Disusun Oleh :
FAKULTAS KEPERAWATAN
2020/2021
1
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. Karena atas ridho dan
karunianya kami dapat memenuhi tugas Keperawatan Jiwa II .
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah kami masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu saya akan sangat mengharapkan serta menghargai
segala saran dan kritik yang bersifat membangun bagi perbaikan penulis
berikutnya.
Sekian laporan ini kami buat, semoga makalah ini dapat diterima dan
dipahami oleh siapapun yang membacanya dan bisa menambah wawasan untuk
para pembaca, selain itu makalah ini dapat berguna bagi diri kami dan orang lain.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..............................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. Latar belakang.................................................................................................................4
B. Rumusan masalah............................................................................................................5
C. Tujuan ..............................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN........................................................................................................................6
A. Definisi ..........................................................................................................................6
B. Etiologi ...........................................................................................................................7
D. Patofisiologi ..................................................................................................................10
E. Penatalaksanaan ............................................................................................................10
BAB III.....................................................................................................................................27
PENUTUP................................................................................................................................27
A. Kesimpulan....................................................................................................................27
B. Saran...............................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................28
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Isolasi Sosial atau Menarik diri adalah suatu keadaan pasien yang
mengalami ketidak mampuan untuk mengadakan hubungan dengan orang
lain atau dengan lingkungan di sekitarnya secara wajar. Pada pasien dengan
perilaku menarik diri sering melakukan kegiatan yang ditujukan untuk
mencapai pemuasan diri, dimana pasien melakukan usaha untuk melindungi
diri sehingga ia jadi pasif dan berkepribadian kaku, pasien menarik diri
juga melakukan pembatasan (isolasi diri), termasuk juga kehidupan
emosionalnya, semakin sering pasien menarik diri, semakin banyak kesulitan
yang dialami dalam mengembangkan hubungan sosial dan emosional dengan
orang lain (Stuart dan Sundeen, 1998). Dalam membina hubungan sosial,
individu berada dalam rentang respon yan adaptif sampai dengan maladaptif.
Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma
sosial dan kebudayaan yang berlaku, sedangkan respon maladaptif
merupakan respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah
yang kurang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya.
Respon sosial dan emosional yang maladaptif sering sekali terjadi
dalam kehidupan sehari hari, khususnya sering dialami pada pasien menarik
diri sehingga melalui pendekatan proses keperawatan yang komprehensif
penulis berusaha memberikan asuhan keperawatan yang semaksimal mungkin
kepada pasien dengan masalah keperawatan utama kerusakan interaksi sosial
: menarik diri. Menurut pengajar Departemen Psikiatri, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Surjo Dharmono, penelitian Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) di perbagai Negara menunjukkan, sebesar 20-30 persen
pasien yang datang ke pelayanan kesehatan dasar menunjukkan gejala
gangguan jiwa. Bentuk yang paling sering adalah kecemasan dan depresi.
Dari segi kehidupan sosial kultural, interaksi sosial adalah merupakan
hal yang utama dalam kehidupan bermasyarakat, sebagai dampak adanya
4
kerusakan interaksi sosial : menarik diri akan menjadi suatu masalah besar
dalam fenomen kehidupan, yaitu terganggunya komunikasi yang merupakan
suatu elemen penting dalam mengadakan hubungan dengan orang lain atau
lingkungan disekitarnya (Carpenito, 1997)
B. Rumusan masalah
1. Apa definisi dari isolasi sosial ?
2. Apa saja penyebabnya ?
3. Apa saja tanda dan gejalanya ?
4. Bagaimana proses terjadinya masalah ?
5. Bagaimana penatalaksaanya ?
6. Apa saja pemeriksaan penunjangnya ?
7. Apa saja pengkajian keperawatan ?
C. Tujuan penulisan
Adapun tujuan penulisan sebagai berikut :
1. Mengetahui gambaran tentang asuhan keperawatan pada pasien yanng
menderita penyakit isoslasi sosial
2. Mampu mendiagnosa keperawatan pada pasien yang mengalami isolasi
sosial
3. Dapat mengetahui perencanaan keperawatan selanjutnya.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian,
dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain
(Purba, dkk. 2008). Berikut beberapa pengertian isolasi sosial yang dikutip
dari Pasaribu (2008). Menurut Townsend, isolasi sosial merupakan keadaan
kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain dianggap
menyatakan sikap negatif dan mengancam bagi dirinya. Kelainan interaksi
sosial adalah suatu keadaan dimana seorang individu berpartisipasi dalam
suatu kuantitas yang tidak cukup atau berlebih atau kualitas interaksi sosial
tidak efektif. Menurut Depkes RI penarikan diri atau withdrawal merupakan
suatu tindakan melepaskan diri, baik perhatian maupun minatnya terhadap
lingkungan sosial secara langsung yang dapat bersifat sementara atau
menetap. Menurut Carpenito, Isolasi sosial merupakan keadaan di mana
individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau
keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak
mampu untuk membuat kontak. Menurut Rawlins & Heacock, isolasi sosial
atau menarik diri merupakan usaha menghindar dari interaksi dan
berhubungan dengan orang lain, individu merasa kehilangan hubungan
akrab, tidak mempunyai kesempatan dalam berfikir, berperasaan, berprestasi,
atau selalu dalam kegagalan.
Menurut Dalami, dkk. (2009), isolasi sosial adalah gangguan dalam
berhubungan yang merupakan mekanisme individu terhadap sesuatu yang
mengancam dirinya dengan cara menghindari interaksi dengan orang lain
dan lingkungan.
6
B. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
a) Faktor Perkembangan
7
6) Double bind (dua pesan yang bertentangan disampaikan
saat bersamaan yang membuat bingung dan kecemasannya
meningkat)
2. Faktor Presipitasi
8
sakit atau dipenjara. Semua ini dapat menimbulkan isolasi
sosial.
b) Faktor internal
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress terjadi
akibat ansietas atau kecemasan yang berkepanjangan dan
terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu
untuk mengatasinya. Ansietas ini dapat terjadi akibat tuntunan
untuk berpisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhinya
kebutuhan individu (Ade Herman Surya D., 2011: 123-125)
C. Manifestasi Klinis
Menurut Purba, dkk. (2008) tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat
ditemukan dengan wawancara, adalah:
1. Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
2. Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
3. Pasien mengatakan tidak ada hubungan berarti dengan orang lain
4. Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
5. Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
6. Pasien merasa tidak berguna
7. Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
9
10. Retensi urin dan feses
11. Aktivitas menurun
12. Kurang energi (tenaga)
13. Rendah diri
14. Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus atau janin (khususnya
pada posisi tidur).
D. Patofisiologi
Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik
diri atau isolasi sosial yang tidak disebabkan oleh perasaan tidak
berharga yang bisa dialami klien dengan latar belakang yang penuh
dengan permasalahan, ketegangan , kekecewaan, kecemasan.
Perasaan tidak berharga dapat menyebabkan individu makin sulit dalam
mengembangkan hubungan dengan orang lain. Akibatnya klien menjadi
mundur, mengalami penurunan dalam aktifitas dan kurangnya perhatian
terhadap penampilan dan keberhasilan diri. Sehingga individu semakin
tenggelam dalam perjalanan dan tingkah laku masa lalu serta tingkah
laku primitif antara lain tingkah laku yang tidak sesuai dengan
kenyataan, sehingga berakibat lanjut menjadi halusinasi. Halusinasi
melatarbelakangi adanya komplikasi.
E. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Jenis penatalaksanaan yang biasa dilakukan dalam kelompok penyakit
skizofrenia termasuk isolasi sosial adalah :
1) Psikofarmaka
Adalah terapi dengan menggunakan obat, tujuannya untuk
mengurangi atau menghilangkan gejala – gejala gangguan jiwa.
Yang tergolong dalam pengobatan psikofarmaka antara lain :
a. Chlorpromazine (CPZ)
Atas indikasi untuk sindrom psikosis yaitu berdaya berat
untuk menilai realistis, waham halusinasi, gangguan perasaan
10
dan perilaku atau tidak terkendali tidak mampu bekerja.
Dengan efek samping hipotesis, epilepsy, kelainan jantung,
febris, ketergantungan obat.
b. Haloperidol (HLP)
Atas indikasi berdaya berat dalam kemampuan menilai realita
dalam fungsi mental serta dalam fungsi kehidupan sehari –
hari dengan efek samping yaitu : penyakit hati, penyakit
darah (anemia, leucopenia, agranulositosis), epilepsy,
kelainan jantung, febris, dan ketergantungan obat.
c. Tryhexipenidil (THP)
Atas indikasi segala jenis perkinson, termasuk pasca
encephalitis dengan efek samping yaitu mulut kering,
penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung, agitasi,
konstipasi, takikardia, dilatasi, ginjal, retensi urin. Kontra
indikasinya yaitu hipersensitif terhadap tryhexipenidil, glukosa
sudut sempit, hipertropi prostate dan obstruksi saluran cerna.
2) Pemeriksaan ECT / Psikotherapy
Merupakan pengobatan untuk menurunkan kejang grandial yang
menghasilkan efek samping tetapi dengan menggunakan arus
listrik. Tujuan untuk memperpendek lamanya skizofrenia dan
dapat mempermudah kontak dengan orang lain. Dengan kekuatan
75 – 100 volt, ECT diberikan pada klien dengan indikasi depresi
berat dan terapi obat sebelumnya tidak berhasil, klien akan
beresiko bunuh diri dan skizofrenia akut.
