Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI PADA LANSIA

Disusun Oleh :

HIZAM ZULFHI

1911102412042

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
TAHUN AJARAN 2019/2020
A. Definisi Lansia
1. Pengertian Lanjut Usia
Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lansia apabila
usianya 60 tahun ke atas,baik pria maupun wanita. Sedangkan Departeman
kesehatan RI menyebutkan seseorang dikatakan berusia lanjut usia dimulai
dari usia 55 tahun keatas. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) usia
lanjut dimulai dari usia 60 tahun (Indriana, 2012).
Menua (aging process) merupakan proses universal yang terjadi pada
setiap manusia dan dimulai dari kelahiran sampai dengan menjadi tua
(Miller,2018)
Perjalanan proses menua ini merupakan proses alami yang mencakup
penurunan fungsi fisik, psikologis, sosial, dan spiritual (Touhy , 2018).

2. Batasan Umur Lanjut Usia


Batasan-batasan umur yang mencakup batasan umur lansia dari
pendapat berbagai ahli yang di kutip dari Nugroho (2008) :
a. Menurut undang-undang nomor 13 tahun 1998 dalam bab I pasal 1
ayat II yang berbunyi “lanjut usia adalah seseorang yang mencapai
usia 60 tahun keatas”
b. Menurut WHO:
1) Usia pertengahan : 45-59 tahun
2) Lanjut usia : 60 – 74 tahun
3) Lanjut usia tua : 75- 90 tahun
4) Usia sangat tua : diatas 90 tahun
(Kushariyadi, 2010)

3. Perubahan yang terjadi pada lanjut usia


Menurut Mujahidullah (2012) beberapa perubahan yang akan
terjadi pada lansia diantaranya adalah perubahan fisik,intlektual, dan
keagamaan.
a. Perubahan fisik
1) Sel, saat seseorang memasuki usia lanjut keadaan sel
dalam tubuh akan berubah, seperti jumlahnya yang
menurun, ukuran lebuh besar sehingga mekanisme
perbaikan sel akan terganggu dan proposi protein di otak,
otot, ginjal, darah dan hati beekurang.
2) Sistem persyarafan, keadaan system persyarafan pada
lansia akan mengalami perubahan, seperti mengecilnya
syaraf panca indra. Pada indra pendengaran akan terjadi
gangguan pendengaran seperti hilangnya kemampuan
pendengaran pada telinga. Pada indra penglihatan akan
terjadi seperti kekeruhan pada kornea, hilangnya daya
akomodasi dan menurunnya lapang pandang. Pada indra
peraba akan terjadi seperti respon terhadap nyeri
menurun dan kelenjar keringat berkurang. Pada indra
pembau akan terjadinya seperti menurunnya kekuatan
otot pernafasan, sehingga kemampuan membau juga
berkurang.
3) Sistem gastrointestinal, pada lansia akan terjadi
menurunya selara makan , seringnya terjadi konstipasi,
menurunya produksi air liur(Saliva) dan gerak peristaltic
usus juga menurun.
4) Sistem genitourinaria, pada lansia ginjal akan mengalami
pengecilan sehingga aliran darah ke ginjal menurun.
5) Sistem musculoskeletal, pada lansia tulang akan
kehilangan cairan dan makin rapuh, keadaan tubuh akan
lebih pendek, persendian kaku dan tendon mengerut.
6) Sistem Kardiovaskuler, pada lansia jantung akan
mengalami pompa darah yang menurun , ukuran jantung
secara kesuruhan menurun dengan tidaknya penyakit
klinis, denyut jantung menurun , katup jantung pada
lansia akan lebih tebal dan kaku akibat dari akumulasi
lipid. Tekanan darah sistolik meningkat pada lansia kerana
hilangnya distensibility arteri. Tekanan darah diastolic
tetap sama atau meningkat.
b. Perubahan intelektual
Menurut Hochanadel dan Kaplan dalam Mujahidullah
(2012), akibat proses penuaan juga akan terjadi kemunduran
pada kemampuan otak seperti perubahan intelegenita Quantion
( IQ) yaitu fungsi otak kanan mengalami penurunan sehingga
lansia akan 11 mengalami kesulitan dalam berkomunikasi
nonverbal, pemecehan masalah, konsentrasi dan kesulitan
mengenal wajah seseorang. Perubahan yang lain adalah
perubahan ingatan , karena penurunan kemampuan otak maka
seorang lansia akan kesulitan untuk menerima rangsangan yang
diberikan kepadanya sehingga kemampuan untuk mengingat
pada lansia juga menurun.
c. Perubahan keagamaan
Menurut Maslow dalam Mujahidin (2012), pada umumnya
lansia akan semakin teratur dalam kehidupan keagamaannya,
hal tersebut bersangkutan dengan keadaan lansia yang akan
meninggalkan kehidupan dunia.
d. Tugas perkembangan pada lanjut usia
Menurut Havighurst dalam Stanley (2007), tugas
perkembangan adalah tugas yang muncul pada periode tertentu
dalam keidupan suatu individu. Ada beberapa tahapan
perkembangan yang terjadi pada lansia, yaitu :
1) Penyesuaikan diri kepada penurunan kesehatan dan
kekuatan fisik.
2) Penyesuaian diri kepada masa pension dan hilangnya
pendapatan.
3) Penyesuaaian diri kepada kematian pasangan dan orang
terdekat lainnya.
4) Pembantukan gabungan (pergelompokan) yang sesuai
denganya.
5) Pemenuhan kewajiban social dan kewarganegaraan.
6) Pembentukan kepuasan pengaturan dalam kehidupan.
B. Definisi Hipertensi
Suatu keadaan dimana tekanan systole dan diastole mengalami kenaikan
yang melebihi batas normal ( tekanan systole diatas 140 mmHg dan tekanan
diastole diatas 90 mmHg) (Murwani, 2009).
Kondisi abnormal dari hemodinamik, dimana menurut WHO tekanan
sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan diastolic >90 mmHg (untuk usia <60
tahun) dan tekanan sistolik ≥160 mmHg dan atau tekanan diastolic >95 mmHg
(untuk usia >60 tahun) (Nugroho, 2011).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal yang ditunjukan oleh angka systolic
(bagian atas) dan bawah (diastolic) (Pudiastuti, 2011).

1. Klasifikasi
Menurut Herlambang (2013) penyakit darah tinggi atau hipertensi
dikenal dengan 2 jenis klasifikasi, diantaranya hipertensi primary dan
hipetensi secondary.
a. Hipertensi primary adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan
darah tinggi sebagai akibat dampak dari gaya hidup seseorang dan
faktor lingkungan. Seseorang yang pola makannya tidak terkontrol
dan mengakibatkan kelebihan berat badan atau bahkan obesitas,
merupakan pencetus awal untuk terkena penyakit tekanan darah
tinggi. Begitu pula seseorang yang berada dalam lingkungan atau
kondisi stressor tinggi sangat mungkin terkena penyakit tekanan
darah tinggi, termasuk orang-orang yang kurang olahraga pun
mengalami tekanan darah tinggi.
b. Hipertensi secondary adalah suatu kondisi dimana terjadinya
peningkatan tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang
mengalami/menderita penyakit lainnya seperti gagal jantung, gagal
ginjal, atau kerusakan sistem hormon tubuh. Sedangkan pada ibu
hamil tekanan darah secara umum meningkat saat kehamilan
berusia 20 minggu. Terutama pada wanita yang berat badannya
diatas normal atau gemuk (obesitas). Hipertensi sistolik terisolasi,
tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan
diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam
kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut.
Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami
kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai
usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-
60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan
menurun drastis.

Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the


Detection and Treatment of Hipertension
1) Diastolik
 < 85 mmHg : Tekanan darah normal
 85 – 99 : Tekanan darah normal tinggi
 90 -104 : Hipertensi ringan
 105 – 114 : Hipertensi sedang
 >115 : Hipertensi berat

2) Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg)


 < 140 mmHg : Tekanan darah normal
 140 – 159 :Hipertensi sistolik perbatasan terisolasi
 160 > : Hipertensi sistolik teriisolasi

2. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik
(idiopatik). Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output
atau peningkatan tekanan perifer.  Namun ada beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya hipertensi:
a. Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi
atau transport  Na.
b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang
mengakibatkan tekanan darah meningkat.
c. Stress Lingkungan.
d. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua
serta pelebaran pembuluh darah.

3. Patofisiologi
Tekanan akan sangat mempengaruhi terhadap tingginya desakan darah.
Tekanan ini terjadi pada pembuluh darah perifer. Tahanan terbesar di alami
oleh arteriolae sehingga perbedaan desakan besar bila arteriolae
menyempit akan menaikkan desakan darah. Stadium pertama dari
hipertensi sensiil adalah kenaikan tonus dari arteriolae. (Arita Murwani,
2008).
Hipertensi disebabkan oleh banyak faktor penyebab seperti
penyempitan arteri renalis atau penyakit parenkim ginjal, berbagai obat,
disfungsi organ, tumor dan kehamilan. Gangguan emosi, obesitas, konsumsi
alkohol yang berlebihan, rangsangan kopi yang berlebihan, tembakau dan
obat-obatan dan faktor keturunan, faktor umur. Faktor penyebab diatas
dapat berpengaruh pada sistem saraf simpatis.
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor pada medula diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke korda spinalis dan keluar
dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis ditoraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui sistem jarak simpatis ke ganglia simpatis. Pada
titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin yang merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah dengan dilepaskannya
norepinefrin mengakibatkan kontriksi pembuluh darah. Pada saat
bersamaan sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respon rangsang emosi kelenjar adrenal terangsang, vasokonstriksi
bertambah.
Medula adrenal mensekresi epinofrin menyebabkan vasokontriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid yang memperkuat respons
vasokontriksi dan mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal
merangsang pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiptensin
I dan diubah menjadi angiotensin II yang mengakibatkan retensi natrium
dan air yang menimbulkan odema.
Vasokontriksi pembuluh darah juga mengakibatkan peningkatan
tahanan perifer, meningkatnya tekanan arteri juga meningkatkan aliran
balik darah vena ke jantung dalam keadaan ini tubuh akan berkompensasi
untuk meningkatkan curah jantung mengalami penurunan. Hal ini
mempengaruhi suplai O2 miokardium berkurang yang menimbulkan
manifestasi klinis cianosis, nyeri dada/ angina, sesak dan juga
mempengaruhi suplai O2 ke otak sehingga timbul spasme otot sehingga
timbul keluhan nyeri kepala/pusing, sakit pada leher.
Tingginya tekanan darah yang terlalu lama akan merusak pembuluh
darah diseluruh tubuh seperti pada mata menimbulkan gangguan pada
penglihatan, jantung, ginjal dan otak karena jantung dipaksa meningkatkan
beban kerja saat memompa melawan tingginya tekanan darah. Diotak
tekanan darah tinggi akan meningkatkan tekanan intra kranial yang
menimbulkan manifestasi klinis penurunan kesadaran, pusing,
mual/muntah dan gangguan pada penglihatan kadang-kadang sampai
menimbulkan kelumpuhan. (Smeltzer, 2012).
Pertimbangan gerontologist, perubahan stuktural dan fungsional pada
sistem pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah
yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat, ddan penurunan dalam relaksasi otot
polos pembuluh darah, yang pada giliranya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan
arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume
darah yang dipompa oleh jantung ( volume sekuncup), mengakibatkan
penurunan curah jantung dan peningkatan tahan perifer (Brunner &
Suddarth, 2012).
4. Pathway Hipertensi

Konsumsi Alkohol Kurang Usia diatas 50 Kelainan fungsi Feokromositoma


Obesitas Merokok Stres
Garam berlebih Olahraga tahun ginjal

Penimbunan Nikotim dan Peningkatan Menghasilkan


Pelepasan kadar kortisol Nikotim dan Penebalan Tidak mampu hormon
Kolesterol karbon Retensi Cairan
adrenalin dan karbon dinding aorta membuang epinefrin dan
Monoksida
kortisol Monoksida dan pembuluh sejumlah garam norepinefrin
masuk aliran
Penyempitan masuk aliran darah besar dan air di dalam
darah
pembuluh Peningkatan darah tubuh
Vasokonstriksi volume darah Meningkatnya
darah Merusak lapisan pembuluh darah dan sirkulasi sel darah merah Efek konstriksi
endotel Elastisitas
pembuluh darah arteri perifer pembuluh darah Volume darah
menurun dalam tubuh
Meningkatnya meningkat
viskositas
Aterosklerosis Tahanan perifer
meningkat

Jantung bekerja keras untuk memompa


HIPERTENSI

OTAK GINJAL INDRA


KENAIKAN BEBAN
KERJA JANTUNG

Vasokonstriksi
Suplai O2 ke otak Retensi pembuluh Retina Telinga
pembuluh darah
menurun darah otak Hipertrofi otot jantung
ginjal
meningkat
Spasme Arteriola Suara berdenging
Ketidak seimbangan O2
dengan kebutuhan tubuh Respon RAA Penurunan fungsi
Tekanan pembuluh otot jantung
darah meningkat Diplopia
meningkat Gangguan
perfusi perifer tidak Vasokonstriksi Keseimbangan
efektif Penurunan Curah
Jantung
Rangsang
Nyeri Kepala Resiko Cedera
aldosteron

Intoleransi Aktivitas
Nyeri Akut Retensi natrium

Oedem

Ketidak Sumber :
Seimbangan
Tjokronegoro & Utama, 2001; Smeltzer & Bare, 2002; John, 2003;
volume cairan
Sodoyo, 2006; Ruhyanuddin, 2007.
5. Manifestasi Klinis
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala;
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan
dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal
sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan
dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi
baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan
darah yang normal. Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak
diobati, bisa timbul gejala berikut (Kristanti, 2013):
a. Sakit kepala
b. Kelelahan
c. Mual
d. Muntah
e. Sesak nafas
f. Gelisah

Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada


otak, mata, jantung dan ginjal. Kadang penderita hipertensi berat
mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi
pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang
memerlukan penanganan segera. Tanda dan gejala pada hipertensi
dibedakan menjadi : (Edward K Chung, 2013).

a. Tidak Ada Gejala


Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

b. Gejala Yang Lazim


Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan
gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari
pertolongan medis.

6. Komplikasi
Hipertensi tidak dapat secara langsung membunuh penderitanya,
melainkan hipertensi memicu terjadinya penyakit lain yang tergolong kelas
berat alias mematikan. Laporan Komite Nasional Pencegahan, Deteksi,
Evaluasi dan Penanganan Hipertensi menyatakan bahwa tekanan darah
yang tinggi dapat meningkatkan resiko serangan jantung, gagal jantung,
stroke dan gagal ginjal (Wahdah, 2011).

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan penunjang menurut Murwani (2009):
1) Mengukur tekanan darah, pada kedua tangan ketika pasien
terlentang dan tegak setiap 1-2 jam sekali
2) Mengukur berat badan,tinggi badan ( BB ideal, gemuk, obesitas)
3) Pemeriksaan khusus:
 Jantung ( pada gagal jantung kanan terjadi oedema perifer,
sesak napas)
 ECG
 Foto Thorax
 Echocardiogram
 Pada mata fundus copi (pembuluh darah pada retina menjadi
tipis)
4) Pemeriksaan darah : cholesterol, uric acid, gula darah, creatinin,
ureum, clearance, trigliserida, electrolit.
5) Pemeriksaan IVP.

b. Kriteria diagnostik dan pemeriksaan penunjang menurut Nugroho


(2011):
1) Kriteria diagnostik:
 Tekanan darah diatas normal
 Sebagian kecil mengeluh : sakit kepala, berdebar-debar, dll.
 Gejala yang muncul tergantung organ yang terkena
2) Pemeriksaan penunjang:
 Mencari factor resiko: kolesterol serum, trigliserida, gula darah.
 Mencari komplikasi : ureum, kreatinin, proteinuria, ronsen
torak

8. Penatalaksanaan
a. Medis
1) Pengobatan hipertensi sekunder lebih mengutamakan pengobatan
causal
2) Pengobatan hipertensi primer ditujukan untuk enurunkan tekanan
darah dengan harapan meprpanjang umur dan mengurangi
timbulnya komplikasi.
3) Upaya menurnkan tekanan darah ilakukan dengan mengunakan
obat anti hipertensi selain dengan perubaha gaya hidup.
4) Pengobatan hipertensi primer adalah pengobatan jangka panjang
dengan memunkginakn besat untuk seumur hidup.
5) Terapi :
a) Diet rendah garam
b) Penurunan berat badan, olahraga, latihan jiwa ( yoga, dll.)
c) Diuretic
d) Penghambat adrenergic
e) Penyekat alfa 1
f) Penyekat beta
g) Vasodilator
h) Penghambat Ace Inhibitor
i) Penghambat kalsium
6) Penyulit :
a) Perdarahan otak, perdarahan retina, dekompensasi cordis.
b) Stroke, penyakit jantung, gagal ginjal.
7) Lama Perawatan : 1 minggu.
b. Keperawatan
a) Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
1) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
2) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
3) Penurunan berat badan
4) Penurunan asupan etanol
5) Menghentikan merokok
b) Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang
dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang
mempunyai empat prinsip yaitu :
1) Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari,
jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain
2) Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas
aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut
zona latihan.
3) Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam
zona latihan
4) Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x
perminggu
c) Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
1) Tehnik Biofeedback --> Biofeedback adalah suatu tehnik yang
dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda
mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek
dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama
dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala
dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti
kecemasan dan ketegangan.
2) Tehnik relaksasi --> Relaksasi adalah suatu prosedur atau
tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau
kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar
membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
d) Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya
sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah
komplikasi lebih lanjut.
e) Kolaborasi
Kolaborasi dengan dokter mengenai terapi obat dan fisioterapi
(Pudiastuti, 2011).

9. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi jantung
b. Perfusi perifer tidak efektif b/d peningkatan tekanan darah
c. Nyeri Akut b/d agen cedera fisiologis
d. Resiko jatuh dengan faktor resiko usia dewasa > 65 tahun
10. Tabel Perencanaan dan Intervensi Keperawatan
NO SDKI SLKI SIKI
1. Penurunan curah Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan penurunan curah jantung mendapatkan indicator : Perawatan Jantung
jantung b/d 1.Meningkat, 2.Cukup Meningkat, 3.Sedag, 4.Cukup Menurun, 5.Menurun Observasi :
perubahan INDIKATOR 1 2 3 4 5 1. Identifikasi tanda/gejala primer
1. Palpitasi
frekuensi jantung penurunan curah jantung,dipsnea,
2. Bradikardi
3. Takikardi kelelahan edema, ortopnea,
4. Lelah peningkatan CVP.
5. Edem
6. Berat badan 2. Monitor tekanan darah
7. Sianosis 3. Monitor intake dan ouput cairan
1.Memburuk, 2.Cukup Memburuk, 3.Sedang, 4.Cukup Membaik, 5. Membaik
INDIKATOR 1 2 3 4 5
Terapeutik :
1. Tekanan Darah
2. Capillary Refill 1. berikan diet jantung yang sesuai.
Time (CRT) 2. Posisikan pasien semi fowler/fowler
3. Central Vena
dengan kaki ke bawah atau posisi
Pressure
nyaman.
3. Berikan terapi relaksasi untuk
mengurangi stress
4. Berikan dukungan emosional dan
spiritual
Edukasi :

1. Anjurkan aktivitas sesuai toleransi


2. Anjurkan pasien dan keluarga
mengukur berat badan harian
3. Anjurkan pasien dan keluarga
mengukur intake dan output cairan

Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian aritmia jika perlu
2. Perfusi perifer Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perfusi perifer mendapatkan indicator : Perawatan Sirkulasi
tidak efektif b/d 1.Memburuk, 2.Cukup Memburuk, 3.Sedang, 4.Cukup Membaik, 5. Membaik
peningkatan INDIKATOR 1 2 3 4 5 Observasi :
1 Pengisian Kapiler
tekanan darah 1. Periksa sirkulasi perifer (mis. Nadi
.
perifer, edema, pengisian kapiler,
2 Akral
warna, suhu, ankle brakial indeks)
.
3 Turgor Kulit 2. Indentifikasi factor resiko gangguan

. sirkulasi (mis diabetes, perokok, orang


4 Tekanan darah sistolik tua, hipertensi, dan kadar kolesterol
. tinggi).
5 Tekanan darah
3. Monitor panas, kemerahan, nyeri,
. diastolic
6 Tekanan Arteri rata- atau bengkak pada ekstremitas.
Terapeutik :
1. Lakukan pencegahan infeksi
2. Lakukan perawatan kaki dan kuku
3. Lakukan hidrasi

Edukasi :
1. Anjurkan berhenti merokok
. rata 2. Anjurkan berolahraga rutin
3. Anjurkan penggunaan obat penurun
tekanan darah, antikoagulan,
penurunan kolesterol jika perlu.
4. Anjurkan minum obat pengontrol
pekanan darah secara teratur.
5. Anjurkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi (mis. Rendah
lemak jenuh, minyak ikan omega 3).
3. Nyeri Akut b/d Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perfusi perifer mendapatkan indicator : Manajemen Nyeri

agen cedera 1.Menurun, 2.Cukup Menurun, 3.Sedag, 4.Cukup Meningkat, 5.Meningkat Observasi :

fisiologis INDIKATOR 1 2 3 4 5 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,


1 Melaporkan nyeri terkontrol
durasi , frekuensi, kualitas, intensitas
2. Kemampuan mengenali onset
nyeri
nyeri 2. Indetifikasi skala nyeri
3. Kemampuan mengenali
3. Identifikasi respon non verbal
penyebab nyeri
4. Identifikasi factor yang memperberat
4. Kemampuan menggunakan
dan memperingan nyeri
teknik non farmakologis
5. Dukungan orang terdekat 5. Monitor efek samping penggunaan
1.Meningkat, 2.Cukup Meningkat, 3.Sedag, 4.Cukup Menurun, 5.Menurun analgesic
INDIKATOR 1 2 3 4 5
1 Keluhan Nyeri
Terapeutik :
.
2 Penggunaan Analgetik 1. Berikan teknik nonfarmakologi untuk

. mengurangi rasa nyeri (mis.


TENS,hypnosis, akupresure, terapi
music, terapi pijat, aromaterapi,
tenik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain).
2. Fasilitasi istirahat tidur
3. Petimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemikihan strategi meredakan
nyeri.
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, priode, dan
pemicu nyeri.
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
5. Ajarkan tenik non farmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaboasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
4. Resiko jatuh Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perfusi perifer mendapatkan indicator : Pencegahan Jatuh

dengan faktor 1.Meningkat, 2.Cukup Meningkat, 3.Sedag, 4.Cukup Menurun, 5.Menurun Observasi :

resiko usia INDIKATOR 1 2 3 4 5 1. Identifikasi faktor risiko jatuh


1. Jatuh dari
2. Monitor kekmpuan berpindah
dewasa > 65
tempat tidur
dari tempat tidur ke kursi roda
tahun 2. Jatuh saat
dan sebaliknya
berdiri
3. Jatuh saat Terapeutik:

duduk 1. Orientasikan ruangan pada


4. Jatuh saat pasien dan keluarga
berjalan 2. Atur tempat tidur mekanis pada
5. Jatuh saat
posisi endah
berpindah
6. Jatuh saat 3. Gunakan alat bantu berjalan
4. Dekatkan bel panggil dalan
jangakauan klien
Edukasi :
1. Anjurkan memanggil perawat
menaiki
jika membutuhkan bantuhan
tangga
7. Jatuh saat berpindah
dikamar 2. Anjurkan menggunakan alas kaki
mandi yang tidak licin
8. Jatuh saat
3. Anjurkan berkonsentrasi untuk
membungkuk
menjaga keseimbangan tubuh
4. Anjurkan cara menggunakan bel
panggil untuk memanggil
perawat
DAFTAR PUSTAKA
Arita Murwani. (2008). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Edisi 1. Jogjakarta:
Fitramaya
Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 2.
Jakarta EGC
Herlambang. (2013). Menaklukkan Hipertensi dan Diabetes. Tugu Publisher:
Yogyakarta.
Indriana, Yeniar (2012). Gerentologi dan Progeria Pustaka Belajar : Yogyakarta
Kushariyadi, 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba
Medika.
Miller Carol A. (2018), Nursing for Wellness in Older Adults Edition 8, revised Wolters
Kluwer Law & Business
Mujahidullah Khalid (2012).Keperawatan Geriatrik Pustaka Belajar : Yogyakarta
Murwani, A., (2009). Perawatan pasien penyakit dalam. Yogyakarta : Offset Cendikia
Mitra
Nugroho, T. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah Dan Paenyakit
Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika
Notoatmojo (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni Rineka Cipta : Jakarta.
Pudiastuti, R. D. 2011. Penyakit Pemicu Stroke. Yogyakarta: Nuha Medika.
Smeltzer & Bare. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2). Jakarta : EGC.
Stanley dan Beare. 2007. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta, EGC.
Touhy, T. A., Jett, K.F.J. (2018). Ebersole and Hess’ Gerontological Nursing & Healthy
Aging, Fifth edittion St.Louis. Missouri : Elsevier Mosby
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (1st ed.).
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I).
Jakarta.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai