan sistolik 130-139 mmHg pada individu yang beresiko
2) Terapi nonfarmakologi/tanpa obat
1. Cek Kesehatan secara berkala
2. Hindari Kegemukan
3. Hindari rokok dan alkohol.
4. Hindari stress
5. Olahraga teratur / Aktifitas fisik
6. Istirahat yang cukup
7. Batasi pemakaian garam
F. Jenis Makanan Yang Boleh Dikonsumsi
1. Sumber karbohidrat Beras, kentang, singkong, terigu, tapioca.
Makanan yang diolah dari makanan tersebut tanpa garam dapur dan
soda seperti: macaroni, mie, bihun, roti, biscuit, kue kering dan
sebagainya.
2. Sumber protein hewani Daging dan ikan maksimum 2 potong sedang,
telur maksimum 1 butir sehari, susu maksimum 2 gelas sehari.
3. Sumber protein nabati Seperti tahu,tempe dan kacang-kacangan yang
hasilnya diolah dan di masak tanpa garam.
4. Sayuran Semua sayuran segar: sayuran yang diawet tanpa garam
dapur dan soda.
5. Sumber vitamin (buah dan sayuran) seperti buah jeruk, pisang, melon,
tomat, dl
G. Jenis Makanan Yang Tidak Boleh Dikonsumsi
1. Karbohidrat Roti, biscuit dan kue-kue yang dimasak dengan garam
dapur dan atau soda.
2. Protein hewani dan nabati Hewani: otak, ginjal, lidah, sarden, keju,
daging, ikan dan telur yang diawetkan dengan garam dapur seperti:
daging asap, ham, dendeng, abon, ikan asin dan ikan kaleng, kornet,
udang kering. Nabati: keju, kacang tanah dan semua kacang-
kacangandan hasilnya yang dimasak dengan garam dapur.
3. Sayuran Sayuran yang diawet dengan garam dapur seperti sayuran
dalam kaleng, sawi asin, asinan, acar.
4. Buah-buahan yang diawet dengan garam dapur , seperti durian
5. Lemak Margarine dan mentega biasa
6. Makanan dan minuman mengandung alcohol
H. Contoh Menu Sehari
a. Pagi : Nasi
Telur dadar
Tumis kacang panjang
b. Pukul 10.00 : Selada buah
c. Siang : Nasi