Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAH BEDAH III


GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL (OSTEOMIELITIS)

Dosen Pembimbing :
R. Siti Jundiah

Disusun Oleh :

1. Irva Nurfadilla (AK118083)


2. Lia Nurcahyati (AK118091)
3. Mega Alisia Panca W (AK118101)
4. Rifki Afdilah Fazri (AK118145)
5. Tohari Wijaya (AK118192)
6. Vera Viana (AK118196)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSSITAS BHAKTI KENCANA
BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji kehadirat Allah SWT, pencipta alam semesta,


tidak lupa sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw.
karena atas rahmat dan karunia Allah tugas ini dapat kami selesaikan. Tidak lupa
kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing R. Siti Jundiah dan teman–
teman semua yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.
Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas akademik terstruktur sistem
muskuloskeletal Program Studi S1 Keperawatan dan untuk memudahkan
mahasiswa dalam memahami makalah ini.
Demikianlah makalah ini kami susun. Dengan harapan dapat bermanfaat
bagi siapa saja yang membacanya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, semua krtik dan saran senantiasa kami
harapkan untuk kesempurnaan makalah ini agar menjadi lebih baik.

12 Juni 2020
DAFTAR ISI
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
1.1. Latar Belakang.................................................................................................4
1.2. Tujuan Penulisan..............................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
PEMBAHASAN...............................................................................................................6
2.1. Definisi Osteomielitis........................................................................................6
2.2. Klasifikasi.........................................................................................................6
2.3. Etiologi..............................................................................................................7
2.4. Patofisiologi.......................................................................................................9
2.5. Manifestasi Klinis.............................................................................................9
2.6. Pemeriksaan Penunjang................................................................................10
2.7. Penatalaksanaan.............................................................................................11
2.8. Pencegahan.....................................................................................................12
ASUHAN KEPERAWATAN PADA SDR. T USIA 18 TAHUN................................14
DENGAN GANGGUAN OSTEOMIELITIS...............................................................14
DI RUMAH SAKIT X...................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................20
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan
bertanggung jawab terhadap pergerakan. Komponen utama sistem utama
sistem muskuloskeletal adalah jaringan ikat. Sistem ini terdiri dari tulang,
sendi, otot rangka, tendon, ligamen, bursa, dan jaringan-jaringan khusus yang
menghubungkan struktur-struktur ini. Beragamnya jaringan dan organ sistem
muskuloskeletal dapat menimbulkan berbagai macam gangguan. Beberapa
gangguan tersebut timbul pada sistem itu sendiri, sedangkan gangguan yang
berasal dari bagian lain tubuh tetapi menimbulkan efek pada sistem
muskuloskeletal. Tanda utama gangguan sistem muskuloskeletal adalah nyeri
dan rasa tidak nyaman , yang dapat bervariasi dari tingkat yang paling ringan
sampai yang sangat berat (Price, Wilson, 2005).
Salah satu gangguan tersebut adalah osteomielitis. Osteomielitis adalah
radang tulang yang disebabkan oleh organisme piogenik, walaupun berbagai
agen infeksi lain juga dapat menyebabkannya, gangguan ini dapat tetap
terlokalisasi atau dapat tersebar melalui tulang, melibatkan sumsum, korteks,
jaringan kanselosa, dan periosteum (Dorland, 2002).
Osteomyelitis merupakan inflamasi pada tulang yang disebabkan infeksi
piogenik atau non-piogenik seperti Micobacterium tuberkulosa atau
Staphylococcus aureus. Infeksi dapat terbatas pada sebagian kecil tempat pada
tulang atau melibatkan beberapa daerah seperti sum-sum, perioesteum, dan
jaringan lunak disekitar tulang. Kunci keberhasilan penatalaksanaan
osteomyelitis adalah diagnosis dini dan operasi yang tepat serta pemilihan
jenis antibiotik yang tepat. Secara umum, dibutuhkan pendekatan
multidisipliner yang melibatkan ahli orthopaedi, spesialis penyakit infeksi, dan
ahli bedah plastik pada kasus berat dengan hilangnya jaringan lunak.
Dari penelitian yang dilakukan Riset total insiden tahunan terjadinya
osteomyelitis pada anak adalah 13 dari 100.000 orang. Osteomyelitis paling
sering terjadi pada anak dibawah 3 tahun. Dengan diagnosis dan perawatan
awal yang tepat, prognosis untuk osteomyelitis adalah baik. Jika ada
penundaan yang lama pada diagnosis atau perawatan, dapat terjadi kerusakan
yang parah pada tulang atau jaringan lunak sekelilingnya yang dapat menjurus
pada defisit-defisit yang permanen. Umumnya, pasien-pasien dapat membuat
kesembuhan sepenuhnya tanpa komplikasi-komplikasi yang berkepanjangan.

1.2. Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum :
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
terstruktur sistem muskuloskeletal dan untuk memberikan wawasan
kepada mahasiswa/i tentang osteomielitis dan tindakan asuhan
keperawatan pada pasien dengan penyakit osteomielitis.
2. Tujuan Khusus :
a. Untuk mengetahui definisi dari osteomielitis.
b. Untuk mengetahui klasifikasi osteomielitis.
c. Untuk mengetahui etiologi osteomielitis.
d. Untuk mengetahui patofisiologi osteomielitis.
e. Untuk mengetahui manifestasi klinis osteomielitis.
f. Untuk mengetahui pemeriksaan medis osteomielitis.
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan osteomielitis.
h. Untuk mengetahui asuhan keperawatan osteomielitis.

BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Definisi Osteomielitis
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit
disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan
darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan
pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan
tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan
mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas.
(Brunner, suddarth. (2001). Beberapa ahli memberikan defenisi terhadap
osteomyelitis sebagai berkut :
1. Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang
yang disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang
Haemophylus influensae (Depkes RI, 1995).
2. Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).
3. Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang
disebabkan oleh staphylococcus (Henderson, 1997).

2.2. Klasifikasi
Dari uraian di atas maka dapat diklasifikasikan dua macam osteomielitis,
yaitu:
1. Osteomielitis Primer ,yaitu penyebarannya secara hematogen dimana
mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain dan beredar melalui
sirkulasi darah.
2. Osteomielitis Sekunder ,yaitu terjadi akibat penyebaran kuman dari
sekitarnya akibat dari bisul, luka fraktur dan sebagainya.
Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu:
1. Osteomielitis akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi
pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis akut
ini biasanya terjadi pada anak-anak dari pada orang dewasa dan
biasanya terjadi sebagai komplikasi dari infeksi di dalam darah.
(osteomielitis hematogen). Osteomielitis akut terbagi menjadi 2,
yaitu:
a. Osteomielitis hematogen
Merupakan infeksi yang penyebarannya berasal dari
darah. Osteomielitis hematogen akut biasanya disebabkan oleh
penyebaran bakteri darah dari daerah yang jauh. Kondisi ini
biasannya terjadi pada anak-anak. Lokasi yang sering terinfeksi
biasa merupakan daerah yang tumbuh dengan cepat dan
metafisis menyebabkan thrombosis dan nekrosis local serta
pertumbuhan bakteri pada tulang itu sendiri. Osteomielitis
hematogen akut mempunyai perkembangan klinis dan onset
yang lambat.
b. Osteomielitis direk
Disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau
bakteri akibat trauma atau pembedahan. Osteomielitis direk
adalah infeksi tulang sekunder akibat inokulasi bakteri yang
menyebabkan oleh trauma, yang menyebar dari focus infeksi
atau sepsis setelah prosedur pembedahan. Manifestasi klinis dari
osteomielitis direk lebih terlokasasi dan melibatkan banyak jenis
organisme.
2. Osteomielitis sub-akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi
pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul.
3. Osteomielitis kronis
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak
infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis
sub-akut dan kronis biasanya terjadi pada orang dewasa dan biasanya
terjadi karena ada luka atau trauma (osteomielitis kontangiosa),
misalnya osteomielitis yang terjadi pada tulang yang fraktur.