3) Prinsip Keperawatan
Menerapkan teknik therapeutik, melibatkan keluarga, kontak
sering tetapi singkat, peduli, empati, jujur, menepati janji,
memenuhi kebutuhan sehari – hari, libatkan klien TAK.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Pelaksanana tindakan keperawatan merupakan langkah keempat dari
proses keperawatan. Dan disesuaikan dengan rencana tindakan
11
keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang
sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat,
apakah rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan oleh klien saat
ini (here and now) (Keliat,2005, hal 17). Jenis Tindakannya seperti :
1) Secara mandiri (independent)
Adalah tindakan yang diprakarsai sendiri oleh perawat untuk
membantu klien dalam mengatasi masalahnya atau menanggapi
reaksi karena adanya stressor (penyakit). Misalnya ; membantu
klien dalam melakukan kegiatan sehari – hari, memberikan
dorongan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya secara
wajar, menciptakan lingkungan terapeutik.
2) Saling ketergantungan atau kolaborasi ( interdependen)
Adalah tindakan keperawatan atas dasar kerjasama sesama tim
perawatan atau dengan tim kesehatan lainnya. Seperti dokter,
fisioterapi, analis kesehatan, dan sebagainya. Misalnya ;
pemberian obat – obatan sesuai dengan intruksi dokter. Jenis
dosis dan efek samping menjadi tanggung jawab dokter tetapi
pemberian obat sampai atau tidak menjadi tanggung jawab.
3) Rujukan atau ketergantungan ( dependen)
Adalah tindakan keperawatan atas dasar rujukan dari profesi lain,
diantaranya : dokter, psikologi, pskiater, ahli gizi, fisioterapi.
Misalnya ; terapi aktivitas kelompok.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Minnesolla Multiphasic Personality inventory (MMPI)
Adalah suatu bentuk pengujian yang dilakukan oleh psikiater dan psikolog
dalam menentukan kepribadian seseorang yang terdiri dari 556 pertanyaan
benar atau salah.
2. Elektroensefalografik (EEG)
Suatu pemeriksaan dalam psikiatri untuk membantu membedakan antara
etiologi fungsional dan organik dalam kelainan mental.
3. Test Laboratorium kromosom darah
12
Untuk mengetahui apakah gangguan jiwa disebabkan genetik.
4. Rontgen kepala
Untuk mengetahui apakah gangguan jiwa disebabkan kelainan struktur
anatomi tubuh.
G. Asuhan Keperawatan
KASUS JIWA
Tn.K 32 Tahun baru saja mengalami kecelakaan sehingga kaki kanan nya harus di
amputasi. Setelah 1 tahun diamputasi. Tn.K, sering melamun dan mengurung diri
dikamar. Terkadang menghindari banyak orang bahkan keluarganya sendiri. Saat
perawat CMHN yaitu Ns.U melakukan kunjungan ke rumahnya dan melakukan
pengkajian, didapatkan data bahwa Tn.K merasa malu dengan kondisi nya
sekarang dan merasa gagal menjadi seorang suami dan ayah yang tidak bisa
memberikan nafkah seperti sebelumnya. Klien tampak murung dan jarang
berbicara, menurut keluarga, klien menghindari banyak orang dan jarang
berbicara dengan orang lain, klien lebih sering mengurung diri dan menyendiri.
Pembicaraan lambat dan kontak mata kurang, namun Ns.U tetap melakukan
focusing, klarifikasi dan active listening saat berkomunikasi dengan kien. Setelah
itu, ns.U melakukan intervensi berupa SP 1 kepada klien.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu
mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu
berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa
ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain (Purba, dkk. 2008).
Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku
menarik diri atau isolasi sosial yang tidak disebabkan oleh perasaan
tidak berharga yang bisa dialami klien dengan latar belakang yang
penuh dengan permasalahan, ketegangan , kekecewaan, kecemasan.
Komplikasi yang mungkin ditimbulkan pada kliendengan isolasi
sosial antara lain :
a. Defisit perawatan diri
b. Resiko terjadinya gangguan sensori persepsi halusinasi
B. Saran
Adapun saran yang penulis berikan agar tercapai kesehatan jiwa
optimal adalah :
1. Diharapkan pada keluarga klien apabila sudah pulang maka
keluarga tetap melakukan kontrol ke RSJ.
2. Diharapkan adanya kerja sama dengan baik antara dokter,
perawat dan tim medis lainnya guna memperlancar proses
keperawatan.
3. Diharapakan kepala keluarga harus sering mengunjungi klien ke
RSJ karena dapa membantu proses penyembuhan.
14
DAFTAR PUSTAKA
Stuart, GW and Sundeen, SJ. (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3.
Jakarta: EGC
15