Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN HERNIA DI BANGSAL MENUR


RUMAH SAKIT SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Klinik Stase Anak

Disusun Oleh:
Kelompok 21
1. Sudaryanto
2. Marlince Tamo Ina
3. Ni Putu Ari Santi

(16160123)
(16160112)
(16160018)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2016
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Hernia merupakan kelemahan atau defek di dinding rongga peritoneum dapat
menyebabkan peritoneum menonjol membentuk kantung yang di lapisi oleh serosa dan
disebut kantung hernia (Robbins & Cotran, 2010)
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga yang bersangkutan (R. Sjamsuhidayat & Wim de Jong, 2005)
Hernia merupakan penonjolan viskus atau sebagian dari viskus melalui celah yang
abnormal pada selubungnya ( Pierce A. Grace, 2006)
Menurut Jennifer (2007) hernia adalah protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui
defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan.
Kesimpulan dari beberapa pengertian hernia di atas merupakan penonjolan pada rongga
yang lemah atau tidak normal yang berbentuk kantong.
B. Etiologi
Etiologi hernia Inguinalis menurut Hidayat (2006) adalah:
1. Batuk
2. Adanya presesus vaginalis yang terbuka
3. Tekanan intra abdomen yang meningkatkan secara kronis seperti batuk kronik, hipertrofi
prostat, konstipasi dan asites.
4. Kelemahan otot dinding perut dan degenerasi jaringan ikat karena usia lanjut.
5. Kehamilan multi para dan obesitas.
Menurut ( Pierce A. Grace, 2006)
1. Kelemahan muscular otot abdomen congenital atau didapat ( akibat suatu insisi ).
2. Trauma
3. Peningkatan tekanan intraabdominal
a. Kehamilan
b. Kegemukan
4. Peningkatan tekanan
a. Mengangkat berat
b. Batuk
c. Cedera traumatic karena tekanan tumpul
C. Klasifikasi
1. Inguinalis. Hernia inguinal ini dibagi lagi menjadi :
a. Indirek / lateralis: Hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan melewati korda
spermatikus melalui kanalis inguinalis. Ini umumnya terjadi pada pria dari pada
wanita. Insidennya tinggi pada bayi dan anak kecil. Hernia ini dapat menjadi sangat

besar dan sering turun ke skrotum. Umumnya pasien mengatakan turun berok, burut
atau kelingsir atau mengatakan adanya benjolan di selangkangan/kemaluan. Benjolan
tersebut bisa mengecil atau menghilang pada waktu tidur dan bila menangis,
mengejan atau mengangkat benda berate tau bila posisi pasien berdiri dapat timbul
kembali.
b. Direk / medialis: Hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan otot, tidak
melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan femoralis indirek. Ini lebih umum
pada lansia. Hernia inguinalis direk secara bertahap terjadi pada area yang lemah ini
karena defisiensi kongenital. Hernia ini disebut direkta karena langsung menuju
anulus inguinalis eksterna sehingga meskipun anulus inguinalis interna ditekan bila
pasien berdiri atau mengejan, tetap akan timbul benjolan. Bila hernia ini sampai ke
skrotum, maka hanya akan sampai ke bagian atas skrotum, sedangkan testis dan
funikulus spermatikus dapat dipisahkan dari masa hernia. Padapasien terlihat adanya
massa bundar pada annulus inguinalis eksterna yang mudah mengecil bila pasien
tidur. Karena besarnya defek pada dinding posterior maka hernia ini jarang sekali
menjadi ireponibilis.
2. Femoralis : Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoraldan lebih umum pada wanita
dari pada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoralis yang membesar
dan secara bertahap menarik peritoneum dan hampir tidak dapat dihindari kandung
kemih masuk kedalam kantung. Ada insiden yang tinggi dari inkarseratadan strangulasi
dengan tipe hernia ini.
3. Umbilikal : Hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan karena
peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi pada klien gemuk dan wanita
multipara. Tipe hernia ini terjadi pada sisi insisi bedah sebelumnya yang telah sembuh
secara tidak adekuat karena masalah pasca operasi seperti infeksi,nutrisi tidak adekuat,
distensi ekstrem atau kegemukan.
4. Incisional : batang usus atau organ lain menonjol melalui jaringan parut yang lemah.
D. Tanda dan Gejala
Adapun Manifestasi Klinis yang timbul menurut Hidayat (2006) yaitu:
1. Penderita terdapat benjolan pada daerah-daerah kemungkinan terjadi hernia
2. Benjolan bisa mengecil atau menghilang.
3. Bila menangis , mengesan dan mengangkat benda keras akan timbul benjolan kembali
4. Rasa nyeri pada benjolan/ mual dan muntah bila sudah terjadi komplikasi.
5. Benjolan tidak berwarna merah
6. Bila di raba terdapat benjolan

Menurut Pierce A. Grace (2006) Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa
benjolan di lipat paha, benjolan tersebut bisa mengecil dan menghilang pada saat istirahat
dan bila menangis, mengejan mengangkat beban berat atau dalam posisi berdiri dapat timbul
kembali, bila terjadi komplikasi dapat ditemukan nyeri, keadaan umum biasanya baik pada
inspeksi ditemukan asimetri pada kedua sisi lipat paha, scrotum atau pada labia dalam posisi
berdiri dan berbaring pasien diminta mengejan dan menutup mulut dalam keadaan
berdiri palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya dan
dicoba mendorong apakah benjolan dapat di reposisi dengan jari telunjuk atau jari
kelingking pada anak-anak kadang cincin hernia dapat diraba berupa annulus inguinalis
yang melebar.
Pemeriksaan melalui scrotum jari telunjuk dimasukkan ke atas lateral dari tuberkulum
pubikum, ikuti fasikulus spermatikus sampai ke anulus inguinalis internus pada keadaan
normal jari tangan tidak dapat masuk, bila masa tersebut menyentuh ujung jari maka itu
adalah hernia inguinalis lateralis, sedangkan bila menyentuh sisi jari maka itu adalah hernia
inguinalis medialis

E. Patofisiologi
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus pada bulan ke-8 kehamilan,
terjadi desensus testis melalui kanal tersebut, akan menarik perineum ke daerah scrotum
sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei,
pada bayi yang baru lahir umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi
rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut, namun dalam beberapa hal seringkali
kanalis ini tidak menutup karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis
kanan lebih sering terbuka, bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka
dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.
Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia
inguinalis lateralis congenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup namun karena
merupakan lokus minoris persistence, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra
abdominal meningkat, kanalis tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis
lateral akuisita. Keadaan yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra abdominal
adalah kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat beban berat, mengejan pada saat
defekasi, miksi misalnya pada hipertropi prostate.
Apabila isi hernia keluar melalui rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus
yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior kemudian hernia masuk ke dalam
hernia kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis
eksternus, dan bila berlanjut tonjolan akan sampai ke scrotum yang disebut juga hernia
scrotalis.
Tindakan bedah pada hernia dilakukan dengan anestesi general atau spinal sehingga akan
mempengaruhi sistem saraf pusat (SSP) yang berpengaruh pada tingkat kesadran, depresi
pada SSP juga mengakibatkan reflek batuk menghilang. Selain itu pengaruh anestesi juga
mengakibatkan produksi sekret trakeobronkial meningkat sehingga jalan nafas terganggu,
serta mengakibatkan peristaltik usus menurun yang berakibat pada mual dan muntah,
sehingga beresiko terjadi aspirasi yang akan menyumbat jalan nafas.
Prosedur bedah akan mengakibatkan hilang cairan, hal ini karena kehilangan darah dan
kehilangan cairan yang tidak terasa melalui paru-paru dan kulit. Insisi bedah mengakibatkan
pertahanan primer tubuh tidak adekuat (kulit rusak, trauma jaringan, penurunan kerja silia,
stasis cairan tubuh), luka bedah sendiri juga merupakan jalan masuk bagi organisme patogen
sehingga sewaktu-waktu dapat terjadi infeksi.

Rasa nyeri timbul hampir pada semua jenis operasi, karena terjadi torehan, tarikan,
manipulasi jaringan dan organ. Dapat juga terjadi karena kompresi / stimulasi ujung syaraf
oleh bahan kimia yang dilepas pada saat operasiatau karena ischemi jaringan akibat
gangguan suplai darah ke salah satu bagian, seperti karena tekanan, spasmus otot atau
hematoma. (Mansjoer, 2009)

pembedaha
n
Luka
operasi
RISIKO
INFEKSI

Ketrbatasan
gerak
Kebutuhan
dibantu

DEFISIT SELF
CARE

F. Pathaway
G. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium : Pemeriksaan darah lengkap


2. Pemeriksaan Rontgen Spinal dan Endoskopi
3. Test Leseque (mengangkat kaki lurus keatas)
4. CT-Scan dan MRI
H. Penatalaksanaan Medis
1. Pemakaian Sandat ( truss )
Alat ini baru digunakan bagi pasien pasien yang usianya amat lanjut atau yang
keadanya lemah. Salah satu tipe sandat terdiri atas pegas yang kuat dan bantalan yang
diletakkan pada leher hernia sehingga leher tersebut selalu tertutup oleh tekanan setelah
isi hernia dikembalikan ke tempatnya ( direposisi ).
2. Pembedahan
Leher hernia ditutup dengan penjahitan dan kantongnya dieksisi. Jaringan yang teregang
diperbaiki dengan salah satu dari banyak bahan yang tersedia.
3. Herniotomi
Eksisi kantung hernianya saja untuk pasien anak.
4. Herniorafi
Memperbaiki defek- perbaikan dengan pemasangan jarring ( mesh ) yang biasa
dilakukan untuk hernia inguinalis, yang dimasukan melalui bedah terbuka atau
laparoskopik.
5. Penatalaksanaan
a. Nilai hernia
Untuk keparahan gejala, risiko komplikasi ( tipe, ukuran leher hernia ), kemudahan
untuk perbaikan ( lokasi, ukuran ), kemungkinan berhasil ( ukuran, banyaknya isi
perut kanan yang hilang ).
b. Nilai pasien
Untuk kelayakan operasi, pengaruh hernia terhadap gaya hidup ( pekerjaan, hobi).
c. Perbaikan dengan bedah biasanya ditawarakan pada pasien pasien dengan :
1) Hernia dengan resiko komplikasi apapun gejalanya
2) Hernia dengan adanya gejala gejala obstruksi sebelumnya
3) Hernia dengan resiko komplikasi yang rendah namun dengan gejla yang
mengganggu gaya hidup, dan sebagainya.( Pierce A. Grace, 2006, Hal 119 )
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1) Identitas klien
Meliputi nama, unsure, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekrjaan, no register,
diagnosa medis, dan tanggal MRS.
2) Keluhan utama

Adanya benjolan di inguinalis masuk bila klien tidur dan klien mengejar,
menangis, berdiri, mual mual, muntah. Bila adanya komplikasi ini
menciptakan gejala klinis yang khas pada penderita HIL
3) Riwayat kesehatan lalu
Biasanya kx dengan HIL akan mengalami penyakit kronis sebelumnya. Missal :
adanya batuk kronis, gangguan proses kencing (BPH). Kontipasi kronis, ascites
yang semuanya itu merupakan factor predis posisi meningkatnya tekanan intra
abdominal.
4) Riwayat kesehatan sekarang
Pada umunya penderita mengeluh merasa adanya benjolan di selangkangan / di
daerah lipatan pada benjolan itu timbul bila penderita berdiri lama, menangis,
mengejar waktu defekasi atau miksi mengangkat benda berat dsb, sehingga
ditemukan rasa nyeri pada benjolan tersebut. Selain itu juga di dapatkan adanya
gejala lain seperti mual dan muntah akibat dari peningkatan tekanan intra
abdominal.
5) Riwayat kesehatam keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit HIL atau penyakit menular
lainnya.
6) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
Kesadaran, GCS, Vital sigh, bb dan Tb
b) Pemeriksaan penunjang
I.
Pemeriksaan laboratorium
a. Analisah slarah, untuk mengetahui jumlah darah seluruhnya Hb

II.

faal hemostasis, dan jumlah lekosit.


b. Analisah urin untuk mengetahui adanya infeksi saluran kencing.
Pemeriksaan penunjang
a. foto thorax, untuk mengetahui keadaan dari jantung dan paru.
b. Pemeriksaan ECG, dilakukan pada pasien yang berusia 45 th.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre op
1) Anxietas b.d status kesehatan
2) Nyeri akut b.d Agens cidera biologis
b. Post op
1) Nyeri akut b.d Agens cidera fisik
2) Resiko Infeksi
3) Gangguan eliminasi urine
3. Renacana Perawatan

a. Pre op
1) Anxietas b.d status kesehatan
Tujuan dan kriteria hasil (NOC) :
Tingkat kecemasan
a) perasaan gelisah.
b) Rasa cemas yang disampaikan secara lisan.
Intervensi (NIC) :
Pengurangan kecemasan
a) Gunakan penedekatan yang meyakinkan.
b) Jelaskan tentang prosedur operasi kepada orang tua klien.
c) Jangan memberikan atau menjelaskan tentang pronosis penyakit klien.
d) Dengarkan kecemasan yang dirasakan orangtua klien.
2) Nyeri akut b.d Agens cidera biologis
Tujuan dan kriteria hasil (NOC) :
Pain management
a) Skala nyeri berkurang dalam rentang 10 - 1
b) Menyatakan rasa nyaman
Intervensi (NIC) :
1) Kontrol nyeri
a) Kaji nyeri secara komprehensif (PQRST)
b) Observasi respon non verbal mengenai ketidaknyamanan.
c) Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi.
d) Jaga lingkungan tenang dan nyaman.
e) Motivasi istirahat atau tidur yang adekuat untuk membantu penurunan nyeri.
b. Post op
1) Nyeri akut
Tujuan dan kriteria hasil (NOC) :
Pain management
a) Skala nyeri berkurang dalam rentang 10 - 1
b) Menyatakan rasa nyaman
c) Pasien tidak gelisah
Intervensi (NIC) :
2) Kontrol nyeri
f) Kaji nyeri secara komprehensif (PQRST)
g) Observasi respon non verbal mengenai ketidaknyamanan.
h) Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi.
i) Jaga lingkungan tenang dan nyaman.
j) Motivasi istirahat atau tidur yang adekuat untuk membantu penurunan nyeri.
k) Kolaborasi pemberian obat analgetik.
l) Batasi jumlah pengunjung.
m) Ajarkan mobilisasi secara bertahap.
3) Resiko Infeksi
Tujuan dan Kriteria hasil :

Deteksi resiko dan status imunitas


a) Mengenali tanda dan gejala yang mengindikasi resiko infeksi
b) Suhu tubuh dalam batas normal (36,5 37,5 0 C)
Intervensi :
Kontrol infeksi
a) Batasi jumlah pengunjung
b) Bersihkan lingkungan dengan baik setelah digunakan untuk setiap pasien
c) Ajarkan cara cuci tangan yang tepat
d) Motivasi tingkatkan nutrisi yang tepat
e) Rawat luka 2 hari sekali.
4) Gangguan eliminasi urine
Tujuan dan kriteria hasil :
Eliminasi urin
a) Tidak terlihat adanya darah dalam urin
b) Tidak merasakan nyeri saat kencing
Intervensi :
Irigasi kandung kemih dan monitor cairan
a) Ukur berat badan
b) Ukur intake, output dan balance cairan
c) Monitor warna, kuantitas dan berat jenis urin
d) Berikan diit yang gizi seimbang.

Daftar Pustaka

Grace, Pierce. A, 2006, At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta : Erlangga.


Nanda International, 2015, Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2015-2017.
Jakarta : EGC
Wong, Donna L, 2004, Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC.

Gloria M, B at all. (2015). Nursing Intervensions Classification. Edisi 6. Elsevier : United States
of Amerika
Gloria M, B at all. (2015). Nursing Outcome Classification. Edisi 6. Elsevier : United States of
Amerika

Anda mungkin juga menyukai