Anda di halaman 1dari 14

A.

Konsep Dasar Urolitiasis

1. Pengertian
Batu ginjal (urolitiasis) adalah bentuk deposit mineral, paling umum kalsium oksalat dan kalsium
fosfat, namun asam urat dan kristal lain juga pembentuk batu. Meskipun kalkulus ginjal dapat
terbentuk dimana saja dari saluran perkemihan, batu ini paling umum ditemukan pada palvis dan
kalik ginjal. Batu ginjal dapat tetap asimtomatik sampai keluar kedalam ureter dan/atau aliran
urine terhambat (Doengoes, 2000. Hal 686).

2. Etiologi
Penyebab batu ginjal idiopatik. Akan tetapi, ada faktor yang merupakan predisposisi dan yang
utama adalah ISK. Infeksi ini akan meningkatkan terbentuknya zat organik. Zat ini dikelilingi
mineral yang mengendap. Pengendapan mineral ini (karena infeksi) akan meningkatkan alkalinitas
urine dan mengakibatkan pengendapan kalsium fosfat dam magnesium amonium fosfat. Statis urin
juga dapat menyebabkan pengendapan zat organik dan mineral. Faktor lain yang dikaitkan dengan
pembentukan batu adalah konsumsi antasida dalam jangka panjang, terlalu banyak vitamin D, dan
kalsium karbonat (Mary, 2008. Hal 60).

3. Patofisiologi
Pembentukan batu saluran kemih memerlukan keadaan supersaturasi dalam pembentukan batu.
Inhibitor dalam pembentukan batu dijumpai dalam air kemih normal. Batu kasium oksalat dengan
inhibitor sitrat dan glikoprotein. Berapa promotor (reaktan) dapat memacu pembentukan batu
seperti asam urat, memacu batu kalsium oksalat. Aksi reaktan dan inhibitor belum dikenali
sepenuhnya. Ada dugaan proses dikenali sepenuhnya. Ada dugaan proses ini berperan pada
pembentukan awal atau nukleasi kristal, progresi kristal atau agregatasi kristal. Misal penambahan
sitrat dalam kompleks kalsium dapat mencegah agregatasi kristal kalsium oksalat dan mungkin
dapat mengurangi risiko agregatasi kristal dalam saluran kemih (Soparman, 2000, hal 378)

4. Gejala Klinis
Gejala utama batu ginjal yang akut adalah kolik ginjal atau nyeri kolik. Lokasi nyeri bergantung
pada lokasi batu. Apabila batu ada di dalam pelvis ginjal, penyebab nyerinya adalah hidronefrosis
dan nyeri ini tidak tajam, tetap, dan dirasakan di area sudut kostovertebra. Apabila batu turun ke
ureter, pasien akan mengalami nyeri yang hebat, kolik, dan rasa seperti ditikam. Nyeri ini bersifat
interminten dan disebabkan oleh spasme (kejang) urter dan anoksia dinding ureter yang ditekan
batu. Nyeri ini menyebar ke area suprapubik, genitelia eksterna, dan paha. Nyeri dapat disertai
dengan mual dan muntah (Mary, 2008. Hal 60).

5. Pemeriksaan penunjang
Uji diagnostik :Yang termasuk dalam pemeriksaan diagnostik adalah sinar X KUB, pielografi
intravena atau retrograd, ultrasonografi, pemibdaian CT, dan sistoskopi. Urinalisis dan kalsium
serum dan kadar asam urat serum juga diperiksa. Untuk mengetahui asiditas dan alkalinitas urine,
pH urine dipantau dengan dipstick setiap pasien berkemih. Pengumpulan spesimen urine 24 jam
untuk mengetahui kadar kalsium, oksalat, fosfor, dan asam urat dalam urine (Mary, 2008. Hal 61).
6. Penatalaksanaan
a. Peningkatan asupan cairan meiningkatkan aliran urine dan membantu mendorong batu. Asupan
cairan dalam jumlah besar pada orang-orang yang rentan mengalami batu ginjal dapat mencegah
pembentukan batu.
b. Modifikasi makana dapat mengurangi kadar bahan pembentuk batu, bila kandungan batu
teridentifikasi.
c. Mengubah pH urine sedemikian untuk meningkatkan pemecahan batu.
d. Litotripsi (terapi gelombang kejut) ekstrakorporeal (di luar tubuh) atau terapi laser dapat digunakan
untuk memecahkan batu besar atau untuk menempatkan selang disekitar batu untuk mengatasi
obstruksi (Corwin, 2009. Hal 716).
7. Komplikasi
a. Obstruksi urine dapat terjadi di sebelah hulu dari batu dibagian mana saja di saluran kemih.
Obstruksi diatas kandung kemih dapat menyebabkan hidroureter, yaitu ureter membengkak oleh
urine. Hidoureter yang tidak diatasi, atau obstruksi pada atau atas tempat ureter keluar dari ginjal
dapat menyebabkan hidronefrosis yaitu pembengkakan pelvis ginjal dan sistem duktus
pengumpul. Hidronefrosis dapat menyebabkan ginjal tidak dapat memekatkan urine sehingga
terjadi ketidakseimbangan elektrolit dan cairan.
b. Obstruksi menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatistik intersium dan dapat menyebabkan
penurunan GFR. Obstruksi yang tidak diatasi dapat menyebabkan kolapsnya nefron dan kapiler
sehingga terjadi iskemia nefron karena suplai darah terganggu. Akhirnya dapat terjadi gagal ginjal
jika kedua ginjal terserang.
c. Setiap kali terjadi obstruksi aliran urine (stasis), kemungkinan infeksi bakteri meningkat.
d. Dapat terbentuk kanker ginjal akibat peradangan dan cedera berulang (Corwin, 2009. Hal 716).
e.

B. Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan pada klien dengan Urolitiasis dilaksanakan melalui pendekatan
proses perawatan terdiri dari : pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi
(Doengoes, 2000. Hal 686-694).
1. Pengkajian
Dasar data pengkajian pasien
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : pekerjaan monoton, pekerjaan dimana pasien terpajan pada lingkungan bersuhu tinggi.
Keterbatasan aktivitas/mobilisasi sehubungan dengan kondisi sebelumnya.
b. Sirkulasi
Tanda : peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas, gagal ginjal). Kulit hangat dan kemerahan ; pucat.
c. Eliminasi
Gejala : riwayat adanya/ISK kronis ; obstruksi sebelumnya (kalkulus). Penurunan haluaran urine,
kandung kemih penuh. Rasa terbakar, dorongan berkemih. Diare,
Tanda : oliguria, hematuria, piuria. Perubahan pola berkemih.
d. Makanan/cairan
Gejala : mual/muntah, nyeri tekan abdomen. Diet tinggi purin, kalsium oksalat, dan /atau fosfat.
Ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak minum air dengan cukup.
Tanda : distensi abdominal ; penurunan/tak adanya bising usus. Muntah.
e. Nyeri/kenyamanan
Gejala : episode akut nyeri berat, nyeri kolik. Lokasi tergantung pada lokasi batu. Contoh pada
panggul di region sudut kostovertebral ; dapat menyebar ke punggung, abdomen, dan turun kelipat
paha/genetalia. Nyeri dangkal kostan menunjukkan ada pelvis atau kalkulus ginjal.
Nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain.
Tanda : melindungi ;perilaku distraksi. Nyeri tekan pada area pada palpasi.
f. Keamanan
Gejala : penggunaan alcohol, demam, menggigil.
g. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK kronis riwayat
penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme. Penggunaan antibiotic,
antihipertensi, natrium bikarbonat, alupurinol, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau
vitamin.
Pertimbangan Rencana Pemulangan : DRG menunjukkan rerata lama dirawat : 3,4 hari.
h. Pemeriksaan diagnostik
Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah secara umum menunjukkan SDM, SDP, Kristal,
Urine : (24 jam) kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat.
Hitung darah lengkap : SDP mungkin meningkat menunjukan infeksi/septicemia.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan kontraksi ureteral, trauma jaringan, pembentukan edema,
ischemia seluler ditandai dengan keluhan nyeri kolik, prilaku melindungi, gelisah, merintih, fokus
pada diri sendiri, nyeri wajah, tegangan otot, respon otonomik.
b. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal
atau ureteral, obstruksi mekanik, inflamasi ditandai dengan urgensi dan frekuensi: Liguria (retensi)
dan hematuria.
c. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual/muntah
d. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan belajar berhubungan dengan
kurang terpajan/ kurang mengingat, salah intepretasi/informasi. Tidak mengenal sumber informasi
ditandai dengan pertanyaan, meminta informasi, peryataan salah konsepsi.

3. Perencanaan
a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan kontraksi ureteral, trauma jaringan, pembentukan edema,
ischemia seluler ditandai dengan keluhan nyeri kolik, prilaku melindungi, gelisah, merintih, fokus
pada diri sendiri, nyeri wajah, tegangan otot, respon otonomik. Tujuan : nyeri hilang,
keseimbangan cairan dipertahankan. Kriteria hasil : nyeri hilang, tampak rileks, mampu istirahat
dengan tepat.
Intervensi/rasional
Intervensi: Catat lokasi, lamanya intensitas dan penyebaran. Rasional: membantu mengevaluasi
tempat obstruksi dan kemajuan gerakan kalkulus.
Intervensi: Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke staf terhadap perubahan
kejadian/karakteristik nyeri. Rasional: memberikan kesempatan untuk pemberian analgesic sesuai
waktu dan mewaspadakan staf akan kemungkinan lewatnya batu/terjadi komplikasi.
Intervensi: berukan kenyamanan, contoh pijatan punggung, lingkungan istirahat. Rasional :
meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot, dan meningktkan koping.
Intervensi: Bantu atau dorong penggunaan napas berfokus, bimbingan imajinasi, dan aktivitas
terapetik. Rasional : mengarahkan kembali perhatian dan membantu dalam relaksasi otot.
Intervensi: Berikan obat sesuai indikasi : narkotik, contoh meperidin (Demerol), morfin. Rasional
: biasanya diberikan selama akut untuk menurunkan kolik uretral dan meningkatkan relaksasi
otot/mental.
Intervensi: Berika kompres hangat pada punggung. Rasional : menghilangkan tegangan otot dan
dapat menurunan reflex spasme.
b. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal
atau ureteral, obstruksi mekanik, inflamasi ditandai dengan urgensi dan frekuensi: Liguria (retensi)
dan hematuria. Tujuan : mampu berkemih dengan normal. Kriteria hasil : tidak mengalami tanda
obstruksi.
Intervensi/rasional
Intervensi: Awasi pemasukan dan pengeluaran dan karakteristik urine. Rasional : memberikan
informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi, contoh infeksi dan perdarahan.
Intervensi: Tentukan pola berkemih norml pasien dan perhatikan variasi. Rasional : kalkulus
dapat menyebabkan eksitabilitas saraf, yang menyebabkan sensasi kebutuhan berkemih segera.
Intervensi: Dorong meningkatkan pemasukan cairan. Rasional : peningkatan hidrasi membilas
bakteri, darah, dan debris dan dapat membantu lewatnya batu.
Intervensi: Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit, BUN, kretainin. Rasional :
peniggian BUN, kreatinin dan elektrolit mengindikasikan disfungsi ginjal.
Intervensi: Ambil urine untuk culture dan sensifitas. Rasional : menetukan adanya ISK, yang
penyebab komplikasi.
c. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual/muntah. Tujuan :
mempertahankan keseimbangan cairan adekuat. Kriteria hasil : membrane mukosa lembab, turgor
kulit baik, berat badan normal.
Intervensi/rasional :
Intervensi: Awasi pemasukan dan pengeluaran. Rasional : membandingkan keluaran actual dan
yang diantisipasi membantu dalam ealuasi adanya/derajat stasis/kerusakan ginjal.
Intervensi: Catat insiden muntah, diare, perhatikan karakteristik muntah dan diare. Rasional :
mual/muntah dan diare secra umum berhubungan dengan kolik ginjal.
Intervensi: Tindakan pemasukan cairan sampai 3-4 L/hari dalam toleransi jantung. Rasional :
mempertahankan keseimbangan cairan untuk homeostasis juga tindakan mencuciyang dapat
membilas batu keluar.
Intervensi: Awasi tanda vital. Rasional : indicator hidrasi/volume sirkulasi dan kebutuhan
intervensi.
d. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan belajar berhubungan dengan
kurang terpajan/ kurang mengingat, salah intepretasi/informasi. Tidak mengenal sumber informasi
ditandai dengan pertanyaan, meminta informasi, peryataan salah konsepsi. Tidak mengenal
masalah/sumber masalah. Tujuan : menyatakan pemahaman proses penyakit, menghubungkan
gejala dengan factor penyebab. Kriteria hasil : melakukan perubahan perilku yang perlu dan
berpartisipasi dalam program pengobatan.
Intervensi/Rasional
Intervensi:Kaji ulang proses penyakit dan harapan di masa dating. Rasional : memberikan
pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi.
Intervensi: Tekankan pentingnya peningkatan cairan, rasional : pembilasan system ginjal
menurunkan kesempatan statis ginjal dan pembentukan batu.
Intervensi: Diet rendah purin, contoh membatasi daging berlemak, kalkun, tumbuhan polog,
gandum, alkohol. Rasional : menurunkan pemasukan oral terhadap prekusor asam urat.
Intervensi: Diet rendah kalsium, contoh membatasi susu, keju, sayur berdaun hijau, yogurt.
Rasional : menurunkan risiko pembentukan batu kalsium.
Intervensi: Diet rendah oksalat. Rasional : menurnukan pembentukan batu kalsium.
Intervensi: Diet rendah kalsium. Rasional : mencegah kalkulus fosfat dengan membentuk
presipitasi yang tak larut dalam traktus GI.

4. Implementasi
Menurut Carpenito (2009, hal 57) komponen implementasi dalam proses keperawatan
mencakup penerapan ketrampilan yang diperlukan untuk mengimplentasikan intervensi
keperawatan. Ketrampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk implementasi biasanya
berfokus pada:
a. Melakukan aktivitas untuk klien atau membantu klien.
b. Melakukan pengkajian keperawatan untuk mengidentifikasi masalah baru atau memantau status
masalah yang telah ada
c. Member pendidikan kesehatan untuk membantu klien mendapatkan pengetahuan yang baru
tentang kesehatannya atau penatalaksanaan gangguan.
d. Membantu klien membuat keptusan tentang layanan kesehatannya sendiri
e. Berkonsultasi dan membuat rujukan pada profesi kesehatan lainnya untuk mendapatkan
pengarahan yang tepat.
f. Memberi tindakan yang spesifik untuk menghilangkan, mengurangi, atau menyelesaikan masalah
kesehatan.
g. Membantu klien melakukan aktivitasnya sendiri
h. Membantu klien mengidentifikasi risiko atau masalah dan menggali pilihan yang tersedia.

5. Evaluasi
Menurut Hidayat (2008 Hal 124) Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses
keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan
tercapai atau tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat harusnya memiliki pengetahuan dan
kemampuan dalam memahami respons terhadap intervensi keperawatan, kemampuan
menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam
menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil.

TINJAUAN KASUS
Pada tinjauan kasus ini, penulis melakukan pengkajian kasus yaitu kasus pada klien
Urolitiasis yang dirawat di Ruang Bedah Pria. Dalam tinjauan kasus ini, penulis akan menguraikan
tentang Asuhan Keperawatan yang dilakukan terhadap klien Urolitiasis selama tiga hari melalui
pendekatan proses keperawatan.
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama Tn. M, umur : 72 tahun, jenis kelamin laki-laki, agama islam, suku/bangsa Aceh, pendidikan
SMA, pekerjaan petani, alamat ds bade bila kecamatan nisam antara, tanggal masuk 27 Juni 2012
No. CM 03 83 03. Ruag Bedah Pria, dengan diagnosa medis Urolitiasis.
2. Data Riwayat masuk
Keluhan masuk : klien mengeluh nyeri di bagian belakang pinggang dengan skala nyeri (6).
Riwayat Keluhan : klien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri bagian belakang pinggang, nyeri
yang dirasakan klien berupa nyeri akut yaitu kadang hilang kadang juga timbul, klien juga
mengatakan nyerinya menyebar ke paha, klien sudah mengalami penyakit seperti ini sekitar 6
bulan yang lalu, namun klien tidak memeriksakan dirinya ke rumah sakit karena hanya
menganggap nyeri biasa yang timbul sesekali. Seminggu yang lalu nyeri klien lebih sering timbul
lalu kemudian klien datang untuk berobat jalan ke rumah sakit umum cut meutia dan klien
dianjurkan untuk dirawat.
3. Riwayat keperawatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
1) Keluhan utama : Nyeri akut di bagian belakang pinggang.
2) Kronologis keluhan : sudah mengalami hal tersebut selama 6 bulan yang lalu.
a) Faktor pencetus : kopi berlebihan, input cairan (-).
b) Timbulnya keluhan : bertahap
c) Lamanya ; bisa mencapai durasi sampai 30 menit.
d) Skala nyeri 6 (nyeri sedang)
e) Upaya mengatasi dengan cara duduk bila sedang bekerja.
3) Riwayat kesehatan masa lalu.
a) Riwayat alergi obat seperti alergi pada obat, makanan, binatang dan lain lain tidak ada.
b) Riwayat kecelakaan tidak ada.
c) Riwayat dirawat dirumah sakit ; klien mengatakan belum pernah dirawat dirumah sakit hanya saja
berobat jalan di puskesmas tempat tinggal klien.
d) Riwayat pemakaian obat : klien tidak ada ketergantungan kepada obat obatan.

4) Riwayat kesehatan keluarga.


Klien mengatakan tidak pernah ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti klien.
Genogram :
Genogram keluarga Tn. M dengan urolitiasis
Keterangan: Gambar 1 genogram
keluarga Tn. M dengan Urolitiasis dari pengkajian genogram tidak didapatkan data bahwa
penyakit yang diderita klien adalah penyakit keturunan / genetik .
5) penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi faktor resiko tidak ada anggota
keluarga yang menderita penyakit yang dapat mencetus terjadinya penyakit yang diderita klien
saat ini.
6) Riwayat psikososial dan spiritual.
a) Orang terdekat dengan klien adalah istri klien dan anak anaknya.
b) Interaksi dalam keluarga, dengan pola komunikasi yang baik dan terbuka, pembuat keputusan
dengan cara musyawarah antara anggota keluarga, klien juga mengikuti seluruh kegiatan
kemasyarakatan seperti gotong royong dan keikut sertaan klien dalam pembangunan gampoeng.
c) Dampak penyakit klien terhadap keluarga terganggu akan masalah ekonomi keluarga.
d) Masalah yang mempengaruhi klien usia klien yang sudah lanjut usia.
e) Mekanisme koping terhadap stress dengan cara pemecahan masalah melalui proses
mengumpulkan seluruh anggota keluarga dan bermusyawarah.
f) Persepsi klien terhadap penyakitnya, hal yang sangat dipikirkan saat ini adalah kapan penyakitnya
ini sembuh, harapan setelah perawatan adalah dapat pulang kerumah dan melanjutkan aktivitas
seperti biasanya, perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit adalah klien tidak dapat berkerja
seperti biasanya.
g) Sistem nilai kepecayaan klien tidak ada yang bertentangan dengan penyakitnya biarpun klien
dirawat dirumah sakit namun klien masih tetap melakukan ibadah solat 5 waktu.
h) Klien beragama islam dan selalu bersembahyang dan berdoa agar mendapatkan ridha dari allah
atas masalah kesehatan yang menimpanya.
i) Kondisi lingkungan rumah, klien tinggal di lingkungan dengan mayoritas penduduknya
berpekerjaan petani.
7) Pola kebiasaan
a) Pola nutrisi
Pola nutrisi sebelum sakit klien makan dengan frekuensi 2-3 kali/hari dengan nafsu makan baik,
tidak ada makanan yang tidak disukai, tidak ada makanan yang menyebabkan klien alergi,
makanan yang dapat menigkatkan nyeri pada klien jika makan makanan seperti daging berlemak
dan susu, penggunaan obat obatan sebelum makan tidak ada, penggunaan alat bantu makan tidak
ada.
Pola nutrisi klien dirumah sakit, frekuensi 3 kali/hari, nafsu makan baik, porsi makan yang
dihabiskan 1 porsi, waktunya teratur karena dirumah sakit klien juga mendapatkan pelayanan dari
ahli gizi, tidak ada makanan yang menyebabkan klien alergi, makanan diet M II, makan dengan
dibantu oleh keluarga.