2.3. Etiologi
Adapun penyebab – penyebab osteomielitis ini adalah:
1. Bakteri
Menurut Joyce & Hawks (2005), penyebab osteomyelitis
adalah Staphylococcus aureus (70 %-80 %), selain itu juga bisa
disebabkan oleh Escherichia coli, Pseudomonas, Klebsiella,
Salmonella, dan Proteus.
2. Virus
3. Jamur
4. Mikroorganisme lain (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
Tulang, yang biasanya terlindung dengan baik dari infeksi, bisa
mengalami infeksi melalui 3 cara:
1. Aliran darah
Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang
lain ke tulang. Infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan
(pada anak-anak) dan di tulang belakang (pada dewasa).
Orang yang menjalani dialisa ginjal dan penyalahguna obat suntik
ilegal, rentan terhadap infeksi tulang belakang (osteomielitis vertebral).
Infeksi juga bisa terjadi jika sepotong logam telah ditempelkan pada
tulang, seperti yang terjadi pada perbaikan panggul atau patah tulang
lainnya.
2. Penyebaran langsung
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah
tulang terbuka, selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar
yang menembus tulang. Infeksi ada sendi buatan, biasanya didapat selama
pembedahan dan bisa menyebar ke tulang di dekatnya.
3. Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya.
Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke
tulang setelah beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa
timbul di daerah yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi
penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh jeleknya
pasokan darah atau diabetes (kencing manis). Suatu infeksi pada sinus,
rahang atau gigi, bisa menyebar ke tulang tengkorak.

2.4. Patofisiologi
(Brunner, suddarth. (2001) Staphylococcus aureus merupakan
penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya
yang sering dijumpai pada Osteomielitis meliputi : Proteus, Pseudomonas,
dan Escerichia Coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resistensi
penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobik. Awitan Osteomielitis
stelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama (akut
fulminan – stadium 1) dan sering berhubngan dengan penumpukan
hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat (stadium 2)
terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan
lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2
tahun atau lebih setelah pembedahan. Respon inisial terhadap infeksi
adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi, dan edema.
Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada pembuluh darah terjadi pada tempat
tersebut, mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang sehubungan dengan
penigkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian berkembang ke
kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke
jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat
dikontrol awal, kemudian akan membentuk abses tulang. Pada perjalanan
alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih sering harus
dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam
dindingnya terbentuk daerah jaringan mati (sequestrum) tidak mudah
mencari dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan
menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak lainnya. Terjadi
pertumbuhan tulang baru(involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi
meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum
infeksius kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan
sepanjang hidup penderita. Dinamakan osteomielitis tipe kronik. 

2.5. Manifestasi Klinis


Menurut Smeltzer (2002)
1. Jika infeksi dibawah oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering
terjadi dengan manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil, demam
tinggi, denyut nadi cepat dan malaise umum). Gejala sismetik pada
awalnya dapat menutupi gejala lokal secara lengkap. Setelah infeksi
menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang, akan mengenai
periosteum dan jaringan lunak, dengan bagian yang terinfeksi menjadi
nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan. Pasien menggambarkan nyeri
konstan berdenyut yang semakin memberat dengan gerakan dan
berhubungan dengan tekanan pus yang terkumpul.
2. Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya
atau kontaminasi langsung, tidak akan ada gejala septikemia. Daerah
infeksi membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan.
3. Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu
mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri,
inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah
dapat menjadi pada jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.

2.6. Pemeriksaan Penunjang


(Brunner, suddarth. (2001)
1. Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan
laju endap darah
2. Pemeriksaan titer antibody – anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan
diikuti dengan uji sensitivitas
3. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan
infeksi oleh bakteri salmonella
4. Pemeriksaan biopsy tulang
Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan
digunakan untuk serangkaian tes.

5. Pemeriksaan ultra sound


Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada
sendi
6. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan
kelainan radiologik. Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi
tulang yang bersifat difus dan kerusakan tulang dan pembentukan
tulang yang baru.
Pemeriksaan tambahan :
a. Bone scan : dapat dilakukan pada minggu pertama
b. MRI : jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang
pada T2, maka kemungkinan besar adalah osteomielitis.

2.7. Penatalaksanaan
(Brunner, suddarth. (2001)
1. Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri. Sesuai
kepekaan penderita dan reaksi alergi penderita
2. penicillin cair 500.000 milion unit IV setiap 4 jam.
3. Erithromisin 1-2gr IV setiap 6 jam.
4. Cephazolin 2 gr IV setiap 6 jam
5. Gentamicin 5 mg/kg BB IV selama 1 bulan.
6. Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu tranfusi darah
7. Drainase bedah apabila tidak ada perubahan setelah 24 jam pengobatan
antibiotik tidak menunjukkan perubahan yang berarti, mengeluarkan
jaringan nekrotik, mengeluarkan nanah, dan menstabilkan tulang serta
ruang kososng yang ditinggalkan dengan cara mengisinya
menggunakan tulang, otot, atau kulit sehat.
8. Istirahat di tempat tidur untuk menghemt energi dan mengurangi
hambatan aliran pembuluh balik.
9. Asupan nutrisi tinggi protein, vit. A, B,C,D dan K.
a. Vitamin K : Diperlukan untuk pengerasan tulang karena
vitamin K dapat mengikat kalsium.Karena tulang itu bentuknya
berongga, vitamin K membantu mengikat kalsium dan
menempatkannya ditempat yang tepat.
b. Vitamin A,B dan C : untuk dapat membantu pembentukan
tulang.
c. Vitamin D :Untuk membantu pengerasan tulang dengan cara
mengatur untuk kalsium dan fosfor pada tubuh agar ada di
dalam darah yang kemudian diendapkan pada proses
pengerasan tulang. Salah satu cara pengerasan tulang ini adalah
pada tulang kalsitriol dan hormon paratiroid merangsang
pelepasan kalsium dari permukaan tulang masuk ke dalam
darah.

2.8. Pencegahan
1. Berhenti merokok
Merokok dapat menyumbat arteri dan meningkatkan tekanan darah
Anda, yang keduanya buruk bagi sirkulasi Anda. Hal ini juga dapat
melemahkan sistem kekebalan tubuh. Jika Anda merokok, sangat
disarankan Anda berhenti sesegera mungkin.
2. Diet sehat
Makanan berlemak tinggi dapat menyebabkan penumpukan
simpanan lemak di arteri Anda, dan kelebihan berat badan dapat
menyebabkan tekanan darah tinggi. Untuk meningkatkan sirkulasi
Anda, diet tinggi serat rendah lemak dianjurkan, termasuk banyak buah
segar dan sayuran (setidaknya lima porsi sehari) dan biji-bijian. Makan
makanan yang sehat juga dapat membantu meningkatkan sistem
kekebalan Anda.
3. Mengelola berat badan Anda
Jika Anda kelebihan berat badan atau obesitas, cobalah untuk
menurunkan berat badan dan kemudian mempertahankan berat badan
yang sehat dengan menggunakan kombinasi dari diet kalori terkontrol
dan olahraga teratur. Setelah Anda telah mencapai berat badan yang
sehat akan membantu menjaga tekanan darah Anda pada tingkat
normal, yang akan membantu meningkatkan sirkulasi Anda. Anda
dapat menggunakan Body Mass Index (BMI) kalkulator untuk
memeriksa.
4. Mengurangi alkohol
Jika Anda minum alkohol, jangan melebihi batas harian yang
direkomendasikan,tiga sampai empat unit per hari untuk pria 2-3 unit
sehari untuk wanita .Sebuah unit alkohol kira-kira setengah pint bir
yang normal-kekuatan, segelas kecil anggur atau ukuran tunggal (25ml)
roh. Secara teratur melebihi batas alkohol yang direkomendasikan akan
meningkatkan baik tekanan darah dan kadar kolesterol, yang akan
membuat sirkulasi Anda buruk. Hubungi dokter Anda jika Anda
menemukan kesulitan untuk moderat minum Anda. Layanan dan obat-
obatan Konseling dapat membantu Anda mengurangi asupan alkohol
Anda.
5. Olahraga teratur
Olahraga teratur akan menurunkan tekanan darah Anda, membuat
jantung dan sistem peredaran darah lebih efisien dan dapat membantu
meningkatkan sistem kekebalan tubuh lemah. Bagi kebanyakan orang,
150 menit dari moderat untuk olahraga berat seminggu dianjurkan.
Namun, jika kesehatan Anda secara keseluruhan miskin, mungkin perlu
bagi Anda untuk berolahraga menggunakan program khusus
disesuaikan dengan kebutuhan Anda saat ini dan tingkat kebugaran. GP
Anda akan dapat menyarankan Anda tentang tingkat yang paling cocok
bagi anda berolah raga. Jika Anda merasa sulit untuk mencapai 150
menit latihan seminggu, mulai dari tingkat yang Anda merasa nyaman
dengan. Sebagai contoh, Anda bisa melakukan lima sampai 10 menit
latihan ringan sehari sebelum secara bertahap meningkatkan durasi dan
intensitas aktivitas Anda sebagai kebugaran Anda mulai membaik.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA SDR. T USIA 18 TAHUN

