Anda di halaman 1dari 23

RESUME ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOMYOLYTIS PADA PASIEN Tn.

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III

Dosen : Hairul Imam, S.Kep., Ners., M.Kep.

Disusun oleh :

Riski Nurul Insani (191FK03082)

Kelas : 2B

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN & Ners

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG

2021
BAB I
PEMBAHASAN

1.1 Anatomi Fisiologi Muskuloskeletal


Sistem Muskuloskeletal meliputi tulang, persendian, otot, tendon dan bursa.
Masalah yang berhubungan dengan stuktur ini sangat sering terjadi dan mengenai
semua kelompok usia. Masalah sistem muskuloskeletal biasanya tidak mengancam
jiwa, namun mempunyai dampak yang bermakna terhadap aktivitas dan produktivitas
penderita.
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengukur
pergerakan. Tulang manusia saling berhubungan satu dengan yang lain dalam berbagai
bentuk untuk memperoleh sistem muskuloskeletal yang yang optimum.
Anatomi :
Ada sekitar 206 tulang dalam tubuh manusia, yang terbagi dalam 4 kategori :
1.      Tulang Panjang
2.      Tulang Pendek
3.      Tulang Pipih
4.      Tulang Tak Teratur
Bentuk dan konstruksi tulang tertentu ditentukan oleh fungsi dan daya yang
bekerja padanya.
Tulang tersusun oleh jaringan tulang kanselus (Trabekular atau Spongius) atau
koltikal (kompak). Tulang panjang berbentuk seperti tangkai atau batang panjang
dengan ujung yang membulat, misalnya femur. Batang atau diafisis terutama tersusun
atas tulang kortikal. Ujung tulang panjang dinamakan epifisis dan terutama tersusun
oleh tulang kanselus. Tulang panjang disusun untuk menyangga berat badan dan
gerakan. Tulang pendek terdiri dari tulang kanselus ditutupi selapis tulang kompak.
Tulang pipih merupakan tempat penting untuk hematopoiesis dan sering memberikan
perlindungan bagi organ vital. Tulang pipih tersusun dari tulang konselus diantara
kedua tulang kompak. Tulang tak teratur mempunyai bentuk yang unik sesuai dengan
fungsinya.
Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-selnya terdiri
atas tiga jenis dasar osteoblast, osteosit, dan osteoklast. Osteoblast berfungsi dalam
pembentukan tulang dengan mensekresikan matriks tulang.Matriks tersusun atas 98%
kolagen dan 2% substansi dasar glukosaminoglikosan (asam polosakarida) dan
proteoglikan. Matriks merupakan kerangka dimana garam-garam mineral anorganik
ditimbun.Osteosit adalah sel dewasa yang berfungsi dalam pemeliharaan fungsi tulang
dan terletak dalam osteon (unit matriks tulang).Osteoklast adalah sel multinuklear
(berinti banyak) yang berperan dalam penghancuran, resorbsi dan remodelling tulang.
Tulang diselimuti dibagian luar oleh membran fibrus padat dinamakan
periosteum. Periosteum memberi nutrisi ke tulang dan memungkinkan tumbuh, selain
sebagai tempat pelekatan tendon dan ligamen.
Sum – sum tulang merupakan jaringan vaskular dalam rongga sum – sum
(batang) tulang panjang dan tulang pipih.Jaringan tulang mempunyai vaskularisasi yang
sangat baik.Tulang kanselus menerima asupan darah yang sangat banyak melalui
pembuluh darah metafisis dan epifisis.Pembuluh periosteum mengangkut darah ke
tulang kompak melalui kanal volkman yang sangat kecil.Selain itu ada arteri nutrien
yang menembus periosteum dan memasuki rongga medular melalui foramina (lubang-
lubang kecil).Arteri nutrien memasok darah ke sumsum dan tulang.Sistem vena ada
yang mengikuti arteri dan ada yang keluar sendiri.
Tulang mulai terbentuk lama sebelum kelahiran.Osifikasi adalah proses dimana
matriks tulang (disini serabut kolagen dan substansi dasar) terbentuk dan pergeseran
mineral (disini garam kalsium) ditimbun diserabut kolagen dalam suatu lingkungan
elektro negatif. Serabut kolagen memberi kekuatan terhadap tekanan kepada tulang.

1.2 Definisi
Osteomielitis adalah infeksi tulang yang mencangkup sumsum dan atau korteks
tulang, yang terjadi secara eksogen dan hematogen, akut atau kronis, dan biasanya
menyerang metafis tulang panjang(Lukman &NurmaNingsih. 2009).
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan
daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan
terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum
(pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat
menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan
kehilangan ekstremitas (Brunner, suddarth. 2002).

2.3 Klasifikasi
Klasifikasi osteomielitis dibagi menjadi 2 macam, yaitu :
1. Osteomielitis primer penyebarannya secara hematogendimana
mikroorganisme berasal dari fokus ditempat lain dan beredar melalui
sirkulasi darah.
2. Osteomielitis sekunder (osteomielitispercontiniutatum), terjadi akibat
penyebaran kuman dan sekitarnya akibat dari bisul, luka fraktur dan
sebagainya
(Lukman & NurmaNingsih, 2009).

2.4 Etiologi
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus
infeksi di tempat lain (misal tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran
atas). Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi di tempat di mana
terdapat trauma atau di mana terdapat resistensi rendah, kemungkinan akibat trauma
subklinis. Osteomielitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak
(misal ulkusdekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung
tulang (misalfraktur terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak, pembedahan
tulang). (Lukman &NurmaNingsih. 2009)

Staphylocuccus merupakan penyebab 70%-80% infeksi tulang. Organisme lain


meliputi proteus, pseudomonas, dan Escherichia coli. Pada anak-anak infeksi tulang
sering kali timbul sebagai komplikasi dari infeksi pada tempat-tempat lain seperti
infeksi faring (faringitis), telinga (otitis media) dan kulit (impetigo). Bakterinya
(staphylocuccusaureus, Streptococcus, haemophylusinfluenzae) berpindah melalui
aliran darah menuju metafisis tulang didekat lempeng pertumbuhan dimana darah
mengalir ke dalam sinusoid. Akibat perkembangbiakan bakteri dan nekrosis jaringan,
maka tempat peradangan yang terbatas ini akan terasa nyeri dan nyeri tekan.
Mikroorganisme yang menginfeksi tulang akan membentuk koloni pada tulang
perivaskuler, menimbulkan edema, infiltrasi seluler dan akumulasi produk-produk
inflamasi yang akan merusak trabekula tulang yang hilangnya matriks dan mineral
tulang. (Lukman &NurmaNingsih. 2009)

2.5 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis tergantung pada etiologi dan lokasi tulang yang cedera, dapat
berkembang secara progresif atau cepat. Infeksi hematogen akut, sering terjadi dengan
manifestasi klinis septikemia yaitu menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat dan
malaiseumum sedangkan gejala lokal yang terjadi berupa rasa nyeri tekan, bengkak dan
kesulitan menggerakkan anggota tubuh yang sakit. Klien menggambarkan nyeri
konstan berdenyut, semakin nyeri bila digerakkan, dan berhubungan dengan tekanan
pus yang terkumpul (Lukman &NurmaNingsih. 2009).
Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran infeksi di sekitarnya atau kontaminasi
langsung, tidak akan ada gejala septekemia. Daerah infeksi bengkak, hangat, nyeri
tekan. Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu mengalir
keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan, dan
pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah dapat terjadi pada jaringan parut akibat
kurangnya asupan darah (Lukman &NurmaNingsih. 2009).

2.6 Patofisiologi
Staphylococcusaureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang.
Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis meliputi :
Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi
resistensi penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobik.
AwitanOsteomielitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan
pertama (akut fulminan – stadium 1) dan sering berhubungan dengan  penumpukan
hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat  (stadium 2) terjadi antara 4
sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya
akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.
Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan
vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada pembuluh darah terjadi
pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang sehubungan dengan
peningkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian berkembang ke
kavitasmedularis dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau
sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan
membentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih sering
harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam
dindingnya terbentuk daerah jaringan mati (sequestrum) tidak mudah mencari dan
mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi
pada jaringan lunak lainnya. Terjadi pertumbuhan tulang baru(involukrum) dan
mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun
sequestruminfeksius kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan
sepanjang hidup penderita. Dinamakan osteomielitis tipe kronik (Brunner, suddarth.
2002).

2.7 Pemeriksaan Penunjang


1.       Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju
endap darah
2.      Pemeriksaan titer antibodi – anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan
diikuti dengan uji   sensitivitas
3.      Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan
infeksi oleh bakteri salmonella
4.      Pemeriksaan biopsy tulang
Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan
untuk serangkaian tes.
5.      Pemeriksaan ultra sound
Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi.
6.      Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan
radiologik. Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat
difus dan kerusakan tulang dan pembentukan tulang yang baru.
(Brunner, suddarth. 2002)

2.8 Penatalaksanaan Medis


1.      Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri.  Sesuai kepekaan
penderita dan reaksi alergi penderita
2.      penicillin cair 500.000 milion unit IV  setiap 4 jam.
3.      Erithromisin 1-2gr IV setiap 6 jam.
4.      Cephazolin 2 gr IV setiap 6 jam
5.      Gentamicin 5 mg/kg BB IV selama 1 bulan.
6.      Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu tranfusi darah
7.      Drainase bedah apabila tidak ada perubahan setelah 24 jam pengobatan antibiotik
tidak menunjukkan perubahan yang berarti, mengeluarkan jaringan nekrotik,
mengeluarkan nanah, dan menstabilkan tulang serta ruang kosong yang
ditinggalkan dengan cara mengisinya menggunakan tulang, otot, atau kulit sehat.
8.      Istirahat di tempat tidur untuk menghemat energi dan mengurangi hambatan aliran
pembuluh balik.
9.      Asupan nutrisi tinggi protein, vit. A, B,C,D dan K.
a.    Vitamin K : Diperlukan untuk pengerasan tulang karena vitamin K
dapat mengikat kalsium.Karena tulang itu bentuknya berongga, vitamin K
membantu mengikat kalsium dan menempatkannya ditempat yang tepat.
b.      Vitamin A,B dan C  : untuk dapat membantu pembentukan tulang.
c.     Vitamin D :Untuk membantu pengerasan tulang dengan cara
mengatur untuk kalsium dan fosfor pada tubuh agar ada di dalam darah
yang kemudian diendapkan pada proses pengerasan tulang. Salah satu cara
pengerasan tulang ini adalah pada tulang kalsitriol dan hormon paratiroid
merangsang pelepasan kalsium dari permukaan tulang masuk ke dalam
darah. (Brunner, suddarth. 2002)

2.9 Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi adalah berlangsungnya infeksi dengan eksaserbasi
akut. Infeksi yang terus menerus akan menyebabkan amioloidiosis, anemia, penurunan
berat badan,kelemahan. Selain itu juga dapat terjadi abses tulang, meregangnya
implantprosthetic, selolitis pada jaringan lunak sekitar, abses otak pada osteomilitis di
daerah cranium, dan Kematian.
a.    Komplikasi tahap Dini :
1)   Kekakuan yang permanen pada persendian terdekat (jarang terjadi)
2)   Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai tulang yang
mendasarinya sembuh
3)   Atritisseptik

b.  Komplikasi tahap Lanjut :


1) Osteomielitis kronik ditandai oleh nyeri hebat rekalsitran, dan penurunan
fungsi tubuh yang terkena
2) Fraktur patologis
3) Kontraktur sendi
4) Gangguan pertumbuhan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus

Seorang laki-laki, usia 18 tahun dibawa ke Rumah Sakit X dengan keluhan nyeri, demam,
anoreksia pada kaki sebelah kiri, dari hasil pengkajian ners Y didapatkan terdapat luka dan
mengeluarkan pus di kaki sebelah kiri bagian fibula sampai pedis, infeksi menyebar ke
diafisis serta terjadi sekuester, muka klien tampak meringis, skala nyeri 7 (1-10), nyeri yang
dirasakan klien menyebar ke daerah paha bagian atas, klien mengatakan nyeri yang dialami
klien sangat mengganggunya apalagi klo digerakan dan berkurang apabila klien sudah minum
obat dan tertidur, sedangkan dari hasil pemeriksaan penunjang didapatkan HB 7gr/dl, leukosit

16.600 gr/dl, trombosit 450.000, GDS 260, staphylococuus aureus positif.

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Tn.L
Umur : 18 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan :-
Pendidikan :-
Agama :-
Kultur :-
Diagnosa : Osteomyelitis
Tanggal masuk rumah sakit :
Tanggal pengkajian :
No. Medrec :
Alamat

2. Identitas penanggung jawab


Nama :-
Umur :-
Agama :-
Pekerjaan :
Riwayat Kesehatan
A. Riwayat kesehatan sekarang
a. Keluhan utama
Nyeri
b. Keluhan utama saat dikaji
Klien mengatakan nyeri, nyeri yang dirasakan dibagian kaki sebelah kiri
dengan skala nyeri 7 (1-10), nyeri yang dirasakan klien menyebar ke
daerah paha bagian atas, klien mengatakan nyeri yang dialami klien
sangat mengganggunya apalagi klo digerakan dan berkurang apabila klien
sudah minum obat dan tertidur.
B. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit osteomyelitis
C. riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat penyakit keturunan :Tidak ada penyakit keturunan seperti
Asma,Dm,hipertensi
Riwayar penyakit menular :Tidak ada penyakit menular seperti
influenza,TBC,muntaber,cacar air, campak, pneumonia, hepatitis,HIV.
3. Pola Aktivitas Sehari – hari ( ADL )

No. Jenis Aktifitas Di Rumah Ketika sakit


1 Nutrisi

a.Makan

- Frekuensi Tidak dikaji Klen mengeluh


tidak nafsu
- Jenis
makan
- Porsi makan

-Keluhan

b. Minum

- Frekuensi
- Jenis minum Tidak dikaji Tidak dikaji

- Keluhan
2 Pola Eliminasi
a.BAB
-Frekuensi Tidak dikaji Tidak dikaji
-Warna
-konsitensi
-Keluhan
b. BAK Tidak dikaji Tidak dikaji
-frekuensi
- Warna
-Keluhan
3 Istirahat Tidur
a.Malam
-kualitas Tidak dikaji Tidurnya
-Kuantitas terganggu
-Keluhan akibat nyeri

b. Siang
-Kualitas
-Kuantitas Tidak dikaji Tidak dikaji
-Keluhan

4 Pola kebersihan

a.mandi

-Frekuensi Tidak dikaji Tidak dikaji

-Dibatu/sendiri

-Keluhan
b. Gosok gigi

-Frekuensi
Tidak dikaji Tidak dikaji
-Dibantu/sendiri

-Keluhan

c. keramas

-Frekuensi
Tidak dikaji Tidak dikaji
-Dibantu/sendiri

-Keluhan

5 Aktivitas Tidak dikaji Tidak dikaji

4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Klien tampak meringis
1) Kesadaran : Composmentis
2) Status gizi
TB :
BB :
3) Tanda-tanda vital
4) Kepala dan rambut
Tidak dikaji
5) Wajah dan leher

Tidak dikaji
6) Mata
Tidak dikaji
7) Telinga
Tidak dikaji
8) Hidung
Tidak dikaji
9) Mulut
Tidak dikaji
10) Abdomen
Tidak dikaji
11) Ekstremitas
Pada saat diinspeksi ekstremitas bagian bawah terdapat luka dan
mengeluarkan pus di kaki sebelah kiri bagian fibula sampai pedis, infeksi
menyebar ke diafisis serta terjadi sekuester
12) Genetalia
Tidak dikaji
13) Data Psikologi
1. Status emosi
Tidak dikaji
2. Kecemasan
Klien terlihat gelisah, cemas dan meringis akibat penyakit yang
dideritanya
3. Pola koping
Tidak dikaji
4. Gaya komunikasi
Komunikasi klien lancar dan nyambung diajak bicara
5. Konsep diri
a. Gambaran diri
Tidak dikaji
b. Harga diri
Tidak dikaji
c. Peran diri
Tidak dikaji
d. Identitas diri
Tidak dikaji
e. Ideal diri
Klien ingin sembuh dari penyakitnya
14) Data sosial
Tidak dikaji
15) Data spritual
Tidak dikaji
16) Data Penunjang

No Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

1 - Hemoglobin 7 gr/d 13.0 – 16.(L) : 12.0 – 14.0 (P)


2 Leukosit l16.600 gr/dl 4.000 -10.000
3 Trombosit 450.000 150.000 – 400.000
4 GDS 260 70 – 130 mg/dl (Sebelum
makan) : < 140 mg/dl
( setelah makan)
5 Staphylococus Aureus Positif

No Data Penyebab masalah Masalah

1 DS : Pasien Osteomyelitis Nyeri


mengatakan:
- Nyeri pada bagian
kaki kiri Fagositosis
- Nyeri meneyebar
kedaerah paha
bagian atas Peningkatan jaringan
- Klien mengatakan
nyeri yang dialami tulang dan medula
bertambah ketika
bergerak dan
berkurang ketika Iskemia & nekrosis tulang
tidur
DO :
- Pasien tampak Pembentukan abses tulang
meringis menahan
nyeri
- Skala nyeri 7 (1-10) Nyeri
- Terdapat luka dan
adanya pus
.
2 DS : Pasien Kerusakan jaringan tulang Gangguan mobilisasi
mengatakan fisik
-Nyeri, demam,
anoreksia pada kaki Insfeksi berlebihan
sebelah kiri
- Klien mengatakan
nyeri yang dialami Abses tulang
klien sangat
mengganggunya
apalagi klo digerakan Perubahan bentuk tulang
dan berkurang apabila
klien sudah minum
obat dan tertidur Menurunnya kemampuan
pergerakan

Ds :
Do : Osteomyelitis Resiko perluasan
- Terdapat luka infeksi
dan
mengeluarkan Fagositosis
pus di kaki
Proses imflamasi
sebelah kiri
bagian fibula
sampai pedis,
Peningkatan jaringan
infeksi
tulang dan medula
menyebar ke
diafisis serta
terjadi
Iskemia & nekrosis tulang
sekuester
- Infeksi
menyebar
Pembentukan abses tulang
kediafisis serta
terjadi
sekuester
Resiko perluasan infeksi
- GDS 260

4
Staphylococuus aureus Hipertermi
Ds : Klien mengatakan positif
demam

Insfeksi jaringan lunak

Implamasi pembentukan
pus dan kerusakan
integritas kulit

Suhu tubuh meningkat


Hipertermi

B. DIAGNOSA
1. Nyeri yang berhubungan dengan abses tulang, pertumbuhan tulang baru dan
pengeluaran pus

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kemampuan


pergerakan.
3. Resiko perluasan infeksi berhubungan dengan abses tulang.
4. Hipertermi berhubungan dengan infeksi
C. INTERVENSI

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan
1 Nyeri yang Tupan: 1. Kaji ulang lokasi, 1. Untuk
berhubungan Rasa nyeri teratasi karakteristik, mengetahui
dengan abses Tupen: Kurang dari durasi, frekuensi tingkat rasa
tulang, 1 minggu keadaan dan skala nyeri. nyeri
pertumbuhan klien membaik. 2. Mempertahankan sehingga
tulang baru dan Kriteria hasil : imobilisasi dapat
pengeluaran pus -Klien mampu 3. Berikam menentukan
mengontrol nyeri sokongan jenis
DS : Pasien
( support) pada tidakannya
mengatakan: (mampu
ekstremitas luka 2. Menecegah
- Nyeri pada menggunakan
4. Amati perubahan pergeseran
bagian kaki kiri teknik distraksi dan
suhu setiap 4 jam tulang dan
- Nyeri relaksasi untuk
5. Kompres air penekanan
meneyebar mengurangi nyeri.
hangat pada
kedaerah paha -Menyatakan
6. Pemberian obat- jaringan
bagian atas bahwa nyeri
obatan analgesik. yang luka
- Klien berkurang dengan
3. Peningkatan
mengatakan manajemen
vena return,
nyeri yang nyeri.
menurunka
dialami - Menyatakan rasa
n edema,
bertambah nyaman
dan
ketika bergerak Setelah nyeri
mengurangi
dan berkurang berkurang.
nyeri
ketika tidur
4. Untuk
DO :
mengetahui
- Pasien tampak
penyimpang
meringis
an-
menahan nyeri
penyimpang
- Skala nyeri 7 (1-
an yang
10)
terjadi
- Terdapat luka
5. Mengurangi
dan adanya pus
rasa nyeri
dan
memberika
n rasa nyeri
6. Mengurangi
rasa nyeri

2 Gangguan Tujuan : 1. Pertahankan tirah 1. Agar gangguan


mobilitas fisik Setelah diberikan baring dalam mobilitas fisik
berhubungan tindakan posisi yang dapat berkurang
dengan penurunan keperawatan diprogramkan 2. Dapat
kemampuan diharapkan 2. Tinggikan meringankan
pergerakan. Gangguan mobilitas ekstremitas yang masalah
DS : fisik dapat sakit, gangguan
Pasien berkurang. instruksikan klien mobilitas fisik
mengatakan Kriteria hasil : / bantu klien yang dialami
- Nyeri 1. Meningkatan dalam latihan klien
bertambah mobilitas rentang gerak 3. Dapat
ketika pada tingkat pada ekstremtas meringankan
klien paling tinggi yang sakit dan masalah
bergerak 2. Mempertaha tidak sakit gangguan
Do : nkan posisi 3. Beri penyanggah mobilitas yang
- Terdapat fungsional pada ekstremitas dialami klien.
luka dan yang sakit pada
adanya pus saat bergerak.

3 Resiko perluasan Tujuan : 1. Mengorientasi


infeksi Setelah dilakukan 1. Perhatikan program
berhubungan tindakan sistem kateter pengobatan.
dengan abses keperawatan steril : berikan Membantu
tulang diharapkan Tidak perawatan menyadarkan
Do : terjadi resiko kateter reguler klien untuk
- Terdapat perluasan infeksi dengan sabun memperoleh
luka dan yang dialami. dan air berikan control
mengeluar Kriteria Hasil : salep antibiotik 2. Informasi
kan pus di - Mencapai di sekitar Sisi menurunkan
kaki waktu kateter takut karena
sebelah penyembuha 2. Ambulasi ketidaktahuan.
kiri bagian n dengan kantung Memberikan
fibula drainase pengetahuan
sampai dependen. dasar untuk
pedis, 3. Awasi tanda pemahaman
infeksi vital perhatikan kondisi dinamik
menyebar demam ringan 3. Berulangnya
ke diafisis menggigil, nadi, pneumotorak/he
serta dan pernapasan motorak
terjadi cepat, gelisah memerlukan
sekuester peka intervensi
- Infeksi ,disorientasi medik untuk
menyebar 4. Observasi mencegah /
kediafisis drainase dari menurukan
serta luka sekitar potensial
terjadi kateter komplikasi
sekuester suprapubik 4. Banyak pasien
- GDS 260 5. Ganti balutan yang
dengan sering membutukan
insisi Supra obat penenang
retropubic dan untuk
pembersihan mengontrol
dan ansietasnya
pengeringan
kulit sepanjang
waktu.
Setelah dilakukan
Hipertermi tindakan
berhubungan keperawatan selama 1. Tanda tanda
dengan infeksi 2x24 jam Hipertermi 1. Observasi vital
berhubungan dengan tanda tanda merupakan
infeksi dapat vital acuan untuk
terpenuhi dengan 2. Berikan mengetahui
Kriteria hasil : pengetahua keadan
- Suhu tubuh n pada umum
klien kembali keluarga pasien
normal tentang 2. Keluarga
peningkatan agar
suhu tubuh mengetahui
yang terjadi peningkatan
3. Berikan suhu tubuh
kompres yang terjadi
hangat pada dan
dahi dan mengurangi
ketiak kecemasan
4. Memastikan 3. Kompres
pasien hangat
meminum membantu
obat untuk
penurun menurunka
demam atau n suhu
antioiretik tubuh
yaitu 4. Sebagai
parasetamol obat
atau penurun
ibuprofen demam
BAB II

PENUTUP

Kesimpulan Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan


mengukur pergerakan. Tulang manusia saling berhubungan satu dengan yang lain
dalam berbagai bentuk untuk memperoleh sistem muskuloskeletal yang yang optimum.
Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran
infeksi dari darah (osteomielitishematogen) atau yang lebih sering, setelah kontaminasi
fraktur terbuka atau reduksi (osteomielitis eksogen).
Osteomielitis adalah infeksi tulang yang biasanya disebabkan oleh bakteri, tetapi
kadang-kadang disebabkan oleh jamur.

4.2 Saran
Dengan adanya makalah ini pembaca diharapkan mampu memahami pembahasan
teoritis tentang penyakit Osteomielitis. Dan bagi perawat sendiri diharapkan mampu
memberikan asuhan keperawatan yang baik dan sesuai dengan kondisi klien yang di
rawat. Sehingga tidak ada lagi citra buruk perawat yang tidak memberikan pelayanan
yang baik bagi klien.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. 2002. KeperawatanMedikal Bedah. Penerbit Buku Kedokteran. EGC;
Jakarta

Kusuma, Hardi dan Amin Huda Nurarif. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
NANDA NIC-NOC. Edisi Revisi. Yogyakarta. Media Hardy

Lukman dan Ningsih, Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Muskuloskeletal. Penerbit Salemba Medika; Jakarta
PPNI.2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI.2017. Standar Intervennsi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan , Edisi 1.


Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai