Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOMIELITIS

DOSEN PENGAMPU : Ns. Gamya Tri Utami, Mkep

KELOMPOK 2

Mhd. Iqbal (1911166481)

Latifa Oktifani (1911165724)

Mahdalena (1911166520)

Melati Trysiana Pasaribu (1911166586)

Merin Sembiring (1911166538)

Meyshin Adelina Naibaho (1911166577)

Miftahul Fauziah Dasril (1911166488)

Nintha Karina Sinuhaji (1911166133)

Nova Aldevani (1911165455)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS RIAU

2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat rahmat dan kuasaNya kami mampu meyelesaikan dengan baik

makalah yang berjudul “ Asuhan Keperawatan Osteomielitis “.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam

menyelesaikan tugas pembelajaran menegenai Keperawatan Medikal

Bedah di Universitas Riau.

Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari

sempurna, oleh karena itu kami sangat membutuhkan kritik dan saran

yang sifatnya membangun dan pada intinya untuk memperbaiki

kekurangan-kekurangan agar dimasa yang akan datang lebih baik lagi.

Pekanbaru, 18 April 2020

Tim
BAB I
PEMBAHASAN

A.      Latar Belakang


Osteomielitis adalah infeksi tulang, lebih sulit di sembuhkan dari pada
infeksi jaringan lunak, karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan
terhadap inflamasi , tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum
(Pembentukan tulang baru disekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis
dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau
mengakibatkan kehilangan ekstremitas.Infeksi disebabkan oleh penyebaran
hematogen (melalui darah) dari fukos infeksi di tempat lain ( misalnya : tonsil
yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran nafas). Osteomielitis
akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi di tempat di mana terdapat
trauma atau di mana terdapat resistensi rendah, kemungkinan akibat trauma
subklinis (tak jelas).
Infeksi dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak
(misalnya : ulkus dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau
kontaminasi langsung tulang ( misalnya : fraktur terbuka, cedera traumatic
seperti luka tembak, pembedahan tulang).Pasien yang beresiko tinggi
mengalami Osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya buruk, lansia,
kegemukan, atau penderita diabetes mellitus. Selain itu, pasien yang
menderita artitis rheumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit, mendapat
terapi kortikosteroid jangka panjang, menjalani pembedahan sendi sebelum
operasi sekarang, atau sedang mengalami sepsis rentan, begitu pula yang
menjalani pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka mengeluarkan
pus, mengalami nefrosis insisi margial atau dehidrasi luka, atau memerlukan
evakuasi hematoma pascaoperasi.
B.       Tujuan
a.    Tujuan Umum
Secara umum makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran
tentang asuhan keperawatan osteomielitis
b.   Tujuan Khusus
·           Menjelaskan definisi, etiologi, dan patofisiologi dari osteomielitis
·           Menjelaskan manifestasi klinis dan pengobatan dari osteomielitis
·           Menjelaskan asuhan keperawatan dari osteomielitis
BAB II
PEMBAHASAN

TINJAUAN TEORI
A.      Definisi
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit
disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan
darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan
pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan
tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan
mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas.
(Brunner, suddarth. (2001).  Beberapa ahli memberikan defenisi terhadap
osteomyelitis sebagai berkut :
·           Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang
panjang yang disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang
Haemophylus influensae (Depkes RI, 1995).
·           Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).
·           Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang
disebabkan oleh staphylococcus (Henderson, 1997).

B.       Anatomi dan Fisiologi


Pada umumnya penyusun tulang diseluruh tubuh kita semuanya berasal
dari material yang sama. Dari luar ke dalam kita akan dapat menemukan
lapisan-lapisan berikut ini:
a.    Periosteum
Pada lapisan pertama kita akan bertemu dengan yang namanya periosteum.
Periosteum merupakan selaput luar tulang yang tipis. Periosteum
mengandung osteoblas (sel pembentuk jaringan tulang), jaringan ikat dan
pembuluh darah. Periosteum merupakan tempat melekatnya otot-otot
rangka (skelet) ke tulang dan berperan dalam memberikan nutrisi,
pertumbuhan dan reparasi tulang rusak.
b.    Tulang Kompak (Compact Bone)
Pada lapisan kedua ini kita akan bertemu dengan tulang kompak. Tulang
ini teksturnya halus dan sangat kuat. Tulang kompak memiliki sedikit
rongga dan lebih banyak mengandung kapur (Calsium Phosfat dan
Calsium Carbonat) sehingga tulang menjadi padat dan kuat. Kandungan
tulang manusia dewasa lebih banyak mengandung kapur dibandingkan
dengan anak-anak maupun bayi. Bayi dan anak-anak memiliki tulang yang
lebih banyak mengandung serat-serat sehingga lebih lentur. Tulang
kompak paling banyak ditemukan pada tulang kaki dan tulang tangan.

c.    Tulang Spongiosa (Spongy Bone)


Pada lapisan ketiga ada yang disebut dengan tulang spongiosa. Sesuai
dengan namanya tulang spongiosa memiliki banyak rongga. Rongga
tersebut diisi oleh sumsum merah yang dapat memproduksi sel-sel darah.
Tulang spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut trabekula.
Tulang ini terdiri atas batang yang halus atau selubung yang halus yaitu
trabekula (L. singkatan dari trabs = sebuah balok) yang bercabang dan
saling memotong ke berbagai arah untuk membentuk jala-jala seperti
spons dari spikula tulang, yang rongga-rongganya diisi oleh sumsum
tulang. Pars spongiosa merupakan jaringan tulang yang berongga seperti
spon (busa). Rongga tersebut diisi oleh sumsum merah yang dapat
memproduksi sel-sel darah. Tulang spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis
tulang yang disebut trabekula.

d.   Sumsum Tulang (Bone Marrow)


Lapisan terakhir yang kita temukan dan yang paling dalam adalah sumsum
tulang. Sumsum tulang wujudnya seperti jelly yang kental. Sumsum tulang
ini dilindungi oleh tulang spongiosa seperti yang telah dijelaskan dibagian
tulang spongiosa. Sumsum tulang berperan penting dalam tubuh kita
karena berfungsi memproduksi sel-sel darah yang ada dalam tubuh.
C.      Klasifikasi Osteomielitis
Dari uraian di atas maka dapat diklasifikasikan dua macam osteomielitis,
yaitu:
1.         Osteomielitis Primer.
Penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme berasal dari
focus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah.
2.         Osteomielitis Sekunder.
Terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat dari bisul, luka
fraktur dan sebagainya. 

Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu:


1.         Osteomielitis akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama
atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini biasanya
terjadi pada anak-anak dari pada orang dewasa dan biasanya terjadi
sebagai komplikasi dari infeksi di dalam darah. (osteomielitis
hematogen) Osteomielitis akut terbagi menjadi 2, yaitu:
a.    Osteomielitis hematogen
Merupakan infeksi yang penyebarannya berasal dari darah.
Osteomielitis hematogen akut biasanya disebabkan oleh penyebaran
bakteri darah dari daerah yang jauh. Kondisi ini biasanya terjadi pada
anak-anak. Lokasi yang sering terinfeksi biasa merupakan daerah
yang tumbuh dengan cepat dan metafisis menyebabkan thrombosis
dan nekrosis local serta pertumbuhan bakteri pada tulang itu sendiri.
Osteomielitis hematogen akut mempunyai perkembangan klinis dan
onset yang lambat.
b.    Osteomielitis direk
Disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau bakteri akibat
trauma atau pembedahan. Osteomielitis direk adalah infeksi tulang
sekunder akibat inokulasi bakteri yang menyebabkan oleh trauma,
yang menyebar dari focus infeksi atau sepsis setelah prosedur
pembedahan. Manifestasi klinis dari osteomielitis direk lebih
terlokasasi dan melibatkan banyak jenis organisme.

