Oleh:
GUNAWARTI
14420202072
A. Definisi
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. (Kemenkes.RI,
2014). Hipertensi adalah penyakit yang dapat menyerang siapa saja, baik
muda maupun tua. Hipertensi juga sering disebut sebagai silent killer karena
termasuk penyakit yang mematikan. Bahkan, Hipertensi tidak dapat secara
langsung membunuh penderitanya, melainkan hipertensi memicu terjadinya
penyakit lain yang tergolong kelas berat dan mematikan serta dapat
meningkatkan resiko serangan jantung, gagal jantung, stroke dan gagal ginjal
(Pudiastuti, 2013). Hipertensi juga merupakan salah satu penyakit
degeneratif, umumnya tekanan darah bertambah secara perlahan dengan
seiring bertambahnya umur. (Triyanto, 2014).
B. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan curah jantung atau peningkatan
tekanan perifer. Akan tetapi, ada beberapa faktor yang memengaruhi
terjadinya hipertensi :
1. Genetik: faktor genetik sudah pasti menyebabkan pengaruh potassium
terhadap sodium individu dengan orang tua dan hipertensi mempunyai
risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang
yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi karena
pengaruh pada potassium dan sodium individu tersebut. Faktor genetik
pada dasarnya sudah mengalami gejala pada usia 20-30 tahun tetapi
muncul pada usai 50 tahun. Contohnya adalah salah satu dari orang tua
mengalami hipertensi sebelum umur 70 tahun maka kemungkinan
kejadian hipertensi
pada anak 1:3 dan jika kedua orang tua mengalami hipertensi maka risiko
pada anak meningkat 3:5.
2. Obesitas: prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan Indeks
Massa Tubuh (IMT) >30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32%
untuk wanita. Berat badan yang berlebih mengakibatkan jaringan lemak
berada dalam arteri menumpuk sehingga ketika darah melewati arteri
maka semakin bertambah pula tekanan darah pada tubuh (Korneliani dan
Meida, 2012). Jenis Kelamin: Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria
sama dengan wanita. Wanita terlindung dari penyakit kardiovaskular
sebelum menopous salah satunya adalah penyakit jantung koroner.
Wanita yang belum mengalami menopous dilindungi oleh hormone
estrogen yang meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL).
Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam
mencegah terjadinya proses aterosklerosis.
3. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah.
4. Stres: stres dapat meningkatkan tekanan darah pada seseorang karena
ketika stres hormon adrenalin akan meningkat ketika kita stres sehingga
membuat jantung memompa dengan cepat sehingga tekanan darah pun
meningkat. Hipertensi dengan stres mempunyai hubungan, ketika stres
terjadi peningkatan saraf simpatis dan mempengaruhi naiknya tekanan
darah yang tidak menentu. Orang yang biasanya mengalami masalah sulit
untuk tidur, ketika stres mengalami dampak depresi, demesia, insomnia,
peningkatan darah tinggi, alergi, mengurangi kesuburan dan strok.
(Aspiani, 2016).
5. Kurang olahraga: ketika melakukan olahraga teratur terjadi penurunan
tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi)
dan melatih otot jantung terbiasa apabila jantung melakukan pekerjaan
yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu. Latihan fisik adalah
termasuk olahraga yang dilakukan secara teratur dan berulang ulang
untuk meningkatkan kesehatan tubuh dan menghindari berbagai macam
penyakit. Tidak melakukan aktivitas fisik menaikan risiko terjadinya
hipertensi karena bertambahnya risiko menjadi gemuk, dan mengalami
penyakit kardiovaskular latihan fisik sangat mempengaruhi keadaan
lansia pada orang yang tidak melakukan latihan fisik maka frekuensi
pada denyut jantung akan menjadi lebih tinggi otot jantung akan bekerja
lebih keras mengakibatkan makin besar otot jantung memompa dan
terjadi peningkatan tekanan pada arteri. (Simanjuntak, Engka &
Marunduh, 2016).
6. Pola asupan garam dalam diet: WHO merekomendasikan pola konsumsi
garam yang dapat mengurangi hipertensi. Orang yang mengonsumsi
natrium terlalu banyak akan meningkatkan tekanan darah karena natrium
menyebabkan penumpukan cairan pada tubuh sehingga meningkatkan
volume darah, volume darah akan melewati pembuluh darah yang
semakin sempit tekanan darah akan semakin meningkat dan
menyebabkan hipertensi.
