Anda di halaman 1dari 51

MAKALAH KASUS 4

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN OSTEOMILITIS

KELOMPOK 11

SITI ANISA ZAKIYYA NORDIN 220110080145

SALAS AULADI 220110080138

SRI HANDINI PERTIWI 220110080105

SILVIA JUNIANTY 220110080097

SRI MELFA DAMANIK 220110080079

SELLA GITA ADITI 220110080052

SUSI HANIFAH 220110080035

SARAH RIDHASA F. 220110080013

TIARA RACHMAWATI 220110080118

TIARA TRI 220110080108

TRIANDINI 220110080095

TAMMY KUSMAYANTI 220110080053

TIARA ARUM KESUMA 220110080050

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

JATINANGOR

2009
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-
Nya
kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah mengenai penyakit Skoliosis.

Makalah ini disusun dalam rangka pendokumentasian dari aplikasi pembelajaran mata
kuliah
Sistem Muskuloskeletal. Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak.
Untuk itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
terutama
kepada tutor kelompok 11 dalam penyusunan mata kuliah ini.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan.
Oleh
karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan
makalah
ini di masa mendatang.

Pada akhirnya, kami mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi
anggota
kelompok 11 dan bagi pembaca umumnya.

Jatinangor, Desember
2009

Penyusun
LATAR BELAKANG

Penyakit infeksi adalah salah satu penyakit yang masih sering terjadi di
dunia. Salah satu
penyakit infeksi yang mengenai tulang adalah osteomielitis. Osteomielitis umumnya
disebabkan
oleh bakteri, namun jamur dan virus juga bisa menjadi penyebabnya. Osteomielitis
dapat
mengenai tulang-tulang panjang, vertebra ,tulang pelvic, tulang tengkorak dan
mandibula.

Banyak mitos yang berkembang tentang penyakit ini, seperti diyakini bahwa
infeksi akan
berlanjut menyebar pada tulang dan akhirnya seluruh tubuh, padahal hal yang
sebenarnya adalah
osteomielitis tidak menyebar ke bagian lain tubuh karena jaringan lain tersebut
punya aliran
darah yang baik dan terproteksi oleh sistem imun tubuh. Kecuali apabila terdapat
sendi buatan di
bagian tubuh yang lain. Dalam keadaan ini, benda asing tersebut menjadi pathogen.
Secara
umum, terapi infeksi tulang bukanlah kasus yang emergensi. Tubuh memiliki mekanime
pertahanan yang mempertahankan agar infeksi tetap terlokalisasi di daerah yang
terinfeksi.

Osteomielitis dapat terjadi pada semua usia tetapi sering terjadi pada anak-
anak dan
orang tua, juga pada orang dewasa muda dengan kondisi kesehatan yang serius.
Diagnosa
osteomielitis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis penyakit dan juga gambaran
radiologik.

Pasien yang beresiko tinggi mengalami Osteomielitis adalah mereka yang


nutrisinya
buruk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes mellitus. Selain itu, pasien yang
menderita
artitis rheumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit, mendapat terapi
kortikosteroid jangka
panjang, menjalani pembedahan sendi sebelum operasi sekarang, atau sedang mengalami
sepsis
rentan, begitu pula yang menjalani pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka
mengeluarkan pus, mengalami nefrosis insisi margial atau dehidrasi luka, atau
memerlukan
evakuasi hematoma pascaoperasi.

ANATOMI FISIOLOGI TULANG BELAKANG

Tulang punggung atau vertebra adalah tulang tak beraturan yang membentuk
punggung
yang mudah digerakkan. Terdapat 33 tulang punggung pada manusia, 5 di antaranya
bergabung membentuk bagian sacral, dan 4 tulang membentuk tulang ekor (coccyx).
Tiga bagian di atasnya terdiri dari 24 tulang yang dibagi menjadi 7 tulang cervical
(leher), 12
tulang thorax (thoraks atau dada) dan, 5 tulang lumbal. Banyaknya tulang belakang
dapat
saja terjadi ketidaknormalan. Bagian terjarang terjadi ketidaknormalan adalah
bagian leher.

Sumber gambar: http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Gray90.png


1.1 Struktur umum
Sebuah tulang punggung terdiri atas dua bagian yakni bagian anterior yang
terdiri dari
badan tulang atau corpus vertebrae, dan bagian posterior yang terdiri dari arcus
vertebrae.
Arcus vertebrae dibentuk oleh dua "kaki" atau pediculus dan dua lamina, serta
didukung
oleh penonjolan atau procesus yakni procesus articularis, procesus transversus,
dan
procesus spinosus. Procesus tersebut membentuk lubang yang disebut foramen
vertebrale. Ketika tulang punggung disusun, foramen ini akan membentuk saluran
sebagai tempat sumsum tulang belakang atau medulla spinalis. Di antara dua
tulang
punggung dapat ditemui celah yang disebut foramen intervertebrale.

Sumber gambar:
http://1.bp.blogspot.com/_p3RLmE_gWDU/ShD-
zHc22MI/AAAAAAAAABQ/buDLRb6NNzs/s1600-h/anatomi+tulang+belakang.jpg

1.2 Tulang punggung cervical


Secara umum memiliki bentuk tulang yang kecil dengan spina atau procesus spinosus
(bagian seperti sayap pada belakang tulang) yang pendek, kecuali tulang ke-2 dan 7
yang
procesus spinosusnya pendek. Diberi nomor sesuai dengan urutannya dari C1-C7 (C
dari
cervical), namun beberapa memiliki sebutan khusus seperti C1 atau atlas, C2 atau
aksis.
Setiap mamalia memiliki 7 tulang punggung leher, seberapapun panjang lehernya.
1.3 Tulang punggung thorax
Procesus spinosusnya akan berhubungan dengan tulang rusuk. Beberapa gerakan
memutar dapat terjadi. Bagian ini dikenal juga sebagai 'tulang punggung dorsal'
dalam
konteks manusia. Bagian ini diberi nomor T1 hingga T12.
1.4 Tulang punggung lumbal
Bagian ini (L1-L5) merupakan bagian paling tegap konstruksinya dan menanggung beban
terberat dari yang lainnya. Bagian ini memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensi
tubuh,
dan beberapa gerakan rotasi dengan derajat yang kecil.
1.5 Tulang punggung sacral
Terdapat 5 tulang di bagian ini (S1-S5). Tulang-tulang bergabung dan tidak memiliki
celah atau diskus intervertebralis satu sama lainnya.
1.6 Tulang punggung coccygeal
Terdapat 3 hingga 5 tulang (Co1-Co5) yang saling bergabung dan tanpa celah.
Beberapa
hewan memiliki tulang coccyx atau tulang ekor yang banyak, maka dari itu disebut
tulang
punggung kaudal (kaudal berarti ekor).

Sumber gambar:
http://4.bp.blogspot.com/_p3RLmE_gWDU/ShIpBrKdf5I/AAAAAAAAABs/ofFD-
twewls/s1600-h/ligament+tulang+belakang.jpg
1.7 Ligamen dan otot
Untuk memperkuat dan menunjang tugas tulang belakang dalam menyangga berat badan,
maka tulang belakang di perkuat oleh otot dan ligament, antara lain :
Ligament:
1. Ligament Intersegmental (menghubungkan seluruh panjang tulang belakang dari
ujung
ke ujung):
a. Ligament Longitudinalis Anterior
b. Ligament Longitudinalis Posterior
c. Ligament praspinosum
2. Ligament Intrasegmental (Menghubungkan satu ruas tulang belakang ke ruas yang
berdekatan)
a. Ligamentum Intertransversum
b. Ligamentum flavum
c. Ligamentum Interspinosum
3. Ligamentum-ligamentum yang memperkuat hubungan di antara tulang occipitalis
dengan vertebra CI dengan C2, dan ligamentum sacroilliaca di antara tulang sacrum
dengan tulang pinggul
Otot-otot:
1. Otot-otot dinding perut
2. Otot-otot extensor tulang punggung
3. Otot gluteus maximus
4. Otot Flexor paha ( illopsoas )
5. Otot hamstrings
Tulang vertebrae terdri dari 33 tulang: 7 buah tulang servikal, 12 buah tulang
torakal, 5
buah tulang lumbal, 5 buah tulang sacral. Tulang servikal, torakal dan lumbal masih
tetap
dibedakan sampai usia berapapun, tetapi tulang sacral dan koksigeus satu sama lain
menyatu membentuk dua tulang yaitu tulang sakrum dan koksigeus. Diskus
intervertebrale merupkan penghubung antara dua korpus vertebrae. Sistem otot
ligamentum membentuk jajaran barisan (aligment) tulang belakang dan memungkinkan
mobilitas vertebrae. (CAILLIET 1981).
Fungsi kolumna vertebralis adalah menopang tubuh manusia dalam posisi tegak, yang
secara mekanik sebenarnya melawan pengaruh gaya gravitasi agar tubuh secara
seimbang
tetap tegak. (CAILLIET 1981).
Vertebra servikal, torakal, lumbal bila diperhatikan satu dengan yang lainnya ada
perbedaan dalam ukuran dan bentuk, tetapi bila ditinjau lebih lanjut tulang
tersebut
mempunyai bentuk yang sama. Korpus vertebrae merupakan struktur yang terbesar
karena mengingat fungsinya sebagai penyangga berat badan. Prosesus transverses
terletak
pada ke dua sisi korpus vertebra, merupakan tempat melekatnya otot-otot punggung.
Sedikit ke arah atas dan bawah dari prosesus transverses terdapat fasies
artikularis
vertebrae dengan vertebrae yang lainnya. Arah permukaan
facet joint
mencegah/membatasi gerakan yang berlawanan arah dengan permukaan facet joint.
Pada daerah lumbal facet letak pada bidang vertical sagital memungkinkan gerakan
fleksi
dan ekstensi ke arah anterior dan posterior. Pada sikap lordosis lumbalis
(hiperekstensi
lubal) kedua facet saling mendekat sehingga gerakan kalateral, obique dan berputar
terhambat, tetapi pada posisi sedikit fleksi kedepan (lordosis dikurangi) kedua
facet
saling menjauh sehingga memungkinkan gerakan ke lateral berputar.
Bagian lain dari vertebrae, adalah “lamina” dan “predikel” yang membentuk arkus
tulang
vertebra, yang berfungsi melindungi foramen spinalis. Prosesus spinosus merupakan
bagian posterior dan vertebra yang bila diraba terasa sebagai tonjolan, berfungsi
tempat
melekatnya otot-otot punggung. Diantara dua buah buah tulang vertebrae terdapat
diskusi
intervertebralis yang berfungsi sebagai bentalan atau “shock absorbers” bila
vertebra
bergerak
Diskus intervertebralis terdiri dari annulus fibrosus yaitu masa fibroelastik yang
membungkus nucleus pulposus, suatu cairan gel kolloid yang
mengandung
mukopolisakarida. Fungsi mekanik diskus intervertebralis mirip dengan balon yang
diisi
air yang diletakkan diantara ke dua telapak tangan . Bila suatu tekanan kompresi
yang
merata bekerja pada vertebrae maka tekanan itu akan disalurkan secara merata ke
seluruh
diskus intervertebralis. Bila suatu gaya bekerja pada satu sisi yang lain, nucleus
polposus
akan melawan gaya tersebut secara lebih dominan pada sudut sisi lain yang
berlawanan.
Keadaan ini terjadi pada berbagai macam gerakan vertebra seperti fleksi, ekstensi,
laterofleksi (CAILLIET 1981).
Karena proses penuaan pada diskus intervebralis, maka kadar cairan dan elastisitas
diskus
akan menurun. Keadaan ini mengakibatkan ruang diskus intervebralis makin menyempit,
“facet join” makin merapat, kemampuan kerja diskus menjadi makin buruk, annulus
menjadi lebih rapuh.
Akibat proses penuaan ini mengakibatkan seorang individu menjadi rentan mengidap
nyeri punggung bawah. Gaya yang bekerja pada diskus intervebralis akan makin
bertambah setiap individu tersebut melakukan gerakan membungkuk, gerakan yang
berulang-ulang setiap hari yang hanya bekerja pada satu sisi diskus intervebralis,
akan
menimbulkan robekan kecil pada annulus fibrosus, tanpa rasa nyeri dan tanpa gejala
prodromal. Keadaan demikian merupakan “locus minoris resistensi” atau titik lemah
untuk terjadinya HNP (Hernia Nukleus Pulposus). Sebagai contoh, dengan gerakan yang
sederhana seperti membungkuk memungut surat kabar di lantai dapat menimbulkan
herniasi diskus. Ligamentum spinalis berjalan longitudinal sepanjang tulang
vertebrae.
Ligamentum ini berfungsi membatasi gerak pada arah tertentu dan mencegah robekan.
(CAILLIET 1981).
Diskus intervebralis dikelilingi oleh ligamentum anterior dan ligamnetum posterior.
Ligamentum longitudinal anterior berjalan di bagian anterior corpus vertebrae,
besar dan
kuat, berfungsi sebagai alat pelengkap penguat antara vertebrae yang satu dengan
yang
lainnya. ligamentum longitudinal posterior berjalan di bagian posterior corpus
vertebrae,
yang juga turut memebntuk permukaan anterior kanalis spinalis. Ligamentum tersebut
melekat sepanjang kolumna vertebralis, sampai di daerah lumbal yaitu setinggi L 1,
secara progresif mengecil, maka ketika mencapai L 5 – sacrum ligamentum tersebut
tinggal sebagian lebarnya, yang secara fungsional potensiil mengalami kerusakan.
Ligamentum yang mengecil ini secara fisiologis merupakan titik lemah dimana gaya
statistik bekerja dan dimana gerakan spinal yang terbesar terjadi, disitulah mudah
terjadi
cidera kinetik. (CAILLIET 1981).
Otot punggung bawah dikelompokkan kesesuai dengan fungsi gerakannya. Otot yang
berfungsi mempertahankan posisi tubuh tetap tegak dan secara aktif mengekstensikan
vertebrae lumbalis adalah : M. quadraus lumborum, M. sacrospinalis, M.
intertransversarii dan M. interspinalis.
Otot fleksor lumbalis adalah muskulus abdominalis mencakup : M. obliqus eksternus
abdominis, M. internus abdominis, M. transversalis abdominis dan M. rectus
abdominis,
M. psoas mayor dan M. psoas minor.
Otot latero fleksi lumbalis adalah M. quadratus lumborum, M. psoas mayor dan minor,
kelompok M. abdominis dan M. intertransversarii.
Jadi dengan melihat fungsi otot di atas otot punggung di bawah berfungsi
menggerakkan
punggung bawah dan membantu mempertahankan posisi tubuh berdiri. Medulla spinalis
dilindungi oleh vertebrae. Radix saraf keluar melalui canalis spinalis, menyilang
discus
intervertebralis di atas foramen intervertebralis.
Ketika keluar dari foramen intervertebralis saraf tersebut bercabang dua yaitu
ramus
anterior dan ramus posterior dan salah satu cabang saraf tersebut mempersarafi
“face t”.
Akibat berdekatnya struktur tulang vertebrae dengan radix saraf cenderung rentan
terjadinya gesekan dan jebakan radix saraf tersebut.
Bangunan anatomis vertebrae yang sensitive terhadap nyeri adalah sebagai berikut:
Semua ligamen, otot, tulang dan facet join adalah struktur tubuh yang sensitive
terhadap
rangsangan nyeri, karena struktur persarafan sensoris.Kecuali ligament flavum,
discus
intervertebralis dan Ligamentum interspinosum ; karena tidak dirawat oleh saraf
sensoris.
Dengan demikian semua proses yang mengenai struktur tersebut di atas seperti
tekanan
dan tarikan dapat menimbulkan keluahan nyeri.
Nyeri punggung bawah sering berasal dari ligamentum longitudinalis anterior atau
posterior yang mengalami iritasi. Nyeri artikuler pada punggung bawah berasal dari
facies artikularis vertebrae beserta kapsul persendiannya yang sangat peka terhadap
nyeri.
Nyeri yang berasal dari otot dapat terjadi oleh karena : aktivitas motor neuron,
ischemia
muscular dan peregangan miofasial pada waktu otot berkontraksi kuat. (Zimmermann
M.,
1987)
Tulang belakang mempunyai tiga lengkungan fisiologis yaitu lordosis servikalis,
kyphosis thorakalis dan lordosis lumbalis. Bila dilihat dari samping dalam posisi
tegak
ketiga lengkungan fisiologis ini disebut posture atau sikap (lihat gambar 6).
Posture yang
baik adalah posture tidak memerlukan tenaga, tidak melelahkan, tidak menimbulkan
nyeri, yang dapat dipertahankan untuk jangka waktu tertentu dan secara estetis
memberikan penampilan yang dapat diterima. Disini terjadi keseimbangan antara kerja
ligamen dan torus minimal otot.
Secara keseluruhan posture dipengaruhi oleh keadaan anatomi, suku bangsa, latar
belakang kebudayaan, lingkungan pekerjaan, sex dan keadaan psikis seseorang. Sudut
lumbosakral adalah sudut yang dibentuk oleh permukaan ossakrum dengan garis
horizontal. Normal besar sudut lumbosakral (sudut Ferguson) 30 derajat. Rotasi
pelvis ke
atas memperkecil sudut lumbosakral sedangkan rotasi pelvis ke bawah memperbesar
sudut lumbosakralis. (lihat gambar 7). Gerakan ekstensi vertebrae dari vertebrae
lumbalis
hanya sedikit. Hiperekstensi dicegah oleh Ligamantum longitudinale anterior.
Sedangkan
gerakan fleksi 60% – 75% terjadi pada antara L5 dan S1, 20 % – 25 % terjadi antara
L4
dan L5 dan 5% – 10% terjadi antara L1 – L4 (terbanyak antara L2 – L4).
Bila seseorang membungkuk untuk mencoba menyentuh lantai dengan jari tangan tanpa
fleksi lutut, selain fleksi dari lumbal harus dibantu dengan rotasi dari pelvis dan
sendi
koksae. Perbandingan antara rotasi pelvis dan fleksi lumbal disebut ritme lumbal-
pelvis.
(lihat gambar 9).
Secara singkat punggung bawah merupakan suatu struktur yang kompleks; dimana tulang
vertebrae, discus intervertebralis, ligamen dan otot akan akan bekerjasama membuat
manusia tegak, memungkinkan terjadinya gerakan dan stabilitas. Vertebrae lumbalis
berfungsi menahan tekanan gaya static dan gaya kinetik (dinamik) yang sangat besar
maka dari itu cenderung terkena ruda paksa dan cedera. (CAILLIET 1981).
http://herdinrusli.wordpress.com/2007/12/01/sekilas-tentang-anatomi-vertebra/
http://id.wikipedia.org/wiki/Tulang_punggung
http://www-back-pain.blogspot.com/2009/05/ligament-otot-tulang-belakang.html
http://www-back-pain.blogspot.com/2009/05/anatomi-tulang-belakang.html
http://www.ahlihnp.com/kesehatan/pengetahuan/anatomi-tulang-belakang/
ANALISIS KASUS

Tn. D (32 thn) dirawat di ruang bedah ortopedi dengan keluhan nyeri di
daerah

sekitar luka. 12 bulan SMRS klien mengeluh tungkai & kaki kirinya membengkak.

keluhan disertai rasa nyeri dan panas pada tungkai dan kaki kiri. pergerakan masih

normal, demam ada hilang timbul. 6 bulan SMRS, kaki kiri mulai sukar digerakkan dan

pada paha kiri keluar cairan di bagian 1/3 distal lateral tungkai kiri.

Pemeriksaan fisik:

BB: 42 kg T : 36,6 C Skala nyeri: 5 (0-


10)

TB: 158 cm Nadi : 80x/menit

TD: 100/60 mmHg RR : 20 x/menit

Aktivitas sehari-hari dibantu, berdiri dan berjalan menggunankan kruk. Pada


luka

paha kiri bengkak (+), kemerahan (+), pus (+), terdapat tiga lubang pada luka
berdiameter

masing-masing 0.5 cm. Tampak konjunctiva anemis, kulit pucat, sclera tidak ikterik.

Pemeriksaan penunjang: Hb: 8,6 mg/dl, Leukosit: 16.400, LED: 96 mm/jam,

Albumin: 3,2 gr/dl, Rontgen dada: tidak tampak TB paru aktif, tidak tampak

kardiomegali, rontgen femur sinistra. Seluruh os Femur menunjukkan lesi osteolitik


dan

sklerotik yang tidak teratur. Kesan suatu osteomilitis kronis.

Terapi : Ranitidin: 2x1 amp IV, ketorolac 2x1 amp IV/IM, dan fosmicine 2x1
gr

drip dalam dextrose 5 % 100 cc


STEP I

1. konjuntiva anemis (triandini) : mata terlihat pucat (tiara R)

2. 1/3 distal lateral (sarah) : 1/3 tungkai kiri samping, bagian dalam (tiara R)

3. osteolitik dan sklerotik (sri handini , tiara A) : LO

4. os femur (tiara Tri) : tulang paha

5. osteomielitis (salas) : peradangan pada tulang dan medulla tulang (tiara R)

6. fosmicin (triandini) : LO

7. ranitidine : LO

8. ketorolac : LO

STEP II

1. efek samping, indikasi, kontraindikasi, dan dosis obat ? (sarah , tiara R)

2. asal lubang 0,5 cm? (sri handini)

3. apa yang menyebabkan demam hilang timbul ? (siti annisa)

4. masa inkubasi ? (sella)

5. beda lesi osteolitik dan sklerotik ? (triandini)

6. fungsi pemeriksaan protein ? (susi)

7. nilai normal hasil lab? (melfa)

8. mekanisme terjadinya manifestasi klinis? (salas)

9. fungsi pemeriksaan rontgen dada? (tammy)

10. gamabaran foto rontgen ? (sri handini)

11. peran perawat terhadap klien ? (tiara A)

12. penyebaran apakah yang bisa terjadi ? (siti annisa)

13. kemungkinan penularan ? (tiara tri)


14. bagian tulang yang paling banyak diserang penyakit ini? (melfa)

15. tindakan pertama pada awal keluhan ? (susi)

16. jenis perawatan luka ? (salas)

17. management nyeri ? (tammy)

18. jenis luka ? (tiara R)

19. dampak psikologis ? (siti annisa)

20. diagnose banding ? (triandini)

21. kenapa lesi tidak teratur? (susi)

22. dampak ke system lain? (melfa)

23. bagaimana resistensi terhadap antibiotic dan obat-obatan?

24. adakah kemungkinan lumpuh?

STEP III

1. LO

2. dari infeksi bakteri (susi)

3. pengaruh aktivitas tubuh, suhu, lingkungan (susi, tiara R)

4. LO

5. LO

6. untuk mengetahui adanya kerusakan pada tulang (melfa)

7. TD : 100-120/60-80

BB : BB/(1-TB)2 atau (TB-BB)-10%(TB-BB)

suhu : 36,5-37,5

nadi : 60-80 x/menit


RR : 16-24 x/menit

Hb : 13,5 – 17 mg/dL

leukosit : 5000-10000

albumin : 3,5-5 gr/dL

LED : LO

8. LO

9. untuk mengetahui TB atau kardiomegali (tiara R)

10. LO

11. mendemonstrasikan cara penggunaan kruk (sella)

membantu penggunaan kruk (sarah)

mengawasi panggunaan kruk (sarah)

12. LO

13. tidak

14. tulang panjang, karena di tulang panjang terdapat urat-urat yang berkelok-
kelok, dan

bakteri senang merada disitu (tiara R)

15. periksa ke dokter (tiara A)

16. LO

17. LO

18. distraksi, imajinasi, relaksasi (tiara A)

19. merasa kehilangan, peran sebagai kepala keluarga , malu (tiara A)

20. LO

21. LO

22. LO
23. LO

24. LO

STEP IV

“Mind Map”

Penatalaksanaan asuhan
medis keperawatan

patofisologi
Aspek legal etis
OSTEOMILITIS

Klasifikasi
Anfis tulang
belakang
Konsep penyakit
Pemeriksaan
(Etiologi,factor
diagnostik
resiko,manifestasi klinis)

STEP V

Mind map, dan LO (di step III)

JAWABAN “LEARNING OBJECTIVES”

STEP 1

1. Sklerotik : pengerasan dari peradangan pada saraf / pembuluh darah (sri


melfa)
2. fosmicin : anti bacteria golongan bakteri positif (+) yang mempunyai
tingkat senditif
pada bakteri golongan TB dan stapilacoccus (tiara arum)
3. ranitidine : suatu histamine antagonis reseptor H2 yang menghambat kerja
histamine
secara kompetetif pada reseptor dan mengurangi sekresi asam lambung
(triandini)
4. ketorolac : analgesic non narkotik yang merupakan obat anti inflamasi non
steroid.
menghambat sintesis prostaglandin dan sebagai analgesic yang bekerja
perifer (susi)

STEP 2

1. Indikasi, kontraindikasi, dosis dan efek samping obat ?

Ranitidine

• Indikasi : (siti annisa)

a. mengurangi gejala refluksi esofagitis


b. terapi pemeliharaan setelah penyembuhan tukak lambung, tukak usus
12 jari

• kontaindikasi (sarah)

a. hipersensitif terhadap ranitidine


b. gangguan fungsi ginjal
c. wanita hamil dan menyusui

• efek samping

a. sakit kepala (system saraf malaise)


b. penurunan jumlah sel darah putih dan platelet
c. sedikit peningkatan kadar serum kreatinin
d. diare, nyeri otot, ruam kulit, dan konstipasi

• dosis

a. injeksi : 50 mg tiap 6-8 jam (IM)

intermiten (IV)
b. oral : 150 mg 2x sehari atau 300 mg 1x sehari untuk dewasa (siti annisa)
c. sindrom zollinger Ellison : 150 mg 3x sehari atau dapat ditambah menjadi
900
mg (sarah)

Ketorolac (siti annisa, silvia, sri handini,melfa)

• indikasi

a. tidak boleh diberikan lebih dari 5 hari


b. tidak dianjurkan untuk obat pra bedah obstretri
c. nyeri akut sedang – berat setelah operasi prosedur bedah (silvia)

• kontraindikasi

a. pasien yang alergi obat ini karena sensitifitas hilang


b. penderita ulkus peptikum
c. diathesis nemoragik
d. sindrom polip nasal lengkap atau parsial
e. hipovolemia
f. asma

• dosis

a. dewasa : 10 mg – 30 mg setiap 4-6 jam (ampul)


b. lansia : 50 mg (ampul)
c. anak-anak : 0,5 – 1 mg /kgBB, maksimal 15-30 mg
d. lansia dan dewasa dengan berat badan kurang dari 50 kg : 15-30 mg
selanjutnya dapat dilanjutkan dengan oral.
e. usia diatas 65 tahun : tidak boleh lebih dari 60 mg

• efek samping

a. diare
b. dyspepsia
c. sakit kepala
d. pusing
e. mengantuk
f. berkeringat

Fosmicin (sri melfa)

• dosis

a. anak-anak : 100-200 mg/kgBB


b. dewasa : 2-4 mg/kg BB

2. masa inkubasi (silvia)

jawab :

a. 3 bulan pertama (stadium 1)


b. 4-24 bulan (stadium 2)
c. 2 tahun atau lebih (stadium 3)

3. apa bedanya lesi osteolitik dan sklerotik

jawab

• lesi osteolitik : penghancuran tidak terkendali dan osteoblas tidak


mampu
mangimbangi dengan pembentukan jaringan baru sehingga menyebabkan
tulang
tidak padat dan lemah
• lesi sklerotik : pembentukan sel-sel tidak terkendali dan tidak
diimbangi dengan
proses penghancuran oleh osteoklas (sella)

4. kenapa kulit terlihat pucat

jawab
infeksi kronis

factor peradangan

sel rusak

pembentukan sel baru

kebutuhan energy meningkat

cadangan nitrogen menurun

tidak ada suplai nutrisi karena malaise

pembentukan sel darah merah menurun dan sel darah yang terbentuk imatur

anemia

5. hasil foto rontgen pada penyakit ini

jawab :

Terdapat abses bradle bersifat kronis, biasanya ditemukan dalam spondilosa


tulang dekat
ujungnya tulang. Bentuk abses bulat/lonjong dengan pinggiran sklerotik (sella)

6. penyebaran

jawab :

a. kearah korteks : membentuk subperiosteal dan sellulitis pada jaringan


sekitarnya
b. kearah medulla
c. menembus peroisteum membentuk abses jaringan lunak
d. ke persendian terutama bila lempeng pertumbuhan intrakutikuler.
e. sirkulasi darah : bakterimia dan septicemia atau melalui embolus infeksi yang
menyebabkan infeksi multifocal pada daerah-daerah lain
f. penyebaran melalui 3 cara : aliran darah, penyebaran langsung, infeksi dari
jaringan
lunak sekitarnya

7. jenis perawatan luka yang dilakukan (tiara R, sri handini)

jawab :

a. alginate :menyerap (tidak perlu diganti)


b. setelah debridement, setiap 6 jam harus dilakukan perawatan luka menggunakan
bahan kasar
c. dilakukan perawatan luka aseptic : dapat menurunkan insiden infeksi
superficial dan
potensial

8. diagnose banding (sri melfa, silvia, sella, tiara tri, sarah)

jawab :

a. osteosarkoma
b. eming sarcoma
c. tumor banigna dan maligna
d. osteomalasia
e. paget’s diasease
f. sellulitis
g. gangrene gas
h. gout predogout
i. neoplasma
j. demam rematik
k. arthritis seronegatif
l. sarkoidosis
m. burishs
n. hemathrosis
o. irritable hip
9. mengapa lesi tidak teratur (sri melfa)

jawab :

karena adanya penyebaran bakteri melalui jaringan secara tidak teratur

10. apakah ada dampak ke system lain (silvia)

jawab :

penyakit ini dapat menyebar ke organ lain tetapi tidak spesifik

11. jenis luka (triandini)

jawab :

kasus diatas termasuk kedalam golongan luka kotor yaitu seperti luka lama, luka
kecelakaan yang mengandung jaringan mati dan luka dengan tanda infeksi ditandai
dengan adanya cairan nanah

12. kemungkinan resistensi terhadap obat (susi)

jawab :

dapat terjadi resistensi terhadap antibiotic karena sifat korteks tulang yang
tidak punya
pembuluh darah sehingga tidak cukup banyak antibody yang dapat mencapai daerah
terinfeksi

13. kemungkinan lumpuh

jawab :

a. infeksi kronis

suplai darah ke tulang menurun


nekrosis pada tulang

sulit diobati

lumpuh

b. karena adanya pus


c. tulang dan system saraf (terjadi kerusakan pada system saraf)
JAWABAN “MIND MAP”

1. Konsep penyakit (Silvia, Tiara R)

A. KONSEP PENYAKIT

Beda tulang sehat dan yang terinfeksi

1. DEFINISI
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan
daripada
infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan
terhadap
inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan
tulang
baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomeilitis dapat menjadi masalah
kronis yang
akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas.
Beberapa ahli memberikan defenisi terhadap osteomyelitis sebagai berkut :
# Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang
tulang-tulang
tulang panjang yang
disebabkan
oleh staphylococcus aureus dan kadang kadang Haemophylus influensae (Depkes RI,
kadang-kadang
1995).
# Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).
# Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang disebabkan
oleh
staphylococcus (Henderson, 1997)
# Osteomyelitis adalah influenza Bone Marow pada tulang-tulang panjang yang
disebabkan oleh staphyilococcus Aureus dan kadang-kadang haemophylus influenzae,
infeksi yang hampir selalu disebabkan oleh staphylococcus aureus. Tetapi juga
Haemophylus influenzae, streplococcus dan organisme lain dapat juga
menyebabkannya
osteomyelitis adalah infeksi lain.
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN OSTEOMIELITIS Iwan Sain, S.Kp
Kep. Medikal Bedah III

2. ETIOLOGI
• Staphylococcus aureus hemoliticus 70% – 80 %
• Hemophilus influenza 5-50% pada anak anak usia 4 tahun
• Proteus
• Pseudomonas
• Escerehia Coli

Tulang, yang biasanya terlindung dengan baik dari infeksi, bisa mengalami
infeksi
melalui 3 cara:
Aliran darah
Penyebaran langsung
Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya..
Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang.
Infeksi
biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan (pada anak-anak) dan di
tulang
belakang (pada dewasa). Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen
(melalui
darah) dikarenakan fokus infeksi di tempat lain (mis. Tonsil yang terinfeksi,
lepuh, gigi
terinfeksi, infeksi saluran nafas atas). Osteomielitis akibat penyebaran
hematogen
biasanya terjadi ditempat di mana terdapat trauma dimana terdapat resistensi
rendah
kemungkinan akibat trauma subklinis (tak jelas).
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah tulang terbuka,
selama
pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang.Infeksi ada
sendi buatan, biasanya didapat selama pembedahan dan bisa menyebar ke tulang di
dekatnya. Atau dapat pula melaui cedera traumatik seperti luka tembak, pembedahan
tulang.

Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah
beberapa
hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang mengalami
kerusakan
karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan
oleh
jeleknya pasokan darah atau diabetes (kencing manis). Dapat pula melalui Ulkus
dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler)
http://medicastore.com/penyakit/554/Osteomielitis.html

3. FAKTOR RESIKO
Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah :
• mereka yang nutrisinya buruk, lansia, kegemukan atau penderita diabetes.
• pasien yang menderita artritis reumatoid, telah di rawat lama dirumah sakit,
mendapat
terapi kortikosteroid jangka panjang, menjalani pembedahan sendi sebelum operasi
sekarang atau sedang mengalami sepsis rentan, begitu pula yang menjalani
pembedahan
ortopedi lama, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, mengalami nekrosis
insisi
marginal atau dehisensi luka, atau memerlukan evakuasi hematoma pascaoperasi.
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN OSTEOMIELITIS Iwan Sain, S.Kp
Kep. Medikal Bedah III

4. PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI


Status penyakit diketahui sebagai faktor predisposisi pasien terhadap
osteomyelitis
meliputi diabetes mellitus, penyakit sickle cell, AIDS, penyalahgunaan obat-
obatan
secara i.v., alkoholik, penggunaan steroid jangka panjang, penurunan kekebalan
tubuh,
dan penyakit sendi kronik. Sebagai tambahan, implant prosthetik dalam ortopedik
dapat
merupakan faktor resiko terjadinya osteomyelitis pada pembedahan ortopedik atau
fraktur terbuka.4
B. KLASIFIKASI (Sella)

Menurut kejadiannya osteomyelitis ada 2 yaitu :

1. Osteomyelitis Primer # Kuman-kuman mencapai tulang secara langsung melalui luka.


2. Osteomyelitis Sekunder # Adalah kuman-kuman mencapai tulang melalui aliran darah
dari
suatu focus primer ditempat lain (misalnya infeksi saluran nafas, genitourinaria
furunkel).

Sedangkan osteomyelitis menurut perlangsungannya dibedakan atas :


a. Steomyelitis akut
# Nyeri daerah lesi
# Demam, menggigil, malaise, pembesaran kelenjar limfe regional
# Sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka
# Pembengkakan lokal
# Kemerahan
# Suhu raba hangat
# Gangguan fungsi
# Lab = anemia, leukositosis

Terdapat dua kategori dari osteomyelitis akut:

1. Hematogenous osteomyelitis, infeksi disebabkan bakteri melalui darah. Acute


hematogenous osteomyelitis, infeksi akut pada tulang disebabkan bekteri yang
berasal
dari sumber infeksi lain. Kondisi ini biasanya terjadi pada anak-anak.
Bagian yang sering
terkena infeksi adalah bagian yang sedang bertumbuh pesat dan bagian yang
kaya akan
vaskularisasi dari metaphysis. Pembuluh darah yang membelok dengan sudut
yang tajam
pada distal metaphysis membuat aliran darah melambat dan menimbulkan endapan
dan
trombus, tulang itu sendiri akan mengalami nekrosis lokal dan akan menjadi
tempat
berkembang biaknya bakteri. Mula-mula terdapat fokus infeksi didaerah
metafisis, lalu
terjadi hiperemia dan udem. Karena tulang bukan jaringan yang bisa
berekspansi maka
tekanan dalam tulang ini menyebabkan nyeri lokal yang sangat hebat.
Infeksi dapat pecah ke subperiost, kemudian menembus subkutis dan menyebar
menjadi
selulitis atau menjalar melalui rongga subperiost ke diafisis. Infeksi juga
dapat pecah
kebagian tulang diafisis melalui kanalis medularis.

Penjalaran subperiostal kearah diafisis akan merusak pembuluh darah yang


kearah
diafisis, sehingga menyebabkan nekrosis tulang yang disebut sekuester.
Periost akan
membentuk tulang baru yang menyelubungi tulang baru yang disebut involukrum
(pembungkus). Tulang yang sering terkena adalah tulang panjang yaitu tulang
femur,
diikuti oleh tibia, humerus ,radius , ulna, dan fibula.

2. Direct or contigous inoculation osteomyelitis disebabkan kontak langsung


antara
jaringan tulang dengan bakteri, biasa terjadi karena trauma terbuka dan
tindakan
pembedahan. Manisfestasinya terlokalisasi dari pada hematogenous
osteomyelitis.

b. Osteomyelitis kronis
# Ada luka, bernanah, berbau busuk, nyeri
# Gejala-gejala umum tidak ada
# Gangguan fungsi kadang-kadang kontraktur
# Lab = LED meningkat

Osteomyelitis menurut penyebabnya adalah osteomyelitis biogenik yang paling


sering :
# Staphylococcus (orang dewasa)
# Streplococcus (anak-anak)
# Pneumococcus dan Gonococcus
iwansaing.files.wordpress.com/2009/06/5-osteomielitis-51-60.doc

C. KOMPLIKASI (Sri Handini)

Komplikasi yang sering terjadi adalah berlangsungnya infeksi dengan eksaserbasi


akut. infeksi
yang terus menerus akan menyebabkan amioloidiosis, anemia, penurunan berat badan,
kelemahan. Selain itu juga dapat terjadi abses tulang, meregangnya implant
prosthetic, selolitis
pada jaringan lunak sekitar, abses otak pada osteomilitis di daerah cranium, dan
Kematian.

Lanjut: Osteomielitis kronik, Fraktur patologis, Kontraktur sendi, Gangguan


pertumbuhan
(httpwww.klikdokter.comillnessdetail177.htm)

D. MANIFESTASI KLINIS (Sri Melfa)


Jika infeksi dibawah oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering terjadi dengan
manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat dan
malaise
umum). Gejala sismetik pada awalnya dapat menutupi gejala lokal secara lengkap.
Setelah
infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang, akan mengenai periosteum dan
jaringan lunak, dengan bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat
nyeri tekan.
Pasien menggambarkan nyeri konstan berdenyut yang semakin memberat dengan gerakan
dan
berhubungan dengan tekanan pus yang terkumpul.Bila osteomielitis terjadi akibat
penyebaran
dari infeksi di sekitarnya atau kontaminasi langsung, tidak akan ada gejala
septikemia. Daerah
infeksi membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan.Pasien dengan osteomielitis
kronik ditandai
dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang
nyeri,
inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah dapat menjadi
pada
jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK (Sarah,Susi)


• Pem.diagnostik
1. darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan
laju endapan
darah.
2. titer antibodi – anti staphylococcus Pemeriksaan kultur darah untuk
menentukan
bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji sensitivitas.
3. Biopsi tulang.
4. ultra sound
Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi.
5. radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan
radiologik,
setelah dua minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat
difus.
6. Sinar X
Akan terlihat kavitas ireguler, peningkatan periosteum, sequestra atau
pembentukan
tulang

Tambahan dari susi


Pemeriksaan fisik
Area sekitar luka yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila di
palpasi. Bisa
juga terdapat eritema atau kemerahan dan panas. Efek sistemik menunjukan
adanya
demam biasanya di atas 380 takhikardi,irritable,lemah bengkan,nyeri, maupun
eritema.
F. HEALTH EDUCATION (Tiara R)
# Pencegahan
Penanganan infeksi fokal dapat menurunkan angka penyebaran hematogen.
Penanganan infeksi jaringan lunak dapat mengontrol erosi tulang. Pemilihan
pasien
dengan teliti dan perhatikan terhadap lingkungan operasi dan teknik pembedahan
dapat menurunkan insiden osteomielitis pascaoperasi.

