DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
JOMBANG
2020
1
Anggota Kelompok :
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat
Nya kami sekelompok, boleh menyelesaikan tugas makalah tentang Aplikasi Asuhan
Keperawatan Lansia(seksualitas, gizi, kehilangan, dan personal hygiene). Adapun maksud dari
pembuatan makalah ini sebagai perkuliahan mata kuliah Keperawatan Gerontik.
Terima kasih juga di sampaikan kepada teman- teman yang telah terlibat dalam
pembuatan makalah ini, yang sudah meluangkan waktu dalam pembuatan makalah ini. Dalam
penulisannya kami sudah berusaha agar apa yang kami tulis dapat dimengerti oleh pembaca.
Semoga dengan makalah ini juga dapat menambah wawasan atau pengetahuan kita baik sebagai
penulis maupun pembaca.
Namun sebagai manusia biasa kami menyadari masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini, kami mengharapkan kritik maupun saran yang sifatnya membangun
dari para pembaca agar dapat tercipta suatu kesempurnaan dalam memenuhi kebutuhan kita
sebagai mahasiswa.
Penyusun
DAFTAR ISI
3
COVER ..............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................5
1.3 tujuan.......................................................................................................................6
3.1 kesimpulan.....................................................................................................................65
3.2 saran...............................................................................................................................65
BAB 1
PENDAHULUAN
4
1.1 Latar belakang
Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan
fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir
dengan kematian (Hutapea, 2005). Menua (menjadi tua) adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides 1994).
Status nutrisi memiliki dampak utama terhadap timbulnya penyakit dan hendaya
pada usia lanjut. Perubahan-perubahan pada lansia menyebabkan peningkatan kerentanan
usia lanjut untuk terkena penyakit kronis, yang dapat dicegah atau diperlambat perjalanan
penyakitnya antara lain dengan pemberian nutrisi yang adekuat. Kecenderungan pola diet
saat ini di negara yang sedang berkembang adalah memiliki diet tinggi lemak yang
semakin menambah risiko penyakit kronik.
Permasalahan yang berkaitan dengan lanjut usia secara individu, pengaruh proses
menua dapat menimbulkan berbagai masalah baik secara fisik, biologi, mental maupun
sosial ekonomi. Semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran
terutama dibidang kemampuan fisik, yang dapat mengakibatkan kemunduran peranan
sosialnya. Hal ini mengakibatkan timbulnya gangguan didalam mencukupi kebutuhan
hidupnya khususnya kebutuhan kebersihan diri, sehingga dapat meningkatkan
ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain (Nugroho dalam Widyaningsih,
2013).
5
1.3 Tujuan
2. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan lansia dengan masalah gizi
2. Perawat dapat mengetahui cara atau langkah yang dapat dilakukan dalam
memberikan asuhan keperawatan bagi lansia yang memiliki masalah pada gizi,
kehilangan, seksualitas dan personal hygiene.
BAB II
TINJAUAN TEORI
6
2.1 ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN INTIMACY DAN
SEKSUALITAS
1. Definisi Seksualitas
Seksualitas pada usia lanjut selalu mendatangkan pandangan yang bias. Bahkan
pada penelitian di negara Barat, pandangan bias tersebút jelas terlihat. Penelitian
Kinsey yang mengambil sampel ribuan orang ternyata hanya mengambil 31 wanita
dan 48 pria yang berusia di atas 65 tahun. Penelitian Master-Johnson juga terutama
mengambil sampel mereka yang berusia antara 50-70 tahun, sedangkan penelitian
Hite dengan 1066 sampel hanya memasukkan 6 orang wanita berusia di atas 70 tahun
(Alexander and Allison, 1995).
1) Banyak golongan lansia tetap menjalankan aktivitas seksual sampai usia yang
cukup lanjut, dan aktivitas tersebut hanya dibatasi oleh status kesehatan dan
ketiadaan pasangan.
2) Aktivitas dan perhatian seksual dari pasangan suami istri lansia yang sehat
berkaitan dengan pengalaman seksual kedua pasangan tersebut sebelumnya.
3) Mengingat bahwa kemungkinan hidup seorang wanita lebih panjang dari pria,
seorang wanita lansia yang di tinggal mati suaminya akan sulit menemi pasangan
hidup.
7
di mana organ targetnya adalah otak, fase kedua atau fase arousal
(pembangkitan/penggairahan) dengan organ targetnya adalah sistem vaskuler, dan
fase ketiga atau fase orgasmic dengan organ target medulla spinalis dan otot dasar
perineum yang berkontraksi selama orgasme. Fase berikutnya yaitu fase pasca-
orgasmic, merupakan fase relaksasi dari semua organ target tersebut.
Secara umum, pengaruh penuaan fungsi seksual pada pria meluputi hal-hal
berikut:
9) Ejakulasi selama orgasme terdiri dari satu atau dua kontraksi pengeluaran
sedangkan pada orang yang lebih muda dapat terjadi empat kontraksi
besar dan diikuti kontraksi kecil sampai beberapa detik.
10) Ejakulasi dikeluarkan tanpa kekuatan penuh dan mengandung sedikit sel
sperma. Meskipun tingkat kesuburan menurun, tidak berarti lansia menjadi
mandul
11) Penurunan tonus otot menyebabkan spasme pada organ genital eksterna
yang tidak biasa. Frekuensi kontraksi sfingter ani selama orgasme
menurun.
