Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

OSTEOMIELITIS

DOSEN MK : Ns.Rivelino Hamel,S.Kep.,M.Kes

D
I
S
U
S
U
N
OLEH

Kelompok 7
Merlin Dalige Nim 2114202143
Natalia A. Oroh Nim 2114202144
Ester S. Oping Nim 2114202145
Gitria Sembel Nim 2114202146
Yeyen Y. Toporundeng Nim 2114202147
Jane Biringan Nim 2114202148

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA


FAKULTAS KEPERAWATAN
2022
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infeksi adalah salah satu penyakit yang masih sering terjadi di dunia. Salah satu
penyakit infeksi yang mengenai tulang adalah osteomielitis. Osteomielitis umumnya
disebabkanoleh bakteri, namun jamur dan virus juga bisa menjadi penyebabnya.
Osteomielitis dapat mengenai tulang-tulang panjang, vertebra,tulang pelvic, tulang
tengkorak dan mandibula.
Banyak mitos yang berkembang tentang penyakit ini, seperti diyakini bahwa
infeksi akan berlanjut menyebar pada tulang dan akhirnya seluruh tubuh, padahal hal
yang sebenarnya adalah osteomielitis tidak menyebar ke bagian lain tubuh karena
jaringan lain tersebut punya aliran darah yang baik dan terproteksi oleh sistem imun
tubuh. Kecuali apabila terdapat sendi buatan dibagian tubuh yang lain. Dalam keadaan
ini, benda asing tersebut menjadi patogen. Secara umum, terapi infeksi tulang bukanlah
kasus yang emergensi. Tubuh memiliki mekanisme pertahanan yang mempertahankan
agar infeksi tetap terlokalisasi di daerah yang terinfeksi.
Osteomielitis dapat terjadi pada semua usia tetapi sering terjadi pada anak-anak
dan orang tua, juga pada orang dewasa muda dengan kondisi kesehatan yang serius.
Diagnosa osteomielitis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis penyakit dan juga
gambaran radiologik.
Pasien yang beresiko tinggi mengalami Osteomielitis adalah mereka yang
nutrisinya buruk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes mellitus. Selain itu, pasien
yang menderitaartitisrheumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit, mendapat terapi
kortikosteroid jangka panjang, menjalani pembedahan sendi sebelum operasi sekarang,
atau sedang mengalami sepsis rentan, begitu pula yang menjalani pembedahan ortopedi
lama, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, mengalami nefrosisinsisimargial atau
dehidrasi luka, atau memerlukan evakuasi hematoma pasca operasi.
1.2 Rumusan Masalah
A. Bagaimana anatomi fisiologi sistem muskuloskeletal?
B. Apa itu osteomielitis?
C. Apa saja klasifikasi Osteomielitis?
D. Apa etiologiosteomielitis?
E. Apa saja manifestasi klinis atau tanda dan gejala osteomielitis?
F. Bagaimana patofisiologi atau perjalanan penyakit osteomielitis?
G. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada osteomielitis?
H. Bagaimana penatalaksanaan medis osteomielitis?
I. Apa saja komplikasi osteomielitis?
J. Bagaimana prognosis osteomielitis?
K. Bagaimana web of caution (WOC) osteomielitis?
L. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien osteomielitis?

1.3 Tujuan Makalah


A. Untuk mengetahui anatomi fisiologi sistem muskuloskeletal.
B. Untuk mengetahui pengertian atau definisi osteomielitis.
C. Untuk mengetahui klasifikasi osteomielitis.
D. Untuk mengetahui etiologi atau penyebab osteomyelitis.
E. Untuk mengetahui manifestasi klinis atau tanda dan gejala osteomielitis.
F. Untuk mengetahui patofisiologi atau perjalanan penyakit osteomielitis.
G. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang osteomielitis.
H. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis terhadap penyakit osteomielitis.
I. Untuk mengetahui komplikasi dari penyakit osteomielitis.
J. Untuk mengetahui peognosisosteomielitis.
K. Untuk mengetahui web of caution (WOC) osteomielitis.
L. Untuk mengetahui dan menetukan rencana asuhan keperawatan terhadap pasien
osteomielitis.
M. Untuk memenuhi tugas KeperawatanMedikal Bedah.
N. Untuk bekal persiapan menjadi perawat profesional.
1.4 Manfaat Makalah
1.      Manfaat Teoritis
Dapat menambah pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan dengan Osteomielitis.
2.      Manfaat Praktis
a. Tenaga keperawatan : 
Dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik dan tepat pada
pasien dengan Osteomielitis.
b. Mahasiswa :
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi semua mahasiswa
tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan Osteomielitis.
1.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Anatomi Fisiologi Muskuloskeletal


