Anda di halaman 1dari 7

Rini Minarsih JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071

EFEKTIFITAS PEMBERIAN ELEMEN PENGHANGAT CAIRAN INTRAVENA


DALAM MENURUNKAN GEJALA HIPOTERMI PASCA BEDAH

Effectiveness of intravenous fluid warmer treatment on decreasing hypothermic sign for


client post caesar surgery

Rini Minarsih

Perawat Rumah Sakit Umum Daerah Kepanjen Kabupaten Malang


Jalan Panji No. 100, Desa Panggungrejo, Kepanjen Malang, Jawa Timur 65163

ABSTRAK

Prosedur operasi (termasuk bedah caesar) mempunyai resiko integritas atau keutuhan tubuh terganggu
bahkan dapat merupakan ancaman kehidupan pasien. Intervensi untuk menurunkan keadaan menggigil
pasca bedah adalah penggunaan elemen penghangat cairan intravena pasca operasi. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui efektifitas pemberian elemen penghangat cairan intravena dalam menurunkan gejala
hipotermi pasca bedah Sectio Caesaria. Metode quasi exsperiment research dengan sampel sebanyak 13
orang kelompok perlakuan dan 13 orang kelompok kontrol. Kelompok perlakuan menggunakan selimut dan
elemen penghangat cairan intravena, dan kelompok kontrol menggunakan selimut saja. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pada menit ke 60 pasca perlakuan, 100 % responden kelompok perlakuan suhu tubuhnya
normal, sedangkan pada kelompok kontrol hanya 7,7% responden yang suhu tubuhnya menjadi normal.
Hasil uji t-test menunjukkan derajat signifikansi (P) = 0,000 pada menit 10, 30 dan 60 pasca perlakuan. Hasil
ini terjadi karena pada kelompok perlakuan, responden mendapatkan intervensi pemanasan internal aktif
(elemen penghangat cairan intravena) dan pemanasan eksternal aktif (pemakaian selimut), sedangkan pada
kelompok kontrol, responden hanya mendapat intervensi pemanasan eksternal aktif.
Kata kunci: Elemen penghangat cairan intravena, hipotermia, pasca bedah section caesaria

ABSTRACT

Surgery procedure (include Caesar surgery) have a risk of body integrity disturbance even as a
threatening of life. Interventions for decreasing shivering after surgery are active using of intravenous
fluid warmer. This research purpose to know the effectiveness of intravenous fluid warmer treatment on
decreasing hypothermic sign for client post Caesar surgery. Quasi experiment research, with amount of
sample is 13 interventions group and 13 controls group. Intervention group wear blanket and use
intravenous fluid warmer, while the control group only wear blanket. Result of this research shows that
after 60 minutes of intervention, 100% of respondents of intervention group have a body temperature
back to normal, while in control group, only 7,7% of their body temperature back to normal. Result of
independent sample t-test shows that significance value (P) is 0.000 on 10 minutes, 30 minutes and 60
minutes after intervention, that mean is using intravenous fluid warmer plus wearing blanket is more
effective than only wearing blanket for client post Caesar surgery. This result is happened because of the
intervention group have both active internal warming (intravenous fluid warmer) and active external
warming (wearing blanket), while on control group, respondents have only active external warming
(wearing blanket).

Keywords: intravenous fluid warmer, hypothermia, post section caesaria surgery

LATAR BELAKANG seringkali menjadi pilihan terakhir. Dengan


semakin majunya perkembangan ilmu
Proses kelahiran bayi seringkali tidak kedokteran bidang teknik pembedahan,
semudah yang dibayangkan dan diharapkan. anestesi dan perinatologi, teknologi bedah
Banyak faktor yang menyebabkan seorang caesar juga mengalami kemajuan pesat. Saat
ibu tidak bisa menjalani persalinan secara ini frekuensi ibu yang bisa menjalani operasi
normal (pervaginam), maka operasi caesar caesar meningkat menjadi empat kali semasa

36 Januari 2013: 36 - 42
Versi online / URL:
Volume 4, Nomor 1 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2379

hidupnya, yang sebelumnya hanya bisa Suhu lingkungan dalam ruang pulih sadar,
maksimal tiga kali (Agreto, 2007). gaun dan selimut yang basah diangkat dan
Semua tindakan bedah atau prosedur diganti dengan yang kering karena dapat
operasi (termasuk bedah caesar) mempunyai memperbesar kehilangan panas, cairan
resiko integritas atau keutuhan tubuh intravena dan irigasi dihangatkan sampai
terganggu bahkan dapat merupakan ancaman 37o C. Apapun metode yang dipakai untuk
kehidupan paien. Masalah-masalah lain juga menghangatkan pasien, penghangatan harus
bisa timbul berkaitan, teknik anestesi, posisi dilakukan secara bertahap dan bukan dengan
pasien, obat-obatan, komponen darah, cepat (Smeltzer, 2002).
kesiapan ruangan untuk pasien, suhu dan Saat ini ada produk berupa elemen
kelembaban ruangan, bahaya peralatan listrik, penghangat menggunakan tenaga listrik yang
potensial kontaminasi, dan secara psikososial bisa digunakan untuk menghangatkan cairan
adalah kebisingan, rasa diabaikan dan intravena dan transfusi darah, yang mana
percakapan yang tidak perlu (Smeltzer, 2002). sebelumnya untuk menghangatkan darah
Perawatan pasien pasca bedah dapat transfusi biasanya dengan diapitkan pada
menjadi kompleks akibat perubahan fisiologis ketiak pasien. Akhir-akhir ini alat ini sudah
yang mungkin terjadi, diantaranya komplikasi sering dijumpai terutama di ruang operasi
perdarahan, irama jantung tidak teratur, sebagai penghangat komponen darah yang
gangguan pernafasan, sirkulasi, pengontrolan akan ditransfusikan pada pasien. Alat ini juga
suhu (hipotermi), serta fungsi-fungsi vital bisa digunakan untuk menghangatkan cairan
lainnya seperti fungsi neurologis, integritas intravena (infus) walaupun masih jarang
kulit dan kondisi luka, fungsi genito-urinaria, digunakan karena peralatan yang jumlahnya
gastrointestinal, keseimbangan cairan dan masih terbatas.
elektrolit serta rasa nyaman (Potter, 2006). Metode (penggunaan elemen
Beberapa kejadian menggingil penghangat) ini juga sering digunakan di RS
(hipotermia) yang tidak diinginkan mungkin Wava Husada khususnya pada pasien pasca
dialami pasien akibat suhu yang rendah di bedah sectio Caesar, dimana pada masa
ruang operasi, infus dengan cairan yang sebelumnya hanya menggunakan
dingin, inhalasi gas-gas yang dingin, kavitas penghangatan eksternal berupa pemberian
atau luka terbuka pada tubuh, aktivitas otot selimut saja. Dengan metode baru ini, cairan
yang menurun, usia yang lanjut, atau agent intravena menjadi hangat saat aliran tersebut
obat-obatan yang digunakan seperti masuk ke pembuluh darah, dan diharapkan
vasodilator/fenotiasin (Smeltzer, 2002). dapat menjaga suhu tubuh tetap normal.
Kejadian menggigil pasca bedah sectio Namun selama ini belum pernah dilakukan
caesar juga masih sering dijumpai di ruang evaluasi sejauh mana efektifitas metode
pulih sadar. Komplikasi berupa menggigil elemen penghangat tersebut dapat
dalam hal ini terjadi karena adanya kontraksi mengurangi atau meminimalisir kejadian
otot rangka atau tremor pada wajah, dagu dan hipotermia. Berdasarkan uraian tersebut,
ekstremitas selama + 15 menit disertai proses peneliti merasa tertarik melakukan penelitian
hipotermi serta vasodilatasi. Keadaan ini untuk mengkaji efektifitas pemberian elemen
dapat menjadikan hal yang lebih buruk penghangat cairan intravena dalam
dibandingkan rasa nyeri, serta mengganggu menurunkan gejala hipotermi, khususnya pada
observasi keadaan pasien dan kenyamanan pasien pasa bedah sectio caesar dengan SAB
fisik. di RS Wava Husada Kepanjen.
Beberapa intervensi untuk menurunkan
keadaan menggigil pasca bedah bisa dengan
pemanasan internal aktif atau eksternal aktif.

Efektifitas Pemberian Elemen Penghangat Cairan Intravena dalam Menurunkan Gejala Hipotermi Pasca Bedah 37
Rini Minarsih JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071

METODE secara acak (random) dibagi menjadi dua


kelompok,
Penelitian ini menggunakan quasi
Penelitian ini didapatkan jumlah sampel
eksperimen research yaitu penelitian yang
minimal pada setiap kelompok sebanyak 9,
mengungkapkan sebab akibat dengan cara
sehingga jumlah sampel secara keseluruhan
melibatkan kelompok kontrol disamping
dibutuhkan minimal 18. Sampel yang diambil
kelompok eksperimental yang dipilih dengan
harus memenuhi kriteria: pasien pasca bedah
tidak menggunakan tehnik acak (Nursalam,
caesar di Ruang Pulih Sadar RS Wava
2003). Rancangan yang digunakan dalam
Husada Kepanjen, bersedia menjadi
penelitian ini adalah postest only control
responden, pasien bedah caesar bukan karena
group design. Menurut Notoatmodjo (2005),
indikasi infeksi seperti pada Herpes genital,
yang dimaksud dengan postest only control
dan infeksi lain-lain. Tidak ada komplikasi
group design adalah eksperimen
pembedahan yang menimbulkan kondisi kritis
sesungguhnya tetapi tidak dilakukan pre test
pada pasien. Pasien tidak mengalami
karena kelompok eksperimen dan kelompok
penurunan kesadaran. Umur responden
kontrol sudah dirandomisasi sehingga
antara 20 – 35 tahun. Teknik sampling
kelompok tersebut dianggap sama yaitu
penelitian ini menggunakan teknik systematic
mengukur pengaruh perlakuan (intervensi)
random sampling (Aziz, 2003). Setelah data
pada kelompok eksperimen dibanding
telah terkumpul, dilakukan uji statistik untuk
kelompok kontrol. Penelitian ini bertujuan
mengetahui perbedaan suhu tubuh pada
untuk mengetahui efektifitas pemberian
pasien yang mendapat elemen penghangat
elemen penghangat cairan intravena dalam
cairan intravena dan yang tidak menggunakan
menurunkan gejala hipotermi pasca bedah
elemen penghangat, dengan r umus
Sectio Caesar. Populasi dalam penelitian ini
Independent sample t-test dengan bantuan
adalah semua pasien pasca bedah Caesar di
program SPSS for Windows Release 10.0
RS Wava Husada Kepanjen Malang, rata-
pada taraf kesalahan (a) = 0,05.
rata sebanyak 50 orang tiap bulan.Sampel
adalah sebagian atau wakil populasi yang di HASIL DAN PEMBAHASAN
teliti (Arikunto 2002). Sampel dalam penelitian
ini adalah pasien pasca bedah Caesar di RS Hasil
Wava Husada Kepanjen Malang diambil
Tabel 1.Gejala Hipotermi Pasca Bedah Sectio Caesar Pada Pasien Yang Menggunakan Selimut
Tanpa Elemen Penghangat Cairan Intravena di RS Wava Husada Kepanjen, Juli 2008
10 mnt pasca 30 mnt pasca 60 mnt pasca
Pra intervensi
No. Suhu tubuh intervensi intervensi intervensi
f (%) f (%) f (%) f (%)
1 Hipotermia 13 100 13 100 13 100 11 92,3
2 Normotermia - - - - - - 2 7,7
Total 13 100 13 100 13 100 13 100

Tabel 2. Gejala Hipotermi Pasca Bedah Sectio Caesar Pada Pasien Yang Menggunakan Selimut
Dan Elemen Penghangat Cairan Intravena di RS Wava Husada Kepanjen, Juli 2008
10 mnt pasca30 mnt pasca 60 mnt pasca
Pra intervensi
No. Suhu tubuh intervensi intervensi intervensi
f (%) f (%) f (%) f (%)
1 Hipotermia 13 100 13 100 13 100 - -
2 Normotermia - - - - - - 13 100

