Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III
Disusun oleh :
Kelas : 2B
FAKULTAS KEPERAWATAN
2021
BAB I
PEMBAHASAN
1.2 Definisi
Osteomielitis adalah infeksi tulang yang mencangkup sumsum dan atau korteks
tulang, yang terjadi secara eksogen dan hematogen, akut atau kronis, dan biasanya
menyerang metafis tulang panjang(Lukman &NurmaNingsih. 2009).
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan
daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan
terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum
(pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat
menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan
kehilangan ekstremitas (Brunner, suddarth. 2002).
2.3 Klasifikasi
Klasifikasi osteomielitis dibagi menjadi 2 macam, yaitu :
1. Osteomielitis primer penyebarannya secara hematogendimana
mikroorganisme berasal dari fokus ditempat lain dan beredar melalui
sirkulasi darah.
2. Osteomielitis sekunder (osteomielitispercontiniutatum), terjadi akibat
penyebaran kuman dan sekitarnya akibat dari bisul, luka fraktur dan
sebagainya
(Lukman & NurmaNingsih, 2009).
2.4 Etiologi
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus
infeksi di tempat lain (misal tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran
atas). Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi di tempat di mana
terdapat trauma atau di mana terdapat resistensi rendah, kemungkinan akibat trauma
subklinis. Osteomielitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak
(misal ulkusdekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung
tulang (misalfraktur terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak, pembedahan
tulang). (Lukman &NurmaNingsih. 2009)
2.6 Patofisiologi
Staphylococcusaureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang.
Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis meliputi :
Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi
resistensi penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobik.
AwitanOsteomielitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan
pertama (akut fulminan – stadium 1) dan sering berhubungan dengan penumpukan
hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4
sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya
akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.
Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan
vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada pembuluh darah terjadi
pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang sehubungan dengan
peningkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian berkembang ke
kavitasmedularis dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau
sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan
membentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih sering
harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam
dindingnya terbentuk daerah jaringan mati (sequestrum) tidak mudah mencari dan
mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi
pada jaringan lunak lainnya. Terjadi pertumbuhan tulang baru(involukrum) dan
mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun
sequestruminfeksius kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan
sepanjang hidup penderita. Dinamakan osteomielitis tipe kronik (Brunner, suddarth.
2002).
2.9 Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi adalah berlangsungnya infeksi dengan eksaserbasi
akut. Infeksi yang terus menerus akan menyebabkan amioloidiosis, anemia, penurunan
berat badan,kelemahan. Selain itu juga dapat terjadi abses tulang, meregangnya
implantprosthetic, selolitis pada jaringan lunak sekitar, abses otak pada osteomilitis di
daerah cranium, dan Kematian.
a. Komplikasi tahap Dini :
1) Kekakuan yang permanen pada persendian terdekat (jarang terjadi)
2) Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai tulang yang
mendasarinya sembuh
3) Atritisseptik
Seorang laki-laki, usia 18 tahun dibawa ke Rumah Sakit X dengan keluhan nyeri, demam,
anoreksia pada kaki sebelah kiri, dari hasil pengkajian ners Y didapatkan terdapat luka dan
mengeluarkan pus di kaki sebelah kiri bagian fibula sampai pedis, infeksi menyebar ke
diafisis serta terjadi sekuester, muka klien tampak meringis, skala nyeri 7 (1-10), nyeri yang
dirasakan klien menyebar ke daerah paha bagian atas, klien mengatakan nyeri yang dialami
klien sangat mengganggunya apalagi klo digerakan dan berkurang apabila klien sudah minum
obat dan tertidur, sedangkan dari hasil pemeriksaan penunjang didapatkan HB 7gr/dl, leukosit
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Tn.L
Umur : 18 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan :-
Pendidikan :-
Agama :-
Kultur :-
Diagnosa : Osteomyelitis
Tanggal masuk rumah sakit :
Tanggal pengkajian :
No. Medrec :
Alamat
a.Makan
-Keluhan
b. Minum
- Frekuensi
- Jenis minum Tidak dikaji Tidak dikaji
- Keluhan
2 Pola Eliminasi
a.BAB
-Frekuensi Tidak dikaji Tidak dikaji
-Warna
-konsitensi
-Keluhan
b. BAK Tidak dikaji Tidak dikaji
-frekuensi
- Warna
-Keluhan
3 Istirahat Tidur
a.Malam
-kualitas Tidak dikaji Tidurnya
-Kuantitas terganggu
-Keluhan akibat nyeri
b. Siang
-Kualitas
-Kuantitas Tidak dikaji Tidak dikaji
-Keluhan
4 Pola kebersihan
a.mandi
-Dibatu/sendiri
-Keluhan
b. Gosok gigi
-Frekuensi
Tidak dikaji Tidak dikaji
-Dibantu/sendiri
-Keluhan
c. keramas
-Frekuensi
Tidak dikaji Tidak dikaji
-Dibantu/sendiri
-Keluhan
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Klien tampak meringis
1) Kesadaran : Composmentis
2) Status gizi
TB :
BB :
3) Tanda-tanda vital
4) Kepala dan rambut
Tidak dikaji
5) Wajah dan leher
Tidak dikaji
6) Mata
Tidak dikaji
7) Telinga
Tidak dikaji
8) Hidung
Tidak dikaji
9) Mulut
Tidak dikaji
10) Abdomen
Tidak dikaji
11) Ekstremitas
Pada saat diinspeksi ekstremitas bagian bawah terdapat luka dan
mengeluarkan pus di kaki sebelah kiri bagian fibula sampai pedis, infeksi
menyebar ke diafisis serta terjadi sekuester
12) Genetalia
Tidak dikaji
13) Data Psikologi
1. Status emosi
Tidak dikaji
2. Kecemasan
Klien terlihat gelisah, cemas dan meringis akibat penyakit yang
dideritanya
3. Pola koping
Tidak dikaji
4. Gaya komunikasi
Komunikasi klien lancar dan nyambung diajak bicara
5. Konsep diri
a. Gambaran diri
Tidak dikaji
b. Harga diri
Tidak dikaji
c. Peran diri
Tidak dikaji
d. Identitas diri
Tidak dikaji
e. Ideal diri
Klien ingin sembuh dari penyakitnya
14) Data sosial
Tidak dikaji
15) Data spritual
Tidak dikaji
16) Data Penunjang
Ds :
Do : Osteomyelitis Resiko perluasan
- Terdapat luka infeksi
dan
mengeluarkan Fagositosis
pus di kaki
Proses imflamasi
sebelah kiri
bagian fibula
sampai pedis,
Peningkatan jaringan
infeksi
tulang dan medula
menyebar ke
diafisis serta
terjadi
Iskemia & nekrosis tulang
sekuester
- Infeksi
menyebar
Pembentukan abses tulang
kediafisis serta
terjadi
sekuester
Resiko perluasan infeksi
- GDS 260
4
Staphylococuus aureus Hipertermi
Ds : Klien mengatakan positif
demam
Implamasi pembentukan
pus dan kerusakan
integritas kulit
B. DIAGNOSA
1. Nyeri yang berhubungan dengan abses tulang, pertumbuhan tulang baru dan
pengeluaran pus
PENUTUP
4.2 Saran
Dengan adanya makalah ini pembaca diharapkan mampu memahami pembahasan
teoritis tentang penyakit Osteomielitis. Dan bagi perawat sendiri diharapkan mampu
memberikan asuhan keperawatan yang baik dan sesuai dengan kondisi klien yang di
rawat. Sehingga tidak ada lagi citra buruk perawat yang tidak memberikan pelayanan
yang baik bagi klien.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2002. KeperawatanMedikal Bedah. Penerbit Buku Kedokteran. EGC;
Jakarta
Kusuma, Hardi dan Amin Huda Nurarif. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
NANDA NIC-NOC. Edisi Revisi. Yogyakarta. Media Hardy
Lukman dan Ningsih, Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Muskuloskeletal. Penerbit Salemba Medika; Jakarta
PPNI.2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI