Anda di halaman 1dari 9

Definisi

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh
rudapaksa (Mansjoer, Arif, et al, 2000). Sedangkan hip merupakan bagian dari tulang panggul
yang melekat dengan pangkal tulang femur pada asetabulum.
Fraktur hip merupakan diskontinuitas jaringan tulang yang terjadi pada daerah tulang panggul.
Terminologi ini digunakan untuk menggambarkan fraktur tulang femur pada daerah
ujung/pangkal proksimal yang meliputi kepala sendi, leher, dan daerah trochanter.

Anatomi dan fisiologi tulang femur bagian atas

Sumber: http://orthoinfo.aaos.org
Femur/ tulang paha adalah tulang terpanjang, terkuat, dan terberat dari semua tulang pada rangka
tubuh (Sloane; 2003).

a. Ujung proksimal femur memiliki kepala yang membulat untu berartikulasi dengan
asetabulum. Permukaan lembut dari bagian kepala mengalami depresi, fovea kapitis
untuk tempat perlekatan ligamen yang menyangga kepala tulang agar tetap di tempatnya
dan membawa pembuluh darah ke kepala tersebut.
1. Femur tidak berada pada garis vertikal tubuh. Kepala femur masuk dengan pas ke
asetabulum untuk membentuk sudut sekitar 125o dari bagian leher femur. Dengan
demikian, bagian tulang paha dapat bergerak bebas tanpa terhalang pelvis saat
paha bergerak.
2. Sudut femoral pada wanita biasanya lebih miring (kurang dari 125 o) karena pelvis
lebih lebar pada wanita.
b. Di bawah bagian kepala femur, adalah bagian leher femur, yang terus memanjang sebagai
batang. Garis intertrokanter pada permukaan anterior dan krista intertrokanter di
permukaan posterior tulang membatasi bagian leher dan bagian batang.
c. Ujung atas batang memiliki dua prosesus yang menonjol, trokanter mayor dan trokanter
minor, berfungsi sebagai tempat perlekatan otot untuk menggerakkan persendian
panggul.

Etiologi
Etiologi dari fraktur menurut Price dan Wilson (2006) ada 3 yaitu:
1. Cidera atau benturan
2. Fraktur patologik. Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi
lemah oleh karena tumor, kanker dan osteoporosis.
3. Fraktur beban. Fraktur baban atau fraktur kelelahan terjadi pada orang-orang yang baru
saja menambah tingkat aktivitas mereka, seperti baru di terima dalam angkatan bersenjata
atau orang-orang yang baru mulai latihan lari.

Patofisiologi
Pada saat tulang patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah ke dalam
jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami kerusakan.
Reaksi perdarahan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Insufisiensi pembuluh darah atau
penekanan serabut syaraf yang berkaitan dengan pembengkakan yang tidak di tangani dapat
menurunkan asupan darah ke ekstrimitas dan mengakibatkan kerusakan syaraf perifer. Bila tidak
terkontrol pembengkakan akan mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total
dan berakibat anoreksia mengakibatkan rusaknya serabut syaraf maupun jaringan otot.
Komplikasi ini di namakan sindrom compartment (Brunner dan Suddarth,2002 ). Pasien yang
harus imobilisasi setelah patah tulang akan menderita komplikasi antara lain : nyeri, iritasi kulit
karena penekanan, hilangnya kekuatan otot. Kurang perawatan diri dapat terjadi bila sebagian
tubuh di imobilisasi, mengakibatkan berkurangnyan kemampuan perawatan diri (Carpenito,
2007).
Reduksi terbuka dan fiksasi interna (ORIF) fragmen-fragmen tulang di pertahankan dengan pen,
sekrup, plat, paku. Namun pembedahan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi.
Pembedahan itu sendiri merupakan trauma pada jaringan lunak dan struktur yang seluruhnya
tidak mengalami cedera mungkin akan terpotong atau mengalami kerusakan selama tindakan
operasi(Price dan Wilson, 2006).

Tipe Fraktur Hip


Berdasarkan lokasinya, frkatur hip dibagi menjadi 3 jenis.
1. Frkatur intrakapsular
Patah tulang ini terjadi pada daerah leher dan kepala tulang paha, dan umumnya pada
daerah kapsul. Kapsul disini berfungsi sebagai pelumas untuk melumasi dari sendi
panggul itu sendiri.

Sumber: http://orthoinfo.aaos.org
2. Fraktur Intertrochanteric
Fraktur ini terjadi pada daerah leher femur dan trokanter bawah (trokanter minor).
Fraktur ini umumnya terjadi pada daerah antara trokanter mayor dan trokanter minor.

Sumber: http://orthoinfo.aaos.org
3. Fraktur Subtrochanteric
Fraktur ini terjadi pada daerah dibawah trokanter minor (sekitar 2,5 inci dari trokanter
minor).

Sumber: http://orthoinfo.aaos.org

Tanda dan gejala


1.
2.
3.
4.
5.

Nyeri hebat pada daerah fraktur.


Tak mampu menggerakkan kaki.
Terjadi pemendekan karena kontraksi/spasme otot-otot paha.
Eks ternal rotasi pada tungkai tersebut.
Tanda-tanda lain sesuai dengan tanda fraktur pada umumnya, yaitu:
a. Nyeri bertambah hebat jika ditekan/raba.
b. Perubahan bentuk/posisi berlebihan bila dibandingkan dengan keadaan normal.
c. Ada/tidak kulit yang terluka/terbuka di daerah fraktur.
d. Teraba panas pada jaringan yang sakit karena peningkatan vaskularisasi di daerah
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.

tersebut.
Nadi pada daerah distal melemah/berkurang.
Kehilangan sensasi pada daerah distal karena jepitan saraf oleh fragmen tulang.
Krepitasi jika digerakkan
Perdarahan.
Hematoma, edema karena extravasasi darah dan cairan jaringan.
Tanda-tanda shock akibat cedera berat, kehilangan darah, atau akibat nyeri hebat.
Keterbatasan mobilisasi.
Terbukti fraktur lewat foto rontgen

Komplikasi

Komplikasi awal yang dapat terjadi pada pasien fraktur hip antara lain
1. Shock dan perdarahan, baik pada saat terjadinya cidera atau sesudah operasi
2. Sindroma Kompartement. Merupakan masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam
otot kurang dari yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan. Ini bisa disebabkan karena
penurunan ukuran kompartement otot karena fasia yang membungkus otot terlalu ketat,
penggunaan gibs atau balutan yang menjerat ataupun peningkatan isi kompatement otot
karena edema atau perdarahan sehubungan dengan berbagai masalah (misalnya :
iskemi,dan cidera).
3. Kerusakan Arteri. Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai denagan tidak ada nadi,
CRT menurun, syanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas
yang disbabkan oleh tindakan perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan
pembedahan.
4. Infeksi. Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma
orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya
terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam
pembedahan seperti pin dan plat.
5. Avaskuler nekrosis. Avaskuler nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak
atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang (Smeltzer dan Bare, 2001).
Sedangkan komplikasi dalam waktu yang lama bisa menyebabkan:
1. Malunion. Malunion dalam suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam
posisi yang tidak seharusnya. Malunion merupaka penyembuhan tulang ditandai dengan
meningkatnya tingkat kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas). Malunion dilakukan
dengan pembedahan dan reimobilisasi yang baik.
2. Delayed Union. Delayed union adalah proses penyembuhan yang terus berjalan dengan
kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal. Delayed union merupakankegagalan
fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung.
Ini disebabkan karena penurunan suplai darah ke tulang.
3. Nonunion. Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan memproduksi
sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Hal ini juga bisa disebabkan
karena aliran darah yang kurang (Price dan Wilson, 2006).

Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang sering dilakukan pada fraktur adalah:
a.

X-ray: menentukan lokasi/luasnya fraktur

b.

Scan tulang: memperlihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi


kerusakan jaringan lunak

c.

Arteriogram: dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan


vaskuler.

d.

Hitung Darah Lengkap: hemokonsentrasi mungkin meningkat,


menurun pada perdarahan; peningkatan lekosit sebagai respon terhadap peradangan.

e.

Kretinin: trauma otot meningkatkan beban kretinin untuk klirens


ginjal

f.

Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,


transfusi atau cedera hati.

Tata laksana
Menurut Long (1996), ada beberapa terapi yang digunakan untuk pada pasien fraktur antara lain:
1.

pengobatan dengan antibiotic.

2.

memantau gejala infeksi yang mungkin terjadi.

3.

reduksi fraktur.

4.

imobilisasi fraktur.

5.

kompres dingin dilaksanakan untuk mencegah perdarahan, edema, dan


nyeri.

6.

obat penawar nyeri.

Sedangkan untuk tata laksana medis, dapat digunakan beberapa metode operasi. Antara lain:
1. Fiksasi internal. Metode ini menggunakan sekrup metal yang disisipkan ke dalam tulang
leher femur. Hal ini biasanya dikombinasikan dengan pemasangan kuku tulang (gamma
nails) agar lebih stabil. Metode ini digunakan jika ujung-ujung tulang yang patah sejajar.
2. Hemiarthroplasty. Metode ini digunakan jika ujung-ujung tulang yang patah tidak dalam
posisi sejajar atau tulang telah rusak. Kepala dan leher femur akan diganti dengan
Prosthesis (pengganti serupa) yang berbahan metal (tanpa mengganti asetabulum).
3. Total hip replacement. Metode ini melibatkan penggantian tulang femur bagian atas
beserta asetabulum dengan Prosthesis metal. Metode ini dapat menjadi pilihan terbaik
jika fraktur yang terjadi sudah merusak sendi panggul dan mempengaruhi fungsi. Atau
jika pasien telah mengalami arthritis

Sumber: http://www.riversideonline.com

DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Ed. 3. Jakarta: EGC.
Carpenito. 2000. Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis. Ed. 6. Jakarta: EGC

Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Ed. 3. Jakarta: EGC.


Mansjoer, dkk., (2000). Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius.
Price & Wilson. 2006. Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed. 4. Jakarta: EGC.
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi utuk Pemula. Jakarta: EGC.
Smeltzer & Bare. 2001. Buku ajar keperawatan medical bedah. Jakarta: EGC.
http://www.orthoinfo.aaos.org
http://www.riversideonline.com/health_reference/Disease-Conditions/DS00185.cfm

Anda mungkin juga menyukai