OSTEOMIELITIS
D
I
S
U
S
U
N
OLEH
Kelompok 7
Merlin Dalige Nim 2114202143
Natalia A. Oroh Nim 2114202144
Ester S. Oping Nim 2114202145
Gitria Sembel Nim 2114202146
Yeyen Y. Toporundeng Nim 2114202147
Jane Biringan Nim 2114202148
2.2 Definisi
Osteomielitis adalah infeksi tulang yang mencangkup sumsum dan atau korteks
tulang, yang terjadi secara eksogen dan hematogen, akut atau kronis, dan biasanya
menyerang metafis tulang panjang(Lukman &NurmaNingsih. 2009).
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan
daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan
terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum
(pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat
menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan
kehilangan ekstremitas (Brunner, suddarth. 2002).
2.3 Klasifikasi
Klasifikasi osteomielitis dibagi menjadi 2 macam, yaitu :
1. Osteomielitis primer penyebarannya secara hematogendimana
mikroorganisme berasal dari fokus ditempat lain dan beredar melalui
sirkulasi darah.
2. Osteomielitis sekunder (osteomielitispercontiniutatum), terjadi akibat
penyebaran kuman dan sekitarnya akibat dari bisul, luka fraktur dan
sebagainya
(Lukman &NurmaNingsih, 2009).
2.4 Etiologi
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus
infeksi di tempat lain (misal tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran
atas). Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi di tempat di mana
terdapat trauma atau di mana terdapat resistensi rendah, kemungkinan akibat trauma
subklinis. Osteomielitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak
(misal ulkusdekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung
tulang (misalfraktur terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak, pembedahan
tulang). (Lukman &NurmaNingsih. 2009)
2.6 Patofisiologi
Staphylococcusaureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang.
Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis meliputi :
Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi
resistensi penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobik.
AwitanOsteomielitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan
pertama (akut fulminan – stadium 1) dan sering berhubungan dengan penumpukan
hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4
sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya
akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.
Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan
vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada pembuluh darah terjadi
pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang sehubungan dengan
peningkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian berkembang ke
kavitasmedularis dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau
sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan
membentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih sering
harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam
dindingnya terbentuk daerah jaringan mati (sequestrum) tidak mudah mencari dan
mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi
pada jaringan lunak lainnya. Terjadi pertumbuhan tulang baru(involukrum) dan
mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun
sequestruminfeksius kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan
sepanjang hidup penderita. Dinamakan osteomielitis tipe kronik (Brunner, suddarth.
2002).
2.10 Prognosis
Dari penelitian yang dilakukan Riiseetal total insiden tahunan terjadinya
osteomyelitis pada anak adalah 13 dari 100.000 orang. Osteomyelitis paling sering
terjadi pada anak dibawah 3 tahun. Dengan diagnosis dan perawatan awal yang tepat,
prognosis untuk osteomyelitis adalah baik. Jika ada penundaan yang lama pada
diagnosis atau perawatan, dapat terjadi kerusakan yang parah pada tulang atau jaringan
lunak sekelilingnya yang dapat menjurus pada defisit-defisit yang permanen.
Umumnya, pasien-pasien dapat membuat kesembuhan sepenuhnya tanpa komplikasi-
komplikasi yang berkepanjangan.
2.11 Web of Caution (WOC)
Faktor predisposisi : usia, virulensi kuman, riwayat trauma, nutrisi, dan lokasi infeksi
Osteomielitis
Fagositosis
B2 (Blood). Pada inspeksi, tidak tampak iktus jantung. Palpasi menunjukan nadi
meningkat, iktus tidak teraba. Pada auskultasi, didapatkan S1 dan S2 tunggal,
tidak ada mundur.
B3 (Brain)
Kepala : Tidak ada gangguan (normosefalik, simetris, tidak ada
penonjolan tidak ada sakit kepala).
Leher : Tidak ada gangguan (simetris, tidak ada penonjolan,
reflex menelan ada).
Wajah : Terlihat menahan sakit, tidak ada perubahan fungsi atau
bentuk.
Mata : Tidak ada gangguan, seperti konjungtiva tidak anemis
(pada klien patah tulang tertutup karena tidak terjadi
perdarahan). Klien osteomielitis yang desrtai adanya
malnutrisi lama biasanya mengalami konjungtivaanemis.
Telinga : Tes bisik atau Weber masih dalam keadaan normal.
Tidak ada lesi atau nyeri tekan.
Hidung : Tidak ada deformitas, tidak ada pernafasan cuping
hidung.
Mulut dan faring : Tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi
perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.
Status mental : Observasi penampilan dan tingkah laku klien. Biasanya
status mental tidak mengalami perubahan.
Pemeriksaan saraf cranial :
ü Saraf I. Biasanya tidak ada kelainan fungsi penciuman.
ü Saraf II. Tes ketajaman penglihatan normal.
ü Saraf III,IV,dan VI. Biasanya tidak ada gangguan mengangkat
kelopak mata, pupil isokor.
ü Saraf V. Klien osteomielitis tidak mengalami paralisis pada otot
wajah dan reflex kornea tidak ada kelainan.
ü Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal dan wajah
simetris.
ü Saraf VIII. Tidak ditemukan tuli konduktif dan tuli persepsi.
ü Saraf IX dan X. Kemampuan menelan baik.
ü Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
ü Saraf XII. Lidah simetris, tidak da deviasi pada satu sisi dan tidak ada
fasikulasi. Indra pengecapan normal.
Pemeriksaan reflex : Biasanya tidak terdapat reflex patologis.
2. Kerusakan Tujuan : 1. Kaji kerusakan jaringan lunak 1. Menjadi data dasar untuk memberi
integritas Integritas jaringan informasi tentag intervensi
jaringan b/d membaik secara 2. Lakukan perawatan luka : perawatan luka, alat, dan jenis
proses optimal. Lakukan perawatan luka dengan teknik larutan apa yang akan digunakan.
pembentukan steril.
tulang baru, Kriteria Hasil : 2. Perawat luka dengan teknik steril
pengeluaran Pertumbuhan jaringan 3. Kaji keadaan luka dengan teknik dapat mengurangi kontaminasi
pus tirah meningkat, keadaan membuka balutan dan mengurangi kuman langsung kearel luka.
baring lama luka membaik, stimulus nyeri, bila perban melekat
dan penekanan pengeluaran pus pada kuat, peran diguyur dengan NaCl. 3. Menejemen membuka luka dengan
lokal. luka tidak ada lagi, luka mengguyur larutan NaCl keperban
menutup. 4. Lakukan pembilasan luka dari arah dapat mengurangi stimulus nyeri dan
dalam keluar dengan caira NaCl. dapat menghindari terjadinya
pendarahan pada luka
5. Tutup luka dengan kasa steril atau osteomielitiskonis akibat perban
kompres dengan NaCl yang dicampur yang kering oleh pus.
dengan antibiotic.
4. Teknik menbuang jaringan dan
6. Lakukan nekrotomi pada jaringan yang kuman diareal luka sehingga keluar
sudah mati. dari areal luka.
7. Rawat luka setiap hari atau setiap kali 5. NaCl merupakan larutan fisiologis
bila pembalut basah atau kotor. yang lebih mudah diabsorpsi oleh
jaringan daripada larutan antiseptic.
8. Hindari pemakaian peralatan perawatan NaCl yang dicampur dengan
luka yang sudah kontak dengan klien antibiotic dapat mempercepat
osteomielitis, jangan digunakan lagi penyembuhan luka akibat infeksi
untuk melakukan perawatan luka pada osteomielitis.
klien lain.
6. Jaringan nekrotik dapat menghambat
9. Gunakan perban elastis dan gips pada menyembuhan luka.
luka yang disertai kerusakan tulang atau
pembengkakan sendi 7. Memberi rasa nyaman pada klien
dan dapat membantu meningkatkan
10. Evaluasi perban elastis terhadap pertumbuhan jaringan luka.
resolusi edema
8. Pengendalian infeksi nosokomial
11. Evaluasi kerusakan jaringan dan dengan menghindari kontaminasi
perkembangan pertumbuhan jaringan langsung dari perawatan luka yang
dan lakukan perubahan intervensi bila tidak steril.
pada waktu yang ditetapkan tidak ada
perkembangan pertumbuhan jaringan
yang optimal. 9. Pada klien osteomielitis dengan
kerusakan tulang, stabilitas formasi
12. Kolaborasi dengan tim bedah untuk tulang sangat stabil. Gips dan perban
bedah perbaikan pada kerusakan elastis dapat membantu memfiksasi
jaringan agar tingkat kesembuhan dapat dan mengimobilisasi sehingga dapat
dipercepat. mengurangi nyeri.
13. Pemeriksaan kulur cairan ( pus ) yang 10. Pemasangan perban elastis yang
keluar dari luka. terlalu kuat dapat menyebabkan
edema pada daerah distal dan juga
14. Pemberian antibiotik/antimikroba menambah nyeri pada klien.
demam dan asupan makanan yang 3. Rujuk kepada ahli diet untuk membantu 3. Ahli diet adalah spesialisasi dalam hal
malaise. adekuat untuk makanan yang dapat memenuhi nutrisi yang dapat membantu klien
memenuhi kebutuhan kebutuhan nutrisi selama sakit. yang dapat memenuhi kebutuhan
dan metabolisme tubuh, kalori dan kebutuhan nutrisi sesuai
peningkatan asupan 4. Dorong klien mengkonsumsi makanan dengan keadaan sakitnya, usia, tinggi,
makanan, tidak ada lunak tinggi kalori tinggi protein dan BB-nya.
penurunan BB lebih
lanjut, menyatakan 5. Berikan makanan lunak dengan porsi 4. Peningkatan suhu tubuh
perasaan sejahtera. sedikit tapi sering yang mudah dicerna meningkatkan metabolisme, asupan
jika ada sesak nafas berat. protein yang adekuat, vitamin, mineral
dan kalori untuk aktivitas anabolic
dan sintesis antibody.
6. Defisit Tujuan : 1. Kaji kemampuan dan tingkat penurunan 1. Mebantu mengantisipasi dan
perawatan diri Perawatan diri klien dalam skala 0-4 untuk melakukan merencanakan pertemuan untuk
b/d penurunan dapat terpenuhi aktivitas hidup sehari-hari. kebutuhan individual.
kemampuan
pergerakan Kriteria Hasil : 2. Hindari apa yang tidak dapat dilakukan 2. Klien dalam keadaan cemas dan
Klien dapat klien dan bantu bila perlu. tergantung. Ini dilakukan untuk
menunjukkan mencegah frustasi dan menjaga harga
perubahan gaya hidup 3. Ajak klien untuk berpikir positif tentang diri klien.
untuk kebutuhan kelemahan yang dimilikinya. Berikan
merawat diri, klien klien motivasi dan izinkan klien 3. Klien memerlukan empati. Tetapi
mampu melakukan melakukan tugas, beri umpan balik perlu juga mengetahui bahwa dirinya
aktivitas perawatan diri, positif. harus menjalani perawatan yang
klien mampu konsisten. Hal tersebut dapat
melakukan aktivitas 4. Rencanakan tindakan untuk penurunan meningkatkan harga diri,
perawatan diri sesuai gerakan pada sisi yang sakit, seperti memandirikan klien, dan
dengan tingkat tempatkan makanan dan alat di dekat menganjurkan klien untuk terus
kemampuan, klien. mencoba.
mengidentifikasi
individu masyarakat 5. Identifikasi kebiasaan defekasi. Anjurkan 4. Klien akan lebih mudah mengambil
yang dapat membantu klien untuk minum dan meningkatkan peralatan yang diperlukan karena
latihan. levihekat dengan sisi yang sakit.
4.1 Kesimpulan
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengukur
pergerakan. Tulang manusia saling berhubungan satu dengan yang lain dalam berbagai
bentuk untuk memperoleh sistem muskuloskeletal yang yang optimum.
Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran
infeksi dari darah (osteomielitishematogen) atau yang lebih sering, setelah kontaminasi
fraktur terbuka atau reduksi (osteomielitis eksogen).
Osteomielitis adalah infeksi tulang yang biasanya disebabkan oleh bakteri, tetapi
kadang-kadang disebabkan oleh jamur.
4.2 Saran
Dengan adanya makalah ini pembaca diharapkan mampu memahami pembahasan
teoritis tentang penyakit Osteomielitis. Dan bagi perawat sendiri diharapkan mampu
memberikan asuhan keperawatan yang baik dan sesuai dengan kondisi klien yang di
rawat. Sehingga tidak ada lagi citra buruk perawat yang tidak memberikan pelayanan
yang baik bagi klien.
DAFTAR PUSTAKA
Kusuma, Hardi dan Amin Huda Nurarif. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
NANDA NIC-NOC. Edisi Revisi. Yogyakarta. Media Hardy
Lukman dan Ningsih, Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Muskuloskeletal. Penerbit Salemba Medika; Jakarta