2.         Osteomielitis sub-akut


Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi pertama
atau sejak penyakit pendahulu timbul.

3.         Osteomielitis kronis


Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak infeksi
pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis sub-akut
dan kronis biasanya terjadi pada orang dewasa dan biasanya terjadi
karena ada luka atau trauma (osteomielitis kontangiosa), misalnya
osteomielitis yang terjadi pada tulang yang fraktur.

Osteomyelitis menurut penyebabnya adalah osteomyelitis biogenik yang


paling sering :
1.      Staphylococcus (orang dewasa)
2.      Streplococcus (anak-anak)
3.      Pneumococcus dan Gonococcus

D.      Etiologi
Adapun penyebab – penyebab osteomielitis ini adalah:
1.      Bakteri
Menurut Joyce & Hawks (2005), penyebab osteomyelitis
adalah Staphylococcus aureus (70% - 80%), selain itu juga bisa
disebabkan oleh Escherichia coli, Pseudomonas, Klebsiella,
Salmonella, dan Proteus.
2.      Virus
3.      Jamur
4.      Mikroorganisme lain (Smeltzer, Suzanne C,  2002).
Osteomyelitis juga bisa terjadi melalui 3 cara (Wikipedia, the free
encyclopedia, 2000) yaitu:
1.      Aliran darah
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui
darah) dari fokus infeksi di tempat lain (misalnya tonsil yang terinfeksi,
lepuh, gigi terinfeksi). Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari
bagian tubuh yang lain ke tulang.
Pada anak-anak, infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai
dan lengan. Sedangkan pada orang dewasa biasanya terjadi pada tulang
belakang dan panggul. Osteomyelitis akibat penyebaran hematogen
biasanya terjadi ditempat di mana terdapat trauma.
2.      Penyebaran langsung
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui fraktur
terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak, selama pembedahan tulang
atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang.
3.      Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya
Osteomyelitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi
jaringan lunak Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar
ke tulang setelah beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa
timbul di daerah yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi
penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh jeleknya
pasokan darah (misalnya ulkus dekubitus yang terinfeksi).
Osteomyelitis dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan
dengan adanya awitan demam sistemik maupun manifestasi lokal yang
berjalan dengan cepat. Osteomyelitis kronik adalah akibat dari
osteomielitis akut yang tidak ditangani dengan baik. Osteomyelitis kronis
akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan
ekstremitas. Luka tusuk pada jaringan lunak atau tulang akibat gigitan
hewan, manusia atau penyuntikan intramuskular dapat menyebabkan
osteomyelitis eksogen. Osteomyelitis akut biasanya disebabkan oleh
bakteri, maupun virus, jamur, dan mikroorganisme lain.
Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah
mereka yang nutrisinya buruk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes
mellitus. Selain itu, pasien yang menderita artritis rheumatoid, telah di
rawat lama di rumah sakit, menjalani  pembedahan ortopedi, mengalami
infeksi luka mengeluarkan pus, juga beresiko mengalami osteomyelitis.

E.       Patofisiologi
Menurut Smeltzer, Suzanne (2001), Staphylococcus aureus merupakan
penyebab terbesar infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering
dijumpai pada osteomielitis meliputi Haemophylus influenza, bakteri colli,
salmonella thyposa, proteus, pseudomonas. Terdapat peningkatan insiden
infeksi resisten penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobic. Awitan
osteomilitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama
( akut fulminan stadium 1 ) dan sering berhubungan dengan penumpukan
hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat ( stadium 2 ) terjadi
antara 4 - 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama ( stadium
3 ) biasanya akibat penebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih
setelah pembedahan. Respons inisial tahap infeksi adalah salah satu dari
inflamasi, peningkatan faskularisasi dan edema, setelah 2 atau 3 hari,
thrombosis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan
iskemia dengan nekrosis tulang sehubungan dengan peningkatan tekanan
jaringan dan medulla. Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan
ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi
disekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan
terbentuk abses tulang. Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar
spontan, namun yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh
ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan
mati, namun seperti pada rongga abses pada umumnya, jaringan tulang mati
( sequestrum ) tidak mudah mencair dan mengalir ke luar. Rongga tidak dapat
mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi
pertumbuhan luka baru ( involukrum ) dan mengelilingi sequestrum. Jadi
meskipun tampak terjadi proses penyembuhan namun sequestrum infeksius
kronis yang tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup
pasien. Dinamakan osteomielitis tipe kronik.

F.       Manifestasi Klinis


a.    Fase akut   
Fase sejak infeksi sampai 10-15 hari. Makin panas tinggi, nyeri tulang
dekat sendi, tidak dapat menggerakan anggota tubuh.
b.    Fase kronik      
Rasa sakit tidak begitu berat, anggota yang terkena merah dan bengkak
dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode
berulang nyeri, inflamasi, dan pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah
dapat terjadi pada jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.

G.      Pemeriksaan Penunjang


1.    Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju
endap darah.
2.    Pemeriksaan titer antibody – anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan
diikuti dengan uji   sensitivitas
3.    Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan
infeksi oleh bakteri salmonella.
4.    Pemeriksaan biopsy tulang.
Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan
untuk serangkaian tes.
5.    Pemeriksaan ultra sound.
Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada sendi.
6.    Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan
radiologik. Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang
bersifat difus dan kerusakan tulang dan pembentukan tulang yang baru.
7.    Pemeriksaan tambahan :
a.       Bone scan        : dapat dilakukan pada minggu pertama
b.      MRI     : jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang
terang pada T2, maka kemungkinan besar adalah osteomielitis.

H.      Penatalaksanaan Medis


Terapi
Osteomielitis hematogen akut paling bagus di obati dengan evaluasi tepat
terhadap mikroorganisme penyebab dan kelemahan mikroorganisme tersebut
dan 4-6 minggu terapi antibiotic yang tepat.
Debridement tidak perlu dilakukan jika telah cepat diketahui. Anjuran
pengobatan sekarang jarang memerlukan debridement. Bagaimana jika terapi
antibiotic gagal, debridement dan pengobatan 4-6 minggu dengan antibiotic
parenteral sangat diperlukan. Setelah kultur mikroorganisme dilakukan,
regimen antibiotic parenteral (nafcillin[unipen] + cefotaxime lain [claforan]
atau ceftriaxone [rocephin]) diawali untuk menutupi gejala klinis organism
tersangka. Jika hasil kultur telah diketahui, regimen antibiotic ditinjau
kembali. Anak-anak dengan osteomielitis akut harus menjalani 2 minggu
pengobatan dengan antiniotik parenteral sebelum anak-anak diberikan
antibiotic oral.
Osteomielitis kronis pada orang dewasa lebih sulit disembuhkan dan
umumnya diobati dengan antibiotic dan tindakan debridement. Terapi
antibiotik oral tidak dianjurkan untuk digunakan. Tergantung dari jenis
osteomielitis kronis. Pasien mungkin diobati dengan antibiotik parenteral
selama 2-6 minggu. Bagaimanapun,tanpa debridement yang bagus,
osteomielitis kronis tidak akan merespon terhadap kebanyakan regiment
antibiotic, berapa lama pun terapi dilakukan. Terapi intravena untuk pasien
rawat jalan menggunakan kateter intravena yang dapat dipakai dalam jangka
waktu lama (contohnya : kateter hickman) akan menurunkan masa rawat
pasien di rumah sakit.
Terapi secara oral menggunakan antibiotic fluoroquinolone untuk
organism gram negative sekarang ini digunakan pada orang dewasa dengan
osteomielitis. Tidak ada fluoroquinolone yang tersedia digunakan sebagai
antistaphylococcus yang optimal, keuntungan yang paling penting dari
insidensi kebalnya infeksi nosokomial yang didapat dengan bakteri
staphylococcus. Untuk lebih lanjutnya, sekarang ini quinolone tidak
menyediakan pengobatan
Daerah yang terkana harus diimobilisasi untuk mengurangi ketidak
nyamanan dan mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin
hangat selama 20 menit beberapa kali per hari untuk meningkatkan aliran
darah.
Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi,
Kultur darah dan swab dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi
organisme dan memilih antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi disebabkan
oleh lebih dari satu patogen.
Begitu spesimen kultur telah diperoleh, dimulai pemberian terapi
antibiotika intravena, dengan asumsi bahwa dengan infeksi staphylococcus
yang peka terhadap penisilin semi sintetik atau sefalosporin. Tujuannya
adalah mengentrol infeksi sebelum aliran darah ke daerah tersebut menurun
akibat terjadinya trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus menerus sesuai
waktu sangat penting untuk mencapai kadar antibiotika dalam darah yang
terus menerus tinggi. Antibiotika yang paling sensitif terhadap organisme
penyebab yang diberikan bila telah diketahui biakan dan sensitivitasnya. Bila
infeksi tampak telah terkontrol, antibiotika dapat diberikan per oral dan
dilanjutkan sampai 3 bulan. Untuk meningkatkan absorpsi antibiotika oral,
jangan diminum bersama makanan.
Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibiotika, tulang
yang terkena harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik
diangkat dan daerah itu diiringi secara langsung dengan larutan salin
fisiologis steril. Tetapi antibitika dianjurkan.
Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan ajuran terhadap
debridemen bedah. Dilakukan sequestrektomi (pengangkatan involukrum
secukupnya supaya ahli bedah dapat mengangkat sequestrum). Kadang harus
dilakukan pengangkatan tulang untuk memajankan rongga yang dalam
menjadi cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan kartilago
yang terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan yang
permanen.
Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau
dipasang tampon agar dapat diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan
grafting dikemudian hari. Dapat dipasang drainase berpengisap untuk
mengontrol hematoma dan mebuang debris. Dapat diberikan irigasi larutan
salin normal selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi samping dengan
pemberian irigasi ini.
Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan graft tulang kanselus untuk
merangsang penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi
dengan transfer tulang berpembuluh darah atau flup otot (dimana suatu otot
diambil dari jaringan sekitarnya namun dengan pembuluh darah yang utuh).
Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asupan darah; perbaikan asupan
darah kemudian akan memungkinkan penyembuhan tulang dan eradikasi
infeksi. Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk
menyakinkan penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang,
kemudian memerlukan stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna atau
alat penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah tulang.

Pemberian antibiotic dapat dilakukan :

1. Melalui oral (mulut)


2. Melalui infuse : jika diberikan melalui infus, maka diberikan selama 2
minggu, kemudian diganti menjadi melalui mulut. Jika dalam 24 jam
pertama gejala tidak membaik, maka perlu dipertimbangkan untuk
dilakukan tindakan operasi untuk mengurangi tekanan yang terjadi dan
untuk mengeluarkan nanah yang ada. Setelah itu dilakukan irigasi secara
kontinyu dan dipasang drainase. Teruskan pemberian antibiotik selama 3-4
minggu hingga nilai laju endap darah (LED) normal.

I.         Komplikasi
1.    Dini :
a.    Kekakuan yang permanen pada persendian terdekat (jarang terjadi)
b.    Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai tulang yang
mendasarinya sembuh
c.    Atritis septik
2.    Lanjut :
a.    Osteomielitis kronik ditandai oleh nyeri hebat rekalsitran, dan
penurunan fungsi tubuh yang terkena.
b.    Fraktur patologis
c.    Kontraktur sendi
d.   Gangguan pertumbuhan
ASUHAN KEPERAWATAN
A.      Pengkajian
1.    Identitas Pasien : nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, dan lain-lain.
2.    Riwayat Kesehatan
a.         Riwayat Kesehatan Sekarang
Kaji adanya riwayat trauma fraktur terbuka, riwayat operasi tulang
dengan pemasangan fiksasi internal dan fiksasi eksternal dan pada
osteomielitis kronis penting ditanyakan apakah pernah mengalami
osteomielitis akut yang tidak diberi perawatan adekuat sehingga
memungkinkan terjadinya supurasi tulang.

b.         Riwayat Kesehatan Dahulu


Ada riwayat infeksi tulang, biasanya pada daeah vertebra torako-
lumbal yang terjadi akibat torakosentesis atau prosedur urologis.
Dapat ditemukan adanya riwayat diabetes melitus, malnutrisi, adiksi
obat-obatan, atau pengobatan imunosupresif.

c.         Pemeriksaan Fisik


1)   Keadaan Umum
·      Tingkat kesadaran (apatis, sopor, koma, gelisah, kompos
mentis yang bergantung pada keadaan klien).
·      Kesakitan atau keadaan penyakit (akut, kronis, ringan, sedang,
dan paa kasus osteomielitis biasanya akut)
·      Tanda-tanda vital tidak normal

2)   Sistem Pernafasan


Pada inspeksi, didapatkan bahwa klien osteomielitis tidak
mengalami kelainan pernafasan. Pada palpasi toraks, ditemukan
taktil fremitus seimbang kanan dan kiri. Pada auskultasi, tidak
didapatkan suara nafas tambahan.
3)   Sistem Kardiovaskuler
Pada inspeksi, tidak tampak iktus jantung. Palpasi menunjukkan
nadi meningkat, iktus tidak teraba. Pada auskultasi, didapatkan
suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada murmur.

4)   Sistem Muskuloskeletal


Adanya osteomielitis kronis dengan proses supurasi di tulang dan
osteomielitis yang menginfeksi sendi akan mengganggu fungsi
motorik klien. Kerusakan integritas jaringan pada kulit karena
adanya luka disertai dengan pengeluaran pus atau cairan bening
berbau khas.

5)   Tingkat kesadaran


Tingkat kesadaran biasanya kompos metis.

6)   Sistem perkemihan


Pengkajian keadaan urine meliputi warna, jumlah, karakteristik,
dan berat jenis. Biasanya klien osteomielitis tidak mengalami
kelainan pada sitem ini.

7)   Pola nutrisi dan metabolism


Evaluasi terhadap pola nutrisi klien dapat menentukan penyebab
masalah muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari
nutrisi yang tidak adekuat. Masalah nyeri pada osteomielitis
menyebabkan klien kadang mual atau muntah sehingga pemenuhan
nutrisi berkurang.

B.       Diagnosa Keperawatan


1.    Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
2.    Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi
dan keterbatasan menahan beban berat badan.
3.    Resiko terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan pembentukan
abses tulang, kerusakan kulit
4.    Gangguan intergritas kulit berhubungan dengan efek pembedahan ;
imobilisasi

C.      Intervensi
Diagnosa Keperawatan 1 : Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan
pembengkakan
-       Tujuan :
Mendemonstrasikan bebas dari nyeri dan peningkatan rasa kenyamanan.
-       Kriteria Hasil :
Tidak terjadi nyeri, nafsu makan menjadi normal, ekspresi wajah rileks
dan suhu tubuh normal.
-       Intervensi Keperawatan
Mandiri
·           Kaji karakteristik nyeri: lokasi, durasi, intensitas nyeri.
·           Atur posisi imobilisasi pada daerah nyeri sendi atau nyeri di tulang
yang mengalami infeksi.
·           Ajarkan relaksasi : teknik mengurangi ketegangan otot rangka
yang dapat mengurangi intensitas nyeri dan meningkatan relaksasi
masase.
·           Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut
·           Amati perubahan suhu setiap 4 jam.
·           Kompres air hangat
Kolaborasi :
·           Pemberian obat-obatan analgetik    

Diagnosa Keperawatan 2 : Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan


nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan menahan beban berat badan
-       Tujuan :
Gangguan mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
-       Kriteria Hasil :
·           Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin
·           Mempertahankan posisi fungsional
·           Meningkatkan / fungsi yang sakit
·           Menunjukkan teknik mampu melakukan aktivitas
-       Intervensi Keperawatan
Mandiri
·           Pertahankan tirah baring dalam posisi yang di programkan
·           Tinggikan ekstremitas yang sakit, instruksikan klien / bantu dalam
latihan rentang gerak pada ekstremitas yang sakit dan tak sakit.
·           Beri penyanggah pada ekstremitas yang sakit pada saat bergerak.
·           Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas
·           Ubah posisi secara periodic
Kolaborasi :
·           Fisioterapi

Diagnosa Keperawatan 3 : Resiko terhadap penyebaran infeksi


berhubungan dengan pembentukan abses tulang, kerusakan kulit
-       Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, maka
diharapkan penyembuhan luka sesuai waktu yang dicatat dan tidak
terjadinya infeksi yang berkelanjutan.
-       Kriteria hasil :
·           Penyembuhan luka sesuai waktu yang dicatat, bebas drainase
purulen dan demam dan juga tidak terjadinya infeksi yang
berkepanjangan.
-       Intervensi Keperawatan :
·           Inspeksi kulit atau adanya iritasi atau adanya kontinuitas
·           Kaji sisi kulit perhatikan keluhan peningkatan nyeri atau rasa
terbakar atau adanya edema atau eritema atau drainase atau bau tidak
sedap
·           Berikan perawatan luka
·           Observasi luka untuk pembentukan bula, perubahan warna kulit
kecoklatan bau drainase yang tidak enak atau asam.
·           Kaji tonus otot, reflek tendon.
·           Selidiki nyeri tiba-tiba atau keterbatasan gerakan dengan edema
lokal atau enterna ekstermitas cedera
Kolaborasi :
·           Lakukan pemeriksaan lab sesuai indikasi dokter
·           Berikan obat atau antibiotik sesuai indikasi

Diagnosa Keperawatan 4 : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan


efek pembedahan ; imobilisasi
-       Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam diharapkan masalah
gangguan infeksi kulit teratasi dan kembali dalam batas normal.
-       Kriteria hasil :
·           Klien tampak rileks dank lien menunjukan perilaku atau tekhnik
untuk mencegah kerusakan kulit, memudahkan penyembuhan sesuai
indikasi.
-       Intervensi Keperawatan :
·           Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing kemudian perdarahan
dan perubahan warna kulit.
·           Pertahankan tempat tidur kering dan bebas kerutan.
·           Tempatkan bantalan air atau bantalan lain dibawah siku atau tumit
sesuai indikasi.
·           Perawatan, bersihkan kulit dengan sabun air, gosok perlahan
dengan alcohol atau bedak dengan jumlah sedikit berat.
·            Gunakan telapak tangan untuk memasang, mempertahankan atau
lepaskan gips, dan dukung bantal setelah pemasangan.
·            Observasi untuk potensial area yang tertekan, khususnya pada
akhir dan bawah beban atau gips.
BAB III
PENUTUPAN

Kesimpulan
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan
daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan
terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum
(pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat
menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau
mengakibatkan kehilangan ekstremitas. (Brunner, suddarth.
(2001).  Staphylococcus aureus hemolitikus (koagulasi positif) sebanyak 90% dan
jarang oleh streptococcus hemolitikus. Haemophylus influenza (50%) pada anak-
anak dibawah umur 4 tahun. Organism yang lain seperti : bakteri coli, salmonella
thyposa dan sebagainya. Proses spesifik (M.Tuberculosa). Penyebaran hematogen
dari pusat infeksi jauh (tonsilitis, bisul atau jerawat, ISPA).
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.


Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Muskuloskeletal.
Jakarta: EGC
http://nurse87.wordpress.com/2012/05/09/askep-osteomielitis/

Anda mungkin juga menyukai