b) Pola eliminasi
Sebelum sakit BAK Klien dengan frekuensi 6-8 kali/24jam, dengan warna kuning keruh.
Dirumah sakit BAK klien selama dirumah sakit 800cc/24 jam dengan warna kuning kemerahan
dan keruh, nyeri ketika BAK, retensi urine dan cateter (+) ukuran 20. Klien mengatakan sering
merasa ingin BAK dan ketika BAK klien merasa nyeri.
Pola BAB sebelum masuk rumah sakit baik dengan frekuensi 1-2 kali/hari, tidak ada konstipasi.
Setelah sakit Pola BAB dengan frekuensi 1 kali/sehari, waktunya tidak tentu, warna kecoklatan,
terjadi tidak disertai dengan distensi abdomen.
c) Pola personal hygiene
Sebelum masuk rumah sakit klien mandi dengan frekuensi 2 kali/hari, pagi dan sore hari,
Dirumah sakit klien hanya di seka oleh keluarga 2 kali sehari pada pagi dan sore hari.
Oral hygiene sebelum sakit 2 kali sehari setiap setelah mandi pada pagi dan sore.

Oral hygiene setelah sakit 2 kali sehari setiap setelah diseka pada pagi dan sore.
Cuci rambut sebelum sakit selalu mencuci rambut ketika mandi pada pagi dan sore hari.
Setelah sakit tidak pernah mencuci rambut setelah klien masuk rumah sakit.
d) Pola istirahat
Sebelum sakit klien tidur siang pada jam 14-15 wib, dan tidur malam pada jam 22-06 wib, dengan
kebiasaan sebelum tidur berdoa.
Sebelum sakit klien tidur siang pada jam 14-15 wib, dan tidur malam pada jam 22-06 wib, dengan
kebiasaan sebelum tidur berdoa.
e) Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit bekerja dari jam 08 pagi sampai dengan 13 siang, tidak berolah raga, tidak ada
keluhan ketika bekerja.
Setelah sakit klien tidak dapat bekerja seperti biasanya..
f) Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan klien adalah klien perokok namun klien tidak meminum
alcohol dan penggunaan NAPZA.
4. Pengkajian fisik
a. Pemeriksaan fisik umum
Berat badan sebelum dan setelah sakit 54 kg, tinggi badan 163cm. tekanan darah 130/90 mmHg,
nadi 80 x/menit, frekuensi napas 24 kali/menit, suhu tubuh 37oC, Keadaan umum sedang,
Pembesaran kelenjar getah bening tidak ada.

b. Sistem penglihatan
Sisi mata simetris, Kelopak mata normal, Pergerakan bola mata normal. Konjungtiva berwarna
kekuning kuningan, Kornea jernih pada mata kanan dan mata kiri, Sclera ikterik, Pupil isokor,
Otot mata tidak ada kelainan, Fungsi penglihatan baik, Pemakaian lensa kontak tidak, Reaksi
terhadap cahaya baik.
c. Sistem pendengaran
Daun telinga kanan dan kiri normal, Karakteristik serumen warna kuning kecoklatan dengan bau
khas, Kondisi telinga tengah normal, Cairan dari telinga tidak ada, Perasaan penuh di telinga tidak,
Tinnitus tidak, Fungsi pendengaran normal, Gangguan keseimbangan tidak, Pemakaian alat bantu
tidak
d. Sistem wicara normal
e. Sistem pernapasan
Jalan napas bersih, Pernapasan tidak sesak, Menggunakan otot bantu pernapasan tidak, Frekuensi
24 x/menit. Jenis pernapasan spontan. Kedalaman pernapasan dalam, Batuk tidak, Sputum tidak,
Palpasi dada tidak ada tumor, Suara napas vesicular, Tidak ada nyeri saat bernapas, Penggunaan
alat bantu napas tidak
f. Sisitem kardiovaskuler
1) Sirkulasi perifer
Nadi 80x/menit dengan irama teratur, denyut kuat, Tekanan darah 130/90 mmHg, Distensi vena
jugularis kiri dan kanan tidak ada, Temperature kulit hangat, Warna kulit normal, Edema tidak ada
2) Sirkulasi jantung
Kecepatan denyut apical 80x/menit, Irama teratur, Tidak ada kelainan bunyi jantung, Sakit dada
tidak.
g. Sistem hematologi
Pucat tidak, Perdarahan tidak
h. Sistem saraf pusat
Keluhan sakit kepala tidak, Tingkat kesadaran compos mentis, Glaslow coma scale E: 4, M :6. V:
5, Tanda tanda peningkatan TIK tidak ada, Gangguan sistem persyarafan tidak ada
i. Sistem pencernaan
Gigi utuh tidak ada caries, Penggunaan gigi palsu tidak, Stomatis tidak, Lidah kotor tidak, Saliva
normal, Muntah tidak, Bising usus 5x/menit, Diare tidak, Konstipasi tidak, Hepar teraba, Abdomen
lembek
j. Sistem endokrin
Pembesaran kelenjar tiroid tidak ada, Napas berbau khas, Luka gangrene tidak.
k. Sistem urogenital
Balance cairan, intake 1000-1200ml/24jam, out put tidak terdeteksi, BAK warna kuning
kemerahan dan keruh, adanya retensi urine, dengan keluhan nyeri pinggang, skala nyeri 6.
l. Sistem integument
Turgor kulit baik, Temperature kulit hangat, Warna kulit normal, Keadaan kulit baik, Kelainan
kulit tidak, Kondisi kulit daerah pemasangan infus lembab, Keadaan rambut baik, kebersihan
rambut bersih
m. Sistem musculoskeletal
Kesulitan dalam pergerakan tidak, Sakit pada tulang dan sendi tidak Fraktur tidak, Keadaan tonus
otot baik.
5. Data tambahan (pemahaman tentang penyakit)
klien mengatakan masih kurang mengerti terhadap penyakit yang dialaminya, tidak tahu tentang
perkembangan penyakit nya dan prosedur pengoabatannya, dan klien tampak cemas saat
menyatakan perasaannya. klien berharap perawat dan doker yang merawat klien dapat
memberitahukan penjelasan tentang penyakit klien dan prosedur pengobatan yang diberikan
kepadanya.
6. Pemeriksaan laboratorium
Analisa darah : HB : 11,6. LED : 24, Eritrosit : 4,9, lekosit : 10,1, hematrokit : 37,1, MCV : 76,
MCH : 23,9, MCHC : 31,3, RDW : 15,4, trombosit : 194, glukosa : 94, gol darah : B
Analisa urine : berat jenis 1,020, PH, protein 25 mg (+), blod dan HB 25/ml (+), leukosit 25 (+),
eritrosit 10-25, leukosit 5-10, epitel 10-15.
7. Penatalaksanaan
Infus NaCL 07% 10 tt/m, drip Ciprofloxcacin 500ml/12 jam, injeksi ketorolak 3% 1amp/8 jam,
injeksi ondasetron 1 amp/12 jam, cateter urin, diet M II.
8. Data fokus
Data subjektif : klien mengeluh nyeri di bagian belakang pinggang, klien juga mengatakan
nyerinya menyebar ke paha. Klien mengatakan sering merasa ingin BAK dan ketika BAK klien
merasa nyeri. klien mengatakan masih kurang mengerti terhadap penyakit yang dialaminya dan
proesedur pengobatannya.
Data objektif :skala nyeri 6 (nyeri sedang) lokasi nyeri pada bagian belakang pinggang dan
menjalar kebagian paha, durasi paling lama 30 menit. out put 800cc/24jam, BAK warna kuning
kemerahan dan keruh, retensi urine dan cateter (+) ukuran 20. klien tampak cemas saat menyatakan
perasaannya, klien berharap perawat dan doker yang merawat klien dapat memberitahukan
penjelasan tentang penyakit klien dan prosedur pengobatan yang diberikan kepadanya.

9. Analisa data
Data subjektif : klien mengeluh nyeri di bagian belakang pinggang, klien juga mengatakan
nyerinya menyebar ke paha Data objektif : skala nyeri 6 (nyeri sedang) lokasi nyeri pada bagian
belakang pinggang dan menjalar kebagian paha, durasi paling lama 30 menit. Masalah : Nyeri
Penyebab: peningkatan kontraksi ureteral.
Data subjektif ; Klien mengatakan sering merasa ingin BAK dan ketika BAK klien merasa nyeri
Data objektif : out put 800cc/24jam, BAK warna kuning kemerahan dan keruh, retensi urine dan
cateter (+) ukuran 20. Analisa urine : berat jenis 1,020, PH , protein 25 mg (+), blod dan HB 25/ml
(+), leukosit 25 (+). Masalah : perubahan eliminasi urin. Penyebab stimulasi kandung kemih oleh
batu.

Data subjektif : klien mengatakan masih kurang mengerti terhadap penyakit yang dialaminya dan
proesedur pengobatannya. Data objektif : klien tampak cemas saat menyatakan perasaannya
mengenai penyakit yang dideritanya kepada perawat, hal yang sangat dipikirkan oleh klien saat ini
adalah kapan penyakitnya ini sembuh, klien menyatakan bahwa harapan klien terhadap perawat
dan dokter yang merawatnya dapat memberitahukan penjelasan tentang penyakit klien dan
prosedur pengobatan yang diberikan kepadanya. Masalah : Kurang pengetahuan tentang kondisi,
prognosis, dan kebutuhan pengobatan, Penyebab ; kurang terpajan.

B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan kontraksi ureteral ditandai dengan keluhan nyeri, skala
nyeri 6 (nyeri sedang) lokasi nyeri pada bagian belakang pinggang dan menjalar kebagian paha,
durasi paling lama 30 menit.
2. perubahan eliminasi urin berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu ditandai oleh
BAK warna kuning kemerahan dan keruh, retensi urine.

3. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan, berhubungan dengan
kurang terpajan ditandai oleh klien tampak cemas harapan akan kesembuhan penyakitnya.

C. Intervensi
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan kontraksi ureteral ditandai dengan keluhan nyeri, skala
nyeri 6 (nyeri sedang) lokasi nyeri pada bagian belakang pinggang dan menjalar kebagian paha,
durasi paling lama 30 menit. Tujuan: nyeri hilang, keseimbangan cairan dipertahankan. Kriteria
hasil: nyeri hilang, tampak rileks, mampu istirahat dengan tepat.
Intervensi/rasional
Intervensi: Catat lokasi, lamanya intensitas dan penyebaran. Rasional: membantu mengevaluasi
tempat obstruksi dan kemajuan gerakan kalkulus.
Intervensi: Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke staf terhadap perubahan
kejadian/karakteristik nyeri. Rasional : memberikan kesempatan untuk pemberian analgesic
sesuai waktu dan mewaspadakan staf akan kemungkinan lewatnya batu/terjadi komplikasi.
Intervensi: Berikan tindakan nyaman, contoh pijatan punggung, lingkungan istirahat. Rasional :
meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot, dan meningktkan koping.
Intervensi: Bantu atau dorong penggunaan napas berfokus, bimbingan imajinasi, dan aktivitas
terapetik. Rasional : mengarahkan kembali perhatian dan membantu dalam relaksasi otot.
Intervensi: Berikan obat sesuai indikasi : narkotik, contoh meperidin (Demerol), morfin. Rasional
: biasanya diberikan selama akut untuk menurunkan kolik uretral dan meningkatkan relaksasi
otot/mental.
Intervensi: Berikan kompres hangat pada punggung. Rasional : menghilangkan tegangan otot dan
dapat menurunan reflex spasme.
2. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu ditandai oleh
BAK warna kuning kemerahan dan keruh, retensi urine. Tujuan : mampu berkemih dengan
normal. Kriteria hasil : tidak mengalami tanda obstruksi.
Intervensi/rasional
Intervensi: Awasi pemasukan dan pengeluaran dan karakteristik urine. Rasional : memberikan
informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi, contoh infeksi dan perdarahan.
Intervensi: Tentukan pola berkemih norml pasien dan perhatikan variasi. Rasional : kalkulus
dapat menyebabkan eksitabilitas saraf, yang menyebabkan sensasi kebutuhan berkemih segera.
Intervensi:Dorong meningkatkan pemasukan cairan. Rasional : peningkatan hidrasi membilas
bakteri, darah, dan debris dan dapat membantu lewatnya batu.
Intervensi: Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit, BUN, kretainin. Rasional :
peniggian BUN, kreatinin dan elektrolit mengindikasikan disfungsi ginjal.
Intervensi: Ambil urine untuk culture dan sensifitas. Rasional : menetukan adanya ISK, yang
penyebab komplikasi.
3. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan belajar berhubungan kurang
terpajan ditandai oleh klien tampak cemas harapan akan kesembuhan penyakitnya. Tujuan :
menyatakan pemahaman proses penyakit, menghubungkan gejala dengan factor penyebab.
Kriteria hasil : melakukan perubahan perilku yang perlu dan berpartisipasi dalam program
pengobatan.
Intervensi/Rasional
Intervensi: Kaji ulang proses penyakit dan harapan di masa dating. Rasional : memberikan
pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi.
Intervensi: Tekankan pentingnya peningkatan cairan, rasional : pembilasan system ginjal
menurunkan kesempatan statis ginjal dan pembentukan batu.
Intervensi: Diet rendah purin, contoh membatasi daging berlemak, kalkun, tumbuhan polog,
gandum, alkohol. Rasional : menurunkan pemasukan oral terhadap prekusor asam urat.
Intervensi: Diet rendah kalsium, contoh membatasi susu, keju, sayur berdaun hijau, yogurt.
Rasional : menurunkan risiko pembentukan batu kalsium.
Intervensi: Diet rendah oksalat. Rasional : menurunkan pembentukan batu kalsium.
Intervensi: Diet rendah kalsium. Rasional : mencegah kalkulus fosfat dengsn membentuk
presipitasi yang tak larut dalam traktus GI.

D. Implementasi dan Evaluasi


Implementasi Tanggal 28 Juni 2012 Jam 09:00 Wib
Diagnosa I : Nyeri berhubungan dengan peningkatan kontraksi ureteral
Implementasi : Mengkaji tingkat nyeri, mencatat lokasi, karakteristik, beratnya ( nyeri sedang,
skala nyeri 6, lokasi nyeri belakang pinggang), menganjurkan pada klien untuk laporkan
perubahan nyeri dengan cepat, mempertahankan istirahat dengan posisi semifowler, mengajarkan
teknik relaksasi ketika nyerinya timbul, memberikan kompres hangat pada daerah punggung.
Evaluasi
subjektif : klien mengatakan nyeri di bagian belakang pinggang, klien juga mengatakan nyerinya
menyebar ke paha. Objektif : skala nyeri 6 (nyeri sedang) lokasi nyeri pada bagian belakang
pinggang dan menjalar kebagian paha, durasi paling lama 30 menit. Analisa Data : Masalah belum
teratasi. Perencanaan : Tindakan dilanjutkan.

Implementasi Tanggal 28 Juni 2012 Jam 10.30 Wib


DX II : perubahan eliminasi urin berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu.
Implementasi : Mengawasi pemasukan dan pengeluaran dan karakteristik urine (input peroral
1000-1500ml/24 jam, input perparental NaCL 10 tt/menit out put 800cc/24 jam), mendorong klien
untuk melakukan pemasukan cairan peroral.melakukan kolaborasi dengan tim laboratorium.
Evaluasi
Subjektif :
Klien mengatakan sering merasa ingin BAK dan ketika BAK klien merasa nyeri, Objektif : input
perparental NaCL 10tt/m, out put 800cc/24 jam, BAK warna kuning kemerahan dan keruh, retensi
urine dan cateter (+) ukuran 20. Analisa urine : berat jenis 1,020, PH 6, protein 25 mg (+), blod
dan HB 25/ml (+), leukosit 25 (+). Analisa Data : Masalah belum teratasi. Perencanaan :
Tindakan dilanjutkan.

Implementasi Tanggal 28 Juni 2012 Jam 11:30 Wib


DX III : Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan,
berhubungan dengan kurang terpajan.
Implementasi : menngkaji ulang tentang proses penyakit dan harapan klien mendatang,
membatasi klien makan makanan yang rendah purin seperti daging berlemak. Menekankan kepada
klien pentingnya peningkatan cairan melalui oral.
Evaluasi
Subjektif : klien mengatakan mengerti terhadap penyakit yang dialaminya dan proesedur
pengobatannya. Data objektif : klien memberikan respon balik saat perawat mendiskusikan
tentang keadaan klien, klien juga mempertahankan utnuk meningkatkan pemasukan peroral
sebanyak 800-1000ml/hari. Analisa Data : Masalah teratasi. Perencanaan : Tindakan dihentikan.
Implementasi Tanggal 29 Juni 2012 Jam 09:00 Wib
Diagnosa I : Nyeri berhubungan dengan peningkatan kontraksi ureteral
Implementasi : Mengkaji tingkat nyeri, mencatat lokasi, karakteristik, beratnya ( nyeri sedang,
skala nyeri 4, lokasi nyeri belakang pinggang), menganjurkan pada klien untuk laporkan
perubahan nyeri dengan cepat, mempertahankan istirahat dengan posisi semifowler, mengajarkan
teknik relaksasi ketika nyerinya timbul, memberikan kompres hangat pada daerah punggung.
Evaluasi
subjektif : klien mengatakan nyeri berkurang. Objektif : skala nyeri 4 (nyeri sedang) lokasi nyeri
pada bagian belakang pinggang, durasi paling lama 20 menit. Analisa Data : Masalah teratasi
sebagian. Perencanaan : Tindakan dilanjutkan.

Implementasi Tanggal 29 Juni 2012 Jam 10.30 Wib


DX II : perubahan eliminasi urin berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu.
Implementasi : Mengawasi pemasukan dan pengeluaran dan karakteristik urine, mendorong klien
untuk melakukan pemasukan cairan peroral. melakukan kolaborasi pemberian antibiotik drip
ciprofloxacin 500ml/12 jam.
Evaluasi
Subjektif : Klien mengatakan sering merasa ingin BAK, Objektif : input perparental NaCL
10tt/m, out put 1000cc/24 jam, BAK warna kuning kemerahan dan keruh, retensi urine dan cateter
(+) ukuran 20., drip ciprofloxacin. Analisa Data : Masalah teratasi sebagian. Perencanaan :
Tindakan dilanjutkan.

Implementasi Tanggal 30 Juni 2012 Jam 09:00 Wib


Diagnosa I : Nyeri berhubungan dengan peningkatan kontraksi ureteral
Implementasi : Mengkaji tingkat nyeri, mencatat lokasi, karakteristik, beratnya ( nyeri sedang,
skala nyeri 3, lokasi nyeri belakang pinggang), menganjurkan pada klien untuk laporkan
perubahan nyeri dengan cepat, mempertahankan istirahat dengan posisi semifowler, mengajarkan
teknik relaksasi ketika nyerinya timbul, memberikan kompres hangat pada daerah punggung.
Evaluasi
subjektif : klien mengatakan nyerinya berkurang nyeri di, klien juga mengatakan nyerinya
menyebar ke paha Objektif : skala nyeri 3 (nyeri sedang) lokasi nyeri pada bagian belakang
pinggang, durasi paling lama 15 menit. Analisa Data : Masalah teratasi teratasi sebagian.
Perencanaan : Tindakan dilanjutkan.
Implementasi Tanggal 30 Juni 2012 Jam 10.30 Wib
DX II : perubahan eliminasi urin berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu.
Implementasi : Mengawasi pemasukan dan pengeluaran dan karakteristik urine, mendorong klien
untuk melakukan pemasukan cairan peroral. Mengontrol kelancaran cairan infus (NaCL
10tt/I+drip ciprofloxacin 500ml/12 jam).
Evaluasi
Subjektif :
Klien mengatakan sering merasa ingin BAK. Objektif : input perparental NaCL 10tt/m+drip
ciprofloxacin 500ml/12 jam, out put 1200cc/24jam, BAK warna kuning kemerahan dan keruh,
retensi urine dan cateter (+) ukuran 20. Analisa Data : Masalah belum teratasi. Perencanaan :
Tindakan dilanjutkan.

Anda mungkin juga menyukai