38 Januari 2013: 36 - 42
Versi online / URL:
Volume 4, Nomor 1 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2379

Efektifitas pemberian elemen panas tubuh. Pada pasien pasca operasi yang
penghangat cairan intravena dalam mendapatkan cairan intravena tanpa
menurunkan gejala hipotermi pasca bedah intervensi penghangatan, maka cairan
Sectio Caesar di RS. Wava Husada Kepanjen intravena yang masuk pada tubuh pasien
Malang dianalisa menggunakan rumus mempunyai suhu pada kisaran suhu kamar,
Independent sample t-test. Sebelum yaitu sekitar 25 oC atau bahkan kurang jika
dilakukan uji t-test, dilakukan uji kenormalan suhu ruangan diatur dingin, misalnya pada
distribusi data menggunakan Uji ruangan yang menggunakan AC. Cairan
Kolmogorov-Smirnov dengan hasil pengujian intravena yang dingin tersebut akan masuk
menunjukkan bahwa data berdistribusi ke dalam sirkulasi darah dan mempengaruhi
normal. Uji t-test dilakukan pada data selisih suhu inti tubuh (core temperature) sehingga
suhu (penurunan suhu tubuh) dalam tiga pasien mengalami hipotermia (Butwick et al.
tahapan, yaitu pada 10 menit pasca perlakuan 2007; Hasankhani et al. 2007).
(x-10), 30 menit pasca perlakuan (x-30), dan Hasil penelitian ini sesuai dengan teori
60 menit pasca perlakuan (x-60). Hasil uji t- yang dikemukakan oleh para ahli yang
test didapatkan nilai t (x-10) = 8.000 dengan menyebutkan bahwa hipotermi dapat terjadi
nilai signifikansi (P) = 0.000, nilai t (x-30) = akibat suhu kamar operasi yang dingin,
10.086 dengan nilai signifikansi (P) = 0.000, vasodilatasi ekstremitas dan insisi yang luas
dan nilai t (x-60) = 11.501 dengan nilai dan lama pada operasi, dingin oleh gas anestesi
signifikansi (P) = 0.000. Karena nilai atau cairan intravena yang dingin (Kanthal
signifikansi P pada semua tahapan lebih kecil Medical Heating, 2006). Dengan terjadinya
dari a yang ditetapkan sebesar 0,05, maka ketidakseimbangan temperatur inti tubuh,
H0 ditolak dan H1 diterima sehingga bisa tubuh akan berespon melalui suatu
disimpulkan bahwa pemberian elemen mekanisme untuk tetap menjaga
penghangat cairan intravena sangat efektif keseimbangan suhu inti (core temperature),
dalam menurunkan gejala hipotermi pasca yaitu secara fisik dan secara kimia. Menggigil
bedah Sectio Caesar. merupakan respon tubuh involunter terhadap
suhu yang berbeda dalam tubuh. Gerakan otot
Pembahasan skelet selama menggigil membutuhkan energi
yang signifikan. Menggigil dapat
Gejala hipotermi pasca bedah Sectio meningkatkan produksi panas 4 sampai 5 kali
Caesar pada pasien yang tidak mendapat lebih besar dari normal (Kozier, 2004).
elemen penghangat cairan intravena Pemberian selimut pada pasien pasca operasi
Hasil penelitian seperti tertera pada dapat meminimalisir keluarnya panas tubuh
tabel 1 menunjukkan bahwa pada saat akibat luka insisi dan efek hipotermi yang
sebelum menggunakan selimut hingga 30 diutarakan sebelumnya. Hal ini sesuai dengan
menit pasca perlakuan (pemakaian selimut) pendapat Sain (2007) yang mengatakan
semua responden (100%) mengalami gejala bahwa tubuh melakukan vasokontriksi
hipotermi. Pada 60 menit pasca intervensi pembuluh darah (cutaneus vasokontriksi).
hampir seluruh responden (92,3%) tetap Pada reaksi dingin aliran darah bisa berkurang
mengalami hipotermia, dan hanya 7,7% + 1% dari pada dalam keadaan panas,
responden yang suhu tubuhnya menjadi sehingga dengan mekanisme
normal. Gejala hipotermi pada pasien pasca vasokontriksi maka  panas  yang  keluar
bedah memang lazim terjadi, karena pengaruh dikurangi atau penambahan isolator yang
suhu lingkungan kamar operasi yang dingin, sama dengan memakai 1 rangkap pakaian lagi
atau efek dari insisi operasi yang luas sehingga (pemakaian selimut) (Sain, 2007).
kulit tidak dapat mempertahankan keluarnya

Efektifitas Pemberian Elemen Penghangat Cairan Intravena dalam Menurunkan Gejala Hipotermi Pasca Bedah 39
Rini Minarsih JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071

Gejala hipotermi pasca bedah Sectio Penggunaan topi operasi juga dapat dilakukan
Caesar pada pasien yang mendapat untuk mencegah ter jadinya hipotermi.
elemen penghangat cairan intravena Penatalaksanaan pencegahan hipotermi ini
dilakukan tidak hanya pada saat periode intra
Hasil penelitian seperti tertera pada operatif saja, namun juga sampai saat pasca
tabel 2 menunjukkan bahwa pada saat operatif (Smeltzer, 2002).
sebelum perlakuan (penggunaan selimut dan
elemen penghangat intravena) hingga 30 Efektifitas pemberian elemen
menit pasca perlakuan semua responden penghangat cairan intravena dalam
(100%) mengalami gejala hipotermi, namun menurunkan gejala hipotermi pasca
pada 60 menit pasca intervensi seluruh bedah Sectio Caesar
responden (100%) suhu tubuhnya menjadi
normal.Walaupun sampai 30 menit pasca Hasil analisa statistik menunjukkan
intervensi pemberian selimut dan elemen bahwa nilai t pada 10 menit pasca perlakuan
penghangat cairan intravena seluruh = 8.000 dengan nilai signifikansi (P) = 0.000,
responden masih menunjukkan gejala nilai t pada 30 menit pasca perlakuan =
hipotermia, bukan berarti tidak ada 10.086 dengan nilai signifikansi (P) = 0.000,
peningkatan suhu tubuh. Data pada master dan nilai t pada 60 menit pasca perlakuan =
tabel menunjukkan bahwa sebelum intervensi, 11.501 dengan nilai signifikansi (P) = 0.000.
suhu tubuh responden berkisar antara 35,5 – Karena nilai P lebih kecil dari a yang
36,1 o C, selanjutnya setelah 10 menit ditetapkan sebesar 0,05, maka H0 ditolak dan
intervensi pada r esponden kelompok H1 diterima sehingga bisa disimpulkan bahwa
perlakuan ini, suhu tubuh responden berkisar pemberian elemen penghangat cairan
antara 35,7 – 36,3 oC, dan setelah 30 menit intravena sangat efektif dalam menurunkan
intervensi, suhu tubuh responden berkisar gejala hipotermi pada 10 menit, 30 menit dan
antara 35,9 – 36,4 oC, atau sudah mendekati 60 menit pasca bedah Sectio Caesar. Hasil
suhu tubuh normal (Butwick et al. 2007; penelitian ini menunjukkan bahwa sejak 10
Hasankhani et al. 2007). menit mendapat perlakuan berupa pemberian
Data ini menunjukkan bahwa selimut dan elemen penghangat cairan
penggunaan selimut dan elemen penghangat intravena, suhu tubuh responden telah
cairan intravena dapat mencegah atau menunjukkan peningkatan yang lebih baik atau
mengurangi gejala hipotermi pada pasien lebih signifikan daripada kelompok kontrol
pasca bedah. Tindakan pencegahan yang yang hanya menggunakan selimut saja.
dilakukan hingga periode pasca pembedahan Efektifitas pemberian elemen penghangat
ini terbukti efektif untuk menghindari atau semakin tampak jelas pada 30 menit dan 60
meminimalisir gejala hipotermia pada pasien menit pascar perlakuan.
pasca bedah caesar. Hasil penelitian ini sesuai Hipotermi pasca operasi bisa dialami
dengan pendapat Smeltzer (2009) yang pasien sebagai akibat suhu rendah di kamar
mengatakan bahwa pencegahan yang dapat operasi (25 – 26,6 oC), infus dengan cairan
dilakukan untuk menghindari hipotermi yang yang dingin, inhalasi gas-gas dingin, kavitas
tidak diinginkan adalah mengatur suhu atau luka terbuka pada tubuh, aktivitas otot
ruangan kamar operasi pada suhu ideal (25 - yang menurun, usia lanjut atau obat-obatan
26,6 o C) jangan lebih rendah dari suhu yang digunakan (vasodilator, anastetik umum,
tersebut, cairan intravena dan irigasi dibuat dan lain-lain). Kehilangan panas pada pasien
pada suhu 37 oC, gaun operasi pasien dan berasal dari kulit dan daerah yang terbuka
selimut yang basah harus segera diganti untuk dilakukan operasi. Jaringan tidak
dengan gaun dan selimut yang kering. tertutup kulit akan terekspose oleh udara,

40 Januari 2013: 36 - 42
Versi online / URL:
Volume 4, Nomor 1 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2379

sehingga terjadi kehilangan panas berlebihan 30 menit pasca perlakuan semuanya (100%)
(Butwick et al. 2007; Hasankhani et al. 2007; mengalami gejala hipotermi, dan pada 60
Yokoyama et al, 2009). menit pasca intervensi hampir seluruhnya
Pasien pasca operasi ini harus dijaga (92,3%) tetap mengalami hipotermia; 2)
sehangat mungkin untuk meminimalkan Gejala hipotermi pasca bedah Sectio Caesar
kehilangan panas tanpa menyebabkan pada pasien yang menggunakan selimut dan
vasodilatasi yang justru menyebabkan elemen penghangat cairan intravena, hingga
bertambahnya perdarahan. Sudah lazim 30 menit pasca perlakuan semuanya (100%)
pasien pasca bedah akan mengalami mengalami gejala hipotermi, dan setelah 60
hipotermia, tapi tubuh tidak akan tinggal diam menit pasca perlakuan seluruh pasien (100%)
menghadapi masalah tersebut. Dalam suhu tubuhnya menjadi normal; 3) Pemberian
keadaan dingin, tubuh melakukan dua selimut dan elemen penghangat cairan
mekanisme untuk tetap menjaga intravena lebih efektif dalam menurunkan
keseimbangan suhu inti (core temperature), gejala hipotermi pasca bedah Sectio Caesar
yaitu secar a fisik dan secara kimia di RS Wava Husada Kepanjen dibandingkan
(Woolnough et al, 2009). Menggigil pemberian selimut saja.
merupakan respon tubuh involunter terhadap Saran yang dapat diberikan adalah: 1)
suhu yang berbeda dalam tubuh. Gerakan otot bagi lahan penelitian seyogyanya penggunaan
skelet selama menggigil membutuhkan energi elemen penghangat cairan intravena ini dapat
yang signifikan. Menggigil dapat dikembangkan, bukan saja kepada pasien
meningkatkan produksi panas 4 sampai 5 kali pasca bedah caesar, tetapi juga pada pasien
lebih besar dari normal (Kozier, 2004). dengan kasus pasca operasi yang lain, dengan
Hipotermi pasca bedah tersebut ternyata tetap memantau efektifitas dan
dapat diatasi secara efektif dan meyakinkan keamanannya; 2) Penggunaan elemen
sejak 10 menit pasca pembedahan, dengan penghangat intravena hendaknya tetap
mengatur cairan intravena pada suhu 37 oC digunakan ber samaan dengan metode
melalui suatu alat penghangat cairan intravena penghangat dari luar seperti selimut atau cara
(Butwick et al. 2007; Hasankhani et al. 2007). lain, untuk meminimalisir gejala hipotermi
Dengan penggunaan alat ini pasien yang pada pasien pasca bedah; 3) Bagi Petugas,
menjalani pembedahan, khususnya bedah hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
caesar menerima suplai cairan yang sudah dasar dalam pengembangan ilmu dan
sesuai dengan suhu inti (core temperature) keterampilan keperawatan, khususnya dalam
dan mengalir ke seluruh tubuh sehingga efektif pemenuhan kebutuhan rasa nyaman pada
dalam mengurangi atau meminimalisir gejala pasien pasca bedah akibat hipotermia; 4) Bagi
hipotermia pada pasien pasca operasi. Peneliti Selanjutnya, Penelitian ini dapat
dikembangkan misalnya dengan menguji
KESIMPULAN DAN SARAN efektifitas pengaturan suhu pada ruang
pemulihan dalam meminimalisir gejala
Berdasarkan hasil penelitian tentang hipotermi pada pasien pasca bedah. Selama
efektifitas pemberian elemen penghangat ini ruang pemulihan (Recovery Room)
cairan intravena dalam menurunkan gejala cenderung diset dingin, sehingga
hipotermi pasca bedah Sectio Caesar di RS dikhawatir kan malah membuat pasien
Wava Husada Kepanjen, dapat ditarik mengalami hipotermia.
kesimpulan sebagai berikut : 1) Gejala
hipotermi pasca bedah Sectio Caesar pada
pasien yang menggunakan selimut tanpa
elemen penghangat cairan intravena, hingga

Efektifitas Pemberian Elemen Penghangat Cairan Intravena dalam Menurunkan Gejala Hipotermi Pasca Bedah 41
Rini Minarsih JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071

DAFTAR PUSTAKA Rhondianto, 2008. Keperawatan


Perioperatif.
(http://athearobiansyah.blogspot.com/-
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian :
2008/01/keperawatan-perioperatif.html.
Suatu Pendekatan Praktek, edisi
Diakses tanggal 2 Februari 2008)
revisi V, Rineka Cipta: Jakarta.
Salma, 2007. Mengapa Sebaiknya Tidak
Butwick, AJ, Lipman, SS, & Carvalho, B,
Memilih Operasi Caesar?
2007, Intra operative forced air-warming
( ht tp :// s ehat b ugar. or g/ cat egor y/
during cesarean delivery under spinal
persalinan/mengapa-sebaiknya-tidak-
anesthesia does not prevent maternal
memilih-operasi-caesar. Diakses tanggal
hypothermia, Anesthesia and
2 Februari 2012)
Analgesia, Vol. 105, Issue 5, pp. 1413-
Smeltzer, Suzanne C. dan Brenda G. Bare.
1419.
2002. Buku Ajar Keperawatan
Depkes RI, 2007. Apa Itu Operasi Caesar.
Medikal-Bedah, Brunner &
(http://www.litbang.depkes.go.id/info/-
Suddarth, Edisi 8. Jakarta: Penerbit
caesar.htm. Diakses tanggal 2 Februari
EGC
2012)
Sugiyono. 2006. Statistika Untuk Penelitian,
Doenges, Marilynn E. 2001. Rencana
Bandung : CV. Alfabeta.
perawatan maternal/bayi : Pedoman
Yokoyama,K, Suzuki, M, Shimada, Y,
untuk perencanaan dan dokumentasi
Matsushima, T, & Sakamoto, A, 2009,
perawatan klien. Jakarta : EGC.
Effect of administration of pre-warmed
Farrer, Helen. 2001. Perawatan Maternitas
intravenous fluids on the frequency of
Edisi 2. Jakarta : EGC.
hypothermia following spinal anesthesia
Hamilton, Persis Mary. 2001. Dasar-Dasar
for caesarean delivery, Journal of
Keperawatan Maternitas edisi VI.
Clinical Anesthesia, Vol. 21, Issue 4,
Jakarta : EGC.
pp. 242-248.
Hasankhani, H, Mohammadi, E, Moazzami,
Woolnough, M, Allam, J, Hemingway, C, Cox,
F, Mokhtari, M & Naghgizadh, MM,
M, & Yentis, SM 2009, Intra-operative
2007, The effects of intravenous fluids
fluid warming in elective caesarean
temperature on perioperative
section: randomized controlled trial,
hemodynamic situation, post-operative
International Journal of Obstetric
shivering, and recovery orthopaedic
Anesthesia, Vol. 18, Issue 4, pp. 346-
surgery, Canadian Operating Room
351.
Nursing Journal, Vol. 25, Issue 1.
Ibrahim, Cristina. 1993. Ilmu Kebidanan.
Jakarta : Bhrata Niaga Media.
JNPK – KR. 2001. Pelatihan Asuhan
Persalinan bersih dan aman. Jakarta
: JHPIEGO.
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Salemba Medika:
Surabaya.
Potter, Patricia A. 2006. Buku Ajar
Fundamental Keperawatan Edisi 4
Vol.2. Jakarta : EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2001. Buku Acuan
Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka.

42 Januari 2013: 36 - 42

Anda mungkin juga menyukai