Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN ANALISA KASUS

“Close Fracture Femur”

DI SUSUN OLEH
SRI ULFA HANDAYANI
105111101519

PRODI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021/2022
KONSEP DASAR MEDIS
A. Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya disertai
dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, ruptur tendon, kerusakan
pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya, terjadinya fraktur jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari
yang besar dari yang dapat diabsorbsinya.
Fraktur femur adalah diskontinuitas atau hilangnya struktur dari tulang femur
adalah fraktur pada tulang femur yang disebabkan oleh benturan atau trauma
langsung maupun tidak langsung. Fraktur femur juga didefinisikan sebagai
hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi fraktur femur secara klinis bisa
berupa fraktur femur terbuka yang disertai adanya kerusakan jaringan lunak
(otot, kulit, jaringan saraf dan pembuluh darah) dan fraktur femur tertutup
yang dapat disebabkan oleh trauma langsung pada paha.
Dari beberapa penjelasan tentang fraktur femur di atas, dapat disimpulkan
bahwa fraktur femur merupakan suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan
kontinuitas tulang femur yang dapat disebabkan oleh trauma langsung
maupun trauma tidak langsung disertai dengan adanya kerusakan jaringan
lunak.

B. Etiologi
1. Fraktur akibat peristiwa trauma
Sebagian fraktur disebabkanoleh kekuatan yang tiba-tiba berlebihan yang
dapat berupa pemukulan, penghancuran, perubahan tempat. Bila tekanan
kekuatan langsungan, tulang dapat pada tempat yang terkena dan jaringan
lunak juga pasti akan ikut rusak serta kerusakan pada kulit.
2. Akibat kelelahan atau tekanan
Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda lain
akibat tekanan berulang. Hal ini sering terjadi pada atlet, penari atau calon
tentara yang berbaris atau berjalan dalam jarak jauh.
3. Fraktur patologik karena kelemahan pada tulang
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal bila tulang tersebut lunak
(misalnya oleh tumor) atau tulang-tulang sangat rapuh.
C. Tanda Dan Gejala
1. Nyeri
Terjadi karena adanya spasme otot tekanan dari patahan tulang atau
kerusakan jaringan sekitarnya.
2. Bengkak
Bengkak muncul dikarenakan cairan serosa yang terlokalisir pada daerah
fraktur dan ekstravasi daerah jaringan sekitarnya.
3. Memar
Terjadi karena adanya ekstravasi jaringan sekitar fraktur.
4. Spasme otot
Merupakan kontraksi involunter yang terjadi disekitar fraktur.
5. Gangguan fungsi
Terjadi karena ketidakstabilan tulang yang fraktur, nyeri atau spasme otot,
paralisis dapat terjadi karena kerusakan saraf.
6. Mobilisasi abnormal
Adalah pergerakan yang terjadi pada bagian yang pada kondisi normalnya
tidak terjadi pergerakan.
7. Krepitasi
Merupakan rasa gemeretak yang terjadi saat tulang digerakkan.
8. Deformitas
Abnormal posisi tulang sebagai hasil dari kecelakaan atau trauma dan
pergerakan otot yang mendorong fragmen tulang ke posisi abnormal, dan
menyebabkan tulang kehilangan bentuk normalnya.

D. Patofisiologi
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila
tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Sedangkan
fraktur terbuka bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia
luar oleh karena perlukaan di kulit. Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya
terjadi di sekitar tempat patah ke dalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut,
jaringan lunak juga biasanya mengalami kerusakan. Reaksi perdarahan
biasanya timbul hebat setelah fraktur. Sel- sel darah putih dan sel anast
berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darah ketempat tersebut
aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru umatur yang disebut
callus. Bekuan fibrin direabsorbsidan sel- sel tulang baru mengalami
remodeling untuk membentuk tulang sejati. Insufisiensi pembuluh darah atau
penekanan serabut syaraf yang berkaitan dengan pembengkakan yang tidak di
tangani dapat menurunkan asupan darah ke ekstrimitas dan mengakibatkan
kerusakan syaraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan akan
mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total dan berakibat
anoreksia mengakibatkan rusaknya serabut syaraf maupun jaringan otot.
Komplikasi ini di namakan sindrom compartment.

