Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN


SISTEM MUSKULOSKELETAL (OSTEOMIELITIS)

Di susun oleh :

1. Fajar Yudha Anggara (2021010094)


2. Hindun Nur Aisah (2021010095)
3. Icha Dian Anggraeni (2021010096)
4. Nurul Oktaviani (2021010097)
5. Rino Aji Saputro (2021010099)
6. Aulia Riscy (2021010100)
7. Hanni Maftukhatul Muawannah (202101001)
8. Aulia Qurnia Safitri (2021010102)
9. Ike Rahmalia Rahardi (2021010103)
10. Nabilla Dwi Yuvikasari (2021010104)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGAM DIPLOMA TIGA


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG
TAHUN AJARAN 2022 – 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah dengan topik gangguan sistem muskuloskeletal
osmteomielitiesis .Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah Universitas Muhamadiyah Gombong tahun Akademik 2022/2023. Selain itu
makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan kepada para pembaca dan penulis pada
khususnya tentang suatu gangguan sistem muskuloskeletal osmteomielitiesis. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang selalu memberikan doa, motivasi
dan juga dukungan baik secara moral maupun batin. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu dengan memberikan referensi-referensi yang
berkualitas sehingga makalah ini dapat selesai tepat waktu. Penulis menyadari makalah ini
masih sangat jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun
diharapkan oleh penulis demi kesempurnaan makalah ini

Gombong, 4 November 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung
jawab terhadap pergerakan. Komponen utama sistem utama sistem muskuloskeletal
adalah jaringan ikat. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligamen,
bursa, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini.
Beragamnya jaringan dan organ sistem muskuloskeletal dapat menimbulkan berbagai
macam gangguan. Beberapa gangguan tersebut timbul pada sistem itu sendiri,
sedangkan gangguan yang berasal dari bagian lain tubuh tetapi menimbulkan efek
pada sistem muskuloskeletal. Tanda utama gangguan sistem muskuloskeletal adalah
nyeri dan rasa tidak nyaman , yang dapat bervariasi dari tingkat yang paling ringan
sampai yang sangat berat. Salah satu gangguan tersebut adalah osteomielitis.
Osteomielitis adalah radang tulang yang disebabkan oleh organisme piogenik,
walaupun berbagai agen infeksi lain juga dapat menyebabkannya, gangguan ini dapat
tetap terlokalisasi atau dapat tersebar melalui tulang, melibatkan sumsum, korteks,
jaringan kanselosa, dan periosteum.

Osteomyelitis merupakan inflamasi pada tulang yang disebabkan infeksi piogenik


atau non-piogenik seperti Micobacterium tuberkulosa atau Staphylococcus aureus.
Infeksi dapat terbatas pada sebagian kecil tempat pada tulang atau melibatkan
beberapa daerah seperti sum-sum, perioesteum, dan jaringan lunak disekitar tulang.
Kunci keberhasilan penatalaksanaan osteomyelitis adalah diagnosis dini dan operasi
yang tepat serta pemilihan jenis antibiotik yang tepat. Secara umum, dibutuhkan
pendekatan multidisipliner yang melibatkan ahli orthopaedi, spesialis penyakit
infeksi, dan ahli bedah plastik pada kasus berat dengan hilangnya jaringan lunak. Dari
penelitian yang dilakukan Riset total insiden tahunan terjadinya osteomyelitis pada
anak adalah 13 dari 100.000 orang. Osteomyelitis paling sering terjadi pada anak
dibawah 3 tahun. Dengan diagnosis dan perawatan awal yang tepat, prognosis untuk
osteomyelitis adalah baik. Jika ada penundaan yang lama pada diagnosis atau
perawatan, dapat terjadi kerusakan yang parah pada tulang atau jaringan lunak
sekelilingnya yang dapat menjurus pada defisit-defisit yang permanen. Umumnya,
pasien-pasien dapat membuat kesembuhan sepenuhnya tanpa komplikasi-komplikasi
yang berkepanjangan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Untuk mengetahui apa definisi osteomyelitis
2. Untuk mengetahui patifisiologi osteomyelitis
3. Untuk mengetahui etiologi dari osteomyelitis
4. Untuk mengetahui farmakologi dan penatalaksanaan osteomyelitis
C. TUJUAN KASUS
1. Tujuan umum:
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas terstruktur sistem
muskuloskeletal dan untuk memberikan wawasan kepada mahasiswa/i tentang
osteomielitis dan tindakan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit
osteomielitis.

2. Tujuan khusus:

a. Untuk mengetahui definisi dari osteomielitis.


b. Untuk mengetahui klasifikasi osteomielitis.
c. Untuk mengetahui etiologi osteomielitis.
d. Untuk mengetahui patofisiologi osteomielitis.
e. Untuk mengetahui manifestasi klinis osteomielitis.
f. Untuk mengetahui pemeriksaan medis osteomielitis.
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan osteomielitis.
h. Untuk mengetahui asuhan keperawatan osteomielitis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan
daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan
terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum
(pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat
menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan
kehilangan ekstremitas. (Brunner, suddarth. (2001). Beberapa ahli memberikan defenisi
terhadap osteomyelitis sebagai berkut :

1. Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang


disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus influensae
(Depkes RI, 1995).

2. Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).

3. Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang disebabkan oleh
staphylococcus (Henderson, 1997).

B. PATOFISIOLOGI

(Brunner, suddarth. (2001) Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80%
infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis
meliputi : Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi
resistensi penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobik. Awitan Osteomielitis stelah
pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama (akut fulminan – stadium 1) dan
sering berhubngan dengan penumpukan hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan
lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis
awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau
lebih setelah pembedahan. Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi,
peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada pembuluh darah
terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang sehubungan dengan
penigkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis
dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya.
Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan membentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih sering harus
dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya
terbentuk daerah jaringan mati (sequestrum) tidak mudah mencari dan mengalir keluar.
Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak
lainnya. Terjadi pertumbuhan tulang baru(involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi
meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang ada
tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup penderita. Dinamakan
osteomielitis tipe kronik.

C. ETIOLOGI
Adapun penyebab – penyebab osteomielitis ini adalah:

1. Bakteri

Menurut Joyce & Hawks (2005), penyebab osteomyelitis adalah Staphylococcus


aureus (70 %-80 %), selain itu juga bisa disebabkan oleh Escherichia coli,
Pseudomonas, Klebsiella, Salmonella, dan Proteus.
2. Virus

3. Jamur

4. Mikroorganisme lain (Smeltzer, Suzanne C, 2002).

Tulang, yang biasanya terlindung dengan baik dari infeksi, bisa mengalami infeksi
melalui 3 cara:

- Aliran darah
Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang. Infeksi
biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan (pada anak-anak) dan di tulang
belakang (pada dewasa). Orang yang menjalani dialisa ginjal dan penyalahguna obat
suntik ilegal, rentan terhadap infeksi tulang belakang (osteomielitis vertebral). Infeksi
juga bisa terjadi jika sepotong logam telah ditempelkan pada tulang, seperti yang terjadi
pada perbaikan panggul atau patah tulang lainnya.
- Penyebaran langsung
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah tulang terbuka, selama
pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang. Infeksi ada
sendi buatan, biasanya didapat selama pembedahan dan bisa menyebar ke tulang di
dekatnya.
- Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya.
Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah beberapa
hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang mengalami kerusakan
karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh
jeleknya pasokan darah atau diabetes (kencing manis). Suatu infeksi pada sinus, rahang
atau gigi, bisa menyebar ke tulang tengkorak.
D. KLASIFIKASI
Dari uraian di atas maka dapat diklasifikasikan dua macam osteomielitis, yaitu:

1. Osteomielitis Primer ,yaitu penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme


berasal dari focus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah.

2. Osteomielitis Sekunder ,yaitu terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat
dari bisul, luka fraktur dan sebagainya.

Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu:

1. Osteomielitis akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama atau sejak
penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini biasanya terjadi pada anak-anak
dari pada orang dewasa dan biasanya terjadi sebagai komplikasi dari infeksi di dalam
darah. (osteomielitis hematogen).Osteomielitis akut terbagi menjadi 2, yaitu:
a. Osteomielitis hematogen Merupakan infeksi yang penyebarannya berasal dari
darah. Osteomielitis hematogen akut biasanya disebabkan oleh penyebaran
bakteri darah dari daerah yang jauh. Kondisi ini biasannya terjadi pada anak-
anak. Lokasi yang sering terinfeksi biasa merupakan daerah yang tumbuh
dengan cepat dan metafisis menyebabkan thrombosis dan nekrosis local serta
pertumbuhan bakteri pada tulang itu sendiri. Osteomielitis hematogen akut
mempunyai perkembangan klinis dan onset yang lambat.
b. Osteomielitis direk disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau
bakteri akibat trauma atau pembedahan. Osteomielitis direk adalah infeksi
tulang sekunder akibat inokulasi bakteri yang menyebabkan oleh trauma, yang
menyebar dari focus infeksi atau sepsis setelah prosedur pembedahan.
Manifestasi klinis dari osteomielitis direk lebih terlokasasi dan melibatkan
banyak jenis organisme.

c. Osteomielitis sub-akut : Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak
infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul.

d. Osteomielitis kronis : Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau


lebih sejak infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul.
Osteomielitis sub-akut dan kronis biasanya terjadi pada orang dewasa dan
biasanya terjadi karena ada luka atau trauma (osteomielitis kontangiosa),
misalnya osteomielitis yang terjadi pada tulang yang fraktur.

E. MANISFESTASI KLINIS
Menurut Smeltzer (2002)
1. Jika infeksi dibawah oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering terjadi dengan
manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat dan
malaise umum). Gejala sismetik pada awalnya dapat menutupi gejala lokal secara
lengkap. Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang, akan
mengenai periosteum dan jaringan lunak, dengan bagian yang terinfeksi menjadi
nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan. Pasien menggambarkan nyeri konstan
berdenyut yang semakin memberat dengan gerakan dan berhubungan dengan tekanan
pus yang terkumpul.

2. Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau


kontaminasi langsung, tidak akan ada gejala septikemia. Daerah infeksi membengkak,
hangat, nyeri dan nyeri tekan.

Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar dari
sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran
pus. Infeksi derajat rendah dapat menjadi pada jaringan parut akibat kurangnya asupan
darah
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endap
darah
2. Pemeriksaan titer antibody – anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti
dengan uji sensitivitas
3. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh
bakteri salmonella
4. Pemeriksaan biopsy tulang
Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan untuk
serangkaian tes.
5. Pemeriksaan ultra sound
Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada sendi
6. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan
radiologik. Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus
dan kerusakan tulang dan pembentukan tulang yang baru.

Pemeriksaan tambahan :

a. Bone scan : dapat dilakukan pada minggu pertama


b. MRI : jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada T2, maka
kemungkinan besar adalah osteomyelitis
G. PENATALAKSANAAN
(Brunner, suddarth. (2001)
1. Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri. Sesuai kepekaan
penderita dan reaksi alergi penderita
2. penicillin cair 500.000 milion unit IV setiap 4 jam.
3. Erithromisin 1-2gr IV setiap 6 jam.
4. Cephazolin 2 gr IV setiap 6 jam
5. Gentamicin 5 mg/kg BB IV selama 1 bulan.
6. Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu tranfusi darah
7. Drainase bedah apabila tidak ada perubahan setelah 24 jam pengobatan antibiotik
tidak menunjukkan perubahan yang berarti, mengeluarkan jaringan nekrotik,
mengeluarkan nanah, dan menstabilkan tulang serta ruang kososng yang ditinggalkan
dengan cara mengisinya menggunakan tulang, otot, atau kulit sehat.
8. Istirahat di tempat tidur untuk menghemt energi dan mengurangi hambatan aliran
pembuluh balik.
9. Asupan nutrisi tinggi protein, vit. A, B,C,D dan K.
a. Vitamin K : Diperlukan untuk pengerasan tulang karena vitamin K dapat
mengikat kalsium.Karena tulang itu bentuknya berongga, vitamin K membantu
mengikat kalsium dan menempatkannya ditempat yang tepat.
b. Vitamin A,B dan C : untuk dapat membantu pembentukan tulang.
Vitamin D :Untuk membantu pengerasan tulang dengan cara mengatur untuk kalsium dan
fosfor pada tubuh agar ada di dalam darah yang kemudian diendapkan pada proses
pengerasan tulang. Salah satu cara pengerasan tulang ini adalah pada tulang kalsitriol dan
hormon paratiroid merangsang pelepasan kalsium dari permukaan tulang masuk ke dalam
darah
H. PENCEGAHAN
1. Berhenti merokok
Merokok dapat menyumbat arteri dan meningkatkan tekanan darah Anda, yang keduanya
buruk bagi sirkulasi Anda. Hal ini juga dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh. Jika
Anda merokok, sangat disarankan Anda berhenti sesegera mungkin.

2. Diet sehat

Makanan berlemak tinggi dapat menyebabkan penumpukan simpanan lemak di arteri


Anda, dan kelebihan berat badan dapat menyebabkan tekanan darah tinggi. Untuk
meningkatkan sirkulasi Anda, diet tinggi serat rendah lemak dianjurkan, termasuk banyak
buah segar dan sayuran (setidaknya lima porsi sehari) dan biji-bijian. Makan makanan
yang sehat juga dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan Anda.

3. Mengelola berat badan Anda

Jika Anda kelebihan berat badan atau obesitas, cobalah untuk menurunkan berat badan
dan kemudian mempertahankan berat badan yang sehat dengan menggunakan kombinasi
dari diet kalori terkontrol dan olahraga teratur. Setelah Anda telah mencapai berat badan
yang sehat akan membantu menjaga tekanan darah Anda pada tingkat normal, yang akan
membantu meningkatkan sirkulasi Anda. Anda dapat menggunakan Body Mass Index
(BMI) kalkulator untuk memeriksa.

4. Mengurangi alkohol

Jika Anda minum alkohol, jangan melebihi batas harian yang direkomendasikan,tiga
sampai empat unit per hari untuk pria 2-3 unit sehari untuk wanita .Sebuah unit
alkohol kira-kira setengah pint bir yang normal-kekuatan, segelas kecil anggur atau
ukuran tunggal (25ml) roh. Secara teratur melebihi batas alkohol yang
direkomendasikan akan meningkatkan baik tekanan darah dan kadar kolesterol, yang
akan membuat sirkulasi Anda buruk. Hubungi dokter Anda jika Anda menemukan
kesulitan untuk moderat minum Anda. Layanan dan obat-obatan Konseling dapat
membantu Anda mengurangi asupan alkohol Anda.
5. Olahraga teratur

Olahraga teratur akan menurunkan tekanan darah Anda, membuat jantung dan sistem
peredaran darah lebih efisien dan dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan
tubuh lemah. Bagi kebanyakan orang, 150 menit dari moderat untuk olahraga berat
seminggu dianjurkan. Namun, jika kesehatan Anda secara keseluruhan miskin,
mungkin perlu bagi Anda untuk berolahraga menggunakan program khusus
disesuaikan dengan kebutuhan Anda saat ini dan tingkat kebugaran. GP Anda akan
dapat menyarankan Anda tentang tingkat yang paling cocok bagi anda berolah raga.
Jika Anda merasa sulit untuk mencapai 150 menit latihan seminggu, mulai dari
tingkat yang Anda merasa nyaman dengan. Sebagai contoh, Anda bisa melakukan
lima sampai 10 menit latihan ringan sehari sebelum secara bertahap meningkatkan
durasi dan intensitas aktivitas Anda sebagai kebugaran Anda mulai membaik.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. KASUS
Seorang lelaki, Didit (20 tahun), diduga menderita infeksi bakteri patogenik dengan
keluhan pyrexia, rubor, dolor, dan sinus pada tungkai bawah. 2 tahun yang lalu, ada
riwayat kecelakaan dengan fraktur terbuka pada tungkai bawah lalu dibawa ke dukun
tulang. Pada plain foto didapatkan penebalan periosteum, bone resorption, sklerosis
sekitar tulang, involucrum. Pasien didiagnosa osteomyelitis, didapatkan deformitas, scar
tissue, sinus dengan discharge, seropurulent, dan ekskoriasi sekitar sinus. Klien mengeluh
nyeri pada tungkai bawah yang mengalami fraktur, skala nyeri 7, kerenanya klien
kesulitan berjalan karena luka tersebut terasa senut-senut, panas, sifatnya sering, wajah
menahan sakit, akral hangat, bibir kering. Pemeriksaan TTV didapatkan: TD: 130/90
mmHg, S: 390C, N : 100 x/mnt, RR : 22 x/mnt
B. IDENTITAS PASIEN
- Biodata Pasien
Nama : Tn. Didit
Tempat, tanggal lahir : Kebumen, 28 Januari 2000
Usia : 20 tahun
Jenis kelamin : Laki – laki
Alamat : Desa Sidobunder
Pekerjaan : Buruh
Pendidikan : SMP
Tanggal masuk : 8 September 2022
- Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. O
Umur : 15 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Hubungan dengan klien : adik dari pasien
C. KELUHAN
- Keluhan utama
Klien mengeluh nyeri pada tungkai bawah
- Riwayat kesehatan sekarang
Pasien didiagnosa osteomyelitis, didapatkan deformitas, scar tissue, sinus dengan
discharge, seropurulent, dan ekskoriasi sekitar sinus. Klien mengeluh nyeri pada tungkai
bawah yang mengalami fraktur, skala nyeri 7, terasa senut-senut, panas, sifatnya sering,
wajah menahan sakit, akral hangat, bibir kering.
- Riwayat Kesehatan dahulu
Klien menderita infeksi bakteri patogenik dengan keluhan pyrexia, rubor, dolor, dan sinus
pada tungkai bawah. 2 tahun yang lalu, ada riwayat kecelakaan dengan fraktur terbuka
pada tungkai bawah lalu dibawa ke dukun tulang
- Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yg menderita penyakit yang sedang
dialami pasien
D. PENGKAJIAN POLA VIRGINIA HENDERSON
1. Pola pernafasan
Sebelum : pasien tidak mengalami kesulitan dalam bernafas, bernafas melalui hidung
Sesudah : saat dikaji pasien mengatakan tidk ada kesulitan dalam bernafas dan bernafas
melalui hidung
2. Pola nutrisi
Sebelum : pasien bisa makan 3x sehari minum 1800cc/hari tanpa bantuan dan makan nasi
tim dengan porsi sedikit
Sesudah : saat dikaji pasien makan 3x sehari tapi porsi sedikit dan di ganti dengan
BKTKTP, air putih 1200cc/hari
3. Pola eliminasi
Sebelum : pasien biasa BAB 1-2 X perhari, BAK 3-4 X perhari tanpa keluhan
Sesudah : Saat dikaji pasien BAB 1 X perhari, BAK 1X perhari dan dibatu keluarga
4. Pola keseimbangan tubuh
Sebelum : pasien tidak melakukan latihan khusus untuk melatih keseimbangan tubuhnya
hanya dengan pekerjaan sehari hari
Sesudah : pasien dibantu oleh keluarga untuk menemukan posisi nyaman saat berbaring
5. Pola berpakaian
Sebelum : pasien bisa ganti baju sehabis mandi tanpa bantuan
Sesudah : pasien memakai baju dengan bantuan
6. Pola Istirahat tidur
Sebelum sakit pasien bisa tidur lelap 7 jam perhari tanpa gangguan
Sesudah : Saat dikaji pasientidur kurang 6-8 jam perhari
7. Pola personal hygine
Sebelum : pasien biasa mandi 2x sehari, sikat gigi 2x sehari dan keramas 1x per 3 hari
tanpa bantuan
Sesudah : pasien hanya diseka dengan bantuan keluarganya
8. Temperatur suhu
Sebelum : pasien menggunakan selimut jika sedang kedinginan, suhu 390C
Sesudah : pasien tidak panas suhu 37oC
9. Rasa aman dan nyaman
Sebelum : pasien merasa aman dan nyaman di tengah tengah keluarganya dan lingkungan
membuat aman pasien
Sesudah : pasien merasa tak nyaman dikarenakan nyeri yang di rasakan nya
10. Kebutuhan spiritual
Sebelum : pasien biasa sholat 5 waktu
Sesudah : pasien tidak bisa memenuhi kebutuhan spiritualnya
11. Kebutuhan bekerja :
Sebelum : pasien bekerja sebagai buruh dari pagi sampe sore
Sesudah : pasien tidak bisa bekerja seperti biasa
12. Kebutuhan bermain
Sebelum : pasien sering kerumah tetangga atau bermain dengan cucunya selepas bekerja
Sesudah : pasien hanya bisa memilih beristirahat
13. Kebutuhan berkomunikasi
Sebelum : pasien menggunakan b ahasa jawa untuk bahasa sehari hari
Sesudah : pasien menggunakan bahasa jawa saat dikaji namun ketika menjawab agak
lemah
14. Kebutuhan belajar
Sebelum : pasien tidak bersekolah
Sesudah : pasien mendengarkan penjelasan
E. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : pasien terlihat lemah
a. Kesadaran : Composmentis ( CM )
b. TTV :
N : 100x/menit
TD : 130/90 mmHg
R : 22x/menit
S : 39oC
2. Pemeriksaan head to toe
- Kepala : kulit kepala bersih, bentuk kepala oval , tidak ditemukan penonjolan pada tulang
, warna rambut hitam dan samar samar berwarna coklat karena di semir
- Mata : mata lengkapm simetris kanan kiri , tidak ada gangguan penglihatan , tidak ada
edema pada kelopak mata, mata jernih , konjungtiva tak anemis , sklera tidak ikterik
- Hidung : tidak ada pernafasan cuping hidung . terdapat sinus discharge dan adanya nyeri
tekan
- Mulut : tidak ada jejas , warna lidah merah muda dan nampak mukosa bibir kering
- Telinga : daun telinga simetris kanan kiri , ketajaman pendengeran baik , tidak ada
sumbatan serumen
- Leher : posisi trakhea simestirs di tengahn , tidak ada pembesaran pada kelenjar tyroid
dan kelenjar tympe
- Dada (Thorax)
a. Paru-paru
 Inspeksi : tidak terdapat otot bantu pernafasan, bentuk dada normal, pergerakan kedua
paru simetris kanan dan kiri tidak ada lesi, frekuensi pernafasan 20 x/menit
 Palpasi : Ekspansi paru simetris , pengembangan sama di paru kanan dan kiri
 Perkusi : terdapat bunyi sonor
 Auskultasi : Suara nafas vesikuler , tidak ada suara nafas tambahan
b. Jantung
 Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat dan tidak tampak adanya pembesaran jantung
 Palpasi : ictus cordis teraba di ICS 5
 Perkusi : Bunyi jantung pekak
 Auskultasi : Bunyi jantung S1-S2 reguler, tidak ada bunyi jantung
- Abdomen
 Inspeksi : bentuk abdomen datar, tidak ada lesi , ada luka bekas operasi
 Auskultasi : Bising usus terdengar 8x/menit
 Perkusi : suara abdomen tympani
 Palpasi : terdapat nyeri tekaan , tidak ada pembesaran hepar dan ginjal
- Intergumen : Kulit tampak ada scar tissue
- Genetalia : tidak ada kelainan , terpasang DC
- Anus dan rectum : Normal, tidak ada hemoroid
F. PEMERIKSAAN MEDIS
a. Perawatan di rumah sakit
b. Pengobatan suportif dengan pemberian infuse
c. Pemeriksaan biakan darah
d. Antibiotic spectrum luas yang efektif terhadap gram positif maupun gram negative
diberikan langsung tanpa menunggu hasil biakan darah secara parenteral selama 3-6
minggu
e. Immobilisasi anggota gerak yang terkena
f. Tindakan pembedahan indikasi untuk melakukan pembedahan ialah :
a. Adanya abses
b. Rasa sakit yang hebat
c. Adanya sekuester
d. Bila mencurigakan adanya perubahan kearah keganasan (karsinoma epedermoid).
Saat yang terbaik untuk melakukan tindakan pembedahan adalah bila infolukrum telah
cukup kuat untuk mencegah terjadinya fraktur peasca pembedahan.
ANALISIS DATA

DATA ETIOLOGI PROBLEM


DO: Gangguan rasa nyaman Nyeri akut
 Wajah pasien tampak meringis,
menahan sakit, dan sering mengeluh
tentang sakitnya.
 suhu tubuh pasien 390C.
 terdapat bekas fraktur pada tungkai
bawah, scar tissue, sinua dengan
discharge, seropurulen, dan
ekskoriasi.

DS:
Pasien mengatakan bahwa;
P: nyeri terasa apabila dipegang atau
diraba.
Q: nyeri terasa panas, senut- senut
R: nyeri terasa pada bagian tungkai
bawah yang mengalami fraktur
S: skala nyeri pasien 7
T: nyeri sifatnya sering dan terus
menerus.
DO: Gangguan kerusakan Gangguan
 Terdapat penebalan periosteum, bone intergeritas kulit mobilitas fisik
resorption, sclerosis sekitar tulang.
 Terdapat scar tissue dan bekas
fraktur pada tungkai bawah.
DS:
 Pasien mengatakan nyeri, tidak
nyaman pada tungkai bagian bawah.
DO: Proses penyakit Hipertermia
 Suhu tubuh pasien 390C.
 Akral hangat
 Terdapat rubor
 Frekuensi napas meningkat: 22x/mnt

DS:
 Pasien mengeluh badannya panas.

INTERVENSI KEPERAWATAN
NO. TUJUAN INTERVENSI
DX
1 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
keperawatan 2x24 jam , di Observasi :
harapkan kriteria hasil 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,durasi ,
- Nyeri frekuensi, kualitas , intensitas nyeri
menurun 2. Identifikasi skala nyeri
- Meringis 3. Identifikasi faktir yang memperberat dan
menurun meringankan nyeri
4. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Terapeutik :
1. Berikan teknik non-farmakologi ( distraksi
relaksasi )
2. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakn nyeri
3. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
2 Setelah dilakukan tindakan Perawatan Intergeritas
keperawatan 2x24 jam , di Observasi :
harapkan kriteria hasil : 1. Mengidentifikasi penyebab gangguan
- Nyeri intergeritas kulit
menurun Terapeutik :
- Perdarahan 1. Lakukan pemijatan pada area penonjolan
menurun tulang
2. Bersihkan parineal dengan air hangat
3. Ubah posisi tiao 2 jam , jika tirah baring
Edukasi :
1. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
2. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
3 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertermia
keperawatan 2x24 jam , di Observasi :
harapkan kriteria hasil : 1. identifikasi penyebab hipertermia
- suhu kulit 2. monitor suhu tubuh
dalam rentang Terapeutik :
yang 1. longgarkan atau lepaskan pakaian
2. basahi atau kipasi permukaan kulit
diharapkan, 3. berikan cairan oral
suhu tubuh 4. hindari pemberian antipiretik
Edukasi :
dalam batas 1. anjurkan tirah baring
normal, nadi Kolaborasi :
1. kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intra
dan vena
pernapasan
dalam rentang
yang
diharapakan,
perubahan
warna kulit
tidak ada,
keletihan
tidak tampak.

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No Tanggal Implementasi Respon


.
Dx
1 11/10/22 07.00 DS :
- Identifikasi lokasi, 1. Dari pengkajian PQRST di
karakteristik,durasi temukan hasil :
, frekuensi, P: nyeri terasa apabila dipegang atau
kualitas , intensitas
diraba.
nyeri
- Pengecekan TTV Q: nyeri terasa panas, senut- senut
- Jelaskan dan bantu
R: nyeri terasa pada bagian tungkai
klien terkait
dengan tindakan bawah yang mengalami fraktur
peredaran nyeri
S: skala nyeri pasien 7
nonfarmakologi
dan noninvasi. T: nyeri sifatnya sering dan terus
- Beri Nutrisi sesuai menerus.
anjuran ahli gizi 2. Pasien mengatakan jika dia
10.48 sudah paham teknik
- berikan distraksi farmakologis
relaksasi 3. Pasien mengatakan nyaman
- Berikan ruangan setelah diberikan ruangan yang
yang aman dan aman dan nyaman
nyaman 4. Keluarga pasien kooperatif saat
- Edukasi keluarga di edukasi
supaya tetap di DO :
samping klien 1. Hasil TTV :
N : 100x/menit
TD : 130/90 mmHg
R : 22x/menit
S : 39oC
2. Pasien nampak mau distraksi
relaksasi
3. Pasien memakan makanan nya
dengan cukup baik

2 11/10/2022 07.15 DS
- kaji penyebab 1. Pasien mengatakan penyebab
kerusakan nya adalah dahulu jatuh
intergeritas kulit kecelakajaan lalu dibawa
- Lakukan kedukun
perawatan luka : 2. Pasien setuju saat perawat
lakukan perawatan hendak melakukan perawatan
luka dengan tehnik luka
steril DO :
- Kaji keadaan luka 1. Saat melakukan perawatan luka
dengan tehnik pasien nampak meringis
membuka balutan 2. Luka tidak rembes
dan mengurangi 3. Pasien meringis saat diberikan
stimulus nyeri, bila cairan intravena
perban melekat 4. Pasien memakan makanan dari
kuat, perban RS
diguyur dengan
NaCl.
- Tutup luka dengan
kasa steril atau
kompres dengan
NaCl yang
dicampur dengan
antibiotik
10.15
- Monitor luka
balutan
- Berikan cairan
intravena
- Anjurkan
memakan
makanan dari
rumah sakit

3 11/10/22 07.23 DS :
- Monitor suhu 1. Pasien mengerti tentang edukasi
- Jelaskan penyebab perawat mengenai penjelasan
hipertermia penyebab hipertermia
10.19 DO :
- Berikan ruangan 1. Suhu 39,0OC
yang dingin 2. Pasien diberikan air minum
- Anjurkan minum dengan cukup dan meminumnya
minuman yang 3. Pasien mau di berikan cairan
cukup paracetamol
- Berikan cairan 4. Pasien nampak memakan
paracetamol makanan dari RS
melalui intravena
- Anjurkan
memakan
makanan dari
rumah sakit

1 12/10/22 07.15 DS :
- Identifikasi lokasi, -Pada pengkajian PQRST
karakteristik,durasi , frekuensi, P: nyeri terasa apabila dipegang atau
kualitas , intensitas nyeri
diraba.
- Monitor tempat tidur pasien
- Identifikasi pengaruh nyeri pada Q: nyeri terasa panas, senut- senut
kualitas hidup
R: nyeri terasa pada bagian tungkai
- Berikan asupan gizi
bawah yang mengalami fraktur
10.00
- Lakukan pengecekan TTV S: skala nyeri pasien 5
- Fasilitasi istirahat dan tidur T: nyeri sifatnya sering dan terus
menerus.
-Pasien mengatakan sehabis dilakukan
pemeriksaan akan tidur
-Pasien mengatakan semenjak nyeri,
beliau menjadi tidak nyaman
DO
-Hasil TTV
N : 100x/menit
TD : 130/90 mmHg
R : 22x/menit
S : 38oC
-pasien memakan makanan
2 12/10/2022 07.20 DS:
- Observasi balutan Luka -Pasien mau diberikan salep untuk kulit
-berikan salep untuk yg kering
melembabkan kulit yang kering -keluarga pasien bersedia untuk
-edukasi keluarga untuk megingatkan untuk tidak lupa memakai
mengingatkan memberi salep salep
- berikan asupan nutrisi seperti DO :
buah dan sayur -luka tampak tidak rembes
10.16 Pasien
- anjurkan distraksi relaksasi -pasien nampak memakan asupan nutrisi
- berikan asupan nutrisi
3 12/10/2022 07.05 DS:
- monitor suhu tubuh -pasien mengatakan mau meminum
- anjurkan minum minuman
-berikan buah dan sayur DO :
10.27 -Suhu pasien 38oC
- berikan cairan paracetamol -pasien meringis saat paracetamol
-berikan asupan nutrisi masuk ke vena

1 13/10/2022 07.00 DS :
- Identifikasi lokasi, -hasil pengkajian nyeri ;
karakteristik,durasi , frekuensi, P: nyeri terasa apabila dipegang atau
kualitas , intensitas nyeri
diraba.
- Monitor TTV
- Berikan Ruangan yg nyaman Q: nyeri terasa senut- senut
10.00
R: nyeri terasa pada bagian tungkai
- Ajarkan teknik distraksi
relaksasi bawah yang mengalami fraktur
- berikan asupan Nutrisi
S: skala nyeri pasien 3
T: nyeri hilang timbul
-pasien mengatakan ruanganya nyaman
dan aman

DO :
- pasien nampak sudah bisa distraksi
relaksasi dibantu keluarganya
- pasien nampak memakan makanan dari
RS
- Hasil TTV :
N : 100x/menit
TD : 130/90 mmHg
R : 22x/menit
S : 36,75oC

2 13/10/2022 07.15 DS :
- Evaluasi kerusakan jaringan -pasien mengatakan kakinya sudah tidak
dan perkembangan pertumbuhan terlalu sakit seperti 3 hari yg lalu
jaringan dan lakukan perubahan
intervensi bila pada waktu yang DO :
ditetapkan tidak ada -Perban luka masih bersih / tidak rembes
perkembangan pertumbuhan - pasien kooperatif saat diberikan
jaringan yang optimal. antibiotik
- Evaluasi perban elastis
terhadap resolusi edema.

10.15
- Pemberian
antibiotik/antimikroba
- anjurkan distraksi relaksasi
- berikan asupan nutrisi

3 13/10/2022 07.20 DS : -
- monitor suhu tubuh DO :
Suhu pasien 36,75oC
10.20 -

EVALUASI KEPERAWATAN

NO TANGGAL DIAGNOSA EVALUASI


1 11/10/2022 Gangguan rasa nyaman b.d S:
Nyeri Akut P: nyeri terasa apabila dipegang atau
diraba.
Q: nyeri terasa panas, senut- senut
R: nyeri terasa pada bagian tungkai
bawah yang mengalami fraktur
S: skala nyeri pasien 7
T: nyeri sifatnya sering dan terus
menerus
O:
N : 100x/menit
TD : 130/90 mmHg
R : 22x/menit
S : 39oC
-pasien nampak makan dengan baik
-pasien tampak meringis
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan Intervensi
2 11/10/2022 Gangguan kerusakan S:
intergeritas kulit b.d gangguan - Pasien mengatakan
mobilitas fisik penyebab nya adalah
dahulu jatuh kecelakajaan
lalu dibawa kedukun
O:
- Saat melakukan
perawatan luka pasien
nampak meringis
- Luka tidak rembes
- Pasien meringis saat
diberikan cairan
intravena
- Pasien memakan
makanan dari RS
A;
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
3 11/10/2022 Hipertermia b.d Proses S:
Penyakit -Pasien mengerti tentang edukasi
perawat mengenai penjelasan penyebab
hipertermia
O:
-Suhu 39,0OC
-Pasien mau di berikan cairan
paracetamol
-Pasien nampak memakan makanan dari
RS
A:
Masalah Belum teratasi
P:
Lanjutkan Intervensi
1 12/10/2022 Gangguan rasa nyaman b.d S:
Nyeri Akut P: nyeri terasa apabila dipegang atau
diraba.
Q: nyeri terasa panas, senut- senut
R: nyeri terasa pada bagian tungkai
bawah yang mengalami fraktur
S: skala nyeri pasien 5
T: nyeri sifatnya sering dan terus
menerus.
-Pasien mengatakan sehabis dilakukan
pemeriksaan akan tidur
-Pasien mengatakan semenjak nyeri,
beliau menjadi tidak nyaman
O:
N : 100x/menit
TD : 130/90 mmHg
R : 22x/menit
S : 38oC
-pasien memakan makanan dari RS
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan Intervensi
2 12/10/2022 Gangguan kerusakan S:
intergeritas kulit b.d gangguan -Pasien mengatakan mau diberikan salep
mobilitas fisik untuk kulit yg kering
-keluarga pasien bersedia untuk
megingatkan untuk tidak lupa memakai
salep
O:
-luka tampak tidak rembes
Pasien
-pasien nampak memakan asupan nutrisi
A :
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan Intervensi
3 12/10/2022 Hipertermia b.d Proses S:
Penyakit -pasien mengatakan mau meminum
minuman
O:
-Suhu pasien 38oC
-pasien meringis saat paracetamol
masuk ke vena
A:
Masalah belum teratasi
P
Lanjutkan Intervensi
1 13/10/2022 Gangguan rasa nyaman b.d S:
Nyeri Akut P: nyeri terasa apabila dipegang atau
diraba.
Q: nyeri terasa senut- senut
R: nyeri terasa pada bagian tungkai
bawah yang mengalami fraktur
S: skala nyeri pasien 3
T: nyeri hilang timbul
-pasien mengatakan ruanganya nyaman
dan aman
O:
- pasien nampak sudah bisa distraksi
relaksasi dibantu keluarganya
- pasien nampak memakan makanan dari
RS
- Hasil TTV :
N : 100x/menit
TD : 130/90 mmHg
R : 22x/menit
S : 36,75oC
A:
Masalah belum Teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
2 13/10/2022 Gangguan kerusakan S:
intergeritas kulit b.d gangguan -pasien mengatakan kakinya sudah tidak
mobilitas fisik terlalu sakit seperti 3 hari yg lalu
O:
-Perban luka masih bersih / tidak rembes
- pasien kooperatif saat diberikan
antibiotik
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan Intervensi
3 13/10/2022 Hipertermia b.d Proses S:
Penyakit Pasien sudah tidak merasa panas
O:
Suhu pasien 36,75oC
A:
Masalah teratasi
P:
Lanjutkan Intervensi

BAB IV

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan
daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan
terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum
(pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati).

Dari uraian di atas maka dapat diklasifikasikan dua macam osteomielitis, yaitu:
1. Osteomielitis Primer
2. Osteomielitis Sekunder
Adapun penyebab – penyebab osteomielitis ini adalah:
1. Bakteri
2. Virus
3. Jamur
4. Mikroorganisme lain

B. SARAN
1. Bagi petugas kesehata atau instansi kesehatan agar lebih meningkatkan pelayanan
kesehatan terutama pada osteomielitis untuk pencapaian kualitas keperawatan secara
optimal dan sebaiknya proses keperawatan selalu dilaksanakan secara berkesinambungan.
2. Bagi klien dan keluarga, Perawatan tidak kalah pentingnya dengan pengobatan karena
bagaimanapun teraturnya pengobatan tanpa perawatan yang sempurna maka
penyembuhan yang diharapkan tidak tercapai, oleh sebab itu perlu adanya penjelasan
pada klien dan keluarga mengenai manfaat serta pentingnya kesehatan.
3. Bagi mahasiswa keperawatan, diharapkan mampu memahami dan menerapkan asuhan
keperawatan yang benar pada klien dengan osteomielitis.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anjarwati, Wangi,(2010), Tulang dan Tubuh Kita, Getar Hati:Yogyakarta


2. Brunner & Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, Jakarta : EGC
3. Doenges E Marilynn, 2000., Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta
4. Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI, Jakarta
5. Harrison. 1999. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai