Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN


HIPERTENSI DI DESA JURANG SAPI KECAMATAN TAPEN
KABUPATEN BONDOWOSO

Oleh

DEBY APRILIA WULANDARI


NIM. 17.03714.0995

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BONDOWOSO
2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan
Rahmat serta karunia-Nya semata, sehingga tugas Praktek Klinik Keperawatan
Komunitas Keluarga dan Gerontik ini dapat terselesaikan dengan baik. Tugas ini
disusun untuk memenuhi tugas Asuhan Keperawatan Praktek Klinik Keperawatan
Komunitas Keluarga dan Gerontik.
Penulis yakin tanpa adanya bantuan dari semua pihak, maka tugas ini tidak
akan dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis ingin megucapkan
terimakasih kepada:
1. Ibu Yuana Dwi Agustin, SKM, M. Kes sebagai Ketua Program Studi
DIII Keperawatan Universitas Bondowoso;
2. Ns. Destia Widyarani, S.Kep Sebagai Penanggung Jawab Praktek
Keperawatan Komunitas;
3. Ns. Hamidah Retno, M.Kep;
4. Semua pihak yang telah membantu pengerjaan makalah ini.
Semoga sumbangsih yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan
imbalan dari Allah SWT, dan penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak untuk bahan perbaikan penulisan makalah ini.

Bondowoso, 11 Agustus 2020

Penulis
BAB I

PEMBAHASAN

1.1. Konsep Lansia

1.1.1. Definisi

WHO dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan

lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah

usia permulaan tua.

Prof. Dr. R Boedhi Darmojo dan Dr. H Hadi Martono mengatakan menua

(menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan

jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan

fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan jejas (termasuk infeksi) dan

memperbaiki diri kerusakan yang diderita.

1.1.2. Batasan Lansia

1. Menurut organisasi kesehatan dunia, WHO ada empat tahap yakni :

a. Usia pertengahan (middle age) (45-59 tahun)

b. Lanjut usia (elderly) (60-74 tahun)

c. Lanjut usia tua (old) (75-90 tahun)

d. Usia sangat tua (very old) ( diatas 90 tahun)

2. Menurut Prof DR. Ny Sumiati Ahmad Mohammad (alm.) Guru Besar

Universitas Gajah Mada Fakultas Kedokteran, periodisasi biologis

perkembangan manusia dibagi sebagai berikut :


a. Usia 0-1 tahun (masa bayi)

b. Usia 1-6 tahun (masa prasekolah)

c. Usia 6-10 tahun (masa sekolah)

d. Usia 10-20 tahun (masa pubertas)

e. Usia 40-65 tahun (masa setengah umur, prasenium)

f. Usia 65 tahun ke atas (masa lanjut usia, senium)

3. Menurut Dra. Ny. Jos Masdani (psikolog dari Universitas Indonesia),

lanjut usia merupakan kelanjutan usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi

menjadi empat bagian, yaitu :

a. Fase iuventus, antara usia 25-40 tahun.

b. Fase verilitas, antara usia 40-50 tahun

c. Fase praesenium, antara usia 55-65 tahun

d. Fase senium, antara usia 65 tahun hingga tutup usia

4. Menurut Prof. DR Koesoenmanto Setyonegoro, SpKJ, lanju usia

dikelompokkan sebagai berikut :

a. Usia dewasa muda (elderly adulthood) (usia 18/20-25 tahun)

b. Usia dewasa muda penuh (middle years) atau maturitas (usia 25-60/65

tahun)

c. Lanjut usia (geriatric age) (usia lebih dari 65/70 tahun), terbagi :

1) Usia 70-75 tahun (young old)

2) Usia 75-80 tahun (old)

3) Usia lebih dari 80 tahun (very old)


5. Menurut Bee, tahapan masa dewasa adalah sebagai berikut

a. Usia 18-25 tahun (masa dewasa muda)

b. Usia 25-40 tahun (masa dewasa awal)

c. Usia 40-65 tahun (masa dewasa tengah)

d. Usia 65-75 tahun (masa dewasa lanjut)

e. Usia >75 tahun (masa dewasa sangat lanjut)

6. Menurut Hurlock, perbedaan lanjut usia terbagi dalam dua tahap, yakni:

a. Early old age (usia 60-69 tahun)

b. Advanced old age (usia 70 tahun ke atas)

7. Menurut Burnside, ada empat tahap lanjut usia, yakni

a. Young Old (usia 60-69 tahun)

b. Middle age Old (usia 70-79 tahun)

c. Old-old (usia 80-89 tahun)

d. Very old-old (usia 90 tahun ke atas)

1.1.3. Proses Menua

Proses menua bersifat individual

1. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda

2. Setiap lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda

3. Tidak ada satu factor yang ditemukan dapat mencegah proses menua
1.1.4. Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

Perubahan Fisik dan Fungsi

1. Sel

a. Jumlah sel menurun/lebih sedikit

b. Ukuran sel lebih besar

c. Jumlah cairan tubuh dan cairan intraseluler berkurang

d. Proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati menurun

e. Jumlah sel otak menurun

f. Mekanisme perbaikan sel terganggu

g. Otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10%

h. Lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar

2. Sistem persarafan

a. Menurun hubunngan persarafan

b. Berat otak menurun 10-20% (se saraf otak setiap orang berkurang

setiap harinya)

c. Respons dan waktu untuk bereaksi lambat, khususnya terhadap stress

d. Saraf panca-indra mengecil

e. Penglihatan berkurang, pendengaran menghilang, saraf penciuman dan

perasa mengecil, lebih sensitive terhadap perubahan suhu dan

rendahnya ketahanan terhadap dingin

f. Kurang sensitive terhadap sentuhan

g. Deficit memori
3. Sistem pendengaran

a. Gangguan pendengaran. Hilangnya daya pendengaran pada telinga

dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada yang tinggi, suara

tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia di atas umur

65 tahun

b. Membrane timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis

c. Terjadi pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya

keratin

d. Fungsi pendengaran semakin menurun pada lanjut usia yang

mengalami ketegangan/stress

e. Tinnitus (bising yang bersifat mendengung, bisa bernada tinggi atau

rendah, bisa terus-menerus atau intermitten)

f. Vertigo (perasaan tidak stabil yang terasa seperti bergoyang atau

berputar)

4. Sistem penglihatan

a. Sfingter pupil timbul sclerosis dan respons terhdap sinar menghilang

b. Kornea lebih berbentuk sferis (bola)

c. Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa), menjadi katarak, jelas

menyebabkan gangguan penglihatan

d. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adapatasi terhadap

kegelapan lebih lambat, susaj melihat dalam gelap

e. Penurunan/hialngnya daya akomodasi dengan manifestasi presbyopia,

seseorang sulit melihat dekat yang dipengaruhi elastisitas lensa


f. Lapang pandang menurun: luas pandangan berkurang

g. Daya membedakan warna menurun, terutama warna biru atau hijau

pada skala

5. Sistem Kardiovaskular

a. Katup jantung menebal dan menjadi kaku

b. Elastisitas dinding arta menurun

c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun

sesudah berumur 20 tahun. Hal ini memyebabkan kontraksi dan

volume menurun (frekuensi denyut jantung maksimal + 200 – umur)

d. Curah jantung menurun (isi semenit jantung menurun)

e. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, efektivitas pembuluh darah

perifer untuk oksigenasi berkurang, perubahan posisi dari tidur ke

duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun

menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing mendadak)

f. Kinerja jantung lebih rentang terhadap kondisi dehidrasi dan

perdarahan

g. Tekanan darah meninggi akibat resistensi pembuluh darah perifer

meningkat. Systole normal +170 mmHg, diastole +95 mmHg

6. Sistem pengaturan suhu tubuh

Pada pengaturan suhu, hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu

thermostat, yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi

berbagai factor yang mempengaruhinya.yang sering ditemui antara lain:


a. Temperature tubuh menurun (hipotermia) secara bilogis +35OC ini

akibat metabolism yang menurun

b. Pada kondisi ini, lanjut usia akan merasa kedinginan dan dapat pula

menggigil pucat dan gelisah

c. Keterbatasan reflex menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang

banyak sehingga terjadi penurunan aktivitas oto

7. Sistem pernapasan

a. Otot pernapasan mengalami kelemahan akibat atrofi, kehilangan

kekuatan dan menjadi kaku

b. Aktivitas silia menurun

c. Paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik napas

lebih berat, kapasitas pernapasan maksimum menurun dengan

kedalaman bernapas menurun

d. Ukuran alveoli melebar (membesar secara progresif) dan jumlah

berkurang

e. Berkurangnya elastisitas bronkus

f. Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg

g. Karbondioksida pada arteri tidak berganti. Pertukaran gas terganggu

h. Reflex dan kemampuan untuk batuk berkurang

i. Sensitivitas terhadap hipoksia dan hiperkarbia menurun

j. Sering terjadi emfisema senilis

k. Kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot pernapasan menurun

seiring pertambahan usia


8. Sistem pencernaan

a. Kehilangan gigi, penyebab utama periodontal disease yang biasa terjadi

setelah umur 30 tahun. Penyebab lain meliputi kesehatan gigi dan gizi

yang buruk

b. Indra pengecap menurun, adanya iritasi selaput lendir yang kronis, atrofi

indra pengecap (+80%), hilangnya sensitivitas saraf pengecap terhadap

rasa asin, asam, dan pahit

c. Esophagus melebar

d. Rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), asam lambung

menurun, motalitas dan waktu pengosongan lambung menurun

e. Peristaltic lemah dan biasanya timbul konstipasi

f. Fungsi absorpsi melemah (daya absorpsi terganggu, terutama

karbohidrat)

g. Hati semakin mengecil dan tempat penyimpanan menurun aliran darah

berkurang

Perubahan mental

1. Dibidang mental atau psikis pada lanjut usia, perubahan dapat berupa

sikap yang semakin egosentrik, mudah curiga, bertambah pelit atau tamak

bila memiliki sesuatu

2. Yang perlu dimengerti adalah sikap umum yang ditemukan pada hampir

setiap usia lanjut, yakni keinginan berumur panjang, tenaganya sedapat

mungkin dihemat

3. Mengharapkan tetap diberi peranan dalam masyarakat

4. Ingin mempertahankan hak dan hartnya, serta ingin tetap berwibawa


5. Jika meninggal pun, mereka ingin meninggal secara terhormat dan masuk

surga

Factor yang memengaruhi perubahan mental

1. Perubahan fisik, khususnya organ perasa

2. Kesehatan umum

3. Tingkat pendidikan

4. Keturunan (hereditas)

5. Lingkungan

Kenangan (memori)

Kenangan jangka panjang, beberapa jam sampai beberapa hari yang lalu

dan mencakup beberapa perubahan. Kenangan jangka panjang pendek atau

seketika (0-10 menit), kenangan buruk (bisa kea rah demensia)

Intelegentia quantion (IQ)

IQ tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal.

Penampilan, pesepsi dan ketrampilan psikomotorik berkurang. Terjadi perubahan

pada daya membayangkan karena factor waktu

Perubahan Psikososial

1. Kehilangan finansial (pendapatan berkurang)

2. Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan/posisi yang cukup tinggi,

lengkap dengan semua fasilitas)


3. Kehilangan teman/kenalan atau relasi

4. Kehilangan pekerjaan/kegiatan dan

a. Merasakan atau sadar terhadap kematian, perubahan cara hidup

(memasuki rumah perawatan, bergerak lebih sempit)

b. Kemampuan ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan. Biaya hidup

meningkat pada penghasilan yang sulit, biaya pengobatan bertambah

c. Adanya penyakit kronis dan ketidakmampuan

d. Imbul kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial

e. Adanya gangguan saraf panca-indra, timbul kebutaan dan ketulian

f. Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan

g. Rangkaian kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan

family

h. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik (perubahan terhadap

gambaran diri, perubahan konsep diri)

Perkembangan Spiritual

1. Agama/kepercayaan semakin dalam kehidupan

2. Lanjut usia semakin matur dalam kehidupan keagamaannya. Hal ini

terlihat dalam berpikir dan bertindak sehari-hari

3. Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun. Universalizing, perkembangan

yang dicapai pada tingkat ini adalah berpikir dan bertindak dengan cara

memberi contoh cara mencintai dan keadilan.


2.1. Konsep Medis
2.1.1. Definisi

Hipertensi adalah suatu penekanan darah sistolik dan diastolik yang tidak

normal, batas yang tepat dari kelainan ini tidak pasti. Nilai yang dapat diterima

berbeda sesuai dengan usia dan jenis kelamin, namun pada umumnya sistolik

yang berkisar antara 140 – 190 mmHg dan diastolic antara 90 – 95 mmHg

dianggap merupakan garis batas dari hipertensi ( Riyadi Sujono, 2011).

Hipertensi adalah keadaan di mana tekanan darah (TD) sama atau melebihi

140 mmHg sistolik dan/atau sama atau lebih dari 90 mmHg diastolik seseorang

yang tidak sedang minum obat anthihipertensi (Alwi Idrus, Dkk, 2015).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah

secara abnormal dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah

yang disebabkan satu atau beberapa faktor risiko yang tidak berjalan sebagaimana

mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara normal (Andra & Yessie,

2013).

Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya

140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya

berisiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain

seperti penyakit saraf, ginjal, pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah,

makin besar resikonya (Kusuma Hardhi & Amin, 2016).

2.1.2 Etiologi/ Prediposisi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan :

1. Hipertensi Primer (esensial) Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak

diketahui penyebabnya. Faktor yang mempengaruhinya yaitu : genetik,


lingkungan, hiperaktifitas saraf simpatis sistem renin. Angiotensin dan

peningkatan Na + Ca intraseluler. Faktor-faktor yang meningkatkan

resiko : obesitas, merokok, alkohol dan polisitemia.

2. Hipertensi Sekunder Penyebab yaitu : penggunaan estrogen, penyakit

ginjal, sindrom cushing dan hipertensi yang berhubungan dengan

kehamilan.

Hipertensi pada usia ianjutdibedakan atas :

1. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg

dan /atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg

2. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160

mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya

perubahan perubahan pada :

1. Elastisitas dinding aorta menurun

2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku

3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah

berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun

menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya

4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya

efektif|tas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.Meningkatnya

resistensi pembuluh darah perifer (Kusuma Hardhi & Amin, 2016).

2.1.3 Patofisiologi

Beberapa faktor yang saling berhubungan mungkin juga turut serta

menyebabkan peningkatan tekanan darah pada pasien hipertesif, dan peran


mereka berbeda pada setiap individu.Di antara faktor – faktor yang telah dipelajari

secara intensif adalah asupan garam, obesitas, dan resisensi insulin, system renin

angiotensin, dan system saraf simpatis.Pada beberapa tahun belakangan faktor

lainnya telah dievaluasi, termasuk genetic, disfungsi endotel (yang tampak pada

perubahan endotelin dan nitrat oksida).

Mekanisme yang mengontrol konstiksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak.Dari pusat ini bermula jaras

saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari kolumna

medulla spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen.Rangsangan pusat

vasomotor dihantarkan dalam bentuk impils yang bergerak ke bawah melalui saraf

simpatis ke ganglia simpastis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan

asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf paska ganglion ke pembuluh

darah, dimana dengan dilepaskan neropinefrin mengakibatkan konstriksi

pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat

empengaruhi respon pembuuh darah terhadap rangsang vasokontriktor.Individu

dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak

diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf merangsang pembuluh darah

sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan

tambahan aktivitas vasokontriksi.Medulla adrenal mengsekresi epinefrin yang

menyebabkan vasokonstriksi.Korteks adrenal mengsekresi kortisl dan steroid

lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh

darah.Vasokonstriksi yang mengakibatka penurunan aliran darah ke ginjal,

menyebabkan pelepasan renin.Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang


kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada

gilirannya merangsang sekresi aldosterone oleh korteks adrenal.Hormon ini

menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan

peningkatan volume intravascular.Semua faktpr tersebut cenderung pencetus

keadaan hipertensi (Andra & Yessie, 2013).

2.1.4 Gambaran Klinis/ Manifestasi Klinis

Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan

darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti

perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan kasus

berat, edema pupil (edema pada diskus optikus).

Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala

sampai bertahun – tahun.Gejala bila ada menunjukkan adanya kerusakan vaskuler,

dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang vaskulariasi oleh

pembuluh darah bersangkutan.Perubahan patologis pada ginjal dapat

bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan

azatoma (peningkatan nitrogen urea darah), (BUN) dan kreatinin).Keterlibatan

pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien

yang bermanifestasi sebagai paralysis sementara pada satu sebagai. (hemiplegia

atau gangguan tajam penglihatan).

Bahwa sebagian besar gejala klinis timbul :

1. Nyeri kepala saat terjaga, kadang – kadang disertai mual dan muntah,

akibat peningkatan tekanan darah intrakranial.

2. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi.

3. Ayunan langkah mantap karena kerusakan susunan saraf pusat.


4. Edema dependen dan pembengkakan akibat penigkatan tekanan kapiler.

5. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus

(Andra & Yessie, 2013).

2.1.5 Komplikasi

Tekanan darah tinggi apabila tidak diobati dan ditanggulangi, maka dalam

jangka panjang akan menyebabkan kerusakan arteri didalam tubuh samapai organ

yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut. Komplikasi hipertensi dapat

terjadi pada organ – organ sebagai berikut :

1. Jantung

Tekanan darah tinggii menyebabkan terjadinya gagal jantung dan penyakit

jantung coroner. Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung akan

meningkat, otot jantung akan mengendor dan berkurang elastisitasnya,

yang disebut dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak mampu lagi

memompa sehingga banyak cairan tertahan daparu maupun jaringan tubuh

lain yang dapat menyebabkan sesak napas atau oedema.

2. Otak

Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan risiko stroke, apabila tidak

diobti risiko terkena stroke 7 kali lebih besar.

3. Ginjal

Tekanan darah tinggi juga menyebabkan kerusakan ginjal, tekanan darah

tinggi dapat menyebabkan kerusakan system penyaringan didalam ginjal

akibatnya lambat laun ginjal tidak mampu membuang zat – zat yang tidak

dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi

penumpukan di dalam tubuh.


4. Mata

Pada mata hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya retinopati hipertensi

dan dapat menimbulkan kebutaan (Andra & Yessie, 2013).

2.1.6 Penatalaksanaan

1. PenatalaksanaanNonfarmakologi

Penatalaksanaan non farmakologi dengan modifikasi gaya hidup

sangat penting dalam mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan

bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam mengobati tekanan darah tinggi.

Penatalaksanaan hipertensi dengan nonfarmakologis terdiri dari berbagai

maam cara modifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu :

a). Mempertahankan berat badan ideal

BMI dapat diketahui dengan membagi berat badan anda dengan tinggi

badan anda yang telah dikuadratkan dalam satuan meter. Mengatasi

obesitas (kegemukan) juga dapat dilakukan dengan melakukan diet

rendah kolesterol namun kaya dengan serat dan protein dan jika berhasil

menurunkan berat badan 2,5 – 5kg maka tekanan darah diastolik dapat

diturunkan sebanyak 5 mmHg.

b). Kurangi asupan natrium (sodium)

Mengurangi asupan natrium dapat dilakukan dengan cara diet rendah

garam yaitu idak lebih dari 100 mmol/hari (kira – kira 6 gr NaCl atau

2,4 gr gram/hari). Jumlah yang lain dengan mengurangi asupan garam

sampai kurang sari 2300 mg (1sendok teh) setiap hari. Pengurangan

konsumsi garam menjadi 1/2 sendok teh/hari, dapat menurunkan


tekanan sistolik sebanyak 5 mmHg dan tekanan diastolik sekitar 2,5

mmHg.

c). Batasi konsumsi alcohol

Bahwa konsumsi alkohol harus dibatasi karena konsumsi alkohol

berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah.Para peminum berat

mempunyai risiko mengalami hipertensi empat kali lebih besar dari

pada mereka yang tidak minum minuman beralkohol.

d). Makan K dan Ca yang cukup dari diet

Pertahankan asupan diet potassium (>90 mmol (3500 mg)/hari) dengan

cara konsumsi diet tinggi buah dan sayur dan diet rendah lemak dengan

cara mengurangi asupan lemak jenuh total. Kalium dapat menurunkan

tekanan darah dengan meningkatkan jumlah natrium yang terbuang

bersama air kencing.Dengan setidaknya mengonsumsi buah – buahan

sebanyak 3 – 5 kali dalam sehari, seseorang bisa mencapai asupan

potassium yang cukup.

e). Menghindari merokok

Merokok memang tidak berhubungan secara langsung dengan

timbulnya hipertensi, tetapi merokok dapat meningkatkan risiko

komplikasi pada pasien hipertensi seperti penyakit jantung dan stroke,

maka perlu dihindari mengkonsumsi tembakau (rokok) karena dapat

memperberat hipertensi.

Nikotin dalam tembakau membuat jantung bekerja lebih keras karena

menyempitkan pembuluh darah dan meningkatkan frekuensi jantung


serta tekanan darah.Maka pada penderita hipertensi dianjurkan untuk

menghentikan kebiasaan merokok.

f). Penurunan stresss

Stress memang tidak menyebabkan hipertensi yang menetap namun jika

episode stress sering terjadi dapat menyebabkan kenaikan sementara

yang sangat tinggi. Menghindari stress dengan menciptakan suasana

yang menyenangkan dan memperkenalkan berbagai metode relaksasi

seperti yoga atau meditasi yang dapat mengontrol sistem saraf yang

akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.

g). Terapi masase (pijat)

Pijat yang dilakukan pada penderita hipertensi adalah untuk

memperlancar aliran energi dalam tubuh sehingga ganggguan hipertensi

dan komplikasinya dapat diminimalisir, ketika semua jalur energi tidak

lagi terhalang oleh ketegangan otot dan hambatan lain maka risiko

hipertensi dapat ditekan.

2. Pengobatan Farmakologi

1. Diuretik (Hidroklorotiazid)

Mengeluarkan cairan tubuh sehingga volume cairan tubuh berkurang yang

mengakibatkan daya pompa jantung menjadi ringan.

2. Penghambat Simpatetik (Metildopa, Klonidin dan Reserpin).

Menghambat aktivitas saraf simpatis.

3. Betabloker (Metoprolol, Propanolol dan Atenolol)

a. Menurunkan daya pompa jantung


b. Tidak dianjukan pada penderita yang telah diketahui menghidap

gangguan pernapasan seperti asma bronkial.

4. Vasodilator (Prasosin, Hidralasin).

Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos

pembuluh darah.

5. Penghambat reseptor Angiotensin II (Valsartan)

Menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada reseptor sehingga

memperingandaya pompa jantung.

6. Antagonis kalsium (Diltiasem dan Verapamil)

Menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas) (Andra & Yessie, 2013).

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaanlaboratorium H6b/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel

terhadap volume . cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor

resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia. BUN/kreatinin:

memberikaninformasitentangperfusi/fungsiginjal Giucosa: Hiperglikemi

(DM adalah pencetur hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran

kadarketokolamin. _ Urinaiisa .darah, protein, glukosa, mengisaratkan

disfungsi ginjal dan ada DM.

2. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.

3. EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian

gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakitjantung hipertensi.

4. IUP: mengidentifikasian penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,

perbaikan ginjal.
5. Photo dada: Menanjukan destruksi kalsifikasi pacia area katup,

pembesaran jantung (Kusuma Hardhi & Amin, 2016).

3.1. Konsep Keperawatan Gerontik

3.1.1. Hal yang diperhatikan dalam Asuhan Keperawatan Lanjut Usia

1. Populasi lanjut usia sangat heterogen

Artinya, tidak semua individu lanjut usia memerlukan asuhan keperawatan

dalam bentuk dan jenis pelayanan yang sama. Secara keseluruhan, lanjut

usia termasuk golongan populasi yang rapuh terhadap kesehatan, tetapi

dalam derajat yang berbeda-beda. Dari aspek kesehatan, perbedaan ini

dapat terlihat dari kondisi lanjut usia yang :

a. Sehat

b. Setengah sakit dan setengah sehat

c. Sakit akut (akut ringan, sedang dan berat)

d. Sakit kronis

e. Sakit gangguan mental (termasuk demensia)

f. Sakit terminal

g. Sakit tidak ada harapan untuk sembuh/hidup

2. Jenis asuhan keperawatan yang dibutuhkan sangat bervariasi

Harus diingat bahwa heterogenitas populasi lanjut usia yang ada

disertao kenyataan bahwa aspek fungsional seorang lanjut usia bergantung

pada tiga factor, yakni factor fisik, psikis, dan sosial-ekonomi. Oleh karena

itu, jelas bahwa akan terdapat banyak jenis asuhan keperawatan yang
dibutuhkan. Perawat professional harus mempunyai pengetahuan,

ketrampilan, dan sikap dalam memberi asuhan keperawatan gerontik di

berbagai tingkat tatanan pelayanan. Pada dasarnya, secara garis besar

asuhan keperawatan gerontik dibagi dalam dua area, yaitu asuhan

keperawatan gerontik ditatanan klinis dan suhan keperawatan gerontik di

tatanan komunitas.

Dalam meberikan asuhan keperawatan pada kedua area tersebut,

perawat harus menggunakan pendekatan proses keperawatan yang

meliputi mengkaji, merumuskan diagnose, merencanakan tindakan

keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan (implementasi), dan

mengevaluasi.

3. Asuhan keperawatan lanjut usia membutuhkan keterkaitan dengan semua

bidang antara lain kesehatan, sosial, agama, olahraga, atau kesenian.

Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada lanjut usia, perawat

memerlukan pendekatan tertentu. Hal ini mengingat lanjut usia memiliki

berbagai masalah kesehatan dan kekhususan serta mengalami penurunan

faal diberbagai organ tubuh dan biasanya banyak mengonsumsi berbagai

obat (multifarmasi)

1.3.2. Tujuan Asuhan Keperawatan Lanjut Usia

1. Agar lanjut usia dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri

dengan peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, dan pemeliharaan

kesehatan, sehingga memiliki ketenangan hiudp dan produktif sampai

akhir hayatnya.
2. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan mereka yang usianya telah

lanjut degan perawatan dan pencegahan

3. Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau semangat

hidup klien usia lanjut

4. Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit atau

mengalami gangguan tertentu (baik kronis maupun akut)

5. Merangsang petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakkan

diagnosis yang tepat dan dini bila mereka menemukan kelainan tertentu

6. Mencari upaya semaksimal mungkin, agar klien lanjut usia yang menderita

suatu penyakit/gangguan, masih dapat mempertahankan kebebasan yang

maksimal tanpa perlu pertolongan (memelihara kemandirian secara

maksimal)

3.1.3 Fokus Asuhan Keperawatan Lanjut Usia

1. Peningkatan kesehatan

2. Pencegahan penyakit (preventif)

3. Mengoptimalkan fungsi mental

4. Mengatasi gangguan kesehatan yang umum

1.3.4 Pengkajian

Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat professional harus

menggunakan proses keperawatan. Proses keperawatan ini adalah proses

pemecahan masalah yang mengarahkan perawat dalam memberikan asuhan

keperawatan. Pengkajian adalah langkah pertama pada proses keperawatan,

meliputi pengumpulan data, analisis data, dan menghasilkan diagnosis

keperawatan. Tujuan pengkajian :


1. Menentukan kemampuan klien untuk memelihara diri sendiri

2. Melengkapi dasar rencana perawatan individu

3. Membantu menghindarkan bentuk dan penandaan klien

4. Memberi waktu kepada klien untuk menjawab

Pengkajian meliputi aspek :

1. Fisik

a. Wawancara :

 Pandangan lanjut usia tentang kesehatannya

 Kegiatan yang mampu dilakukan lanjut usi

 Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri

 Kekuatan fisik lanjut usia : otot, sendi, penglihatan, dan

pendengaran

 Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, buang air besar/kecil

 Kebiasaan gerak badan/olahraga/senam lanjut usia

 Perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan

 Kebiasan lanjut usia dalam memelihara kesehatan dan

kebiasaan dalam minum obat

 Masalah seksual yang dirasakan

b. Pemeriksaan fisik

 Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi,

dan auskultasi untuk mengetahui perubahan fungsi sistem

tubuh
 Pendekatan yang digunakan dalam pemeriksaan fisik adalah

head to toe (dari ujung kepala sampai ke ujung kaki) dan

sistem tubuh

2. Psikologis

a. Apakah mengenal masalah utamanya

b. Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan

c. Apakah dirinya merasa dibutuhkan atau tidak

d. Apakah memandang kehidupan dengan optimis

e. Bagaimana mengatasi stress yang dialami

f. Apakah mudah dalam menyesuaikan diri

g. Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan

h. Apakah harapan pada saat ini dan akan datang

i. Perlu dikaji juga mengenai fungsi kognitif, daya ingat, proses pikir,

alam perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam penyelesaian masalah

3. Sosial ekonomi

a. Sumber keuangan lanjut usia

b. Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waktu luang

c. Dengan siapa ia tinggal

d. Kegiatan organisasi apa yang diikuti lanjut usia

e. Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya

f. Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain di luar rumah

g. Siapa saja yang biasa mengunjungi

h. Seberapa besar ketergantungannya


i. Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginannya dengan fasilitas

yang ada

4. Spiritual

a. Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan

agamanya

b. Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan

keagamaan

c. Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah apakah dengan

berdoa

d. Apakah lanjut usia terlihat sabar dan tawakal

3.1.4. Pengkajian Dasar

Perawat harus ingat, akibat adanya perubahan fungsi yang sangat

mendasar pada proses menua yang meliputi seluruh organ tubuh, dalam

melakukan pengkajian, perawat memerlukan pertimbangan khusus. Pengkajian

harus dilakukan terhadap fungsi semua sistem, status gizi, dan aspek

psikososialnya.

1. Temperature/suhu tubuh

a. Mungkin (hipotermia) + 35oC

b. Lebih teliti diperksa di sublingual

2. Denyut nadi

a. Kecepatan, irama, volume

b. Apical, radial, pedal

3. Respirasi (pernafasan)
a. Kecepatan, irama, dan kedalaman

b. Pernapasan tidak teratur

4. Tekanan darah

a. Saat baring, duduk, berdiri

b. Hipotensi akibat posisi tubuh

5. Berat badan perlahan hilang pada beberapa tahun terakhir

6. Tingkat orientasi

7. Memori (ingatan)

8. Pola tidur

9. Penyesuaian psikososial

Ssitem Persarafan

1. Kesimetrisan raut wajah

2. Tingkat kesadaran, adanya perubahan dari otak

a. Tidak semua orang menjadi senil

b. Kebanyakan mempunyai daya ingatan menurun atau melemah

3. Mata : pergerakan, kejelasan melihat, adanya katarak

4. Pupil : kesamaan, dilatasi

5. Ketajaman penglihatan menurun karena menua :

a. Jangan diuji di depan jendela

b. Gunakan tangan atau gambar

c. Cek kondisi kacamata

6. Gangguan sensori

7. Ketajaman pendengaran
a. Apakah menggunakan alat bantu dengar

b. Tinnitus

c. Serumen telinga bagian luar, jangan dibersihkan

8. Adanya rasa sakit atau nyeri

Sistem Kardiovaskular

1. Sirkulasi perifer, warna, dan kehangatan

2. Auskultasi denyut nadi apical

3. Periksa adanya pembengkakan vena jugularis

4. Pusing

5. Sakit/nyeri

6. Edema

Sistem Gastrointestinal

1. Status gizi

2. Asupan diet

3. Anoreksia, tidak dapat mencerna, mual, muntah

4. Mengunyah, menelan

5. Keadaan gigi, rahang, dan rongga mulut

6. Auskultasi bising usus

7. Palpasi, apakah perut kembung, ada pelebaran kolon

8. Apakah ada konstipasi (sembelit), diare, inkontinensia alvi

Sistem Genitourinaria
1. Urine (warna dan bau)

2. Distensi kandung kemih, inkontinensia (tidak dapat menahan untuk buang

air kecil)

3. Frekuensi, tekanan, atau desakan

4. Pemasukan dan pengeluaran cairan

5. Dysuria

6. Seksualitas

a. Kurang minat melakukan hubungan seks

b. Adanya disfungsi seksual

c. Gangguan ereksi

d. Dorongan/daya seks menurun

e. Hilangnya kekuatan dan gairah seksualitas

f. Adanya kecacatan sosial yang mengarah ke aktivitas seksual

Sistem Kulit

1. Kulit

a. Temperature, tingkat kelembapan

b. Keutuhan kulit : luka, luka terbuka, robekan

c. Turgor (kekenyalan kulit)

d. Perubahan pigmen

2. Adanya jaringan parut

3. Keadaan kuku

4. Keadaan rambut

5. Adanya gangguan umum


Sistem Muskuloskeletal

1. Kontraktur

a. Atrofi otot

b. Tendon mengecil

c. Ketidakadekuatan gerakan sendi

2. Tingkat mobilisasi

a. Ambulasi dengan atau tanpa bantuan peralatan

b. Keterbatasan gerak

c. Kekuatan otot

d. Kemampuan melangkah atau berjalan

3. Gerakan sendi

4. Paralisis

5. Kifosis

Psikososial

1. Menunjukkan tanda meningkatnya ketergantungan

2. Fokus pada diri bertambah

3. Memperlihatkan semakin sempitnya perhatian

4. Membutuhkan bukti nyata rasa kasih sayang yang berlebihan

3.1.4. Diagnosa Keperawatan

Fisik/Biologis

1. Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang Dari Kebutuhan Tubuh

(Nanda, 2018 – 2020)


Domain 2. Kelas 1. Kode diagnosis 00002

Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan

metabolik.

Batasan Karakteristik
- Kram abdomen - Bising usus hiperaktif
- Nyeri abdomen - Kurang informasi
- Gangguna sensasi rasa - Kesalahan persepsi
- Kurang minat pada makanan - Membran mukosa pucat
- Tonus otot menurun Ketidakmampuan memakan
- Kesalahan informasi makanan
- Berat badan 20% atau lebih di - Cepat kenyang setelah makan
bawah rentang berat badan ideal - Sariawan rongga mulut
- Kerapuhan kapiler - Kelemahan otot pengunyah
- Diare - Kelemahan otot untuk menelan
- Kehilangan rambut berlebihan - Penurunan berat badan dengan
- Enggan makan asupan adekuat
- Asupan makanan kurang dari
recommended daily allowance
(ROA)

Faktor berhubungan
- Asupan diet kurang

Populasi beresiko
- Factor Biologis - Kesulitan ekonomi

Kondisi Terkait
- Ketidakmampuan mengabsorpsi - Ketidakmampuan makan
nutrient - Gangguan psikososial
- Ketidakmampuan mencerna
makanan
2. Defisit Perawatan Diri: Mandi
Nanda, 2018-2020
Domain 4. Kelas 5. Kode Diagnosis 00108.
Definisi : ketidakmampuan melakukan pembersihan diri saksama secara
mandiri
Batasan Karakteristik
- Ketidakmampuan mengakses - Ketidakmampuan mengambil
kamar mandi perlengkapan mandi
- Ketidakmampuan menjangkau - Ketidakmampuan mengatur air
sumber air mandi
- Ketidakmampuan mengeringkan - Ketidakmampuan membasuh tubuh
tubuh

Faktor Yang Berhubungan


- Ansietas - Nyeri
- Penurunan motivasi - Kelemahan
- Kendala lingkungan

Kondisi Terkait
- Gangguan fungsi kognitif - Gangguan musculoskeletal
- Ketidakmampuan merasakan - Gangguan neuromuscular
bagian tubuh - Gangguan persepsi
- Ketidakmampuan merasakan
hubungan special

3. Risiko Cedera
Nanda, 2018-2020
Domain 11. Kelas 2. Kode Diagnosis 00035
Definisi : Rentan mengalami cedera fisik akibat kondisi lingkungan yang
berinteraksi dengan sumber adaptif dan defensive individu, yang dapat
mengganggu kesehatan
Faktor Risiko
- Kurang sumber nutrisi - Pamajanan zat kimia toksik
- Pajanan pada pathogen - Tingkat imunisasi di komunitas
- Pamajanan zat kimia toksik - Kurang pengetahuan tentang faktor
- Tingkat imunisasi di komunitas yang dapat diubah
- Kurang pengetahuan tentang faktor - Malnutrisi
yang dapat diubah - Agens nosocomial
- Kurang sumber nutrisi - Hambatan fisik
- Pajanan pada pathogen - Moda transportasi tidak aman

Populasi Berisiko
- Usia ekstrem - Gangguan mekanisme pertahanan
primer

Kondisi terkait
- Profil darah abnormal - Disfungsi biokimia
- Gangguan fungsi kognitif - Disfungsi efektor
- Gangguan psikomotor - Disfungsi imun
- Gangguan sensasi - Disfungsi integrase sensori
- Disfungsi autoimun - Hipoksia jaringan

4. Gangguan Pola Tidur


Nanda, 2018-2020
Domain 4. Kelas 1. Kode Diagnosis 00198
Definisi : Interupsi jumlah waktu dan kualitas tidur akibat faktor eksternal

Batasan Karakteristik
- Kesulitan berfungsi sehari-hari - Ketidakpuasan tidur
- Kesulitan memulai tertidur - Tidak merasa cukup istirahat
- Kesulitan mempertahankan tetap - Terjaga tanpa jelas penyebabnya
tidur

Faktor Yang Berhubungan


- Gangguan karena cara tidur - Kurang privasi
pasangan tidur - Pola tidur tidak menyehatkan
- Kendala lingkungan

Kondisi terkait
- Imobilisasi

5. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas


Nanda, 2018 – 2020
Domain II. Kelas 2. Kode diagnosis 00031
Definisi:
Ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas
untuk mempertahankan bershian jalan napas

Batasan Karaktersitik
- Tidak ada bau - Dispnea
- Suara napas tambahan - Sputum dalam jumlah yang
- Perubahan pola napas berlebihan
- Perubahan frekuensi napas - Batuk yang tidak efektif
- Sianosis - Ortopnea
- Kesulitan verbalisasi - Gelisah
- Penurunan bunyi napas - Mata terbuka lebar

Faktor yang berhubungan


- Mukus berlebihan - Sekresi yang tertahan
- Terpajan asap - Perokok pasif
- Benda asing dalam jalan napas - Perokok

Kondisi Terkait
- Spasme jalan napas - Hiperplasia pada dinding bronkus
- Jalan napas alergik - Infeksi
- Asma - Disfungsi neuromuskular
- Penyakit paru obstruksi kronis - Adanya jalan napas buatan
- Eksudat dalam alveoli

6. Hambatan Mobilitas Fisik


Nanda, 2018-2020
Domain 4. Kelas 2. Kode Diagnosis 00085
Definisi : keterbatasan dalam Gerakan fisi satu atau lebih ekstremitas
secara mandiri dan terarah

Batasan Karakteristik
- Gangguan sikap berjalan - Melakukan aktivitas lain sebgai
- Penurunan keterampilan motorik pengganti pergerakan
halus - Dyspnea setelah beraktivitas
- Penurunan keterampilan motoric - Tremor akibat bergerak
kasar - Instabilitas postur
- Penurunan rentang gerak - Gerakan lambat
- Waktu reaksi memanjang - Gerakan spastik
- Kesulitan membolak-balik posisi - Gerakan tidak terkoordinasi
- Ketidaknyamanan

Faktor Yang Berhubungan


- Intoleran aktivitas - Disuse
- Ansietas - Kurang dukungan lingkungan
- Indeks massa tubuh di atas - Kurang pengetahuan tentang nilai
persentil ke-75 sesuai usia aktivitas fisik
- Kepercayaan budaya tentang - Kaku sendi
aktivitas yang tepat - Malnutrisi
- Penurunan kekuatan otot - Nyeri
- Penurunan massa otot - Fisik tidak bugar
- Penurunan ketahanan tubuh - Keengganan memulai pergerakan
- Depresi - Gaya hidup kurang gerak

Kondisi terkait
- Kerusakan integritas struktur - Gangguan musculoskeletal
tulang - Gangguan neuromuscular
- Gangguan fungsi kognitif - Agens farmaseutika
- Gangguan metabolism - Program pembatasan gerak
- Kontraktur - Gangguan sensoriperseptual
- Keterlambatan perkembangan
Psikososial
1. Isolasi Sosial
Nanda, 2018-2020
Domain 12. Kelas 3. Kode Diagnosis 00053
Definisi : kesendirian yang dialami oleh individu dan dianggap timbul
karena orang lain dan sebagai suatu keadaan negative atau mengancam

Batasan Karakteristik
- Tidak ada sistem pendukung - Merasa tidak aman di tempat umum
- Kesendirian yang disebabkan oleh - Tindakan tidak berarti
orang lain - Anggota subkultur tertentu
- Ketidaksesuaian budaya - Tidak ada kontak mata
- Ingin sendirian - Preokupasi dengan pikiran sendiri
- Kondisi difabel - Tidak mempunyai tujuan
- Perasaan beda dari orang lain - Tindakan berulang
- Afek datar - Afek sedih
- Riwayat ditolak - Nilai tidak sesuai dengan norma
- Bermusuhan budaya
- Penyakit - Menarik diri
- Menunjukkan permusuhan
- Ketidakmampuan memenuhi
harapan orang lain

Faktor Yang Berhubungan


- Minat tidak sesuai dengan - Sumber personal yang tidak adekuat
perkembangan - Perilaku sosial yang tidak sesuai
- Kesulitan membina hubungan norma
- Ketidakmampuan menjalin - Nilai-nilai tidak sesuai dengan
hubungan yang memuaskan norma budaya

Populasi Berisiko
- Keterlambatan perkembangan
Kondisi terkait
- Gangguan kesehatan - Perubahan kesejahteraan
- Perubahan penampilan fisik
2. Stress Berlebih
Nanda, 2018-2020
Domain 9. Kelas 2. Kode Diagnosis 00177
Definisi : Jumlah dan jenis permintaan/ tuntutan yang berlebihan yang
menunjukkan aksi atau tanggapan

Batasan Karakteristik
- Stress berlebih - Peningkatan perilaku marah
- Perasaan tertekan - Peningkatan ketidaksabaran
- Gangguan pengambilan keputusan - Dampak negative dari stress
- Gangguan berfungsi - Tegang
- Peningkatan marah

Faktor Yang Berhubungan


- Sumber daya tidak cukup - Stressor
- Stressor berulang

3. Harga Diri Rendah Kronik


Nanda, 2018-2020
Domain 6. Kelas 2. Kode Diagnosis 00119
Definisi : evaluasi diri/ perasaan negative tentang diri sendiri atau
kemampuan diri yang berlangsung minimal tiga bulan

Batasan Karakteristik
- Bergantung pada pendapat orang - Perilaku tidak asertif
lain - Sering kali mencari penegasan
- Melebih-lebihkan umpann balik - Pasif
negative tentang diri sendiri - Kontak mata kurang
- Secara berlebihan mencari - Menolak umpan balik positif
penguatan - Kegagalan hidup berulang
- Rasa bersalah - Rasa malu
- Enggan mencoba hal baru - Meremehkan kemampuan
- Perilaku bimbang mengatasi situasi

Faktor Yang Berhubungan


- Ketidaksesuaian budaya - Koping terhadap kehilangan tidak
- Kurang kasih saying efektif
- Kurang rasa memiliki - Merasa persetujuan orang lain tidak
- Kurang keanggotaan dalam cukup
kelompok - Ketidaksesuaian spiritual
- Kurang respek dari orang lain

Populasi Berisiko
- Terpapar peristiwa traumatic - Penguatan negative berulang
- Kegagalan berulang

Kondisi Terkait
- Gangguan psikiatrik

4. Harga Diri Rendah Situasional


Nanda, 2018-2020
Domain 6. Kelas 2. Kode Diagnosis 00120
Definisi : Munculnya persepsi negative tentang makna sebagai respons
terhadap situasi saat ini

Batasan Karakteristik
- Tidak berdaya - Ungkapan negative tentang diri
- Perilaku bimbang - Tantangan situasi terhadap harga
- Perilaku tidak asertif diri
- Tanpa tujuan - Meremehkan kemampuan
menghadapi situasi

Faktor Yang Berhubungan


- Gangguan citra tubuh - Ketidakadekuatan pemahaman
- Gangguan peran sosial - Pola ketidakberdayaan
- Perilaku tidak konsisten dengan - Harapan diri tidak realistic
nilai
- Penurunan control terhadap
lingkungan

Populasi Berisiko
- Transisi perkembangan - Riwayat kehilangan
- Riwayat pelepasan - Riwayat penolakan
- Riwayat penyiksaan - Pola kegagalan

Kondisi Terkait
- Gangguan fungsi - Penyakit fisik

5. Ketidakefektifan Koping
Nanda, 2018-2020
Domain 9. Kelas 2. Kode Diagnosis 00069
Definisi : ketidakmampuan untuk membentuk penilaian valid tentang
stressor, ketidakadekuatan pilihan respons yang dilakukan, dan/ atau
ketidakmampuan untuk menggunakan sumber daya yang tersedia

Batasan karakteristik
- Perubahan konsentrasi - Ketidakmampuan memenuhi
- Perubahan pola tidur kebutuhan dasar
- Perubahan pola komunikasi - Ketidakmampuan memenuhi
- Perilaku destruktif terhadap orang harapan peran
lain - Strategi koping tidak efektif
- Perilaku destruktif terhadap diri - Akses dukungan sosial tidak
sendiri adekuat
- Kesulitan mengorganisasi informasi - Kurang perilaku yang berfokus
- Keletihan pada pencapaian tujuan
- Sering sakit - Kurang resolusi masalah
- Ketidakmampuan meminta bantuan - Ketidakmampuan mengatasi
- Ketidakmampuan mengikuti masalah
informasi - Perilaku mengambil risiko
- Ketidakmampuan menghadapi - Penyalahgunaan zat
situasi

Faktor Yang Berhubungan


- Derajat ancaman yang tinggi - Sumber yang tersedia tidak adekuat
- Ketidakmampuan mengubah energi - Gangguan pola melepaskan
yang adaptif ketegangan
- Penilaian ancaman tidak akurat - Persepsi control yang tidak adekuat
- Kurang percaya diri dalam - Kurang dukungan sosial
kemampuan mengatasi masalah
- Ketidakadekuatan kesempatan
untuk bersiap terhadap stressor

Populasi Berisiko
- Krisis maturase - Krisis situasi

6. Ansietas
Nanda, 2018-2020
Domain 9. Kelas 2. Kode Diagnosis 00146
Definisi : perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai
respons otonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh
individu), perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu,
akan adanya bahaya, dan memampukan individu untuk bertindak
menghadapi ancaman.

Batasan karakteristik
Perilaku
- Penurunan produktivitas - Kontak mata yang buruk
- Gerakan ekstra - Gelisah
- Melihat sepintas - Perilaku mengintai
- Tampak waspada - Khawatir tentang perubahan dalam
- Agitasi peristiwa hidup
- Insomnia

Afektif
- Kesedihan yang mendalam - Peka
- Gelisah - Gugup
- Distress - Senang berlebihan
- Ketakutan - Menggemerutukkan gigi
- Perasaan tidak adekuat - Menyesal
- Putus asa - Berfokus pada diri sendiri
- Sangat khawatir - Ragu

Fisiologis
- Wajah tegang - Gemetar
- Tremor tangan - Tremor
- Peningkatan keringat - Suara bergetar
- Peningkatan ketegangan

Simpatis
- Gangguan pola pernafasan - Peningkatan tekanan darah
- Anoreksia - Peningkatan denyut nadi
- Peningkatan reflex - Peningkatan frekuensi pernapasan
- Eksitasi kardiovaskular - Dilatasi pupil
- Diare - Vasokontriksi superfisial
- Mulut kering - Kedutan otot
- Wajah memerah - Lemah
- Palpitasi jantung

Parasimpatis
- Nyeri abdomen - Keletihan
- Perubahan pola tidur - Mual
- Penurunan tekanan darah - Kesemutan pada ekstremitas
- Penurunan denyut nadi - Sering berkemih
- Diare - Anyang-anyangan
- Pusing - Dorongan segera berkemih

Kognitif
- Gangguan perhatian - Penurunan kemampuan untuk
- Gangguan konsentrasi memecahkan masalah
- Menyadari gejala fisiologis - Lupa
- Bloking pikiran konfusi - Preokupasi
- Penurunan lapang persepsi - Melamun
- Penurunan kemampuan untuk - Cenderung menyalahkan orang lain
belajar
Faktor Yang Berhubungan
- Konflik tentang tujuan hidup - Ancaman kematian
- Hubungan interpersonal - Ancaman pada status terkini
- Penularan interpersonal - Kebutuhan yang tidak dipenuhi
- Stressor - Konflik nilai
- Penyalahgunaan zat

Populasi Berisiko
- Terpapar pada toksin - Perubahan besar
- Riwayat keluarga tentang ansietas - Krisis maturase
- Hereditas - Krisis situasi
Spiritual
1. Dukacita
Nanda, 2018-2020
Domain 9. Kelas 2. Kode Diagnosis 00136
Definisi : suatu proses konpleks yang normal meliptui respons dan
perilaku emosional, fisik, spiritual, sosial dan intelektual ketika individu,
keluarga dan komunitas memasukkan kehilangan yang actual, adaptif, atau
diperspsikan ke dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Batasan Karakteristik
- Perubahan tingkat aktivitas - Distress
- Perubahan pola mimpi - Menemukan makna dalam
- Perubahan fungsi imun kehilangan
- Gangguan fungsi neurorndokrin - Memelihara hubungan dengan
- Perubahan pola tidur almarhum
- Marah - Terluka
- Menyalahkan - Perilaku panik
- Putus asa - Pertumbuhan personal
- Memisahkan diri - Distress psikologis
- Disorganisasi/ kacau
Faktor Yang Berhubungan
- Akan dikembangkan

Populasi Berisiko
- Antisipasi kehilangan hal yang - Kematian orang terdekat
bermakna - Kehilangan objek penting
- Antisipasi kehilangan orang
terdekat

2. Distress spiritual
Nanda, 2018-2020
Domain 10. Kelas 3. Kode Diagnosis 00066
Definisi : suatu keadaan menderita yang berhubungan dengan hambatan
kemampuan untuk mengalami makna hidup melalui hubungan dengan diri
sendiri, dunia, atau kekuatan yang Maha Tinggi

Batasan Karakteristik
- Ansietas - Insomnia
- Menangis - Mempertanyakan identitas
- Keletihan - Mempertanyakan makna hidup
- Kekuatan - Mempertanyakan makna penderita

Hubungan dengan Diri Sendiri


- Marah - Kurang diterima
- Kurang pasrah - Strategi koping tidak efektif
- Perasaan tidak dicintai - Kurang dorongan
- Rasa bersalah - Merasa hidup kurang bermakna

Hubungan dengan Orang Lain


- Perasaan asing - Menolak interaksi dengan orang
- Menolak interaksi dengan terdekat
pemimpin spiritual - Perpisahan dari sistem pendukung
Hubungan dengan Seni, Musik, Literatur, Alam
- Penurunan ekspresi tentang pola - Tidak berminat membaca literatur
kreativitas sebelumnya spiritual
- Tidak beminat pada alam

Hubungan dengan Kekuatan yang Lebih Besar dari Diri Sendiri


- Marah terhadap kekuatan yang - Ketidakmampuan berpartisipasi
lebih besar dari dirinya dalam aktivitas keagamaan
- Perasaan diabaikan - Ketidakmampuan berdoa
- Tidak berdaya - Mengungkapkan penderitaan
- Ketidakmampuan berintrospeksi - Meminta menemui pemimpin
- Ketidakmampuan mengalami keagamaan
pengalaman religiositas - Perubahan yang tiba-tiba dalam
praktik spiritual

Faktor Yang Berhubungan


- Ansietas - Kesepian
- Hambatan mengalami kasih saying - Harga diri rendah
- Perubahan ritual religious - Nyeri
- Perubahan praktik spiritual - Persepsi tentang tugas yang tidak
- Konflik budaya selesai
- Depresi - Asing tentang diri sendiri
- Perubahan lingkungan - Perpisahan dari sistem pendukung
- Ketidakmampuan memaafkan - Asing tentang sosial
- Peningatan ketergantungan pada - Gangguan sosiokultural
orang lain - Stressor
- Hubungan yang tidak efektif - Penyalahgunaan zat

Populasi Berisiko
- Penuaan - Mengalami bencana alam
- Kelahiran bayi - Konflik rasial
- Kematian orang terdekat - Menerima berita buruk
- Mengalami kejadian kematian - Kejadiaan hidup tidak terduga
- Transisi kehidupan
- Kehilangan

Kondisi terkait
- Menjelang ajal - Kehilangan bagian tubuh
- Penyakit kronik - Kehilangan fungsi bagian tubuh
- Sakit - Penyakit fisik
- Ancaman kematian - Program pengobatan

2.10. Perawatan Sehari-hari Lanjut Usia

1. Kebersihan Mulut

Bagi lanjut usia yang menggunakan gigi palsu (prostese), dapat dirawat

sebagai berikut :

a. Gigi palsu dilepas, dikeluarkan dari mulut dengan menggunakan kain

kasa atau sapu tangan yang bersih. Bila mengalami kesulitan, ia dapat

dibantu oleh keluarga/perawat

b. Kemudian gigi palsu disikat perlahan di bawah air mengalir sampai

bersih. Bila perlu, pasta gigi dapat digunakan

c. Pada waktu tidur, gigi palsu tidak dipakai dan direndam di dalam air

bersih dalam gelas. Tidak boleh direndam dalam air panas atau

dijemur. Bagi yang sudah tidak mempunyai gigi atau memakai gigi

palsu, setiap kali habis makan, ia harus berkumur-kumur untuk

mengeluarkan sisa makanan yang melekat di antara gigi. Bagi yang


masih mempunyai gigi, tetapi karena kondisinya lemah atau lumpuh,

usaha membersihkan gigi dan mulut dapat dilakukan dengan bantuan

keluarga atau jika tinggal di panti, ia dibantu perawat atau petugas.

Perawatan gigi untuk lanjut usia

Alat

1. Sikat gigi (oleskan pasta gigi secukupnya di atas sikat gigi)

2. Air bersih dalam gelas kumur

3. Baskom plastic berukuran sedang untuk membuang air kumur

4. Handuk untuk alas di dada agar tidak basah dan untuk mengelap mulut

setelah sikat gigi selesai

Cara

1. Alat (baskom, sikat gigi, pasta gigi, dan handuk) diletakkan di atas

meja kecil atau kursi di dekat tempat tidur

2. Usahakan dduk dengan posisi yang nyaman. Bila tidak dapat duduk,

usahakan untuk dapat duduk setengah miring dengan cara

meninggikan bantal untuk menahan punggungnya

3. Handuk direntangkan melebar sehingga menutup dada agar tidak basah

4. Sikat gigi secara perlahan, mulai dari bagian luar, lalu ke dalam dan

kebelakang gigi. Arah menyikat dari atas ke bawah untuk gigi bagian

bawah agar kotoran/sisa makanan dapat tersapu

5. Beri air bersih untuk kumur sampai bersih

6. Sisa air kumur dituangkan dan ditampung dalam baskom plastic

7. Bersihkan sekitar mulut dengan handuk hingga bersih dan kering


2. Kebersihan Kulit dan Badan

Fungsi kulit antara lain :

1. Melinduni bagian tubuh/jaringan di bawahnya terhadap pukulan, untuk

mencegah masuknya kuman penyakit, kedinginan, dan lain-lain

2. Sebagai panca indra perasa dan peraba

3. Mengatur suhu badan

4. Mengeluarkan ampas berupa zat yang tidak terpakai (keringat)

5. Tempat memasukkan obat injeksi

Pengawasan yang perlu dilakukan selama perawatan kulit adalah :

1. Memeriksa ada/tidaknya lecet

2. Mengoleskan minyak pelembab kulit setiap selesai mandi agar kulit

tidak terlalu kering atau keriput

3. Menggunakan air hangat untuk mandi, yang berguna merangsang

peredaran darah dan mencegah kedinginan

4. Menggunakan sabun yang halus dan jangan terlalu sering karena hal

ini dapat mempengaruhi keadaan kulit yang sudah kering dan keriput.

Memandikan klien usia lanjut

Persiapan

1. Sediakan air hangat kuku dalam dua baskom

2. Sediakan waslap (handuk kecil) dan handuk. Jika mungkin, masing-

masing dua buah


3. Sabun mandi dalam tempatnya

4. Talk bedak atau losion badan (krim pelembab)

5. Pakaian dan sapu tangan bersih, sisir untuk wanita, mungkin juga

bedak.

Pelaksanaan

1. Setelah semua alat tersedia, tutup pintu dan jendela

2. Jelaskan kepada klien mengenai kegiatan yang akan dilakukan

3. Buka pakaian bagian atas dada, kemudian mulai menyeka bagian

wajah (tanpa sabun, kecuali diminta)

4. Bilas dengan waslap hingga bersih dan kering

5. Kemudian, berturut-turut menyeka tangan dan lenngan. Mulai lengan

datangan yang jauh dari penolong, kemudian tangan dan lengan yang

dekat. Seka bagian dada seperti lengan dan tangan, lalu keringkan dan

beri talk atau losion.

6. Setelah selesai, tutup dada dengan kain selimut, lalu keringkan. Beri

losion atau talk

7. Bagian akhir yang diseka adalah anggota badan bagian bawah. Seka

anggota bagian bawah dengan air bersih sebelumnya. Lalu seka

selangkangan atau bagian kemaluan. Jangan sampai ada sisa sabun

yang tertinggal. Yakinkan keadaan klien benar-benar bersih dan

kering.

8. Ganti pakaian yang bersih, rapikan tempat tidur


3. Kebersihan Kepala dan Rambut

Hal yang harus diperhatikan ketika membersihakn kepala dan rambut

1. Bila terdapat ketombe atau kutu rambut, obat dapat diberikan,

misalnya Peditox

2. Untuk rmabut yang kering, bisa diberi minyak atau orang-aring atau

lainnya

3. Untuk mereka yang sama sekali tidak mencuci rambutnya sendiri, baik

karena sakit atau kondisi fisiknya tidak memungkinkan, dapat mencuci

rambut di tempat tidur dengan bantuan salah satu anggota keluarga

atau perawat

4. Bila lanjut usia lebih sering atau banyak berbaring di tempat tidur,

perawat harus lebih memperhatikan kebersihan rambut klien,

mengingat posisi tidur sering membuat rambut kusut, kering baud an

gatal.

Mencuci Rambut

Persiapan

1. Sediakan air hangat secukupnya di baskom/ember plastic. Satu ember

berisi air hangat dan satu lagi untuk menampung air kotor

2. Siapkan sampo, sisir, handuk, dan alas dari kain karet atau plastic

Pelaksanaan
1. Letakkan kepala di tepi tempat tidur dan beri alas kain karet atau kain

plastic di bawah kepala, yang dihubungkan dengan ember kosong

penampung air kotor, yang diletakkan di bawah tempat tidur

2. Basahi rambut sedikit demi sedikit dan bubuhkan sampo. Lakukan 2

kali, kemudian bilas hingga bersih

3. Usapkan dan gosok sampo itu di kepala hingga rata

4. Bilas sampai bersih

5. Keringkan dengan handuk

2.11. Pendekatan Perawatan Lanjut Usia

1. Pendekaan Fisik

Perawatan fisik umum pada klien lanjut usia dapat dibagi atas dua bagian,

yakni :

a. Klien lanjut usia yang masih aktif memiliki keadaan fisik yang masih

mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga untuk kebutuhan

sehari-hari, ia mampu melakukan sendiri.

b. Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun, keadaan fisiknya

mengalami kelumpuhan atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar

perawatan klien lanjut usia ini, terutama tentang hal yang berhubungan

dengan kebersihan perseorangan untuk memeprtahankan

kesehatannya.

2. Pendekatan Psikis
Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan

pendekatan edukatif pada klien lanjut usia. Perawat dapat berperan sebagai

pendukung dan interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, penampung

rahasia pribadi, dan sahabat yang akrab.

Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam

memberi kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima

berbagai bentuk keluhan agar lanjut usia merasa puas. Perawat harus selalu

memegang prinsip “Triple S”, yaitu sabar, simpatik, dan service. Sabar

memang mudah diucapkan, tetapi sulit untuk dilaksanakan. Perawat harus

simpatik, artinya perawat harus mempunyai perilaku yan terpuji, ramah,

banyak menebar senyum, sopan, santun, rendah hati, dan sentuhan.

Pada dasarnya, klien lanjut usia membutuhkan rasa aman dan cinta

kasih dari lingkungan, termasuk perawat yang meberi perawatan. Oleh

karena itu, perawat harus selalu meciptakan suasana yang aman, tidak

gaduh, membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam batas kemampuan

dan hobi yang dimiliki.

3. Pendekatan Sosial

Berdiskusi serta bertukar pikiran dan cerita merupakan salah satu

upaya perawat dalam melakukan pendekatan sosial. Memberi kesempatan

untuk berkumpul bersama klien lanjut usia berarti menciptakan sosialisasi

mereka. Jadi, pendekatan sosial ini merupakan pegangan perawat bahwa

orang yang dihadapinya adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang

lain.
Perawat memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada lanjut

usia untuk mengadakan komunikasi, melakukan rekreasi (misalnya, jalan

pagi, menonton flim, atau hiburan). Lanjut usia perlu dirangsang untuk

mengetahui dunia luar, misalnya menonton televise, mendengarkan radio,

atau membaca surat kabar dan majalah. Pendekatan komunikasi dalam

perawatan tidak kalah pentingnya dengan upaya pengobatan medis dalam

proses penyembuhan atau ketenangan klien lanjut usia. Tidak sedikit klien

yang tidak dapat tidur karena stress, stress memikirkan penyakitnya, biaya

hidup, keluarga yang dirumah, sehingga menimbulkan kekecewaan,

ketakutan atau kekhawatiran, rasa kecemasan dan sebagainya.

4. Pendekatan Spiritual

Dalam menghidupi kematian, setiap klien lanjut usia akan memberi

reaksi yang berbeda, bergantug pada kepribadian dan cara mereka

menghadapi hidup. Oleh karena itu, perawat harus meneliti dengan cermat,

apa kelemahan dan kekuatan klien, agar perawat selanjutnya lebih terarah.

Bila kelemahan terletak pada segi spiritual, sudah selayaknya perawat dan

tim berkewajiban mencari upaya agar klien lanjut usia ini dapat

diringankan penderitaannya. Perawat bisa memberikan kesempatan pada

klien lanjut usia untuk melaksanakan ibadahnya, atau secara langsung

memberi bimbingan rohani dengan menganjurkan melaksanakan

ibadahnya seperti membaca kitab atau membantu lanjut usia dalam

menunaikan kewajiban terhadap agama yang dianutnya.

Anda mungkin juga menyukai