Antibioika profilaksis, diberikan untuk mencapai kadar jaringan yang memadai


saat
pembedahan dan Selma 24 sampai 48 jam setelah operasi akan sangat membantu.
Teknik perawatan luka pascaoperasi aseptic akan menurunkan insiden infeksi
superficial dan potensial terjadinya osteomielitis.
# Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan di rumah
Penanganan osteomielitis, termasuk perawatan luka dan terapi antibiotika
intravena,
dapat dilakukan di rumah. Pasien harus dalam keadaan stabil secara medis dan
telah
termotivasi serta keluarga mendukung. Lingkungan rumah harus bersifat kondusif
terhadap promosi kesehatan dan sesuai dengan program pengobatan terapeutik.

Pasien dan keluarganya harus memahami benar protokol antibiotika. Selain itu,
penggantian balutan secara stesil dan teknik kompres hangat harus diajarkan.
Pendidikan pasien sebelum pemulangan dari rumah sakit dan supervise serta
dukungan yang memadai dari perawatan di rumah sangat penting dalam
keberhasilan
penatalaksanaan osteomielitis di rumah.

Pasein tersebut harus dipantau dengan cermat mengenai bertambahnya daerah


nyeri
atau peningkatan suhu yang mendadak. Pasien diminta untuk melakukan obsevasi
dan melaporkan bila terjadi peningkatan suhu, keluar pus, bau, dan
bertambahnya
inflamasi.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS (Tiara Tri)


a. Perawatan di rumah sakit
b. Pada stadium akut sudah tentu yang pokok adalah pemberian antibiotik spektrum
luas
yang efektif terhadap gram positif maupun gram negatif dan diberikan
langsung tanpa
menunggu hasil biakan darah secara parenteral selama 3-6 minggu. Kemudian
daya
tahan tubuh perlu diperkuat misalnya memberikan vitamin, obat-obat menahan
sakit.
c. Imobilisasi anggota gerak yang terkena, bisa dengan pemasangan gips yang
diberi
jendela.
d. Tindakan pembedahan, dengan indikasi : adanya abces, rasa sakit yang hebat,
adanya
sequester dan bila mencurigakan adanya perubahan ke arah keganasan
(karsinoma
epidermoid)
e. Pada stadium kronik disamping antibiotik maka tulang yang jelas sudah mati dan
terlepas perlu diambil dengan jalan operasi
f. Untuk drainage peradangan yang sudah kronis dapat pula dibuat luang-lubang
pada
tulang.
(http://puskesmas-oke.blogspot.com/2009/01/osteomyelitis.html)

H. ASPEK LEGAL ETIS (ALL)


a. Respect for autonomi, yang berarti mandiri dan bersedia menanggung resiko,
bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap tindakan yang dilakukan,
termasuk dalam menentukan dan mengatur dirinya sendiri.
Dalam hal ini perawat memberikan penjelasan yang sebenarnya tetntang
penyakit
yang diderita kepada pasien dan keluarganya, serta membrikan pilihan
tentang
perawatan yang dipilih oelh pasien dan keluarganya, misal: tempat
perwatan dan
jenis perawatan.
b. Non-malaficence, mendikusikan risiko dan masalah denga klien perawat dan
tim
kesehatan dalam pemberian perawatan, perawat berhati-hati terhadap
penyakit pasien
agar tidak terjadi atau bertambah parahnya penyakit pasien. Perawat dalam
melakukan
perawatan kepada klien hindari hal-hal yang menyebabkan injuri, misalnya
dalam
merubah posisi klien saat istirahat jangan sampai membahayakan terutama
daerah
perut yang buncit akibat limpa yang membesar.
c. Beneficence, yaitu selalu mengupayakan tiap keputusan dibuat berdasarkan
keinginan
untuk melakukan yang terbaik dan tidak merugikan klien, serta merahasiakan
tentang
penyakit yang diderita kepada orang lain.
d. Justice, dengan tidak mendeskriminasikan klien berdasarkan agama, ras,
social
budaya, keadaan ekonomi, dsb. tetapi diperlukan klien sebagai individu
yang
memerlukan bantuan dengan keunikan yang dimiliki. Oleh karena itu, perawat
memberikan perawatan yang memenahg harus didapat.
e. .Inform consent
Perawat harus memberikan tindakan keperawatan yang akan dilakukan, misalnya
kapan
tindkaan itu akan diberikan, apa tujuannya dari pemberian tindakan itu, apa
manfaatnya, apa resiko yang akan timbul dari tindakan itu, biaya yang
diperlukan untuk
melaksanakan tindakan, apa yang harus dipersiapkan klien,,dan lain-lain
Sedangkan prinsip sekunder dari prinsip etis adalah kejujuran,
kerahasiaan,dan
kesetiaan.kejujuran berarti kewajiban untuk mengungkapkan kebenaran,dalam kasus ini
tim
medis harus transparan dalam mengungkapkan tindakan apa saja yang akan dilakukan
pada
pasien,misalnya dampak amputasi,dampak pemberian obat analgetik harus meminta
persetujuan
pihak keluarga dalam menentukan tindakan tersebut. Kerahasiaan berarti kewajiban
untuk
melindungi informasi rahasia.kesetiaan juga berarti selalu ada saat pasien
membutuhkan
bantuan dari tim medis,khususnya kita sebagai perawat.
I. PATOFISIOLOGI
Factor predisposisi: usia,virulensi
kuman, riwayat

trauma,nutrisi dan luka infeksi

Invasi mikroorganisme dari tmpat


lain

yg beredar melalui sirkulasi


darah

Masuk ke juksta epifisis

tulang panjang

osteomielitis

fagositosis

Proses inflamasi: hyperemia,pembengkakan,


gangguan fungsi,

pembentukan pus, dan kerusakan integritas


jaringan

Proses inflamasi Peningkatan tekanan jaringan


Pembentukan pus dan nekrosis

tulang dan medula


jaringan

5.Gangguan
demam
Iskemia dan
Penyebaran infeksi
termoregulasi
Nekrosis tulang
ke organ penting

Nafsu makan
Pembentukan abses
4.Resiko
tulang

penyebaran
2.Ketidakseimbangan Kemampuan
1. Nyeri

infeksi
nutrisi kurang dari tonus otot
kebutuhan tubuh Pertumbuhan tulang

baru,pengeluaran pus
Kelemahan fisik Deformitas &bau dari

adanya luka
Tirah baring lama, penekanan lokal

6.Gangguan citra

diri
3.Kerusakan integritas kulit

J. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Biodata
Nama : Tn. D
Umur : 32 tahun
Jenis kelamin : pria
Diagnosa medis : Osteomielytis
Keluhan utama : nyeri di daerah sekitar luka
Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang : nyeri pada luka
Riwayat Kesehatan masa lalu : 12 Bulan SMRS, klien mengeluh tungkai dan
kaki
kirinya membengkak, keluhan disertai rasa nyeri dan panas.pergerakan
masih
normal. 6 bulan SMRS, kaki kiri mulai sukar digerakan
Pemeriksaan fisik : BB: 42 kg T : 36,6 C Skala
nyeri: 5 (0-10)
TB: 158 cm Nadi : 80x/menit TD: 100/60 mmHg RR :
20 x/menit
Pemeriksaan diagnostic : Pada luka paha kiri bengkak (+), kemerahan (+), pus (+),
terdapat tiga
lubang pada luka berdiameter masing-masing 0.5 cm. Tampak konjunctiva anemis, kulit
pucat,
sclera tidak ikterik.
Pemeriksaan penunjang: Hb: 8,6 mg/dl, Leukosit: 16.400, LED: 96 mm/jam, Albumin:
3,2
gr/dl, Rontgen dada: tidak tampak TB paru aktif, tidak tampak kardiomegali, rontgen
femur
sinistra. Seluruh os Femur menunjukkan lesi osteolitik dan sklerotik yang tidak
teratur. Kesan
suatu osteomilitis kronis.
Analisa data

