Disusun Oleh :
HIZAM ZULFHI
1911102412042
1. Klasifikasi
Menurut Herlambang (2013) penyakit darah tinggi atau hipertensi
dikenal dengan 2 jenis klasifikasi, diantaranya hipertensi primary dan
hipetensi secondary.
a. Hipertensi primary adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan
darah tinggi sebagai akibat dampak dari gaya hidup seseorang dan
faktor lingkungan. Seseorang yang pola makannya tidak terkontrol
dan mengakibatkan kelebihan berat badan atau bahkan obesitas,
merupakan pencetus awal untuk terkena penyakit tekanan darah
tinggi. Begitu pula seseorang yang berada dalam lingkungan atau
kondisi stressor tinggi sangat mungkin terkena penyakit tekanan
darah tinggi, termasuk orang-orang yang kurang olahraga pun
mengalami tekanan darah tinggi.
b. Hipertensi secondary adalah suatu kondisi dimana terjadinya
peningkatan tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang
mengalami/menderita penyakit lainnya seperti gagal jantung, gagal
ginjal, atau kerusakan sistem hormon tubuh. Sedangkan pada ibu
hamil tekanan darah secara umum meningkat saat kehamilan
berusia 20 minggu. Terutama pada wanita yang berat badannya
diatas normal atau gemuk (obesitas). Hipertensi sistolik terisolasi,
tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan
diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam
kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut.
Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami
kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai
usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-
60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan
menurun drastis.
2. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik
(idiopatik). Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output
atau peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya hipertensi:
a. Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi
atau transport Na.
b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang
mengakibatkan tekanan darah meningkat.
c. Stress Lingkungan.
d. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua
serta pelebaran pembuluh darah.
3. Patofisiologi
Tekanan akan sangat mempengaruhi terhadap tingginya desakan darah.
Tekanan ini terjadi pada pembuluh darah perifer. Tahanan terbesar di alami
oleh arteriolae sehingga perbedaan desakan besar bila arteriolae
menyempit akan menaikkan desakan darah. Stadium pertama dari
hipertensi sensiil adalah kenaikan tonus dari arteriolae. (Arita Murwani,
2008).
Hipertensi disebabkan oleh banyak faktor penyebab seperti
penyempitan arteri renalis atau penyakit parenkim ginjal, berbagai obat,
disfungsi organ, tumor dan kehamilan. Gangguan emosi, obesitas, konsumsi
alkohol yang berlebihan, rangsangan kopi yang berlebihan, tembakau dan
obat-obatan dan faktor keturunan, faktor umur. Faktor penyebab diatas
dapat berpengaruh pada sistem saraf simpatis.
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor pada medula diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke korda spinalis dan keluar
dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis ditoraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui sistem jarak simpatis ke ganglia simpatis. Pada
titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin yang merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah dengan dilepaskannya
norepinefrin mengakibatkan kontriksi pembuluh darah. Pada saat
bersamaan sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respon rangsang emosi kelenjar adrenal terangsang, vasokonstriksi
bertambah.
Medula adrenal mensekresi epinofrin menyebabkan vasokontriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid yang memperkuat respons
vasokontriksi dan mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal
merangsang pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiptensin
I dan diubah menjadi angiotensin II yang mengakibatkan retensi natrium
dan air yang menimbulkan odema.
Vasokontriksi pembuluh darah juga mengakibatkan peningkatan
tahanan perifer, meningkatnya tekanan arteri juga meningkatkan aliran
balik darah vena ke jantung dalam keadaan ini tubuh akan berkompensasi
untuk meningkatkan curah jantung mengalami penurunan. Hal ini
mempengaruhi suplai O2 miokardium berkurang yang menimbulkan
manifestasi klinis cianosis, nyeri dada/ angina, sesak dan juga
mempengaruhi suplai O2 ke otak sehingga timbul spasme otot sehingga
timbul keluhan nyeri kepala/pusing, sakit pada leher.
Tingginya tekanan darah yang terlalu lama akan merusak pembuluh
darah diseluruh tubuh seperti pada mata menimbulkan gangguan pada
penglihatan, jantung, ginjal dan otak karena jantung dipaksa meningkatkan
beban kerja saat memompa melawan tingginya tekanan darah. Diotak
tekanan darah tinggi akan meningkatkan tekanan intra kranial yang
menimbulkan manifestasi klinis penurunan kesadaran, pusing,
mual/muntah dan gangguan pada penglihatan kadang-kadang sampai
menimbulkan kelumpuhan. (Smeltzer, 2012).
Pertimbangan gerontologist, perubahan stuktural dan fungsional pada
sistem pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah
yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat, ddan penurunan dalam relaksasi otot
polos pembuluh darah, yang pada giliranya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan
arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume
darah yang dipompa oleh jantung ( volume sekuncup), mengakibatkan
penurunan curah jantung dan peningkatan tahan perifer (Brunner &
Suddarth, 2012).
4. Pathway Hipertensi
Vasokonstriksi
Suplai O2 ke otak Retensi pembuluh Retina Telinga
pembuluh darah
menurun darah otak Hipertrofi otot jantung
ginjal
meningkat
Spasme Arteriola Suara berdenging
Ketidak seimbangan O2
dengan kebutuhan tubuh Respon RAA Penurunan fungsi
Tekanan pembuluh otot jantung
darah meningkat Diplopia
meningkat Gangguan
perfusi perifer tidak Vasokonstriksi Keseimbangan
efektif Penurunan Curah
Jantung
Rangsang
Nyeri Kepala Resiko Cedera
aldosteron
Intoleransi Aktivitas
Nyeri Akut Retensi natrium
Oedem
Ketidak Sumber :
Seimbangan
Tjokronegoro & Utama, 2001; Smeltzer & Bare, 2002; John, 2003;
volume cairan
Sodoyo, 2006; Ruhyanuddin, 2007.
5. Manifestasi Klinis
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala;
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan
dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal
sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan
dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi
baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan
darah yang normal. Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak
diobati, bisa timbul gejala berikut (Kristanti, 2013):
a. Sakit kepala
b. Kelelahan
c. Mual
d. Muntah
e. Sesak nafas
f. Gelisah
6. Komplikasi
Hipertensi tidak dapat secara langsung membunuh penderitanya,
melainkan hipertensi memicu terjadinya penyakit lain yang tergolong kelas
berat alias mematikan. Laporan Komite Nasional Pencegahan, Deteksi,
Evaluasi dan Penanganan Hipertensi menyatakan bahwa tekanan darah
yang tinggi dapat meningkatkan resiko serangan jantung, gagal jantung,
stroke dan gagal ginjal (Wahdah, 2011).
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan penunjang menurut Murwani (2009):
1) Mengukur tekanan darah, pada kedua tangan ketika pasien
terlentang dan tegak setiap 1-2 jam sekali
2) Mengukur berat badan,tinggi badan ( BB ideal, gemuk, obesitas)
3) Pemeriksaan khusus:
Jantung ( pada gagal jantung kanan terjadi oedema perifer,
sesak napas)
ECG
Foto Thorax
Echocardiogram
Pada mata fundus copi (pembuluh darah pada retina menjadi
tipis)
4) Pemeriksaan darah : cholesterol, uric acid, gula darah, creatinin,
ureum, clearance, trigliserida, electrolit.
5) Pemeriksaan IVP.
8. Penatalaksanaan
a. Medis
1) Pengobatan hipertensi sekunder lebih mengutamakan pengobatan
causal
2) Pengobatan hipertensi primer ditujukan untuk enurunkan tekanan
darah dengan harapan meprpanjang umur dan mengurangi
timbulnya komplikasi.
3) Upaya menurnkan tekanan darah ilakukan dengan mengunakan
obat anti hipertensi selain dengan perubaha gaya hidup.
4) Pengobatan hipertensi primer adalah pengobatan jangka panjang
dengan memunkginakn besat untuk seumur hidup.
5) Terapi :
a) Diet rendah garam
b) Penurunan berat badan, olahraga, latihan jiwa ( yoga, dll.)
c) Diuretic
d) Penghambat adrenergic
e) Penyekat alfa 1
f) Penyekat beta
g) Vasodilator
h) Penghambat Ace Inhibitor
i) Penghambat kalsium
6) Penyulit :
a) Perdarahan otak, perdarahan retina, dekompensasi cordis.
b) Stroke, penyakit jantung, gagal ginjal.
7) Lama Perawatan : 1 minggu.
b. Keperawatan
a) Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
1) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
2) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
3) Penurunan berat badan
4) Penurunan asupan etanol
5) Menghentikan merokok
b) Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang
dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang
mempunyai empat prinsip yaitu :
1) Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari,
jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain
2) Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas
aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut
zona latihan.
3) Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam
zona latihan
4) Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x
perminggu
c) Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
1) Tehnik Biofeedback --> Biofeedback adalah suatu tehnik yang
dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda
mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek
dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama
dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala
dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti
kecemasan dan ketegangan.
2) Tehnik relaksasi --> Relaksasi adalah suatu prosedur atau
tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau
kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar
membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
d) Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya
sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah
komplikasi lebih lanjut.
e) Kolaborasi
Kolaborasi dengan dokter mengenai terapi obat dan fisioterapi
(Pudiastuti, 2011).
9. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi jantung
b. Perfusi perifer tidak efektif b/d peningkatan tekanan darah
c. Nyeri Akut b/d agen cedera fisiologis
d. Resiko jatuh dengan faktor resiko usia dewasa > 65 tahun
10. Tabel Perencanaan dan Intervensi Keperawatan
NO SDKI SLKI SIKI
1. Penurunan curah Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan penurunan curah jantung mendapatkan indicator : Perawatan Jantung
jantung b/d 1.Meningkat, 2.Cukup Meningkat, 3.Sedag, 4.Cukup Menurun, 5.Menurun Observasi :
perubahan INDIKATOR 1 2 3 4 5 1. Identifikasi tanda/gejala primer
1. Palpitasi
frekuensi jantung penurunan curah jantung,dipsnea,
2. Bradikardi
3. Takikardi kelelahan edema, ortopnea,
4. Lelah peningkatan CVP.
5. Edem
6. Berat badan 2. Monitor tekanan darah
7. Sianosis 3. Monitor intake dan ouput cairan
1.Memburuk, 2.Cukup Memburuk, 3.Sedang, 4.Cukup Membaik, 5. Membaik
INDIKATOR 1 2 3 4 5
Terapeutik :
1. Tekanan Darah
2. Capillary Refill 1. berikan diet jantung yang sesuai.
Time (CRT) 2. Posisikan pasien semi fowler/fowler
3. Central Vena
dengan kaki ke bawah atau posisi
Pressure
nyaman.
3. Berikan terapi relaksasi untuk
mengurangi stress
4. Berikan dukungan emosional dan
spiritual
Edukasi :
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian aritmia jika perlu
2. Perfusi perifer Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perfusi perifer mendapatkan indicator : Perawatan Sirkulasi
tidak efektif b/d 1.Memburuk, 2.Cukup Memburuk, 3.Sedang, 4.Cukup Membaik, 5. Membaik
peningkatan INDIKATOR 1 2 3 4 5 Observasi :
1 Pengisian Kapiler
tekanan darah 1. Periksa sirkulasi perifer (mis. Nadi
.
perifer, edema, pengisian kapiler,
2 Akral
warna, suhu, ankle brakial indeks)
.
3 Turgor Kulit 2. Indentifikasi factor resiko gangguan
Edukasi :
1. Anjurkan berhenti merokok
. rata 2. Anjurkan berolahraga rutin
3. Anjurkan penggunaan obat penurun
tekanan darah, antikoagulan,
penurunan kolesterol jika perlu.
4. Anjurkan minum obat pengontrol
pekanan darah secara teratur.
5. Anjurkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi (mis. Rendah
lemak jenuh, minyak ikan omega 3).
3. Nyeri Akut b/d Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perfusi perifer mendapatkan indicator : Manajemen Nyeri
agen cedera 1.Menurun, 2.Cukup Menurun, 3.Sedag, 4.Cukup Meningkat, 5.Meningkat Observasi :
dengan faktor 1.Meningkat, 2.Cukup Meningkat, 3.Sedag, 4.Cukup Menurun, 5.Menurun Observasi :