7. Kebiasaan Merokok: Merokok mempengaruhi peningkatan tekanan darah
kerena kandungan dari rokok tersebut adalah karbonmonoksida dan
mengakibatkan kurangnya pasokan O2 di dalam jaringan tubuh.
Karbonmonoksida mengikat hemoglobin yang seharusnya diikat oleh
oksigen sehingga sel sel dalam tubuh akan kekurangan oksigen dan tubuh
melakukan kompensasi tubuh dengan terjadinya spasme pembuluh darah.
Spasme yang berlangsung terus menerus maka pembuluh darah akan
mengalami penyempitan dan mengakibatkan hipertensi pada tubuh.
Merokok juga mengandung nikotin yang akan merangsang hormon
endorphin dan merangsang otot jantung untuk lebih cepat berkontraksi
sehingga akan merusak lapisan dinding pembuluh darah. Pembuluh darah
akan menyempit mengakibatkan kurangnya pasokan oksigen ke otak
sehingga akan terjadi kompensasi tubuh untuk meningkatkan pasokan
darah ke seluruh tubuh terutama otak sehingga terjadi hipertensi. (Rahail,
2016).
C. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus
yang bergerak kebawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron pre-ganglion melepaskan asetilkolin, yang merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai factor, seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi
respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Klien dengan
hipertensi sangat sensitive terhadap norepineprin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut dapat terjadi.
Pada saat bersamaan ketika system saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal
menyekresi epineprin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal
menyekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin yang
dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah
menjadi angiotensin II , vasokontriktor kuat, yang pada akhirnya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
instravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung menyebabkan hipertensi
.(Aspiani, 2016).
Mekanisme dasar peningkatan tekanan sistolik juga sejalan dengan
peningkatan usia terjadinya penurunan elastisitas dan kemampuan meregang
pada arteri besar. Tekanan aorta meningkat sangat tinggi dengan penambahan
volume intravaskuler yang sedikit menunjukan kekakuan pembuluh darah
pada lanjut usia. Secara hemodinamik hipertensi sistolik ditandai penurunan
kelenturan pembuluh arteri besar resistensi perifer yang tinggi pengisian
diastolik abnormal dan bertambah masa ventrikel kiri. Penurunan volume
darah dan output jantung disertai kekakuan arteri besar menyebabkan
penurunan tekanan diastolik. Lanjut usia dengan hipertensi sistolik dan
diastolik output jantung, volume intravaskuler, aliran darah keginjal, aktivitas
plasma renin yang lebih rendah dan resistensi perifer. Perubahan aktivitas
sistem syaraf simpatik dengan bertambahnya norepinephrin menyebabkan
penurunan tingkat kepekaan sistem reseptor beta adrenergik sehingga
berakibat penurunan fungsi relaksasi otot pembuluh darah. (Temu Ilmiah
Geriatri , 2008).
D. Klasifikasi Hipertensi
Secara klinis hipertensi dapat di klasifikasikan menjadi beberapa
kelompok yaitu:
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan suatu tahap awal dari asuhan keperawatan yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data, baik dari data
primer maupun data sekunder. Macam-macam data yang diperoleh berupa
data dasar, data fokus, data subjektif dan data objektif.
a. Identitas klien
1) Identitas klien Meliputi : Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis
kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan,
tanggal masuk rumah sakit (MRS), nomor register, dan diagnosa medik.
2) Identitas Penanggung Jawab Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin,
alamat, pekerjaan, serta status hubungan dengan pasien
b. Keluhan utama
Penebalan dinding
pembuluh darah akibat Peningkatan
plak tekanan
Menurunnya
perifer
kemampuan
dehidrasi dan
gaya regang
Penyempitan dinding
pembuluh darah pembuluh darah endotel
Angiotensin I
Angiotensin II
(Vasokontriktor)
Tekanan intravaskuler
Gangguan pola tidur
meningkat
Tekanan pembuluh
Nyeri Akut
darah otak meningkat