Data menyimpang Etiologi Masalah


keperawatan
DO :- Factor predisposisi: nyeri
DS : -klien mengeluh nyeri
usia,virulensi kuman, riwayat
di daerah sekitar luka
trauma,nutrisi dan luka
-12 bulan SMRS klien
mengeluh tungkai & kaki infeksi# Invasi
kirinya membengkak.
mikroorganisme dari tmpat
keluhan disertai rasa nyeri
lain yg beredar melalui
dan panas pada tungkai dan
kaki kiri. sirkulasi darah

# Masuk ke juksta epifisis

tulang panjang#

osteomielitis# fagositosis#

Proses inflamasi:

hyperemia,pembengkakan,

gangguan fungsi,

pembentukan pus, dan

kerusakan integritas

jaringan# Peningkatan

tekanan jaringan tulang dan

medulla# Iskemia dan

Nekrosis tulang#

Pembentukan abses tulang#

Nyeri
DO : BB: 42 kg, TB: 158 cm Proses inflamasi# demam# Ketidakseimbangan
nutrisi
DS :-
Nafsu makan kurang dari
kebutuhan tubuh

turun#Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh

DO : Pada luka paha kiri Proses inflamasi#demam# Kerusakan


integritas kulit
bengkak (+), kemerahan (+),
Nafsu makan menurun#
pus (+), terdapat tiga lubang
Kemampuan tonus otot
pada luka berdiameter
masing-masing 0.5 cm menurun#
Seluruh os Femur
Kelemahan fisik# Tirah
menunjukkan lesi osteolitik
baring lama#penekanan
dan sklerotik yang tidak
teratur. local#Kerusakan integritas
DS :
kulit

DO : Pembentukan pus dan Resiko penyebaran


infeksi
DS :
nekrosis

jaringan#Penyebaran infeksi

ke organ penting#

Resiko penyebaran infeksi

DO: demam ada hilang Proses inflamasi#demam# Gangguan


termoregulasi
timbul
Gangguan termoregulasi
DS:

DO: Aktivitas sehari-hari Peningkatan tekanan jaringan Gangguan citra diri


dibantu, berdiri dan berjalan
menggunankan kruk. Pada tulang dan medulla#Iskemia
luka paha kiri bengkak (+),
dan Nekrosis
kemerahan (+), pus (+),
tulang#Pembentukan abses
terdapat tiga lubang pada
luka berdiameter masing- tulang#Pertumbuhan tulang
masing 0.5 cm.
baru,pengeluaran pus
DS:
#Deformitas &bau dari

adanya luka#Gangguan

citra diri

Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan pembentukan abses tulang ditandai oleh klien
mengeluh
nyeri di sekitar luka pada tungkai dan kaki kiri
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia ditandai
oleh
penurunan berat badan
3. Kerusakan integritas kulit b.d penekanan local karena tirah baring lama yang
ditandai
oleh adanya tiga lubang pada luka berdiameter masing-masing 0.5 cm
4. Resiko penyebaran infeksi b.d Pembentukan pus dan nekrosis jaringan
5. Gangguan termoregulasi b.d proses infalamasi yang ditandai dengan demam ada
hilang
timbul
6. Gangguan citra diri b.d Deformitas &bau dari adanya luka yang ditandai oleh
Aktivitas sehari-
hari dibantu, berdiri dan berjalan menggunankan kruk. Pada luka paha kiri
bengkak (+),
kemerahan (+), pus (+)
B. Rencana asuhan keperawatan

No Diagnosa Asuhan keperawatan


. keperawatan Tujuan Intervensi
Rasional
1. Nyeri Nyeri berkurang, Mandiri :
berhubungan hilang atau teratasi
dengan Kaji nyeri dengan Nyeri
merupakan respons
pembentukan skala 5-10 subjektif
yang dapat
abses tulang dikaji dengan
ditandai oleh menggunakan
skala
klien mengeluh nyeri. Klien
melaporkan
nyeri di sekitar nyeri
biasanya di atas
luka pada tungkai tingkat
cedera.
dan kaki kiri

Atur posisi Imobilisasi


yang adekuat
imobilisasi pada dapat
mengurangi nyeri
daerah nyeri pada daerah
nyeri sendi
sendi atau nyeri atau nyeri di
tulang yang
di tulang yang mengalami
infeksi
mengalami
infeksi

Bantu klien Nyeri


dipengaruhi oleh
dalam kecemasan,
pergerakan
mengidentifikasi sendi
factor pencetus
Pendekatan
dengan
Jelaskan dan menggunakan
relaksasi
bantu klien dan tindakan
terkait dengan
nonfarmakologi lain
tindakan pereda menunjukan
keefektifan
nyeri dalam
mengurangi nyeri
nonfarmakologi
dan noninvasi Teknik ini
melancarkan
peredaran
darah sehingga
Ajarkan relaksasi kebutuhan O2
pada
: teknik jaringan
terpenuhi dan
mengurangi nyeri
berkurang
ketegangan otot
rangka yang
dapat mengurangi I
intensitas nyeri
dan stirahat
merelaksasi
meningkatkan semua jaringan
sehingga
relaksasi masase meningkatkan
kenyamanan
Beri kesempatan
waktu istirahat
bila terasa nyeri
dan beri posisi
yang nyaman
(mis. Ketika Pengetahuan
tersebut
tidur, punggung membantu mengurangi
klien diberi nyeri dan membantu
bantal kecil) meningkatkan
kepatuhan
klien terhadap
rencana
Tingkatkan terapeutik
pengetahuan
tentang penyebab
nyeri dan
hubungan dengan
berapa lama nyeri Analgesik memblok
akan berlangsung lintasan nyeri
sehingga
nyeri akan
berkurang

Kolaborasi :

Pemberian
analgesik
2. Ketidakseimbang Setelah 1 minggu Mandiri :
an nutrisi kurang perawatan, Pantau/kaji Berat Memantau penurunan
dari kebutuhan kebutuhan nutrisi badan pasien serta kenaikan
berat
tubuh b.d pasien semula badan
anoreksia ditandai seimbang/terpenuhi
oleh penurunan dengan Memberikan
berat badan makanan dengan Meningkatkan nafsu
Kriteria : tampilan yang makan dengan
variasi
menarik makanan yang
berbeda
• Berat badan
naik ½ kg Memberikan
asupan makanan Pemasukan dan
• Mencapai dengan porsi mencegah didtensi
gaster
Body Mass yang kecil tapi
Index yang sering
normal
Memberikan Diet Meningkatkan
kebutuhan
• Nafsu TKTP kalori dan
metabolisme
makan
meningkat

Kolaborasi: Membantu
dalam
Bekerja sama rencana diet
untuk
dengan ahli gizi memenuhi
kebutuhan
individual
3. Kerusakan Tujuan jangka • Anjurkan klien •
Meningkatkan aliran
integritas kulit b.d panjang: untuk darah ke
semua daerah.
penekanan local Mempertahankan melakukan
karena tirah integritas kulit latihan ROM
baring lama yang Tujuan jangka (range of
ditandai oleh pendek: motion) dan •
Menghindari tekanan
adanya tiga Integritas kulit mobilisasi jika dan
meningkatkan
lubang pada luka tidak rusak ditandai mungkin. aliran
darah.
berdiameter dengan tidak
masing-masing adanya infeksi • Ubah posisi tiap •
Menghindari tekanan
0.5 cm 2 jam. yang
berlebih pada
daerah
yang menonjol.

Menghindari kerusakan
kapiler.

