SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NANI HASANUDDIN MAKASSAR 2020 A. PENGKAJIAN 1. Riwayat kesehatan Riwayat kesehatan yang dikaji meliputi data saat ini dan yang telah lalu. Perawat juga mengkaji keadaan keadaan pasien dan keluarganya. Kajian tersebut berfokus kepada manifestasi klinik keluhan utama, kejadian yang membuat kondisi sekarang ini, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, dan riwayat psikososial, riwayat kesehatan dimulai dari biografi pasien. Aspek yang sangat erat hubungannya dengan gangguan sistem pernapasan adalah usia, jenis kelamain, pekerjaan (terutama gambaran kondisi tempat kerja), dan tempat tinggal. Keadaan tempat tinggal mencakup kondisi tempat tinggal, serta apakah pasien tinggal sendiri atau dengan orang lain yang nantinya berguna bagi perencaan pulang (discharge planning) . a. Keluhan utama Keluhan utama akan menentukan prioritas intervensi dan mengkaji pengetahuan pasien tentang kondisinya saat ini, keluhan utama yang biasa muncul pada pasien yang mengalami gangguan siklus O2, dan CO2 antara lain; batuk, peningkatan produksi sputum, dispnea, hemoptisis, wheezing, stridor, dan nyeri dada. 1) Batuk (cough) Batuk merupakan gejala utama pada pasien dengan gangguan sistem pernapasan. Tanyakan berapa lama pasien mengalami batuk (misal: satu minggu, tiga bulan), tanyakan juga bagaimana hal tesersebut timbul dengan waktu yang spesifik (misal; pada malam hari, ketika bangun tidur) atau hubunganya dengan aktivitas fisik. Tentukan batuk terebut apakah produktif atau nonprodukstif dan berdahak atau kering. 2) Peningkatan produksi sputum Sputum merupakan suatu substansi yang keluar bersama dengan batuk atau bersihan tenggorokan. Percabangan trakheobronkhial secara normal memproduksi sekitar 3 ons mukus setiap hari sebagai bagian dari mekanisme pembersihan nornal (“nornal cleaning mechanium”). Namun produksi sputum akibat batuk adalah tidak normal. Tanyakan dan catat warna konsitensi, bau, dan jumlah dari sputum karena hal-hal tersebut dapat menunjukkan keadaan dari proses patologik. Jika terjadi infeksi, sputum dapat berwarna kuning atau hijau, putih atau kelabu, dan jernih. Pada keadaan edema paru- paru, sputum akan berwarna merah muda karena mengandung darah dengan jumlah yang banyak. 3) Dispnea Dispnea merupakan suatu persepsi kesulitan bernapas/napas pendek dan merupakan perasaan subjektif pasien. Perawat mengkaji tentang kemampuan pasien saat melakukan aktivitas sebagai comtoh ketika berjalan apakah pasien mengalami dispnea? Perlu dikaji juga kemampuan timbulnya paroxsysmal necturnal dispnea dan orthopnea, yang berhubungan dengan penyakit paru-paru kronis dan gagal jantung kiri. 4) Hemoptisi Hemoptisis adalah darah yang keluar dari mulut saat batuk. Perawat mengkaji apakah dara tersebut berasal dari paru-paru biasanya berwarna merah terang karena darah paru-paru distimulasi segera oleh refleks batuk. Penyakit yang menyebabkan hemoptisis antara lain bronkhitis kronik, bronkhiektasis, tuberkolosis (TB), paru- paru cystic fibrosisi, upper airway necrotizing granulema, emboli paru-paru, pnemonia, kanker paru-paru dan abses paru-paru. 5) Chest pain Nyeri dada ( chest pain) dapat berhubungan dengan masalah jantung dan paru-paru. Gambaran yang lengkap dari nyeri dada dapat menolong perawat untuk menmbedakan nyeri pada pluera, muskuloskeletal, kardiak, dan gastroinstestinal. Paru-paru tidak mempunyai saraf yang sensitif terhadap nyeri. Namum saraf tersebut dimiliki oleh iga, otot, pluera parietal, dan percabangan trakheubronkhial. Oleh karena perasaan nyeri murni bersifat subjektif, maka perawat harus menganalisis nyeri yang ditimbulkan dan berhubungan dengan masalah. b. Riwayat kesehatan masa lalu Perawat menanyakan tentang riwayat penyakit pernapasan pasien. Secara umum perawat perlu menanyakan hal-hal berikut: 1) Riwayat merokok, merokok merupakan penyebab utama kanker paru- paru, emfisema, dan bronkhitis kronis. Semua keadaan itu sangat jarang menimpa non-perokok. Anamnesis harus mencakup hal-hal: a) Usia mulanya merokok secara rutin b) Rata-rata jumlah rokok yang dihisap per hari c) Usia menghentikan kebiasaan merokok 2) Pengobatan saat ini dan masa lalu 3) Alergi 4) Tempat tinggal c. Riwayat kesehatan keluarga Tujuan menanyakan riwayat keluarga dan sosial pasien penyakit paru- paru sekarang kurangnya ada tiga hal yaitu: 1). Penyakit infeksi tertentu khususnya tuberkulosis ditularkan melalui satu orang ke orang lainnya. Manfaat menanyakan riwayat kontak dengan orang terinfeksi akan dapat diketahui sumber penularannya. 2). Kelainan alergi seperti asma bronkhial, menunjukkan suatu predisposisi keterunan tertentu. Selain itu serangan asma mungkin dicetuskan oleh konflik keluarga atau orang terdekat 3). Pasien bronkhitis kronis mungkin bermukim didaerah yang tingkat polusi udaranya tinggi, namun polusi udara tidak menimbbulkan bronkhitis kronis, melainkan hanya memperburuk penyakit tersebut. 2. Kajian sistem head to toe a. inspeksi prosedur inspeksi yang dilakukan oleh perawat adalah sebagai berikut: a) pemeriksaan dada dimulai dari dada postterior dan pasien harus dalam keadaan duduk b) dada diobservasi dengan membandingkan satu sisi dengan yang lainnya. c) Tindakan dilakukan dari atas sampai ke bawah d) Inspeksi dada posteroir terhadap warna kulit dan kondisimya ( skar, lesi, dan massa) dan gangguan tulang belakang (kifosis, skoliosis, dan lordosis) e) Catat jumlah, irama, kedalaman pernapasan, dan kesimetrisan pergerakkan dada f) Observasi tipe pernapasan seperti pernapasan hidung atau pernapasan diafragma serta penggunaan otot bantu pernapasan g) Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi (I) dan fae ekspirasi (II), rasio pada fase ini normalnya adalah 1: 2. Fase ekspirasi yang memanjang menunjukkan adanya obstruksi pada jalan napas dan serinh ditemukan pada pasien dengan chronic airflow limitation (CAL)/Chronic Obstructive Pulmonary Discase (COPD) h) Kaji konfigurasi dada dan bandingkan diameter anterposterior (AP) dengan diameter lateral/tranversal (T). Rasio normal berkisar antara 1: 2 sampai 5 : 7, tergantung dari kondisi cairan tubuh pasien. i) Kelainan pada bentuk dada : 1) Barrel chest Timbul akibat terjadinya overinflatoin paru-paru. Terdapat peningkatan diameter AP : T (1: 1), sering terjadi pada pasien emfisema 2) Funnel chest (pectus excavatum) Timbul jika terjadi depresi pada bagian bawah dari sternum, hal ini akan menekan jantung dan pembuluh darah besar yang mengakibatkan murmur. Kondisi ini dapat timbul pada ricketsis, marfons syndrome, atau akibat kecelakaan kerja. 3) Pigeon chest (pectus carinatum) Timbul sebagai akibat dari ketidaktepatan sternum yang mengakibatkan terjadi peningkatan diameter AP terjadi pada pasien dengan kifoskolinsis berat. 4) Kyphoscoliosis (kifoskoliosis) Terlihat dengan adanya elevasi skapula yang akan menggangu pergerakan paru-paru. Kelainan ini dapat timbul pada pasien dengan osteoporisis dan kelainan muskuluskeletal lain yang memengaruhi toraks. Kifosisi: meningkatnya kelengkungan normal columna vertebrae thoracallas menyebabkan pasien tampak bongkok. Skoliosis: melengkungnya vertebrae thoracalls ke samping disertai rotasi vertebral. a) Observasi kesimetrisan pergerakan dada. Gangguan pergerakan atau tidak adekuatnya ekspansi dada megindikasikan penyakit pada paru-paru pleura. b) Observasi retraksi abnormla ruang interkostal selama inspirasi, yang mengindikasikan obstruksi jalan napas. b. Palpasi Palpasi dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan mengobservasi abnormalitas, mengindentifikasi keadaan kulit, dan mengetahui vocal/tactile premitus (vibrasi). Palpasi toraks berguna untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat inpeksi seperti massa, lesi, dan bengkak. Perlu dikaji juga kelembutan kulit terutama jika pasien mengeluh nyeri. Perhatikan adanya getaran dinding dada yang dihasilkan ketika berbicara (vocal premitus) c. Perkusi perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner, organ yang ada disekitarnya, dan pengembangan (ekskursi) diafragma. Jenis suara perkusi ada dua jenis yaitu: 1). Suara perkusi normal a) Resortam soner): dihasilkan dari jaringan paru-paru normal umumnya bergaung dan bernada rendah b) Dullnea: dihasilkan diatas bagian jantung dan paru-paru c) Tympany: dihasilkan diatas perut yang berisi udara umumnya bersifat musikal 2) Suara perkusi abnormal a) Hiperrosman : bergaung rendah dibandingkan dengan resonan dan timbul pada bagian paru-paru yang abnormal berisi udara. b) Flatness: nadanya lebih tinggi dari dulliness dan dapat didengar pada perkusi daerah paha. Dimana seluruh areanya berisi jaringan. d. Auskultasi Auskultasi merupakan pengkajian yang sangat bermakna mencakuo mendengarkan suara napas normal dan suara tambahan (abnormal). Suara napas normal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui jalan napas dari laring ke alveoli dan bersifat bersih. 1) Jenis suara napas normal adalah: a) Bronkhial Sering juga disebut dengan 'tubular sound' karena suara ini dihasilkan oelh udara yang melalui suatu tube (pipa), suaranya terdengar keras, nyaring, dengan hembusan yang lembut. Fase ekspirasinya lebih panjang daripada inspirasi dan tidak ada jeda di antara kedua fase tersebut. Normal terdengar di atas trakhea atau daerah lekuk suprasternal. b) Bronkovesikular Merupakan gabungan dari suara napas bronkhial dan vesikular. Suaranya terdengar nyaring dengan intensitas sedang. Inspirasi sama panjang dengan ekpirasi. Suara ini terdengar di daerah dada dimana bronkhus tertutup oleh dinding dada. c) Vesikular Terdengar lembut, halus, ssperti angin sepoi-sepoi. Inspirasi lebih panjang dari ekspirasi, ekpirasi terdengar seprrti tiupan. 2) Jenis suara napas tambahan adalah: a) Wheezing Terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan karakter suara nyaring, musikal, suara terus menerus yang disebabkan aliran udara melalui jalan napas yang menyempit. b) Ronchi Terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi, karakter suara terdengar perlahan, nyaring, dan suara menggorok terus-menerus. Berhubungan dengan sekresi kental dan peningkatan produksi sputum. c) Pleural Friction rub Terdengar saat inspirasi dan ekspirasi. Karakter suara kasar, berciut, dan suara seperti gesekan akibat dan inflamasi pada daerah pleura. Sering kali pasien mengalami nyeri saat bernapas dalam. d) Crackles, dibagi menjadi dua jenis yaitu: Fine crackles Setiap fase lebih ssring terdengar saat inspirasi. Karakter suara meletup, terpatah-patah akibat udara melewati daerah yang lembap di alveoli atau bronkhiolus. Suara seperti rambut yang digesekkan. Coarse crackles Lebih menonjol saat ekspirasi. Karakter suara lemah, kasar, suara gesekan terpotong akibat terdapatnya cairan atau sekresi pada jalan napas yang besar. Mungkin akan berubah ketika pasien batuk. 3. Pengkajian Psikososial Pengkajian psikososial meliputi kajian tentang aspek kebiasaan hidup pasien yang secara signifikan berpengaruh terhadap fungsi respiarasi. Beberapa kondisi respiratori timbul akibat stres. Penyakit pernapasan kronis dapat menyebabkan perubahan dalam peran keluarga dan hubungan dengan orang lain, isolasi sosial, masalah keuangan, pekerjaan, atau ketidakmampuan. Dengan mendiskusikan mekanisme pengobatan, perawat dapat mengkaji reaksi pasien terhadap masalah stress psikososial dan mencari jalan keluarnya. B. DIAGNOSIS KEPRAWATAN Diagnosis keperawatan yang berhubungan dengan gangguan saluran pernapasan (oksigenesi) yang mencakup ventilasi, difusi, da transportasi sesuai dengan klasifikasi NANDA (2005) serta pengembangan dadi oenulis antara lain: 1. Bersihan jalan napas tidak efektif merupakan kondisi di mana individu tidak mampu untuk batuk secara efektif. 2. Kerusakan pertukaran gas merupakan kondisi terjadinya penurunn intake gas antara alveoli dan sistem vaskuler. 3. Pola napas tidak efektif merupakan suatu kondisi tidak adekuatnya ventilasi yang disebabkan perubahan pola napas. 4. intoleransiintoleransi aktifitas merupakan kondisi terjadinya kapasitas fisiologis seseorang untuk mempertahankan aktivitas sampai tingkat yang diinginkan atau di perlukan. 5. Penurunan curah jantung merupakan kondisi dimana individu mengalami penurunan jumlah darah yang di pompakan oleh jantung akibat penurunan fungsi jantung 6. Risiko terhadap aspirasi merupakan kondisi di mana individu beresiko untuk masukannya sekret,benda padat,atau cairan kedalam cairan kedalam saluran trakheobronkhi C. PERENCANAAN Rencana yang dapat untuk dilakukan untuk mempertahankan respirasi normal yang diadopsi dari beberapa sumber adalah 1. Intervensi umum a. Posisi Posisi pasien dengan masalah respiratori biasanya lebih nyaman jika mereka di berikan posisi semi fowlerifowler elevasi kepala dan leher akan meningkatkan espansi paru-paru dan meningkatkan efisiensi otot pernapasan b. kontrol lingkungan Satu satunya hal penting yang menyebabkan iritasi saluran pernapasan adalah merokok pada saat merawat pasien dengan gangguan respiratori tempatkan pasien pada lingkungan yang bebas peluatan c. Aktivitas dan itisrahat Beberapa penyakit akut seperti influenza bedrat selama beberapa hari sebelum dapat beraktivitas normal kembali d. Oral irygine Banyak pasien yang kesulitan bernapas sehingga mereka bernapas melalui mulut akibatnya mukosa mulut menjadi kering dan beresiko menjadi stomatis batuk sering terjadi dan sputum akan mengering oleh karna itu di perlukan oral irgiene untuk pasien dengan masalah respireteri. Pembersihan mulut dapat mengurangi rasa dan mulut yang tidak sedap pengunaan antiseptik akan menolong mengurangi jumlah kuman palongen pada rongga mulut, sehingga akan menolong mencegah infeksi e. Hidrasi adekuat Hidrasi yang optimal berguna untuk mencegah konstipasi dan ketidak keseimbangan cairan serta menolong mengencerkan bronkompulmonal sehingga muda dikeluarkan. Anjurkan pasien untuk minum 3000-4000 cc/hari. Namun sebelumnya pastikan pasien tidak mempunyai gangguan pada jantung dan ginjal . f. Pencegahan dan kontrol infeksi Super infeksi terjadi jika penggunaan obat dan megenai infeksi juga menghancurkan Flora normal tubuh. Kondisi tersebut mengakibatkan turunnya ketahanan nya (imunitas) dalam tubuh sehingga pada akhirnya timbul dan berkembang infeksi sekunder atau superinfeksi infeksi. Besokmial terjadi akibat kontaminasi peralatan yang menunjukan keselahan dalam prosedur g. Dukungan psikososial Dukungan psikososial dengan menurunkan kecemasan pasien sangat Penting karena kecemasan akan memperburuk gejala seperti dispnea dan bronkospasme 2. Agen farmakologi respiratori a. Antimkroblas (antibiotik) Biasanya ampicillin dan tetracycline dapat digunakan untuk mengobati infeksi paru-paru walaupun penyebab yang kerap menginfeksi saluran pernapasan adalah firus yang pengobatan bersifat simpotami b. Brenchodilators Obat yang bekerja langsung pada otot brongkus untuk mengurangi bronkospasme biasanya dibedakan menjadi dua kelompok yaitu: 1) B.adrenergics,seperti seperti albuterol (ventolin) 2) Theophyline, seperti aminophyline Efek samping yang telah terjadi adalah peningkatan detak jantung palpitasi,kecemasan,Tremor,nausea,dan anoreksia. c. Adrenal glucocorticoids (prednison) Obat yang digunakan untuk mengurangi inflamasi dengan cara mempertebal dinding bronkhial dan memperkecil ukuran lumne bronkhial. d. Antitusive Antitusive berfungsi untuk menghambat refleks batu pada pusat batuk.contoh dari golongan ini adalah benz inatate (tessalon),codein phosphate dextrometorphan hydrobromida (robitusin DMdan ) hydroocohnie bitartrate (heycodan). e. Mucholitycs Mucholitcs membantu mencerahkan sekresi polmonal sehinga sekret dapat dikeluarkan obat ini diberikan kepada pasien dengan sekresi mukus yang abnirmal dan kental misalnya pada pasien dengan penyakit akut dan kronis seperti pneumonia,bronkitis,tuberkolesi serta cyatic fibrosis. Acetilcystein (muscomyst) yang berbetuk aerosol berguna untuk mengurangi kekentalan sekret. Namun karena acetilcystein dapat menyebabkan bronkospasme, maka harus digunakan bersama-sama dengan bronkodilator aerosol. f. Antialergenis Cromoliyin sodium (intal) merupakan antialergen khusu untuk pasien menderita asma antialergen ini menstabilkan mast sel dan menghangatkan pelepasan mediator tipe 1 dari relaksi elergi histamin dan slow-reacting subtance of anaphylaxis [SRS-AJ]. g. Vaseconstrictor dan Decongestan pengobatan ini dapat digunakan untuk mengobati reaksi alergi. Pengobatan diberikan melalui beberapa cara, yaitu: topical, parenteral, dan oral. Contoh decongestan: Ephedrine Sulfate dan Phenylephrine Hydrochloride. 3. Terapi Respirasi Perawat melakukan terapi respiratori dengan memfasilitasi latihan batuk efektif dan napas dalam. Batuk efektif dan napas dalam dilakukan degan tujuan untuk meningkatkan ekspansi paru-paru, memobilisasi sekret, dan mencegah efek samping dari penumpukan sekret. Betuk efektif diperlukan untuk membersikan sekret dan meningkatkan mekanisme pembersihan (normal deaning mechanium) jalan napas. Batuk yang tidak efektif akan dapat menyebabkan efek merugikam pada pasien dengan penyakit paru-paru kronis berat, seperti kolaps saluran napas, ruptur dinding alveoli, dan pneumotoraks. Perawat memberikan contoh tentang pelaksanaan terapi tersebut, ideal pelaksanaannya dilakukan dengan pasien berada dalam posisi duduk tegak pada tepi tempat tidur atau kursi dengan kaki disokong. Perawat memeragakan bagaimana cara menempatkan telapak tangan di bawah garis tulang iga dan menarik napas secara perlahan sampai ekspensi dada tercapai. Selanjutnyaa tahan napas selama tiga detik lalu menghembuskannya secara perlahan melalui mulut sampai kontraksi maksimum dada tercapai. Bila sekresi terdengar, perawat memberi instruksi pada pasien untuk bentuk dengan menggunakan kekuatan otot abdominal dan otot eksesori pernapasan lainnya. Jumlah banyaknya napas dan frekuensi latihan bervariasi sesuai dengan kondisi pasien. Pasien bedrest dan pasien yang berada dalam proses penyembuhan setelah operasi abdominal atau bedah dada memerlukan latihan napas dalam sekitar 3-4 kali per hari. Pada setiap sesi, pasien harus dapat melakukan pernapasan dalam minimun lima kali. Pasien dengan masalah pilmonal harus melakukan latihan napas dalam setiap jam. 4. Fisioterapi Dada (Chest Physiotherapy) Fisioterapi dada terdiri atas perkusi daada, vibrasi dada, dan postural drainase. Umumnya ketiga metode tersebut digunakan pada posisi drainase paru-paru yang berbeda diikuti dengan napas dalam san batuk. Perkusi dada adalah pengetokan dinding dada dengan tangan. Untuk melakukan perkusi dada, tangan dibentuk seperti mangkuk dengan memfleksikan jari (menekuk jari ke dalam) dan meletakan ibu jari bersentuhan dengan jari telunjuk. Perkusi dinding dada secara mekanis akan melepaskan sekret. Vibrasi dada perlu digunakan untuk meningkatkan kecepatan dan turbulensi udara ekshalasi untuk menghilangkan sekret. Teknik ini dilakukan dengan meletakan tangan berdampigan degan jari-jari ekstensi (meregang) di atas area dada. Setelah pasien melakukan inhalasi dalam, perawat mengintruksi pasien untuk melakukan ekshalasi secara perlahan. Selama ekshalasi, dada divibrasi dengan kontraksi dan relaksasi cepat pada otot lengan dan bahu perawat. Postural drainase merupkan pemberian posisi terapeutik pada pasien untuk memungkinkan sekresi paru-paru mengalir berdasarkan gravitasi ke dalam broukhus mayor dan trakhea. Sering kali, tindakan postural drainase dilakukan sebanyak 2-3 kali per hari, bergantung seberapa banyak penumpukan yang terjadi. Waktu yang terbaik untuk melakukan fisioterapi jenis ini adalah : sebelum sarapan, sebelum makan siang, sore hari, atau sebelum tidur. Penting untuk diingat agar pasien mengindari kegiatan ini beberapa saat setelah makan, karena tindakan postural drainase pada waktu tersebut dapat merangsang muntah. Terdapat tiga kategori posisi dalam pelaksanaan postural drainase yaitu : 1) Posisi yang mendrainase segmen atas atau lobus atas paru-paru 2) Posisi yang mendrainasi segmen tengah paru-paru (hanya pada paru-paru kanan) 3) Posisi yang mendrainase segmen basal paru-paru atau lobus bawah 5. Oksigen Oksigen tambahan diberikan untuk pasien yang mengalami hipoksemia. Oksigen diberikan ketika hipoksemia timbul atau dicurigai akan muncul sehingga jika hipoksemia tertanggulangi maka hipoksia dapat tercegah. Terdapat tiga indikasi utama untu pemberian O2 1) Menurunnya arterial blood oxygen 2) Meningkatnya kerja napas 3) Dibutuhkan untuk menurunkan kerja myocardial
Meskipun secara umum terapi O2 ini aman digunakan, terdapat beberapa
komplikasi yang dapat timbul akibat dari pemberian O2 tambahan yaitu seperti :
a) Oxygen-inducal hypoventilation b) Oxygen toxicity c) Atelectasis d) Occular damage
Sistem pemberian O2 secara tradisional dibagi menjadi sistem aliran
tinggi dan aliran rendah. Alat O2 aliran rendah bekerja dengan memberikan O2 pada frekuensi aliran kurang dari volume inspirasi pasien. Sisa volume diambil dari udara ruangan. Alat oksigen aliran rendah cocok untuk pasien dengan pola napas, frekuensi , dan volume ventilasi normal yang stabil. Alat-alat yang diperlukan untuk memberikan aliran rendah adalah kanula nasal, masker sederhana rebreather dan non-rebreather.
Alat oksigen aliran tinggi memberikan aliran dengan frekuensi cukup
tinggi untuk memberikan dua atau tiga kali volume inspirasi pasien. Alat ini cocok untuk pasien dengan pola napas pendek dan pasien PPOM yang mengalami hipoksia. Alat tersebut juga dapat digunakan oleh pasien yang sangat sensitive terhadap peningkatan O2 yaitu pasien yang mengalami peningkatan PO2, dan PCO2 secara drastis dalam waktu yang bersamaan. Dengan kata lain, hipoksia pada pasien tersebut dapat teratasi, tetapi usaha untuk bernapas menjadi terhenti. Alat-alat oksigen aliran tinggi adalah masker venturi, masker aerosol, collar trakheastomi, T-piece, dan sungkup. Menurut (Irman Soemantri, 2007) DAFTAR PUSTAKA