12) Setelah ejakulasi, penurunan ereksi dan testis lebih cepat terjadi.
13) Kemampuan ereksi setelah ejakulasi semakin panjang. Pada umumnya dua
belas sampai empat puluh delapan jam setelah ejakulasi. Ini berbeda pada
orang muda yang hanya membutuhkan beberapa menit saja.
4) Selama hubungan seksual dapat terjadi iritasi pada kandung kemih dan
uretra.
1) Terapi psikologis.
4) Pembedahan.
1) Teori Biologis
c. Autoimune
Pada proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus.
Saat jaringan tubuh tertentu tidak tahan terhadap zat tersebut, jaringan
tubuh menjadi lemah dan mati.
d. Teori Stres
2) Teori Sosial
a. Teori Aktivitas
13
Lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut terlibat
dalam kegiatan sosial.
b. Teori Pembebasan
a) Kehilangan peran.
c) Berkurangnya komitmen
3) Teori Kesinambungan
4) Teori Psikologi
14
menemukannya paad tingkat selanjutnya sampai urutan yang paling
tinggi dari kebutunan tersebut tercapai.
1) Perubahan Fisik
15
kontraksi dan volume, kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan
darah meninggi.
16
j. Sistem muskuloskeletal: Tulang kehilangan densitasnya dan makin
rapuh menjadi kiposis, tinggi badan menjadi berkurang yang disebut
discusine vertebralis menipis, tendon mengerut dan atropi serabut
erabit otot, sehingga lansia menjadi lamban bergerak, otot kram dan
tremor.
2) Perubahan Mental
b. Kesehatan umum.
c. Tingkat pendidikan.
d. Keturunan.
e. Lingkungan.
3) Perubahan-Perubahan Psikososial
1. Pengertian
Gizi kurang adalah rendahnya kandungan zat gizi, baik mikro maupun makro, di dalam
tubuh seseorang.
2. Penyebab
j. Penyakit ganas.
Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani, personal, yang artinya perorangan,
dan hygiene, yang berarti sehat. Jadi, personal hygiene merupakan suatu tindakan
18
untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan
psikis. Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhan guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan, kesejahteraan, sesuai
dengan kondisi kesehatan. Klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak
dapat melakukan perawatan diri (Depkes, 2000). Ukuran kebersihan atau penampilan
seseorang dalam pemenuhan kebutuhan personal hygiene berbeda pada setiap orang
sakit karena terjadi gangguan pemenuhan kebutuhan. Perawat dapat memberikan
informasi-informasi tentang personal hygiene yang lebih baik terkait dengan waktu
atau frekuensi aktivitas dan cara yang benar dalam melakukan perawatan diri.
2. Epidemologi
3. Etiologi
a. Gangguan kognitif.
b. Penurunan motivasi.
e. Ansietas.
f. Kelemahan.
g. Faktor Predisposisi
Menurut Potter dan Perry (2005), sikap seseorang melakukan personal hygiene
dipengaruhi oleh sejumlah faktor, antara lain:
a. Citra Tubuh
Citra tubuh adalah cara pandang seseorang terhadap bentuk tubuhnya. Citra tubuh
sangat memengaruhi dalam praktik higiene seseorang. Ketika seseorang yang tampak
19
berantakan, tidak rapi, atau tidak peduli dengan higienitas dirinya maka dibutuhkan
edukasi tentang pentingnya higiene untuk kesehatan. Selain itu juga dibutuhkan
kepekaan untuk melihat kenapa hal ini bisa terjadi. Apakah memang
kurang/ketidaktahuan seseorang akan personal hygiene atau ketidakmampuan
seseorang dalam menjalankan praktik higiene dirinya, hal ini bisa dilihat dari
partisipasi seseorang dalam higiene harian.
b. Praktik Sosial
Manusia merupakan makhluk sosial dan karenanya berada dalam kelompok sosial.
Kondisi ini akan memungkinkan seseorang untuk berhubungan, berinteraksi, dan
bersosialisasi satu dengan yang lainnya. Personal hygiene atau kebersihan diri
seseorang sangat memengaruhi praktik sosial seseorang. Selama masa anak-anak,
kebiasaan keluarga memengaruhi praktik higiene, misalnya mandi, waktu mandi, dan
jenis higiene mulut. Pada masa remaja, higiene pribadi dipengaruhi oleh kelompok
teman sebaya. Remaja wanita misalnya, mulai tertarik dengan penampilan pribadi
dam mulai memakai riasan wajah. Pada masa dewasa, teman dan kelompok kerja
membentuk harapan tentang penampilan pribadi. Sedangkan pada lansia akan teriadi
beberapa perubahan dalam praktik higiene karena perubahan dalam kondisi fisiknya.
Status ekonomi seseorang memengaruhi jenis dan tingkat praktik higiene perorangan.
Sosial ekonomi yang rendah memungkinkan higiene perorangan rendah pula.
e. Budaya
Menurut Depkes (2000: 20), tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:
a. Fisik
b. Psikologis
c. Sosial
1) Interaksi kurang.
2) Kegiatan kurang.
4) Cara makan tidak teratur, BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan
mandi tidak mampu mandiri.
B. Pemeriksaan Fisik
a. Rambut
4) Tekstur rambut.
b. Kepala
2) Normosepal.
3) Ketombe.
4) Berkutu.
5) Kebersihan.
c. Mata
2) Konjungtiva ananemis
3) Sclera aninterik.
d. Hidung
1) Apakah pilek.
3) Kebersihan hidung
e. Mulut
2) Kelembapan
3) Adanya lesi.
4) Kebersihan.
22
f. Gigi
4) Kebersihan.
g. Telinga
h. Kulit
C. Prognosis
b. Kurang percaya diri akibat timbul bau badan yang menyengat dari metabolisme
kuman.
D. Terapi
23
1) Meningkatkan kesadaran dan percaya diri klien.
3) Sikap keluarga.
E. Penatalaksanaan
Tindakan keperawatan dengan melakukan perawatan pada kulit yang mengalami atau
berisiko terjadi kerusakan jaringan lebih lanjut, khususnya pada daerah yang mengalami
tekanan (tonjolan) dengan tujuan mencegah dan mengatasi terjadinya luka dekubitus
akibat tekanan lama dan tidak hilang Tindakan keperawatan rambut pada pasien dengan
cara mencuci dan menyisir rambut. Tujuannya adalah membersihkan kuman yang ada
pada kulit kepala, nambah rasa nyaman, membasmi kutu atau ketombe yang melekat
pada kulit, dan memperlancar sistem peredaran darah di bawah kulit.
Tindakan keperawatan gigi pada pasien dengan cara membersihkan dan onvikat gigi dan
mulut secara teratur. Tujuan perawatan ini mencegah infeksi ada mulut akibat kerusakan
pada daerah gigi dan mulut, membantu menambah nafsu makan, dan menjaga kebersihan
gigi dan mulut. Tindakan keperawatan nada pasien yang tidak mampu merawat kuku
secara sendiri adalah membantu memotong dan membersih kan kuku. Tujuannya adalah
menjaga kebersihan kuku dan mencegah timbulnya luka atau infeksi akibat garukan dari
kuku.
1. Konsep Loss, Mourning, Grief, Grief and Mourning, Dying and Death
1) Pengertian
Peristiwa hilangnya sesuatu (loss) atau seseorang yang sangat berarti atau bernilai
bagi seseorang. Proses psikologis yang diakibatkan karena peristiwa kehilangan
tersebut adalah:
24
a. Mourning: Reaksi emosi karena persepsi atau penghayatan peristiwa kehilangan
tersebut.
Seseorang yang dianggap sudah mati ialah apabila ia tidak lagi mempunyai
denyut nadi, tidak bernapas selama beberapa menit, dan ketiadaan segala refleks,
serta ketiadaan kegiatan otak. Secara kejiwaan, dalam menghadapi proses kehilangan
seperti itu, individu memerlukan mekanisme koping. Koping yang digunakan
terutama berupa penyesuaian terhadap adanya perubahan yang umumnya
membangkitkan stres dan kecemasan.Berdasarkan Teori Selye mengenai General
Adaptation Syndrome, bahwa reaksi yang terjadi (terhadap setiap stres) akan
meliputi tiga tahap berikut ini:
a. Tahap Alarm.
b. Tahap Resistensi.
c. Tahap Exhaustion.
25
dapat meningkatkan rasa kerentanan pada lansia, menyebabkan ketakutan dan
kecemasan untuk menghadapi kenyataan, kematiannya sendiri, dan menurunkan
sumber-sumber koping.
Kematian pasangan merupakan salah satu kehilangan yang paling berat yang
dapat dialami seseorang. Masa menjanda atau menduda dapat secara serius
memengaruhi status finansial lansia, jaringan sosial, serta kesehatan fisik dan
mental. Jika kehilangan pasangan terjadi di usia lanjut, individu tersebut
mempunyai risiko yang lebih besar mengalami depresi, cemas, dan penyalahgunaan
zat daripada orang yang lebih muda karena penurunan fleksibilitas. Akibat yang
lebih parah, lansia dapat mengalami penyakit kronis dan kerusakan jaringan
dukungan sosial. Lansia pria bahkan mempunyai risiko yang lebih besar mengalami
gangguan fisik dan mental dibandingkan lansia wanita.
Selain kehilangan pasangan hidup, masalah yang belum terselesaikan dapat terus
diingat sampai bertahun-tahun setelah kematian pasangan. Pernikahan yang
berumur panjang belum tentu menjamin sebuah pernikahan yang bahagia. Perasaan
bersalah yang belum hilang yang berhubungan dengan ketidaksetiaan,
penganiayaan fisik, atau penyalahgunaan zat atau masalah finansial setelah masa
menjanda atau menduda adalah beberapa contoh dari masalah-masalah yang dapat
memburuk dan menyebabkan penyakit yang serius. Kadang kala berlangsung
sampai 10 tahun setelah kematian pasangan.
Kematian anak yang sudah dewasa dapat membuat lansia lebih berduka daripada
kematian pasangan karena orangtua mengharapkan anak mereka hidup lebih lama
daripada mereka dan menjadi penyokong usia. Anak yang sudah dewasa adalah
bagian penting dari jaringan dukungan sosial lansia.
3) Pertimbangan Khusus
26
b. Rujuk pasien yang harus menghadapi kehilangan anak yang sudah dewasa
ke sumber komunitas yang tepat seperti interfaith, rohaniawan, atau ahli terapi
dukacita.
a. Pengertian
Perawatan paliatif adalah pelayanan aktif dan menyeluruh yang dilakukan oleh
satu tim dari berbagai disiplin ilmu. Tim paliatif terdiri atas tim terintegrasi,
antara lain dokter, perawat, psikolog, ahli fisioterapi, pekerja sosial medis, ahli
gizi, rohaniawan, dan relawan. Keberhasilan keperawatan paliatif bergantung
pada kerja sama yang efektif dan pendekatan interdisiplin antara dokter, perawat,
pekerja sosial medis, rohaniawan atau pemuka agama, relawan, dan anggota
pelayanan lain sesuai dengan kebutuhan.
Tim harus mampu mengupayakan dan menjamin agar pasien lanjut usia mendapat
pelayanan seutuhnya yang mencakup bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual.
Artinya, tidak ada anggota tim yang menjadi primadona. Pemimpin tim dibantu
anggotanya harus berusaha keras untuk mencapai tujuan perawatan. Kerja sama
yang erat antara anggota tim perawatan paliatif dengan keluarga pasien dirasakan
sebagai kebutuhan utama yang saling mendukung kelancaran perawatan paliatif.
27
1) Pada saat perawatan.
Tuiuan perawatan paliatif adalah mencapai kualitas hidup maksimal bagi si sakit
(lanjut usia) dan perawatan tim paliatit, meringankan, bukan menyembuhkan,
meningkatkan kualitas hidup dengan menumbuhkan semangat dan motivasi, dan
mengurangi beban penderitaan lanjut usia.
d. Dalam memberikan perawatan paliatit, tim tersebut harus berpijak pada pola dasar
yang digariskan oleh WHO, yaitu meningkatkan kualitas hidup dan menganggap
kematian sebagai proses yang normal, tidak mempercepat dan menunda kematian
lansia, menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang mengganggu, menjaga
keseimbangan psikologis dan spiritual, berusaha agar lanjut usia yang sakit tetap
sakit sampai akhir hayatnya, berusaha mambantu mengatasi suasana dukacita
keluarga klien lanjut usia.
28
e. Kekhususan tim paliatif:
1) Profesi setiap anggota tim telah dikenal cakupan dan lingkup kerjanya.
g. Peran perawat paliatif dalam membantu kematian yang bermartabat secara praktis
(Almoger, 2000) sebagai berikut:
29
1) Dengarkan dengan saksama semua keluhan penderita.
3) Hendaknya petugas responsif atas rasa cemas serta sedih dari penderita dan
berusaha untuk meringankannya.
d. Nyeri spiritual, antara lain rasa takut yang berkaitan dengan eksistensi
manusia dan hubungannya dengan Tuhan.
30
1. Sebab-Sebab Kehilangan
2. Gejala-Gejala Umum
a. Tahap 1: Merasa shock atau terpukul dan tidak percaya. Hampir semua tingkah laku yang
tidak bersifat merusak merupakan sikap penyesuaian pada tahap ini.
c. Tahap 3: Pulih kembali, tingkah laku yang tampak, misalnya kemampuan untuk
memahami dan menghayati kehilangan tersebut. Setelah itu melanjutkan kegiatan
hidupnya sehari-hari dengan cara merencanakan masa depannya, seraya mengingat
kembali kejadian, baik yangmenyenangkan maupun yang menyedihkan yang diakibatkan
oleh peristiwa tersebut secara realistis.
3. Penatalaksanaan
a. Tahap 1:
3) Katakan kepada klien lanjut usia bahwa dengan peristiwa itu berarti ia telah
melakukan sesuatu yang baik.
4) Terima tingkah laku klien lanjut usia yang tidak merusak fisik.
31
b. Tahap 2:
1) Gabungkan pengaruh peristiwa kehilangan tersebut, baik pada diri klien lanjut usia
maupun keluarganya selama pembicaraan dengan klien lanjut usia.
2) Libatkan klien lanjut usia dalam merencanakan dan melakukan perawatan diri.
c. Tahap 3:
1) Diskusikan bersama klien lanjut usia segi-segi positif dan negatifnya peristiwa
kehilangan tersebut.
4) Dalam pembicaraan dengan klien lanjut usia, berilah kesempatan kepadanya untuk
mengarahkan pembicaraan pada peristiwa tersebut.
4. Rencana Selanjutnya
a. Menyokong kesadaran klien lanjut usia akan kebutuhannya untuk tetap menghayati
peristiwa tersebut.
b. Yakinkanlah bahwa klien lanjut usia masih mempunyai dukungan, baik dari keluarga
maupun teman-temannya.
c. Yakinkanlah bahwa klien lanjut usia sadar akan normalnya keadaan tersebut dan
mengerti setiap orang juga mengalami proses yang sama bila mengalami kehilangan.
Asuhan keperawatan lanjut usia dengan tidak ada harapan sembuh (yang menghadapi
saat kematian) adalah:
32
1. Ciri-ciri atau tanda-tanda pada klien lanjut usia menjelang kematian.
d. Badan dingin dan lembap terutama pada kaki, tangan, dan ujung hidungnya.
g. Napas dengkur berbunyi keras (stridor) yang disebabkan oleh adanya lendir pada
saluran pernapasan yang tidak dapat dikeluarkan oleh klien lanjut usia.
b. Berhak untuk tetap merasa punya harapan, meskipun fokusnya dapat saja berubah-
ubah.
c. Berhak untuk dirawat oleh mereka yang dapat menghidupkan terus harapan itu,
walaupun dapat berubah-ubah.
d. Berhak untuk merasakan perasaan dan emosi mengenai kematian yang sudah
mendekat dengan caranya sendiri.
33
f. Berhak untuk mengharapkan akan terus mendapat perhatian medis dan perawatan
walaupun tujuan penyembuhan harus diubah menjadi tujuan memberikan rasa
nyaman.
k. Berhak untuk mendapat bantuan dari dan untuk keluarganya dalam menerima
kematian.
o. Berhak untuk mengharapkan bahwa kesucian tubuh manusia akan dihormati sesudah
mati.
3. Sebab-sebab kematian.
a. Penyakit.
1) Keganasan, misalnya:
a) Carnisoma (C).
b) Carnisoma Hati.
c) Carnisoma Paru.
d) Carnisoma Mammae.
c) DM Gangguan Endokrin.
4. Tanda-tanda kematian.
a. Pupil (bola matanya) tetap membesar atau melebar dan tidak berubah-ubah.
b. Hilangnya semua refleks dan ketiadaan kegiatan otak yang tampak jelas dalam hasil
pemeriksaan EEG yang menunjukkan mendatar dalam waktu 24 jam.
5. Pengaruh kematian.
35
1) Simpati dan dukungan moril.
Tahap-tahap ini tidak selamanya berurutan secara tetap tetapi dapat saling tindih,
kadang-kadang seorang klien lanjut usia melalui satu tahap tertentu untuk kemudian
kembali lagi ke tahap itu. Lamanya setiap tahap dapat bervariasi, mulai dari beberapa jam
sampai beberapa bulan. Apabila suatu tahap tertentu berlangsung sangat singkat, bisa
timbul kesan seolah-olah klien lanjut usia melompati satu tahap terkecuali jika perawat
mempertahankan secara saksama dan cermat.
Selama tahap ini klien lanjut usia sesungguhnya mengatakan bahwa maut menimpa
semua orang kecuali dia. Klien lanjut usia biasanya terpengaruh oleh penolakannya
sehingga ia tidak memperhatikan fakta-fakta yang mungkin sedang dijelaskan
perawat kepadanya. la malahan dapat menekan apa yang telah ia dengar atau
mungkin akan meminta pertolongan dari berbagai macam sumber profesional dan
nonprofesional dalam upaya melarikan diri dari kenyataan bahwa maut sudah berada
di ambang pintu. Kadang lanjut usia menunjukkan tingkah laku yang tidak percaya,
melanjutkan perencanaan/persiapan untuk masa depan, menolak untuk membicarakan
pengobatan dengan dokter atau saat perawatan.
Tahap ini ditandai oleh rasa amarah dan emosi yang tidak terkendalikan. Klien lanjut
usia mudah marah terhadap perawat dan petugas-petugas kesehatan lainnya terhadap
apa saja yang mereka lakukan. Pada tahap ini, bagi klien lanjut usia lebih merupakan
hikmah daripada kutukan. Kemarahan di sini merupakan mekanisme pertahanan diri
klien lanjut usia. Akan tetapi, kemarahan yang sesungguhnya tertuju kepada
kesehatan dan kehidupan. Pada saat ini perawat kesehatan harus berhati-hati dalam
memberikan penilaian dalam mengenali kemarahan dan emosi yang tak terkendalikan
sebagai reaksi yang normal terhadap kematian yang perlu diungkapkan. Marah
36
terhadap kenyataan bahwa kematian akan dialami dalam waktu dekat dan respons ini
mungkin diekspresikan kepada dokter dan perawat atau kepada pemuka agama.
Kemarahan biasanya mereda dan klien lanjut usia dapat menimbulkan kesan sudah
dapat menerima apa yang sedang terjadi dengan dirinya. Akan tetapi, pada tahap
tawar-menawar inilah banyak orang cenderung untuk menyelesaikan urusan rumah
tangga mereka sebelum maut tiba, dan akan menyiapkan hal-hal seperti membuat
surat dan mempersiapkan jaminan hidup bagi orang-orang tercinta yang ditinggalkan.
Selama tawar-menawar segala permohonan yang dikemukakan hendaknya dapat
dipenuhi karena merupakan bagian dari urusan-urusan yang belum selesai dan harus
dibereskan sebelum mati. Misalnya, lanjut usia mempunyai satu permintaan terakhir
untuk melihat pertandingan olahraga, mengunjungi seorang kerabat, melihat cucu
terkecil, pergi makan ke restauran, dan sebagainya. Perawat dianjurkan memenuhi
permohonan itu karena tawar- menawar membantu klien lanjut usia memasuki tahap-
tahap berikutnya,mencari second opinion, dan melakukan aktivitas yang akan
memberikan mereka lebih banyak waktu.
Pada tahap ini klien lanjut usia pada hakikatnya merasakan saat-saat sedih. Klien
lanjut usia sedang dalam suasana berkabung karena di masa lampau ia sudah
kehilangan orang yang dicintai dan sekarang ia akan kehilangan nyawanya sendiri.
Bersamaan dengan ini harus meninggalkan semua hal yang menyenangkan yang telah
dinikmatinya. Selama tahap ini klien lanjut usia cenderung tidak banyak bicara dan
sering menangis. Saatnya bagi perawat untuk duduk dengan tenang di samping klien
lanjut usia yang sedang melalui masa sedihnya sebelum maut.
Tahap ini ditandai oleh sikap menerima kematian. Menjelang saat ini klien lanjut usia
telah membereskan urusan-urusan yang belum selesai dan mungkin tidak ingin
37
berbicara lagi karena ia sudah menyatakan segala sesuatunya. Tawar-menawar sudah
lewat dan tibalah saat kedamaian dan ketenangan.
7. Penatalaksanaan.
2) Ingatlah bahwa dalam benaknya bergejolak pertanyaan, "Mengapa hal ini terjadi
padaku?".
3) Seringkali perasaan ini dialihkan kepada orang lain atau Anda sebagai cara klien
lanjut usia bertingkah laku.
38
1) Jangan mencoba menyenangkan klien lanjut usia. Ingatlah bahwa tindakan ini
sebenarnya hanyalah memenuhi kebutuhan petugas. Jangan takut menyaksikan
klien lanjut usia menangis. Hal ini merupakan ungkapan pengekspresian
kesedihannya. Anda boleh saja berdukacita dengan empati, bukan simpati.
2) Klien lanjut usia hanya sekadar mengisi dan menghabiskan waktu untuk perasaan-
perasaannya dan bukannya mencari jawaban. Biasanya klien lanjut usia
menanyakan sesuatu yang sebetulnya sudah diketahui jawabannya.
Klien lanjut usia telah menerima dan dapat mengatakan bahwa sikap menerima
kematian akan tiba dan ia tidak boleh menolak. Sebenarnya klien lanjut usia tidak
menghendaki:
1) Sikap menyerah ketika kematian ini terjadi. Akan tetapi ia tahu bahwa akan
terjadi. Jadi, klien lanjut usia tidak merasa tenang dan damai.
2) Luangkan waktu untuk klien lanjut usia. Sikap keluarga akan berbeda dengan
sikap klien lanjut usia. Oleh karena itu, sediakan waktu untuk mendiskusikan
perasaan mereka.
39
2.5 ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA
1. IDENTITASKLIE :
N
Nama : Ny. H
Umur : 68 thn
Agama : Islam
Alamat asal : Jombang
Tanggal datang : 23 Oktober 2020 Lama Tinggal di Panti -
2. DATA :
KELUARGA
Nama : Ny. S
Hubungan : Anak
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jombang Telp : 081321xxxxxx
3. STATUS KESEHATAN SEKARANG :
Keluhan utama:
40
Obat-obatan:-
FUNGSI FISIOLOGIS
1. Kondisi Umum
Ya Tidak
Kelelahan : Ya
Perubahan BB : Ya
Perubahan nafsu : Ya
makan
Masalah tidur : Ya
Kemampuan : Ya
ADL
KETERANGA : ......................................................................................................
......................................................................................................
N
2. Integumen
Ya Tidak
Lesi / luka : Tidak
Pruritus : Tidak
Perubahan : Ya
pigmen
Memar : Tidak
Pola : Tidak
penyembuhan
lesi
KETERANG : ..........................................................................................................
..........................................................................................................
AN
3. Hematopoetic
Ya Tidak
Perdarahan : Tidak
abnormal
Pembengkakan : Tidak
kel. Limfe
Anemia : Ya
KETERANGA : .....................................................................................................
N
41
4. Kepala
Ya Tidak
Sakit kepala : Ya
Pusing : Ya
Gatal pada kulit : Ya
kepala
KETERANG : ...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
AN
5. Mata
Ya Tidak
Perubahan : Ya
penglihatan
Pakai kacamata : Tidak
Kekeringan : Ya
mata
Nyeri : Tidak
Gatal : Tidak
Photobobia : Tidak
Diplopia : Tidak
Riwayat infeksi : Tidak
KETERANG : .........................................................................................................................
.........................................................................................................................
AN
6. Telinga
Ya Tidak
Penurunan : Ya
pendengaran
Discharge : Ya
Tinitus : Tidak
Vertigo : Tidak
Alat bantu dengar : Tidak
Riwayat infeksi : Tidak
Kebiasaan : Ya
membersihkan telinga
Dampak pada ADL : Biasanya jika dipanggil tidak mendengarkan kalo tidak
dengan suara yang keras
KETERANGAN : ..........................................................................................
..........................................................................................
42
7. Hidung sinus
Ya Tidak
Rhinorrhea : Tidak
Discharge : Tidak
Epistaksis : Tidak
Obstruksi : Tidak
Snoring : Tidak
Alergi : Tidak
Riwayat infeksi : Tidak
KETERANG : ...................................................................................................................
...................................................................................................................
AN
8. Mulut,
tenggorokan
Ya Tidak
Nyeri telan : Ya
Kesulitan : Ya
menelan
Lesi : Tidak
Perdarahan gusi : Tidak
Caries : Ya
Perubahan rasa : Ya
Gigi palsu : Ya
Riwayat Infeksi : Tidak
Pola sikat gigi : Sikat gigi pagi dan malam
KETERANGA : ........................................................................................................
........................................................................................................
N
9. Leher
Ya Tidak
Kekakuan : Tidak
Nyeri tekan : Tidak
Massa : Tidak
KETERANG : .........................................................................................................................
.........................................................................................................................
AN
10. Pernafasan
Ya Tidak
Batuk : Tidak
Nafas pendek : Ya
Hemoptisis : Tidak
Wheezing : Tidak
43
Asma : Tidak
KETERANG : ...................................................................................................................
...................................................................................................................
AN
11. Kardiovaskuler
Ya Tidak
Chest pain : Tidak
Palpitasi : Tidak
Dipsnoe : Tidak
Paroximal : Tidak
nocturnal
Orthopnea : Tidak
Murmur : Tidak
Edema : Tidak
KETERANGAN : ...............................................................................................................
...............................................................................................................
12. Gastrointestinal
Ya Tidak
Disphagia : Ya
Nausea / : Ya
vomiting
Hemateemesis : Ya
Perubahan nafsu : Ya
makan
Massa : Ya
Jaundice : Ya
Perubahan pola : Ya
BAB
Melena : Tidak
Hemorrhoid : Tidak
Pola BAB : Ketika pagi hari saja
KETERANGAN : ...........................................................................................................
...........................................................................................................
13. Perkemihan
Ya Tidak
Dysuria : Ya
Frekuensi : Lebih dari 5 kali sehari
Hesitancy : Tidak
Urgency : Tidak
Hematuria : Tidak
Poliuria : Ya
44
Oliguria : Ya
Nocturia : Ya
Inkontinensia : Ya
Nyeri berkemih : Tidak
Pola BAK : Lebih dari 5 kali sehari
KETERANGAN : ...........................................................................................................
...........................................................................................................
Reproduksi
(perempuan)
Lesi : Tidak
Discharge : Tidak
Postcoital bleeding : Tidak
Nyeri pelvis : Tidak
Prolap : Tidak
Riwayat menstruasi : Sudah tidak menstruasi
Aktifitas seksual : Tidak
Pap smear : Tidak
KETERANGAN : ...........................................................................................................
...........................................................................................................
15. Muskuloskeletal
Ya Tidak
Nyeri Sendi : Ya
Bengkak : Tidak
Kaku sendi : Tidak
Deformitas : Tidak
Spasme : Tidak
Kram : Tidak
Kelemahan otot : Ya
Masalah gaya : Ya
berjalan
45
Nyeri punggung : Ya
Pola latihan : ............................................................................................
Dampak ADL : Masih bisa berjalan sendiri seperti biasa
KETERANGAN : ...........................................................................................................
...........................................................................................................
16. Persyarafan
Ya Tidak
Headache : Tidak
Seizures : Tidak
Syncope : Tidak
Tic/tremor : Ya
Paralysis : Tidak
Paresis : Tidak
Masalah memori : Ya
KETERANGAN : ...........................................................................................................
...........................................................................................................
Dampak pada
ADL :.........................................................................................................................
....................................................................................................
.....................
Spiritual
Aktivitas ibadah : menjalankan sholat lima waktu
Hambatan :-
KETERANGAN :.......................................................................................................
.....................
46
6. LINGKUNGAN :
Kamar : nyaman
Dalam rumah.wisma :-
1. Kemampuan ADL
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel)
No Kriteria Dengan Mandir Skor
Bantuan i Yang
Didapat
1 Makan 5 10 8
5 Mandi 0 5 3
8 Mengenakan pakaian 5 10 10
47
2. Aspek Kognitif dengan MMSE (Mini Mental Status Exam)
48
8). Perintahkan kepada klien untuk menulis
kalimat dan
9). Menyalin gambar 2 segi lima yang saling
bertumpuk
Total nilai 30 19
Interpretasihasil :
24 30 : tidakadagangguankognitif
18 23 : gangguankognitifsedang
0 - 17 : gangguankognitifberat
Interpretasi hasil
Interpretasi hasil:
Apabila hasil pemeriksaan TUG menunjukan hasil berikut:
>13,5 detik Resiko tinggi jatuh
>24 detik Diperkirakan jatuh dalam kurun waktu
6 bulan
>30 detik Diperkirakan membutuhkan bantuan
dalam mobilisasi dan melakukan ADL
(Bohannon: 2006; Shumway-Cook,Brauer & Woolacott: 2000; Kristensen, Foss & Kehlet:
2007: Podsiadlo & Richardson:1991)
4. Kecemasan, GDS
Pengkajian Depresi
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tdk Hasil
1. Anda puas dengan kehidupan anda saat ini 0 1 0
49
2. Anda merasa bosan dengan berbagai aktifitas dan kesenangan 1 0 0
3. Anda merasa bahwa hidup anda hampa / kosong 1 0 0
4. Anda sering merasa bosan 1 0 0
5. Anda memiliki motivasi yang baik sepanjang waktu 0 1 0
8. Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi pada anda 1 0 1
7. Anda lebih merasa bahagia di sepanjang waktu 0 1 0
8. Anda sering merasakan butuh bantuan 1 0 1
9. Anda lebih senang tinggal dirumah daripada keluar melakukan 1 0 0
sesuatu hal
10. Anda merasa memiliki banyak masalah dengan ingatan anda 1 0 1
11. Anda menemukan bahwa hidup ini sangat luar biasa 0 1 0
12. Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda 1 0 0
13. Anda merasa diri anda sangat energik / bersemangat 0 1 0
14. Anda merasa tidak punya harapan 1 0 0
15. Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari diri anda 1 0 1
Jumlah 4
(Geriatric Depressoion Scale (Short Form) dari Yesafage (1983) dalam Gerontological
Nursing, 2006)
Interpretasi :
Jika Diperoleh skore 5 atau lebih, maka diindikasikan depresi
5. Status Nutrisi
50
9. Mengalami penurunan berat badan 5 Kg dalam enam bulan terakhir 2 Ya
10. Tidak selalu mempunyai kemampuan fisik yang cukup untuk 2 Ya
belanja, memasak atau makan sendiri
Total score 6
(American Dietetic Association and National Council on the Aging, dalam Introductory
Gerontological Nursing, 2001)
Interpretasi:
0 2 : Good
Alat Skrining yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi sosial lansia
51
1. Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga (teman-ADAPTATION 1
teman) saya untuk membantu pada waktu sesuatu menyusahkan
saya
2. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman)saya PARTNERSHIP 1
membicarakan sesuatu dengan saya dan mengungkapkan
masalah dengan saya
3. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya menerima GROWTH 1
dan mendukung keinginan saya untuk melakukan aktivitas / arah
baru
4. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) sayaAFFECTION 1
mengekspresikan afek dan berespon terhadap emosi-emosi saya
seperti marah, sedih/mencintai
5. Saya puas dengan cara teman-teman saya dan sayaRESOLVE 1
meneyediakan waktu bersama-sama
Kategori Skor: TOTAL 5
Pertanyaan-pertanyaan yang dijawab:
1). Selalu : skore 22). Kadang-kadang : 1
3). Hampir tidak pernah : skore 0
Intepretasi:
< 3 = Disfungsi berat
4 - 6 = Disfungsi sedang
> 6 = Fungsi baik
Smilkstein, 1978 dalam Gerontologic Nursing and health aging 2005
A. ANALISIS DATA
DATA PROBLEM
DS : Saya merasa lemah dan sering cepat lelah bila beraktivitas Kurang perawatan
jadi untuk perawatan diri ya seadanya saja diri(personal hygine)
DO : - K/U Baik
- Tampak tidak rapi, kotor, dan tidak terawat
- Rambut putih, kulit keriput
DS: saya ketika berhubungan intim merasa kurang minat lagi Gangguan seksual
DO: ku baik
DO:
56
D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
57
Diagnosis Keperawatan: gangguan seksual
58
Hasil : klien sedikit lebih
mengerti saat di jelaskan tentang
perubahan yang terjadi pada nya
4. memotivasi klien untuk
mengkonsumsi makanan yang
rendah lemak, rendah kolestrol,
dan berupa diet vegetarian
hasil : klien setiap hari
mengkonsumsi nasi, ikan, sayur
59
Hari, S : klien memgerti dengan kebutuhan
- Beri makanan yang tinggi makannya
Tanggal,
zat besi,protein, dan O : klien tampak lebih segar
Jam
karbohidrat contoh sayur
A : masalah teratasi sebagian
bayam, tempe dan nasi
P : lanjutkan intervensi
- Beri sumplemen vitamin c
- Monitor makan px seperti I : banyak memakan makanan yang tinggi
zat besi,protein, dan vitmanin
habis berapasedok dan
sehari berapa kali E :klien sudah mau menjalankan diit
makanan sehat
- Berikan buah agartidak
terjadi konstipasi
60
Hari, S :klien mengatakan sedikit lebih lega
Berikan dukungan seacra
Tanggal, O : klien tampak tidak lagi gelisah
emosional kepada px
Jam A : masalah teratasi sebagian
Minta keluarga untuk selalu P : lanjutkan intervensi
mendampingi pasien
I : minta keluarga selalu disamping klien
dan selalu memberi dukungan seacra
Minta keluarga untuk memberi
dokungan dan dorongan emosional fisik dan spiritual
semangat untuk px
E : klien sudah dapat menerima bahwa
cucunya telah pergi
Monitor semangat px
61
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
Diharapkan kita sebagai seorang Perawat dapat mengetahui cara atau langkah
yang dapat dilakukan dalam memberikan asuhan keperawatan bagi lansia yang
memiliki masalah pada gizi, kehilangan, seksualitas dan personal hygiene.
62
DAFTAR PUSTAKA
Barbara, C. Long. 1996. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses roses) Unit
IV, V, VI. Alih bahasa: Yayasan lIkatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran Bandung.
Bandung: 1APK.
Dwi. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Efendi, Ferri dan Makfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Herry & Potter. 2005. Fundamental Keperawatan. Edisi 4. Volume 1. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Juall, Capernito Lynda. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 6. Alih Bahasa
Yasmin Asih. Jakarta: EGC.
Marilyn E., Donges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Alih bahasa Made Kariasa.
Jakarta: EGC.
Maryam, R. Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika.
Mubarak, Wahit lqbal, dkk. 2006. Buku Ajar lImu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta: CV
Sagung Seto.
Mubarak, Wahit lqbal, dkk. 2009. llmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi. Buku 2.
Jakarta: Salemba Medika.
Nanda Internasional 2013. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012 2014. Jakarta:
EGC.
Noorkasiani dan S. Tamher. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
63
Nugroho, Wahjudi. 2000. Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.
Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi ke-2. Jakarta: EGC.
S, Tamher dan Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Suseno, Tutu April A. 2005. Buku Ajar Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia: Kehilangan,
Kematian, dan Berduka dan Proses Keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.
Stockslenger, Jaime L. 2007. Buku Saku Asuhan Keperawatan Geriatrik. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Tarwoto, Wartona. 2002. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Uliyah, Musrifatul. 2012. Buku Ajar Kebutuhan Manusia. Edisi 1. Surabaya: Health- Books
Publishing.
64
65