• Gunakan bantal
air atau
penganjal yang
lunak di bawah •
Meningkatkan
daerah-daerah integritas
kulit dan
yang menonjol. mengurangi
risiko
kelembapan
kulit.
• Lakukan masase
pada daerah • Hangat dan
pelunakan
yang menonjol adalah
tanda kerusakan
yang beru jaringan.
mengalami
tekanan pada
waktu berubah
posisi. •
Mempertahankan
keutuhan
kulit.
• Bersihkan dan
keringkan kulit.
Jaga seprai tetap
kering.

• Observasi
adanya eritema
dan kepucatan
dan palpasi area
sekitar untuk
mengetahui
adanya
kehangatan dan
pelunakan
jaringan tiap
mengubah
posisi.
• Jaga kebersihan
kulit dan
seminimal
mungkin hindari
trauma dan
panas pada
kulit.
4. Resiko Infeksi tidak terjadi Mandiri:
penyebaran selama perawatan Kaji dan pantau Mendeteksi
secara dini
infeksi b.d luka luka setiap hari. gejala gejala
inflamasi
Pembentukan pus yang mungkin
timbul
dan nekrosis sekunder akibat
adanya
jaringan luka.

Lakukan Teknik
perawatan luka
perawatan luka secara steril
dapat
secara steril mengurangi
kontaminasi
kuman.

Mengurangi
resiko
Pantau dan batasi kontak infeksi
dengan
kunjungan. orang lain.

Kolaborasi Satu atau


beberapa agens
Berikan antibiotic diberikan yang
sesuai indikasi bergantung pada
sifat
pathogen dan
infeksi
yang terjadi.
5. Gangguan - Klien akan Pertahankan suhu Suhu ruangan
sekitar
termoregulasi b.d kembali ke batasan ruangan pada dapat meningkatkan
suhu
proses infalamasi suhu tubuh normal 21oC keuali jika tubuh. Namun,
menggigil
yang ditandai - Klien mencapai klien menggigil. harus dihindari
karena
dengan adanya rasa nyaman dan meningkatkan
suhu
demam hilang istirahat tubuh.
timbul
Antipiretik
menurunkan
Berikan set point.
asetaminofen
sesuai denagn
program medik
apabila suhu
lebih tinggi dari
39oC. Aktivitas dan
stress
meningkatkan
laju
Batasi aktivitas metabolic
serta
fisik dan sumber membutuhkan
tambahan
yang energi.
menyebabkan
stress emosi bila
terjadi Pakaian yang
basah atau
hipetermia. terlalu basah
mencegah
pengeluaran
panas
melalui radiasi,
kinveksi
Kurangi penutup dan konduksi.
ekstrernal pada
tubuh klien.

6. Gangguan citra Tujuan pendek: Mandiri:


diri b.d Klien mulai Kaji perubahan Menentukan
bantuan
Deformitas &bau menunjukkan persepsi dan individual dan
menyusun
dari adanya luka adaptasi dan hubungannya rencana perawatan
atau
yang ditandai oleh menyatakan dengan pemilihan
intervensi.
Aktivitas sehari- penerimaan pada ketidakmampuan.
hari dibantu, situasi.
berdiri dan Anjurkan klien Menunjukkan
berjalan Tujuan panjang: mengekspresikan penerimaan,
membantu
menggunankan Citra klien perasaan klien untuk
mengenal dan
kruk dan Pada meningkat termasuk sikap mulai
menyesuaikan
luka paha kiri Klien mengenali bermusuhan dan dengan perasaan
tersebut.
bengkak (+), dan menyatu marah.
kemerahan (+), dengan perubahan Membantu klien
melihat
pus (+) dalam konsep diri bahwa perawat
menerima
yang akurat tanpa Ingatkan kembali kedua bagian sebgai
harga diri negatif realitas bahwa keseluruhan tubuh.
klien masih dapat Mengizinkan klien
untuk
menggunakan sisi merasakan adanya
yang sakit dan harapan dan mulai
belajar menerima situasi
yang
mengontrol sisi baru.
yang sehat.
Bantu dan Membantu menigkatkan
anjurkan perasaan harga diri dan
perawatan yang mengontrol lebih dari
baik dan satu area kehidupan.
memperbaiki
kebiasaan.

Anjurkan orang Menghidupkan kembali


terdekat perasaan mandiri dan
mengizinkan membantu perkembangan
klien melakukan harga diri serta
sebanyak memengaruhi proses
mungkin hal rehabilitasi.
untuk dirinya.

Bersama klien Dukungan perawat


mencari kepada klien dapat
alternative koping meningkatkan rasa
yang positif. percaya diri.

Dukungan Klien dapat beradaptasi


perilaku atau terhadap perubahan dan
usaha seperti pengertian tentang peran
peningkatan individu di masa
minat atau mendatang.
partisipasi dalam
aktivitas
rehabilitasi
KESIMPULAN

Osteomielitis merupakan infeksi tulang ataupun sum-sum tulang, biasanya


disebabkan
oleh bakteri piogenik atau mikobakteri. Osteomielitis bisa mengenai semua usia
tetapi umumnya
mengenai anak-anak dan orang tua. Oteomielitis umumnya disebabkan oleh bakteri,
diantaranya
dari species staphylococcus dan stertococcus. Selain bakteri, jamur dan virus juga
dapat
menginfeksi langsung melalui fraktur terbuka. Tibia bagian distal, femur bagian
distal, humerus ,
radius dan ulna bagian proksimal dan distal, vertebra, maksila, dan mandibula
merupakan tulang
yang paling beresiko untuk terkena osteomielitis karena merupakan tulang yang
banyak
vaskularisasinya.

Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu :


osteomielitis akut, sub
akut dan kronis. Gambaran klinis terlihat daerah diatas tulang bisa mengalami luka
dan
membengkak, dan pergerakan akan menimbulkan nyeri. Osteomielitis menahun sering
menyebabkan nyeri tulang, infeksi jaringan lunak diatas tulang yang berulang dan
pengeluaran
nanah yang menetap atau hilang timbul dari kulit. Pengeluaran nanah terjadi jika
nanah dari
tulang yang terinfeksi menembus permukaan kulit dan suatu saluran (saluran sinus)
terbentuk
dari tulang menuju kulit.

Oteomielitis didiagnosis banding dengan osteosarkoma dan Ewing sarkoma sebab


memiliki gambaran radiologik yang mirip. Gambaran radiologik osteomielitis baru
terlihat
setelah 10-14 hari setelah infeksi, yang akan memperlihatkan reaksi periosteal,
sklerosis,
sekwestrum dan involikrum.

Osteomielitis dapat diobati dengan terapi antibiotik selama 2-4 minggu atau
dengan
debridement. Prognosis osteomielitis bergantung pada lama perjalanan penyakitnya,
untuk yang
akut prognosisnya umumnya baik, tetapi yang kronis umumnya buruk.

SARAN

Makalah sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sebagai kelompok
mengharapkan kritikan dan saran dari dosen pembimbing dan teman – teman sesama
mahasiswa.
Selain itu penyakit osteomilitis ini sangat berbahaya dan kita sebagai host harus
bisa menerapkan
pola hidup sehat agar kesehatan kita tetap terjaga.

DAFTAR PUSTAKA

Sain Iwa, S.Kp, Asuhan Keperawatan Medikal Bedah III.

http://herdinrusli.wordpress.com/2007/12/01/sekilas-tentang-anatomi-vertebra/
http://id.wikipedia.org/wiki/Tulang_punggung
http://www-back-pain.blogspot.com/2009/05/ligament-otot-tulang-belakang.html
http://www-back-pain.blogspot.com/2009/05/anatomi-tulang-belakang.html
http://www.ahlihnp.com/kesehatan/pengetahuan/anatomi-tulang-belakang/
http://medicastore.com/penyakit/554/Osteomielitis.html
iwansaing.files.wordpress.com/2009/06/5-osteomielitis-51-60.do
http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Gray90.png
http://1.bp.blogspot.com/_p3RLmE_gWDU/ShD-
zHc22MI/AAAAAAAAABQ/buDLRb6NNzs/s1600-h/anatomi+tulang+belakang.jpg
http://4.bp.blogspot.com/_p3RLmE_gWDU/ShIpBrKdf5I/AAAAAAAAABs/ofFD-twewls/s1600-
h/ligament+tulang+belakang.jpg

Anda mungkin juga menyukai