Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN

REMATHOID ATRITIS

DI POLI PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

DR. MOEWARDI SURAKARTA

DISUSUN OLEH :

1. NI PUTU ARI SANTI (16160018)


2. SUDARYANTO (16160123)
3. MARLINCE TAMO INA (16160112)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA

2016
SATUAN ACARA PEYULUHAN

Tema : Remathoid Atritis


Pokok Bahasan : Pengertian remathoid atritis, Siapa Beresiko remathoid atritis, Gejala-
gejala rhemathoid atritis, Komplikasi remathoid atritis, Bagaimana
pencegahan remathoid atritis.
Sub Pokok Bahasan : Apa Itu Remathoid Atritis
Sasaran : Pasien Di Poli Dalam RSUD Dr. Moewardi
Hari/Tanggal : Jumat,16 Desember 2014
Tempat : Poli Dalam RSUD Dr. Moewardi
Waktu Pertemuan : 20 menit
Metode : Demontrasi dan Diskusi

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Setelah diberikan pendidikan kesehatan, klien diharapkan dapat mengerti tetang penyakit
Remathoid Atritis.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)


Setelah dilakukan penyuluhan tentang bahaya rokok, diharapkan mampu untuk :
1. Mengetahui pengertian dari Remathoid Atritis.
2. Mengetahui siapa saja yang beresiko tinggi terkena Remathoid Atritis.
3. Mengetahui apa saja gejala Remathoid Atritis.
4. Mengetahui apa saja komplikasi Remathoid Atritis.
5. Mengetahui bagaimana pencegahan Remathoid Atritis.
ALOKASI WAKTU : ( 20 menit )

N Komunikator Pasien waktu


o
Pre Interaksi

1 Memberi salam dan memperkenalkan diri Menjawab salam


2 Menjelaskan tujuan penyuluhan dan tema Mendengarkan 5 mnt
penyuluhan
3 Apersepsi dengan memberi pertanyaan awal Menjawab pertanyaan
tentang remathoid atritis

Isi 10 mnt

4 Menjelaskan materi penyuluhan Mendengarkan

5 Memberikan kesempatan kepada pasien untuk Mengajukan


bertanya tentang materi yang disampaikan pertanyaan

6 Penutup 5 mnt

Memberikan pertanyaan akhir sebagai evaluasi Menjawab


7 Menyimpulkan bersama-sama hasil kegiatan Mendengarkan
penyuluhan
8 Menutup penyuluhan dan mengucapkan salam Menjawab salam

STRATEGI PENGAJARAN
Demontrasi dan Diskusi
MEDIA PENGAJARAN

Leaflet

DENAH

Perawat

Audience Audience

LAMPIRAN MATERI

Reumatoid Artritis

A. Pengertian
Reumatoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang manifestasi
utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh
organ tubuh.(Hidayat, 2006).
Penyakit RA ini merupakan kelainan autoimun yang menyebabkan inflamasi sendi yang
berlangsung kronik dan mengenai lebih dari lima sendi (poliartritis) (Pradana, 2012).
Artritis reumatoid merupakan penyakit inflamasi sistemik kronis yang tidak diketahui
penyebabnya, diakrekteristikkan oleh kerusakan dan proliferasi membran sinovial yang
menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis, dan deformitas. (Kusharyadi, 2010)

Klasifikasi Artritis Reumatoid


Buffer (2010) mengklasifikasikan reumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu:
1. Reumatoid arthritis klasik
Pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus
menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
2. Reumatoid arthritis defisit
Pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus
menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
3. Probable Reumatoid arthritis
Pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus
menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
4. Possible Reumatoid arthritis
Pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus
menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan.

B. Etiologi
Penyebab utama penyakit artritis reumatoid masih belum diketahui secara pasti. Ada
beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab artritis reumatoid, yaitu :
1. Genetik, berupa hubungan dengan gen HLA-DRB1 dan faktor ini memiliki angka
kepekaan dan ekspresi penyakit sebesar 60% (Suarjana, 2009).
2. Hormon Sex, perubahan profil hormon berupa stimulasi dari Placental Corticotraonin
Releasing Hormone yang mensekresi dehidropiandrosteron (DHEA), yang merupakan
substrat penting dalam sintesis estrogen plasenta. Dan stimulasi esterogen dan
progesteron pada respon imun humoral (TH2) dan menghambat respon imun selular
(TH1). Pada RA respon TH1 lebih dominan sehingga estrogen dan progesteron
mempunyai efek yang berlawanan terhadap perkembangan penyakit ini (Suarjana, 2009).
3. Faktor Infeksi, beberapa agen infeksi diduga bisa menginfeksi sel induk semang (host)
dan merubah reaktivitas atau respon sel T sehingga muncul timbulnya penyakit RA
(Suarjana, 2009).
4. Heat Shock Protein (HSP), merupakan protein yang diproduksi sebagai respon terhadap
stres. Protein ini mengandung untaian (sequence) asam amino homolog. Diduga terjadi
fenomena kemiripan molekul dimana antibodi dan sel T mengenali epitop HSP pada agen
infeksi dan sel Host. Sehingga bisa menyebabkan terjadinya reaksi silang Limfosit
dengan sel Host sehingga mencetuskan reaksi imunologis (Suarjana, 2009).
5. Faktor lingkungan, salah satu contohnya adalah merokok.

C. Anatomi Fisiologi

Persambungan tulang sendi (artikulasi) adalah pertemuan dua buah tulang atau beberapa
tulang dari kerangka, tetapi tidak semua pertemuan tersebut memungkinkan terjadinya
pergerakan.
Sendi dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
1. Sendi fibrosa atau sendi mati
Terjadi bila batas dua buah tulang bertemu membentuk pasangan baji dan cekungan
yang dipisahkan oleh selapis tipis jaringan fibrosa. Sendi fibrosa yang lain terdapat pada
akar-akar gigi yang menyendi dengan rahang atas dan bawah.
2. Sendi kartigirosa atau sendi yang bergerak sedikit
Terjadi bila dua permukaan tulang dilapisi tulang rawan hialin dan dihubungkan oleh
dua bantalan fibrokartilago dan ligamen. Contohnya sendi antara badan-badan vertebra
dan antara manubrium dan badan sternum.
3. Sendi sinovial
Terjadi dari dua atau lebih tulang yang ujung-ujungnya dilapisi tulang rawan hialin
sendi. Terdapat rongga sendi yang mengandung cairan sinovial. Yang memberi nutrisi
pada tulang rawan sendi yang tidak mengandung pembuluh darah dan keseluruhan sendi
tersebut dikelilingi kapsul fibrosa yang dilapisi membran sinovual. Jenis sendi sinovial
yaitu sendi pelana dan sendi pirot.

Perubahan fisiologi pada proses menjadi tua pada umumnya adalah:


1. Adanya penurunan yang umum pada tinggi badan sekitar 1 10 cm pada
maturitas usia lanjut.
2. Fleksi terjadi pada lutut dan pinggul.
3. Lebar bahu menurun
4. Terjadi penyempitan dan diskus invertebra yang menyebabkan berkurangnya
ukuran invertebra dan ruang intercostal.

Hal yang sering terjadi:


a. Patah tulang kompresi dan vertebrata
b. Peningkatan kurvespina thorax
c. Kepala miring ke belakang dan leher memendek mengimbangi kelainan kyposisi
d. Jengkal tangan lebih besar dan tingginya dengan memberi kesan orang tersebut
kurus
e. Jalan gagah karena perubahan dalam otot dan fungsi motorik
(Barbara C. Long, Perawatan Medikal Bedah II, hal 302)

D. Tanda dan Gejala

Manfestasi Rhematoid Arthritis terjadi secara simetris berupa inflamasi sendi,


bursa, dan sarung tendo yang dapat menyebabkan nyeri, bengkak, dan kekakuan sendi,
serta hidrops ringan (Sjamsuhidajat, 2010). Tanda kardinal inflamasi berupa nyeri,
bengkak, kemerahan dan teraba hangat mungkin ditemukan pada awal atau selama
kekambuhan, namun kemerahan dan perabaan hangat mungkin tidak dijumpai pada RA
kronik (Surjana, 2009). Sendi-sendi besar, seperti bahu dan lutut, sering menjadi
manifestasi klinis tetap, meskipun sendi-sendi ini mungkin berupa gejala asimptomatik
setelah bertahun-tahun dari onset terjadinya (Longo, 2012).
E. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan cairan synovial :


a. Warna kuning sampai putih dengan derajat kekeruhan yang menggambarkan
peningkatan jumlah sel darah putih.
b. Leukosit 5.000 50.000/mm3, menggambarkan adanya proses inflamasi yang
didominasi oleh sel neutrophil (65%).
c. Rheumatoid factor positif, kadarnya lebih tinggi dari serum dan berbanding terbalik
dengan cairan sinovium.
2. Pemeriksaan darah tepi :
a. Leukosit : normal atau meningkat ( <>3 ). Leukosit menurun bila terdapat
splenomegali; keadaan ini dikenal sebagai Feltys Syndrome.
b. Anemia normositik atau mikrositik, tipe penyakit kronis.
3. Pemeriksaan kadar sero-imunologi :
a. Rheumatoid factor + Ig M -75% penderita ; 95% + pada penderita dengan nodul
subkutan.
b. Anti CCP antibody positif telah dapat ditemukan pada arthritis rheumatoid dini

F. Komplikasi

1. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya prosesgranulasi di


bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
2. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
3. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli. Tromboemboli adalah adanya sumbatan
pada pembuluh darah yang disebabkan oleh adanya darah yang membeku.
4. Terjadi splenomegali. Splenomegali merupakan pembesaran limfa,jika limfa
membesar kemampuannya untuk menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih
dan trombosit dalam sirkulasi menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan
meningkat.
5. Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik
yang merupakan komlikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid
(OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit ( disease modifying antirhematoid
drugs, DMARD ) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama
pada arthritis reumatoid.
6. Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga sukar dibedakan
antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan
mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat
vaskulitis.
G. Penatalaksanaan Medis
Penanganan medik pemberian salsilat atau NSAID (Non Steriodal AntiInflammatory
Drug) dalam dosis terapeutik. Kalau diberikan dalam dosis terapeutik yang penuh, obat-obat
ini akan memberikan efek anti inflamasi maupun analgesik. Namun pasien perlu
diberitahukan untuk menggunakan obat menurut resep dokter agar kadar obat yang konsisten
dalam darah bisa dipertahankan sehingga keefektifan obat anti-inflamasi tersebut dapat
mencapai tingkat yang optimal (Smeltzer & Bare, 2010).

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. http://adiet-blogspotcom.blogspot.com/2012/01/laporan-pendahuluan-diabetes-
militus.html.diunduh 31 Oktober 2014 jam 20.18

Doenges, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman
Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien (terjemahan), Alih bahasa
: I Made Kariasa dan Ni Made Sumarwati, Edisi 3. Jakarta: EGC.

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction Publishing.

Smeltzer, S.C. Bare, B.G. 2010. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC.

Paran, Sangkan dan Yeni Novianti. 2008. Diabet Cookies; Kue Kering Sehat Bagi Penderita
Diabetes Mellitus. Jakarta: Agro Media Pustaka

Anda mungkin juga menyukai