Sistem Muskuloskeletal meliputi tulang, persendian, otot, tendon dan bursa.
Masalah yang berhubungan dengan stuktur ini sangat sering terjadi dan mengenai
semua kelompok usia. Masalah sistem muskuloskeletal biasanya tidak mengancam
jiwa, namun mempunyai dampak yang bermakna terhadap aktivitas dan produktivitas
penderita.
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengukur
pergerakan. Tulang manusia saling berhubungan satu dengan yang lain dalam berbagai
bentuk untuk memperoleh sistem muskuloskeletal yang yang optimum.
Anatomi :
Ada sekitar 206 tulang dalam tubuh manusia, yang terbagi dalam 4 kategori :
1.      Tulang Panjang
2.      Tulang Pendek
3.      Tulang Pipih
4.      Tulang Tak Teratur
Bentuk dan konstruksi tulang tertentu ditentukan oleh fungsi dan daya yang
bekerja padanya.
Tulang tersusun oleh jaringan tulang kanselus (Trabekular atau Spongius) atau
koltikal (kompak). Tulang panjang berbentuk seperti tangkai atau batang panjang
dengan ujung yang membulat, misalnya femur. Batang atau diafisis terutama tersusun
atas tulang kortikal. Ujung tulang panjang dinamakan epifisis dan terutama tersusun
oleh tulang kanselus. Tulang panjang disusun untuk menyangga berat badan dan
gerakan. Tulang pendek terdiri dari tulang kanselus ditutupi selapis tulang kompak.
Tulang pipih merupakan tempat penting untuk hematopoiesis dan sering memberikan
perlindungan bagi organ vital. Tulang pipih tersusun dari tulang konselusdiantara kedua
tulang kompak. Tulang tak teratur mempunyai bentuk yang unik sesuai dengan
fungsinya.
Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral.Sel-selnya terdiri
atas tiga jenis dasar osteoblast, osteosit, dan osteoklast.Osteoblast berfungsi dalam
pembentukan tulang dengan mensekresikan matriks tulang.Matriks tersusun atas 98%
kolagen dan 2% substansi dasar glukosaminoglikosan (asam polosakarida) dan
proteoglikan}.Matriks merupakan kerangka dimana garam-garam mineral anorganik
ditimbun.Osteosit adalah sel dewasa yang berfungsi dalam pemeliharaan fungsi tulang
dan terletak dalam osteon (unit matriks tulang).Osteoklast adalah sel multinuklear
(berinti banyak) yang berperan dalam penghancuran, resorbsi dan remodelling tulang.
Tulang diselimuti dibagian luar oleh membran fibrus padat dinamakan
periosteum. Periosteum memberi nutrisi ke tulang dan memungkinkan tumbuh, selain
sebagai tempat pelekatan tendon dan ligamen.
Sum – sum tulang merupakan jaringan vaskular dalam rongga sum – sum
(batang) tulang panjang dan tulang pipih.Jaringan tulang mempunyai vaskularisasi yang
sangat baik.Tulang kanselus menerima asupan darah yang sangat banyak melalui
pembuluh darah metafisis dan epifisis.Pembuluh periosteum mengangkut darah ke
tulang kompak melalui kanal volkman yang sangat kecil.Selain itu ada arteri nutrien
yang menembus periosteum dan memasuki rongga medular melalui foramina (lubang-
lubang kecil).Arteri nutrien memasok darah ke sumsum dan tulang.Sistem vena ada
yang mengikuti arteri dan ada yang keluar sendiri.
Tulang mulai terbentuk lama sebelum kelahiran.Osifikasi adalah proses dimana
matriks tulang (disini serabut kolagen dan substansi dasar) terbentuk dan pergeseran
mineral (disini garam kalsium) ditimbun diserabut kolagen dalam suatu lingkungan
elektro negatif. Serabut kolagen memberi kekuatan terhadap tekanan kepada tulang.

2.2 Definisi
Osteomielitis adalah infeksi tulang yang mencangkup sumsum dan atau korteks
tulang, yang terjadi secara eksogen dan hematogen, akut atau kronis, dan biasanya
menyerang metafis tulang panjang(Lukman &NurmaNingsih. 2009).
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan
daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan
terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum
(pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat
menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan
kehilangan ekstremitas (Brunner, suddarth. 2002).
2.3 Klasifikasi
Klasifikasi osteomielitis dibagi menjadi 2 macam, yaitu :
1. Osteomielitis primer penyebarannya secara hematogendimana
mikroorganisme berasal dari fokus ditempat lain dan beredar melalui
sirkulasi darah.
2. Osteomielitis sekunder (osteomielitispercontiniutatum), terjadi akibat
penyebaran kuman dan sekitarnya akibat dari bisul, luka fraktur dan
sebagainya
(Lukman &NurmaNingsih, 2009).

2.4 Etiologi
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus
infeksi di tempat lain (misal tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran
atas). Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi di tempat di mana
terdapat trauma atau di mana terdapat resistensi rendah, kemungkinan akibat trauma
subklinis. Osteomielitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak
(misal ulkusdekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung
tulang (misalfraktur terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak, pembedahan
tulang). (Lukman &NurmaNingsih. 2009)

Staphylocuccus merupakan penyebab 70%-80% infeksi tulang. Organisme lain


meliputi proteus, pseudomonas, dan Escherichia coli. Pada anak-anak infeksi tulang
sering kali timbul sebagai komplikasi dari infeksi pada tempat-tempat lain seperti
infeksi faring (faringitis), telinga (otitis media) dan kulit (impetigo). Bakterinya
(staphylocuccusaureus, Streptococcus, haemophylusinfluenzae) berpindah melalui
aliran darah menuju metafisis tulang didekat lempeng pertumbuhan dimana darah
mengalir ke dalam sinusoid. Akibat perkembangbiakan bakteri dan nekrosis jaringan,
maka tempat peradangan yang terbatas ini akan terasa nyeri dan nyeri tekan.
Mikroorganisme yang menginfeksi tulang akan membentuk koloni pada tulang
perivaskuler, menimbulkan edema, infiltrasi seluler dan akumulasi produk-produk
inflamasi yang akan merusak trabekula tulang yang hilangnya matriks dan mineral
tulang. (Lukman &NurmaNingsih. 2009)
2.5 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis tergantung pada etiologi dan lokasi tulang yang cedera, dapat
berkembang secara progresif atau cepat. Infeksi hematogen akut, sering terjadi dengan
manifestasi klinis septikemia yaitu menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat dan
malaiseumum sedangkan gejala lokal yang terjadi berupa rasa nyeri tekan, bengkak dan
kesulitan menggerakkan anggota tubuh yang sakit. Klien menggambarkan nyeri
konstan berdenyut, semakin nyeri bila digerakkan, dan berhubungan dengan tekanan
pus yang terkumpul (Lukman &NurmaNingsih. 2009).
Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran infeksi di sekitarnya atau kontaminasi
langsung, tidak akan ada gejala septekemia. Daerah infeksi bengkak, hangat, nyeri
tekan. Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu mengalir
keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan, dan
pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah dapat terjadi pada jaringan parut akibat
kurangnya asupan darah (Lukman &NurmaNingsih. 2009).

2.6 Patofisiologi
Staphylococcusaureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang.
Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis meliputi :
Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi
resistensi penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobik.
AwitanOsteomielitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan
pertama (akut fulminan – stadium 1) dan sering berhubungan dengan  penumpukan
hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat  (stadium 2) terjadi antara 4
sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya
akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.
Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan
vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada pembuluh darah terjadi
pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang sehubungan dengan
peningkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian berkembang ke
kavitasmedularis dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau
sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan
membentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih sering
harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam
dindingnya terbentuk daerah jaringan mati (sequestrum) tidak mudah mencari dan
mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi
pada jaringan lunak lainnya. Terjadi pertumbuhan tulang baru(involukrum) dan
mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun
sequestruminfeksius kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan
sepanjang hidup penderita. Dinamakan osteomielitis tipe kronik (Brunner, suddarth.
2002).

2.7 Pemeriksaan Penunjang


1.       Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju
endap darah
2.      Pemeriksaan titer antibodi – anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan
diikuti dengan uji   sensitivitas
3.      Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan
infeksi oleh bakteri salmonella
4.      Pemeriksaan biopsy tulang
Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan
untuk serangkaian tes.
5.      Pemeriksaan ultra sound
Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi.
6.      Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan
radiologik. Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat
difus dan kerusakan tulang dan pembentukan tulang yang baru.
(Brunner, suddarth. 2002)
2.8 Penatalaksanaan Medis
1.      Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri.  Sesuai kepekaan
penderita dan reaksi alergi penderita
2.      penicillin cair 500.000 milion unit IV  setiap 4 jam.
3.      Erithromisin 1-2gr IV setiap 6 jam.
4.      Cephazolin 2 gr IV setiap 6 jam
5.      Gentamicin 5 mg/kg BB IV selama 1 bulan.
6.      Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu tranfusi darah
7.      Drainase bedah apabila tidak ada perubahan setelah 24 jam pengobatan antibiotik
tidak menunjukkan perubahan yang berarti, mengeluarkan jaringan nekrotik,
mengeluarkan nanah, dan menstabilkan tulang serta ruang kosong yang
ditinggalkan dengan cara mengisinya menggunakan tulang, otot, atau kulit sehat.
8.      Istirahat di tempat tidur untuk menghemat energi dan mengurangi hambatan aliran
pembuluh balik.
9.      Asupan nutrisi tinggi protein, vit. A, B,C,D dan K.
a.    Vitamin K : Diperlukan untuk pengerasan tulang karena vitamin K
dapat mengikat kalsium.Karena tulang itu bentuknya berongga, vitamin K
membantu mengikat kalsium dan menempatkannya ditempat yang tepat.
b.      Vitamin A,B dan C  : untuk dapat membantu pembentukan tulang.
c.     Vitamin D :Untuk membantu pengerasan tulang dengan cara
mengatur untuk kalsium dan fosfor pada tubuh agar ada di dalam darah
yang kemudian diendapkan pada proses pengerasan tulang. Salah satu cara
pengerasan tulang ini adalah pada tulang kalsitriol dan hormon paratiroid
merangsang pelepasan kalsium dari permukaan tulang masuk ke dalam
darah.
(Brunner, suddarth. 2002)
2.9 Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi adalah berlangsungnya infeksi dengan eksaserbasi
akut. Infeksi yang terus menerus akan menyebabkan amioloidiosis, anemia, penurunan
berat badan,kelemahan. Selain itu juga dapat terjadi abses tulang, meregangnya
implantprosthetic, selolitis pada jaringan lunak sekitar, abses otak pada osteomilitis di
daerah cranium, dan Kematian.
a.    Komplikasi tahap Dini :
1)   Kekakuan yang permanen pada persendian terdekat (jarang terjadi)
2)   Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai tulang yang
mendasarinya sembuh
3)   Atritisseptik

b.  Komplikasi tahap Lanjut :


1) Osteomielitis kronik ditandai oleh nyeri hebat rekalsitran, dan penurunan
fungsi tubuh yang terkena
2) Fraktur patologis
3) Kontraktur sendi
4) Gangguan pertumbuhan

2.10 Prognosis
Dari penelitian yang dilakukan Riiseetal total insiden tahunan terjadinya
osteomyelitis pada anak adalah 13 dari 100.000 orang. Osteomyelitis paling sering
terjadi pada anak dibawah 3 tahun. Dengan diagnosis dan perawatan awal yang tepat,
prognosis untuk osteomyelitis adalah baik. Jika ada penundaan yang lama pada
diagnosis atau perawatan, dapat terjadi kerusakan yang parah pada tulang atau jaringan
lunak sekelilingnya yang dapat menjurus pada defisit-defisit yang permanen.
Umumnya, pasien-pasien dapat membuat kesembuhan sepenuhnya tanpa komplikasi-
komplikasi yang berkepanjangan.
2.11 Web of Caution (WOC)

Faktor predisposisi : usia, virulensi kuman, riwayat trauma, nutrisi, dan lokasi infeksi

Invasi mikroorganisme dari tempat lain Fraktur terbuka


yang beredar melalaui sirkulasi darah

Kerusakan pembuluh darah


Masuk ke juksta epifisis
dan adanya portdeentree
tulang panjang

Invasi kuman ke tulang dan sendi

Osteomielitis

Fagositosis

Proses inflamasi : hiperemia, pembengkakan, gangguan fungsi,


pembentukan pus, dan kerusakan itegritas jaringan

Proses inflamasi Keterbatasan Peningkatan


secara umum pergerakan tekanan jaringan
tulang dan medula
Demam, malaise, penurunan Penurunan
nafsu makan, penurunan kemampuan Iskemia dan nekrosis
kemampuan tonus otot pergerakan tulang

MK : Resiko Pembentukan abses


Kelemaha tinggi trauma tulang
MK :Ketidaksei
mbangan n fisik
nutrisi kurang MK : Hambatan MK : Nyeri
dari Tirah mobilitas fisik
kebutuhan baring
Involucrum
lama,
MK : Defisit (pertumbuhan tulang
penekanan
perawatan diri baru), pengeluaranpus
dari luka
MK : Kerusakan integritas kulit
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Identitas Klien


Berisi nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan dan
identitas keluarga penanggung jawab.

3.2 Diagnosa Medis


Berisi tanggal masuk, no. MR, ruang rawat, diagnosa medik dan yang
mengirim/merujuk.

3.3 Keluhan Utama


Pada  umumnya, keluhan utama pada kasus osteomielitis adalah nyeri hebat.

3.4 Riwayat Kesehatan


1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien datang kerumah sakit dengan keluhan awitan gejala akut
(misalnya : nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam) atau kambuhan
keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan dan demam sedang.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Identifikasi adanya trauma tulang, fraktur terbuka atau infeksi lainnya
(bakteri pneumonia,sinusitis,kulit atau infeksi gigi dan infeksi saluran kemih)
pada masa lalu. Tanyakan mengenai riwayat pembedahan tulang.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah dalam keluarga yang menderita penyakit keturunan. (misalnya
diabetes, terapi kortikosteroid jangka panjang, cedera, infeksi atau bedah ortopedi
sebelumnya).
4. Riwayat Psikososial
Adakah ditemukan depresi, marah ataupun stress.
3.5 Riwayat Pola Pemeliharaan Kesehatan Klien
1. Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Klien biasanya  tidak mengerti bahwa penyakit yang ia diderita adalah penyakit
yang berbahaya. Perawat perlu mengkaji bagaimana klien memandang penyakit
yang dideritanya, apakah klien tau apa penyebab penyakitnya sekarang.
2. Nutrisi – Metabolik
Biasanya pada pasien mengalami penurunan nafsu makan karena demam yang ia
diderita.
3. Eliminasi
Biasanya pasien mengalami gangguan dalam eliminasi karena pasien mengalami
penurunan nafsu makan akibat demam.
4. Aktivitas – Latihan
Biasaya pada pasien Osteomielitis mengalami penurunan aktivitas karena rasa
nyeri yang ia rasakan
5. Istirahat – Tidur
Pasien biasanya diduga akan mengalami susah tidur karena rasa nyeri yang ia
rasakan pada tulangnya.
6. Seksual – Reproduksi
Biasanya pasien tidak mengalami gangguan dalam masalah seksual.

3.6 Riwayat Psikologi


1. Kognitif – Persepsi
Biasanya klien tidak mengalami gangguan dengan kognitif dan persepsinya.
2. Koping – Toleransi Stress
Biasanya pasien mengalami stressysng berat karena kondisinya saat itu.

3.7 Riwayat Sosial


1. Persepsi Diri – Konsep Diri
Biasanya pasien memiliki perilaku menarik diri, mengingkari, depresi,
ekspresi takut, perilaku marah, postur tubuh mengelak, menangis, kontak mata
kurang, gagal menepati janji atau banyak janji.
2. Peran – Hubungan
Biasanya pasien mengalami depresi dikarenakan penyakit yang dialaminya.
Serta adanya tekanan yang datang dari lingkungannya. Dan klien juga tidak dapat
melakukan perannya dengan baik.

3.8 Riwayat Spiritual


1. Nilai Kepercayaan
Pola keyakinan perlu dikaji oleh perawat terhadap klien agar kebutuhan spiritual
klien data dipenuhi selama proses perawatan klien di RS. Kaji apakah ada
pantangan agama dalam proses pengobatan klien. Klien biasanya mengalami
gangguan dalam beribadah karena nyeri yang ia rasakan.

3.9 Pemeriksaan Fisik


1)      Kaji gejala akut seperti nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam dan
keluarnya pus dari sinus disertai nyeri.
2)      Kaji adanya faktor resiko (misalnya lansia, diabetes, terapi kortikosteroid jangka
panjang) dan cedera, infeksi atau bedah ortopedi sebelumnya.
3)      Identifikasi adanya kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi. (pada
osteomielitis akut)
4)      Observasi adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata, dan adanya cairan
purulen.
5)       Identisikasi peningkatan suhu tubuh
6)      Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila di
palpasi.
(Lukman &NurmaNingsih, 2009).

Pemeriksaan fisik dibagi menjadi dua yaitu pemeriksaan umum untuk


mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokal).
Keadaan umum meliputi:
o Tingkat kesadaran (apatis, sopor, koma, gelisah, kompos mentis yang bergantung
pada keadaan klien).
o Kesakitan atau keadaan penyakit (akut, kronis, ringan, sedang, dan pada kasus
osteomielitis biasanya akut).
o Tanda-tanda vital tidak normal terutama pada osteomielitis dengan komplikasi
septikimia.

 B1 (Breathing). Pada inspeksi, didapat bahwa klien osteomielitis tidak mengalami


kelainan pernapasan. Pada palpasi toraks, ditemukan taktil fremitus seimbang
kanan dan kiri. Pada auskultasi, tidak didapat suara napas tambahan.

 B2 (Blood). Pada inspeksi, tidak tampak iktus jantung. Palpasi menunjukan nadi
meningkat, iktus tidak teraba. Pada auskultasi, didapatkan S1 dan S2 tunggal,
tidak ada mundur.
 B3 (Brain)
 Kepala     : Tidak ada gangguan (normosefalik, simetris, tidak ada
penonjolan tidak ada sakit kepala).
 Leher       : Tidak ada gangguan (simetris, tidak ada penonjolan,
reflex menelan ada).
 Wajah         : Terlihat menahan sakit, tidak ada perubahan fungsi atau
bentuk.
 Mata        : Tidak ada gangguan, seperti konjungtiva tidak anemis
(pada klien patah tulang tertutup karena tidak terjadi
perdarahan). Klien osteomielitis yang desrtai adanya
malnutrisi lama biasanya mengalami konjungtivaanemis.
 Telinga    : Tes bisik atau Weber masih dalam keadaan normal.
Tidak ada lesi atau nyeri tekan.
 Hidung     : Tidak ada deformitas, tidak ada pernafasan cuping
hidung.
 Mulut dan faring : Tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi
perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.
 Status mental  : Observasi penampilan dan tingkah laku klien. Biasanya
status mental tidak mengalami perubahan.
 Pemeriksaan saraf cranial :
ü  Saraf I. Biasanya tidak ada kelainan fungsi penciuman.
ü  Saraf II. Tes ketajaman penglihatan normal.
ü  Saraf III,IV,dan VI. Biasanya tidak ada gangguan mengangkat
kelopak mata, pupil isokor.
ü  Saraf V. Klien osteomielitis tidak mengalami paralisis pada otot
wajah dan reflex kornea tidak ada kelainan.
ü  Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal dan wajah
simetris.
ü  Saraf VIII. Tidak ditemukan tuli konduktif dan tuli persepsi.
ü  Saraf IX dan X. Kemampuan menelan baik.
ü  Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
ü  Saraf XII. Lidah simetris, tidak da deviasi pada satu sisi dan tidak ada
fasikulasi. Indra pengecapan normal.
 Pemeriksaan reflex      : Biasanya tidak terdapat reflex patologis.

 B4 (Bladder). Pengkajian keadaan urine meliputi warna, jumlah, karakteristik dan


berat jenis. Biasanya klien osteomielitis tidak mengalami kelainan pada system
ini.
 B5 (Bowel). Inspeksi abdomen; Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia. Palpasi:
Turgor baik, hepar tidak teraba. Perkusi: Suara timpani, ada pantulan gelombang
cairan. Auskultasi: Peristaltik usus normal (20 kali/menit). Inguinal-genitalia-
anus: Tidak ada hernia, tidak ada pembesaran limfe,tidak ada kesulitan
defekasi.Pola nutrisi dan metabolisme.:Klien osteomielitis harus mengonsumsi
nutrisi melebihi kebutuhan sehari-hari,seperti kalsium, zat besi, protein, vitamin
C, dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan infeksi tulang. Evaluasi
terhadap pola nutrisi klien dapat membantu menentukan penyebab masalah
muskuloskletal dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat,
terauma kalsium atau protein. Masalah nyeri pada osteomielitismenebabkan klien
kadang mual atau muntah sehingga pemenuhan nutrisi berkurang. Pola eliminasi:
Tidak ada gangguan pola eliminasi, tetapi tetap perlu dikaji frekuensi,
konsistensi, warna, serta bau feces. Pada pola berkemih, dikaji frekuensi,
kepekatan, warna, bau, dan jumlah urine.
 B6 (Bone). Adanya oteomielitis kronis dengan proses supurasi di tulang dan
osteomielitis yang menginfeksi sendi akan mengganggu fungsi motorik klien.
Kerusakan integritas jaringan pada kulit karena adanya luka disertai dengan
pengeluaran pus atau cairan bening berbau khas.

3.10 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri yang berhubungan dengan abses tulang, pertumbuhan tulang baru dan
pengeluaran pus
2. Kerusakan integritas jaringan kulit berhubungan dengan proses pembentukan
tulang baru, pengeluaran pus tirah baring lama dan penekanan lokal.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu
makan, penurunan kemampuan tonus otot, demam dan malaise.
4. Resiko tinggi trauma berhubungan dengan penurunan kemampuan pergerakan.
5. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kemampuan
pergerakan.
6. Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan kemampuan pergerakan.
3.11 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Nyeri b/d Tujuan : 1. Kaji nyeri dengan skala 0-4 1. Nyeri merupakan respons subjektif
abses tulang, Nyeri berkurang, yang dapat dikaji dengan
pertumbuhan hilang, atau teratasi. 2. Atur posisi imobillisasi pada daerah menggunakan skala nyeri. Klien
tulang baru nyeri sendi atau nyeri ditulang yang melaporkan nyeri biasanya di atas
dan hilang , atau teratasi. mengalami infeksi tingkat cidera.
pengeluaran Kriteria Hasil :
pus. Secara subjektif, klien 3. Bantu klien dalam mengidentifikasi 2. Mobilisasi yang adekuat dapat
melaporkan nyeri factor pencetus. mengurangi nyeri pada daerah nyeri
berkurang sendi atau nyeri ditulang yang
subjektif, klien 4. Jelaskan dan Bantu klien terkait dengan mengalami infeksi.
melaporkan nyeri tindakan pada nyeri nonfarmakologi

berkuran dan noninvasif. 3. Nyeri dipengaruhi oleh kecemasan,


pergerakan sendi.
5. Ajarkan relaksasi : teknik mengurangi
ketegangan otot rangka yang dapat 4. Pendekatan dengan menggunakan
mengurangi intensitas nyeri dan relaksasi dan tingkatan
meningkatkan ralaksasi masase. nonfarmakologi lain menunjukkan
keefektifan dalam mengurangi nyeri.
6. Ajarkan metode distraksi selama nyeri
akut. 5. Teknik ini melancarkan peredaran
darah sehingga kebutuhan 02 pada
7. Beri kesempatan waktu istirahat bila jaringan terpenuhi dan nyeri
terasa nyeri dan beri posisi yang berkurang.
nyaman ( mis; ketika tidur, punggung
klien diberi bantal kecil ). 6. Mengalihkan perhatian klien terhadap
nyeri ke hal-hal yang menyenangkan.
8. Tingkatkan pengetahuan tentang
penyebab nyeri hubungkan dengan 7. Istirahat merelaksasikan semua
beberapa lama nyeri akan berlangsung. jaringan sehingga meningkatkan
kenyamanan.
9. Kolaborasi pemberian analgetik
8. Pengetahuan tersebut membantu
mengurangi dan dapat membantu
meningkatkan kepatuhan klien
terhadap rencana terapeutik

9. Analgesic memblok lintasan nyeri


sehingga nyeri akan berkurang.

2. Kerusakan Tujuan : 1. Kaji kerusakan jaringan lunak 1. Menjadi data dasar untuk memberi
integritas Integritas jaringan informasi tentag intervensi
jaringan b/d membaik secara 2. Lakukan perawatan luka : perawatan luka, alat, dan jenis
proses optimal. Lakukan perawatan luka dengan teknik larutan apa yang akan digunakan.
pembentukan steril.
tulang baru, Kriteria Hasil : 2. Perawat luka dengan teknik steril
pengeluaran Pertumbuhan jaringan 3. Kaji keadaan luka dengan teknik dapat mengurangi kontaminasi
pus tirah meningkat, keadaan membuka balutan dan mengurangi kuman langsung kearel luka.
baring lama luka membaik, stimulus nyeri, bila perban melekat

dan penekanan pengeluaran pus pada kuat, peran diguyur dengan NaCl. 3. Menejemen membuka luka dengan

lokal. luka tidak ada lagi, luka mengguyur larutan NaCl keperban
menutup. 4. Lakukan pembilasan luka dari arah dapat mengurangi stimulus nyeri dan
dalam keluar dengan caira NaCl. dapat menghindari terjadinya
pendarahan pada luka
5. Tutup luka dengan kasa steril atau osteomielitiskonis akibat perban
kompres dengan NaCl yang dicampur yang kering oleh pus.
dengan antibiotic.
4. Teknik menbuang jaringan dan
6. Lakukan nekrotomi pada jaringan yang kuman diareal luka sehingga keluar
sudah mati. dari areal luka.

7. Rawat luka setiap hari atau setiap kali 5. NaCl merupakan larutan fisiologis
bila pembalut basah atau kotor. yang lebih mudah diabsorpsi oleh
jaringan daripada larutan antiseptic.
8. Hindari pemakaian peralatan perawatan NaCl yang dicampur dengan
luka yang sudah kontak dengan klien antibiotic dapat mempercepat
osteomielitis, jangan digunakan lagi penyembuhan luka akibat infeksi
untuk melakukan perawatan luka pada osteomielitis.
klien lain.
6. Jaringan nekrotik dapat menghambat
9. Gunakan perban elastis dan gips pada menyembuhan luka.
luka yang disertai kerusakan tulang atau
pembengkakan sendi 7. Memberi rasa nyaman pada klien
dan dapat membantu meningkatkan
10. Evaluasi perban elastis terhadap pertumbuhan jaringan luka.
resolusi edema
8. Pengendalian infeksi nosokomial
11. Evaluasi kerusakan jaringan dan dengan menghindari kontaminasi
perkembangan pertumbuhan jaringan langsung dari perawatan luka yang
dan lakukan perubahan intervensi bila tidak steril.
pada waktu yang ditetapkan tidak ada
perkembangan pertumbuhan jaringan
yang optimal. 9. Pada klien osteomielitis dengan
kerusakan tulang, stabilitas formasi
12. Kolaborasi dengan tim bedah untuk tulang sangat stabil. Gips dan perban
bedah perbaikan pada kerusakan elastis dapat membantu memfiksasi
jaringan agar tingkat kesembuhan dapat dan mengimobilisasi sehingga dapat
dipercepat. mengurangi nyeri.

13. Pemeriksaan kulur cairan ( pus ) yang 10. Pemasangan perban elastis yang
keluar dari luka. terlalu kuat dapat menyebabkan
edema pada daerah distal dan juga
14. Pemberian antibiotik/antimikroba menambah nyeri pada klien.

11. Adanya batasan waktu selama 7X24


jam dalam melakukan perawatan
luka klien osteomielitis menjadi
tolak ukur keberhasilan intervensi
yang diberikan. Apabila masih
belum mencapai criteria hasil,
sebaikya mengkaji ulang factor-
faktor yang menghmbat
pertumbuhan jaringan luka.
12. Bedah perbaikan terutama pada klien
fraktur terbuka luas sehingga
menjadi pintu masuk kuman yang
ideal. Bedah perbaikan biasanya
dilakukan setelah masalah infeksi
osteomielitis teratasi.

13. Manajemen untuk menentukan


antimikroba yang sesuai dengan
kuman yang sensitive atau resisten
terhadap beberapa jenis antibiotic.

14. Antimikroba yang sesuai dengan


hasil kultur ( reaksi sensitive ) dapat
membunuh atau mematikan kuman
yang menginvasi jaringan tulang.
3. Nutrisi kurang Tujuan : 1. Pantau persentase jumlah makanan yang 1. Mengidentifikasi kemajuan atau
dari kebutuhan Keseimbangan nutrisi dikonsumsi setiap kali makan, timbang penyimpangan dari sasaran yang
tubuh b/d terpenuhi BB tiap hari, catat hasil pemerikasaan diharapkan
penurunan protein total, albumin, osmolalitas.
nafsu makan,
penurunan Kriteria Hasil : 2. Berikan perawatan mulut setiap 6 jam. 2. Bau yang tidak menyenangkan dapat
kemampuan Klien Pertahankan kesegaran ruangan. mempengaruhi nafsu makan.

tonus otot, mendemonstrasikan

demam dan asupan makanan yang 3. Rujuk kepada ahli diet untuk membantu 3. Ahli diet adalah spesialisasi dalam hal

malaise. adekuat untuk makanan yang dapat memenuhi nutrisi yang dapat membantu klien
memenuhi kebutuhan kebutuhan nutrisi selama sakit. yang dapat memenuhi kebutuhan
dan metabolisme tubuh, kalori dan kebutuhan nutrisi sesuai
peningkatan asupan 4. Dorong klien mengkonsumsi makanan dengan keadaan sakitnya, usia, tinggi,
makanan, tidak ada lunak tinggi kalori tinggi protein dan BB-nya.
penurunan BB lebih
lanjut, menyatakan 5. Berikan makanan lunak dengan porsi 4. Peningkatan suhu tubuh
perasaan sejahtera. sedikit tapi sering yang mudah dicerna meningkatkan metabolisme, asupan
jika ada sesak nafas berat. protein yang adekuat, vitamin, mineral
dan kalori untuk aktivitas anabolic
dan sintesis antibody.

5. Makanan lunak dengan porsi sedikit


tetapi sering akan mengurangi sensasi
nyeri sehingga mempermudah proses
menelan.

4. Resiko tinggi Tujuan: 1. Pertahankan tirah baring/ekstremitas. 1. Meningkatkan stabilitas, menurunkan


trauma b/d Resiko tinggi trauma Berikan sokongan sendi di atas dan di kemungkinan gangguan posisi atau
penurunan berhubungan dengan bawah fraktur bila bergerak/membaik. penyembuhan.
kemampuan penurunan kemampuan
pergerakan pergerakan 2. Letakkan papan di bawah tempat tidur 2. Tempat tidur lembut atau lentur dapat
atau tempatkan pasien pada tempat membuat deformasi gips yang masih
Kriteria Hasil : tidur ortopedik. basah, mematahkan gips yang sudah
Pasien dapat kering, atau mempengaruhi dengan
menunjukan mekanika Pasien Dengan Gips/bebat penarikan traksi.
tubuh yang
meningkatkan stabilitas 3. Sokong fraktur dengan bantal atau 3. Mencegah gerakan yang tidak perlu
pada sisi fraktur. gulungan selimut. Pertahankan posisi dan perubahan posisi. Posisi yang
netral pada bagian yang sakit dengan tepat dari bantal juga dapat mencegah
bantal pasir, pembebat, gulungan tekanan deformitas pada gips yang
trokanter, papan kaki. kering.

4. Tugaskan petugas yang cukup untuk 4. Gips panggul/tubuh atau multipel


membalik pasien. Hindari dapat membuat berat dan tidak praktis
menggunakan papan abduksi untuk secara ekstrem. Kegagalan untuk
mebalik pasien dengan gips spika. menyokong ekstremitas yang digips
dapat menyebabkan gips patah.
5. Evaluasi pembebat ekstremitas terhadap 5. Pembebat koaptasi (contoh jepitan
resolusi edema. Jones-Sugar) mungkin dugunakan
untuk memberikan imobilisasi fraktur
Pasien Dengan Traksi dimana pembengkakan jaringan
berlebihan. Seiring dengan
6. Pertahankan posisi/intregitas traksi
berkurangnya edema, penilaian
(contoh: Buck, Dunlop, Pearson, kembali pembebat atau penggunaan
Russel) gips plester mubgkin diperlukan untuk
mempertahankan kesejajaran fraktur.
7. Yakinkan bahwa semua klem berfungsi.
Minyaki katrol dan periksa tali tehadap 6. Traksi memungkinkan penarikan pada
tegangan. Amankan dan tutup ikatkan aksis panjang fraktur tulang dan
dengan plester perekat. mengatasi tegangan otot/pemendekan
untuk memudahkan posisi/penyatuan.
8. Pertahankan katrol tidak terhambat Traksi tulang (pen, kawat, jepitan)
dengtan beban bebas menggantung; memungkinkan penggunaan berat
hindari mengangkat/menghilangkan lebih besar untuk penarikan traksi
berat. daripada digunakan untuk jaringan
kulit.
9. Bantu meletakkan beban di bawah roda
tempat tidur bila diindikasikan.
10. Kaji ulang tahanan yang mungkin 7. Yakinkan bahwa susunan traksi
timbul karena terapi, contoh berfungsi dengan tepat untuk
pergelangan tidak menekuk/duduk menghindari interupsi penyambungan
dengan traksi Bruck atau tidak memutar fraktur.
di bawah pergelangan dengan traksi
Russel 8. Jumlah beban traksi optimal
dipertahankan. Catatan: Memastikan
11. Kaji intregritas alat fiksasi eksternal gerakan bebas beban selama
mengganti posisi pasien menghindari
12. Kolaborasi untuk mengkaji ulang penarikan beban berlebihan tiba-tiba
foto/evaluasi. pada fraktur yang menimbulkan nyeri
dan spasme otot.
13. Kolaborasi dalam pemberian/
pertahankan stimulasi listrik bila 9. Membantu posisi tepat pasien dan
digunakan. fungsi traksi dengan memberikan
keseimbangan timabal balik.

10. Mempertahankan intregritas tarikan


traksi.

11. Traksi Hoffman memberikan


stabilisasi dan sokongan kaku untuk
tulang fraktur tanpa menggunakan
katrol, tali, atau beban,
memungkinkan
mobilitas/kenyamanan pasien lebih
besar dan memudahkan perawatan
luka. Kurang atau berlebihannya
keketatan klem/ikatan dapat
mengubah tekanan kerangka,
menyebabkan kesalahan posisi.

12. Memberikan bukti visual mulainya


pembentukan kalus/proses
penyembuhan untuk menentukan
tingkat aktivitas dan kebutuhan
perubahan/tambahan terapi.

13. Mungkin diindikasikan untuk


meninngkatkan pertumbuhan tulang
pada keterlambatan
penyembuhan/tidak menyatu.
5. Hambatan Tujuan : 1. Kaji kemampuan dan tingkat penurunan 1. Membantu dalam mengantisipasi dan
mobilitas fisik Klien dapat dalam melakukan mobilisasi. merencanakan pertemuan untuk
b/d penurunan menunjukkan cara kebutuhan individual.
kemampuan melakukan mobilisasi 2. Hindari apa yang tidak dapat dilakukan
pergerakan. secara optimal. klien dan bantu bila perlu. 2. Klien dalam keadaan cemas dan
tergantung sehingga hal ini dilakukan
Kriteria Hasil : Atur posisi fisiologis meliputi: untuk mencegah frustasi dan menjaga
Klien mampu 3. Kaji kesejajaran dan tingkat kenyamanan harga diri klien.
melakukan aktivitas selama klien berbaring sesuai dengan
perawatan diri sesuai daerah spondilitis. 3. Memberikan data dasar tentang
dengan tingkat kesejajaran tubuh dan kenyamanan
kemampuan, 4. Atur posisi terlentang dan letakkan klien untuk perencanaan selanjutnya.
mengidentifikasi gulungan handuk/bantal di area bagian
individu/masyarakat bawah punggung yang sakit dengan 4. Mengurangi kemungkinan stimulus
yang dapat membantu, menjaga kondisi curvature tulang nyeri, kontraktur sendi dan
klien terhindar dari belakan g dalam kondisi optimal. memungkinkan untuk pergerakan
cedera. optimal pada ekstremitas atas.
5. Sokong kaki bawah yang mengalami
paraplegia dengan bantal dengan posisi 5. Posisi optimal untuk mencegah
jari-jari menghadap langit. footdrop yang sering terjadi akibat
kondisi kaki yang jatuh.(posisi
6. Lakukan latihan ROM ekstensi) terlalu lama di tempat tidur.
Adanya bantalakan mencegah
7. Ajak klien untuk berfikir positif terhadap terjadinya rotasi luar kaki dan
kelemahan yang dimilikinya. Berikan mengurangi tekanan pada jari-jari
klien motivasi dan izinkan klien kaki.
melakukan tugas, memberi umpan balik
positif atas usahanya. 6. Latihan yang efektif dan
berkesinambungan akan mencegah
terjadinya kontraktur sendi dan atropi
otot.
7. Klien memerlukan empati. Tetapi
perlu juga mengetahui bahwa dirinya
harus menjalani perawatan yang
konsisten. Hal tersebut dapat
meningkatkan harga diri,
memandirikan klien, dan
menganjurkan klien untuk terus.

6. Defisit Tujuan : 1. Kaji kemampuan dan tingkat penurunan 1. Mebantu mengantisipasi dan
perawatan diri Perawatan diri klien dalam skala 0-4 untuk melakukan merencanakan pertemuan untuk
b/d penurunan dapat terpenuhi aktivitas hidup sehari-hari. kebutuhan individual.
kemampuan
pergerakan Kriteria Hasil : 2. Hindari apa yang tidak dapat dilakukan 2. Klien dalam keadaan cemas dan
Klien dapat klien dan bantu bila perlu. tergantung. Ini dilakukan untuk
menunjukkan mencegah frustasi dan menjaga harga
perubahan gaya hidup 3. Ajak klien untuk berpikir positif tentang diri klien.
untuk kebutuhan kelemahan yang dimilikinya. Berikan
merawat diri, klien klien motivasi dan izinkan klien 3. Klien memerlukan empati. Tetapi
mampu melakukan melakukan tugas, beri umpan balik perlu juga mengetahui bahwa dirinya
aktivitas perawatan diri, positif. harus menjalani perawatan yang
klien mampu konsisten. Hal tersebut dapat
melakukan aktivitas 4. Rencanakan tindakan untuk penurunan meningkatkan harga diri,
perawatan diri sesuai gerakan pada sisi yang sakit, seperti memandirikan klien, dan
dengan tingkat tempatkan makanan dan alat di dekat menganjurkan klien untuk terus
kemampuan, klien. mencoba.
mengidentifikasi
individu masyarakat 5. Identifikasi kebiasaan defekasi. Anjurkan 4. Klien akan lebih mudah mengambil

yang dapat membantu klien untuk minum dan meningkatkan peralatan yang diperlukan karena
latihan. levihekat dengan sisi yang sakit.

5. Meningkatkan latihan dapat


membantu mencegah konstipasi.
3.12 Implementasi Keperawatan
Sasaran pasien meliputi peredaan nyeri, perbaikan mobilitas fisik dalam batas-
batas terapeutik, kontrol dan eradikasi infeksi, dan pemahaman mengenai program
pengobatan.
(Brunner, suddarth. 2001)

3.13 Evaluasi Keperawatan


Hasil yang diharapkan
1. Mengalamiperedaan nyeri
a. Melaporkan berkurangnya nyeri
b. Tidak mengalami nyeri tekan di tempat terjadinya infeksi
c. Tidak mengalami ketidaknyamanan bila bergerak
2. Peningkatan mobilitas fisik
a. Berpartisipasi dalam aktivitas perawatan-diri
b. Mempertahankan fungsi penuh ekstrimitas yang sehat
c. Memperlihatkan penggunaan alat imobilisasi dan alat bantu dengan aman
3. Tiadanya infeksi
a. Memakai antibiotika sesuai resep
b. Suhu badan normal
c. Tiadanya pembengkakan
d. Tiadanya pus
e. Angka leukosit dan laju endap darah kembali normal
f. Biakan darah negatif
4. Mematuhi rencana terapeutik
a. Memakai antibiotika sesuai resep
b. Melindungi tulang yang lemah
c. Memperlihatkan perawatan luka yang benar
d. Melaporkan bila ada masalah segera
e. Makan diet seimbang dengan tinggi protein dan vitamin C dan D
f. Mematuhi perjanjian untuk tindak lanjut
g. Melaporkan peningkatan kekuatan
h. Tidak melaporkan peningkatan suhu badan atau kambuhan nyeri,
pembengkakan, atau gejala lain di tempat tersebut
(Brunner, suddarth. 2001)
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengukur
pergerakan. Tulang manusia saling berhubungan satu dengan yang lain dalam berbagai
bentuk untuk memperoleh sistem muskuloskeletal yang yang optimum.
Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran
infeksi dari darah (osteomielitishematogen) atau yang lebih sering, setelah kontaminasi
fraktur terbuka atau reduksi (osteomielitis eksogen).
Osteomielitis adalah infeksi tulang yang biasanya disebabkan oleh bakteri, tetapi
kadang-kadang disebabkan oleh jamur.

4.2 Saran
Dengan adanya makalah ini pembaca diharapkan mampu memahami pembahasan
teoritis tentang penyakit Osteomielitis. Dan bagi perawat sendiri diharapkan mampu
memberikan asuhan keperawatan yang baik dan sesuai dengan kondisi klien yang di
rawat. Sehingga tidak ada lagi citra buruk perawat yang tidak memberikan pelayanan
yang baik bagi klien.
DAFTAR PUSTAKA

BrunnerdanSuddarth. 2002. KeperawatanMedikal Bedah. Penerbit Buku Kedokteran.


EGC;Jakarta

Kusuma, Hardi dan Amin Huda Nurarif. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
NANDA NIC-NOC. Edisi Revisi. Yogyakarta. Media Hardy

Lukman dan Ningsih, Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Muskuloskeletal. Penerbit Salemba Medika; Jakarta

Andayani, Nitti. “Laporan Pendahuluan pada Pasien Osteomielitis”. 23 September 2011


adnyani.blogspot.com/2011/09/laporan-pendahuluan-pada-pasien-dengan_4945.html

Paramita, Dian. “Asuhan KeperawatanOsteomielitis”. 19 September 2013


http://iamdian.blogspot.com/2013/09/asuhan-keperawatan-osteomielitis.html

Wibawa, Raras. “Laporan Pendahuluan dan Asuhan KeperawatanOsteomielitis”. 17 Maret


2014
http://raraswibawanta.blogspot.com/

Anda mungkin juga menyukai