DENGAN GANGGUAN OSTEOMIELITIS

DI RUMAH SAKIT X

Kasus
Seorang laki-laki usia 18 tahun dibawa ke Rumah Sakit X dengan keluhan nyei,
demam, anoreksia, pada kaki sebelah kiri, dari hasil pengkajian ners. Y
didapatkan terdapat luka dan mengeluarakan pus di kaki sebelah kiri bagian fibula
sampai pedis, infeksi menyebar ke diafisis serta terjadi sekuester, muka klien
tampak meringis, skala nyeri 7 (1-10), nyeri yang dirasakan klien menyebar ke
daerah paha bagian atas, klien mengatakan nyeri yang dialami klien sangat
mengganggunya apalagi kalo digerakan dan berkurang apabila klien sudah minum
obat dan tertidur, sedangkan dari hasil pemeriksaan penunjang didapatkan HB 7
gr/dl, leukosit 16.600 gr/dl, PCV 219, trombosit 450.000, GDS 260,
staphilococuus aureus positif.

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Sdr. T
Umur : 18 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Dx. Medis : Osteomielitis

2. Keluhan Utama
klien mengatakan nyeri yang dialami klien sangat mengganggunya
apalagi kalo digerakan dan berkurang apabila klien sudah minum obat
dan tertidur.

3. Riwayat Penyakit Sekarang


keluhan nyei, demam, anoreksia, pada kaki sebelah kiri, didapatkan
terdapat luka dan mengeluarakan pus di kaki sebelah kiri bagian fibula
sampai pedis, infeksi menyebar ke diafisis serta terjadi sekuester,
muka klien tampak meringis, skala nyeri 7 (1-10), nyeri yang
dirasakan klien menyebar ke daerah paha bagian atas, klien
mengatakan nyeri yang dialami klien sangat mengganggunya apalagi
kalo digerakan dan berkurang apabila klien sudah minum obat dan
tertidur.

B. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : muka klien tampak meringis.

2. Pemeriksaan Fisik
Ekstremitas :
Atas : - Kiri : terdapat luka dan mengeluarakan pus di kaki sebelah
kiri bagian fibula sampai pedis.

3. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium :
 HB : 7 gr/dl
 Leukosit : 16.600 gr/dl
 PCV : 219
 Trombosit : 450.000
 GDS : 260
 Staphilococuus aureus positif.

C. ANALISA DATA
N DATA ETIOLOGI MASALAH
O
1 DS : Usia, jenis kelamin, Nyeri Akut
Klien mengatasan sakit faktor keturunan,
kakinya di sebelah kiri faktor metabolic,
faktor mekanis,
DO : faktor predisposisi
- Ekspresi wajah nyeri ↓
- Bukti nyeri dengan Kondrosit
menggunakan ↓
standar daftar Intergritas matriks
periksa nyeriuntuk hilang
pasien yang tidak ↓
dapat Osteoartitis
megunggapkannya ↓
- Sikap tubuh Peningkatan
melindungi vaskularisasi

Pembentukan
ostoafit pada ujung
persendian

Peningkatan
tekanan
intraartikular

Perubahan mekanis
sendi dalam
menyangga beban
tubuh

Nyeri Akut

2 DS : Akibat penyakit Resiko Infeksi


- sendi lain
(peradangan)
DO : ↓
- Hasil pemeriksaan Penggunaan sendi
penunjang yang berlebih
Staphilococuus ↓
Aureus positif Akibat aktivitas
- Infeksi menyebar ke yang membutuhkan
diafisis gerakan sendi
- Vaksinansi tidak ↓
adekuat Osteoaritis
- Kurang pengetahuan ↓
untuk menghindati Penatalaksanaan
pemajanan patogen ↓
Bedah

Post opratif

Resiko Infeksi

3 DS : Luka mekanis (juka Kerusakan


- sayat, luka robek, Intergritas Kulit
DO : luka tusuk, luka
- Terdapat luka dikaki tembak, luka
sebelah kiri gigitan, luka
- Kemerahan memar) Luka non
- Nyeri akut mekanik

Iskemik setempat

Pelepasan substansi
H, Akumulasi
metabolic kalium,
ADP, dan asam
laktat

Vasodilatasi
pembuluh darah

Hipertemi

Kemerahan

Kerusakan
Intergritas Kulit

4 DS : Reaksi faktor R Resiko Cidera


Gangguan makan nyang dengan antibody,
menyebabkan klien faktor metabolic,
terobesitas dengan berat infeksi dengan
badan kecenderungan
virus
DO : ↓
- Kurang sumber Reaksi peradangan
nutrisi ↓
- Malnutrisi Synovial menebal

Deformitas sendi
gangguan citra
tubuh

Infiltasi kedalam os
subkondria

Hambatan nutrisi
pada kartilago
artikularis

Kerusakan
kartilago dan tulang

Tendon dan
ligament melemah

Hilangnya kekuatan
otot

Resiko Cidera

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut berhubungan dengan Osteomielitis.
2. Resiko Infeksi berhubungan dengan Staphilococuus Aureus positif.
3. Kerusakan Intergritas Kulit berhubungan dengan Terdapat luka dikaki
sebelah kiri.
4. Resiko cidera berhubnungan dengan Anorexia.

E. INTERVENSI KEPERAWATAN
NURSING NURSING
N DIAGNOSA OUTCOMES INTERVENTION
O KEPERAWATAN CLASSIFICATIO S
N (NIC)
(NOC)
1 Nyeri Akut - Kontrol nyeri - Pemberian
berhubungan dengan - Kepuasan klien analgesic
Osteomielitis. : Manajemen - Pemberian
DS : nyeri anastesi
Klien mengatasan - Status - Pemberian
sakit kakinya di kenyamanan obat
sebelah kiri - Status - Manajemen
kenyamanan : nyeri
DO : Fisik - Terapi music
- Ekspresi wajah - Tanda-tanda - Pengaturan
nyeri vital posisi
- Bukti nyeri - Memonitor
dengan tanda-tanda
menggunakan vital
standar daftar
periksa
nyeriuntuk
pasien yang tidak
dapat
megunggapkann
ya
- Sikap tubuh
melindungi

2 Resiko Infeksi - Keparahan - Kontrol


berhubungan dengan infeksi infeksi
Staphilococuus - Keparahan - Manajemen
Aureus positif. cedera fisik pengobatan
DS : - Kontrol resiko - Identifikasi
- - Intergritas resiko
jaringan : Kulit - Monitor tanda-
DO : tanda vital
- Hasil
pemeriksaan
penunjang
Staphilococuus
Aureus positif
- Infeksi menyebar
ke diafisis
- Vaksinansi tidak
adekuat
- Kurang
pengetahuan
untuk
menghindati
pemajanan
patogen

3 Kerusakan Intergritas - Penyembuhan - Perawatan


Kulit berhubungan luka kaki
dengan Terdapat luka - Pemulihan luka - Manajemen
dikaki sebelah kiri. - Respon pengobatan
DS : mengobatan - Perawatan
- luka
DO : - Irigasi luka
- Terdapat luka - Monitor tanda-
dikaki sebelah tanda vital
kiri
- Kemerahan
- Nyeri akut

4 Resiko cidera - Keseimbangan - Menajemen


berhubnungan dengan - Kadar gukosa energy
Anorexia. darah - Terapi nutrisi
DS : - Cara berjalan - Monitor
Gangguan makan - Pengetahuna : nutrisi
nyang menyebabkan mekanisme - Pemberian
klien terobesitas tubuh obat
dengan berat badan - Status nutrisi :
asupan nutrisi
DO :
- Kurang sumber
nutrisi
- Malnutrisi

DAFTAR PUSTAKA
Herdman, T. Hearher; 2018; NANDA-I diagnosis keperawatan : definisi dan
klasifikasi 2018-2020; Jakarta ; EGC

Moorhead, Sue; 2016; Nursing Outcomes Classification (NOC); Jakarta; Elsevier


Global Rights

M. Bulechek, Gloria; 2016; Nursing Interventions Classification (NIC); Jakarta;


Elsevier Global Rights

Anjarwati, Wangi,(2010), Tulang dan Tubuh Kita, Getar Hati:Yogyakarta

Brunner & Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI,


Jakarta

Rini, Ika Setyo, dkk. 2019. Buku Ajar Keperawatan PERTOLONGA PERTAMA
GAWAT DARURAT (PPHD). Malang : UB Press

Anda mungkin juga menyukai