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan rontgen : menetukan lokasi/luasnya fraktur/trauma
2. Scan tulang, scan CT/MRI: memperlihatkan fraktur, juga dapat digunakan
untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
3. Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.
4. Hitung darah lengkap: HT mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau
menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur) perdarahan bermakna
pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multipel.
5. Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klien ginjal.
6. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi
multipel, atau cidera hati. Golongan darah, dilakukan sebagai persiapan
transfusi darah jika ada kehilangan darah yang bermakna akibat cedera
atau tindakan pembedahan.

F. Komplikasi
Komplikasi setelah fraktur adalah syok yang berakibat fatal dalam beberapa
jam setelah cedera, emboli lemak, yang dapat terjadi dalam 48 jam atau lebih,
dan sindrom kompartemen, yang berakibat kehilangan fungsi ekstremitas
permanen jika tidak ditangani segera. Adapun beberapa komplikasi dari
fraktur femur yaitu:
1. Syok
Syok hipovolemik atau traumatik akibat pendarahan (baik kehilangan darah
eksterna maupun interna) dan kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan yang
rusak dapat terjadi pada fraktur ekstremitas, toraks, pelvis, dan vertebra
karena tulang merupakan organ yang sangat vaskuler, maka dapat terjadi
kehilangan darah dalam jumlah yang besar sebagai akibat trauma, khususnya
pada fraktur femur pelvis.
2. Emboli lemak
Setelah terjadi fraktur panjang atau pelvis, fraktur multiple atau cidera remuk
dapat terjadi emboli lemak, khususnya pada pria dewasa muda 20-30 tahun.
Pada saat terjadi fraktur globula lemak dapat termasuk ke dalam darah karna
tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler atau karna
katekolamin yang di lepaskan oleh reaksi stres pasien akan memobilitasi
asam lemak dan memudahkan terjadiya globula lemak dalam aliran darah.
Globula lemak akan bergabung dengan trombosit membentuk emboli, yang
kemudian menyumbat pembuluh darah kecil yang memasok otak, paru, ginjal
dan organ lain. Awitan dan gejalanya yang sangat cepat dapat terjadi dari
beberapa jam sampai satu minggu setelah cidera, gambaran khasnya berupa
hipoksia, takipnea, takikardi dan pireksia.
3. Sindrom Kompertemen
Sindrom kompartemen adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan
tekanan interstisial di dalam ruangan yang terbatas, yaitu di dalam
kompartemen osteofasial yang tertutup. Peningkatan tekanan intra
kompartemen akan mengakibatkan berkurangnya perfusi jaringan dan
tekanan oksigen jaringan, sehingga terjadi gangguan sirkulasi dan fungsi
jaringan di dalam ruangan tersebut. Ruangan tersebut terisi oleh otot, saraf
dan pembuluh darah yang dibungkus oleh tulang dan fascia serta otot-otot
individual yang dibungkus oleh epimisium. Sindrom kompartemen ditandai
dengan nyeri yang hebat, parestesi, paresis, pucat, disertai denyut nadi yang
hilang. Secara anatomi sebagian besar kompartemen terletak di anggota gerak
dan paling sering disebabkan oleh trauma, terutama mengenai daerah tungkai
bawah dan tungkai atas.
4. Nekrosis avaskular tulang
Cedera, baik fraktur maupun dislokasi, seringkali mengakibatkan iskemia
tulang yang berujung pada nekrosis avaskular. Nekrosis avaskuler ini sering
dijumpai pada kaput femoris, bagian proksimal dari os. Scapphoid, os.
Lunatum, dan os. Talus.
5. Atropi Otot
Atrofi adalah pengecilan dari jaringan tubuh yang telah mencapai ukuran
normal. Mengecilnya otot tersebut terjadi karena sel-sel spesifik yaitu sel-sel
parenkim yang menjalankan fungsi otot tersebut mengecil. Pada pasien
fraktur, atrofi terjadi akibat otot yang tidak digerakkan (disuse) sehingga
metabolisme sel otot, aliran darah tidak adekuat ke jaringan otot.

G. Penatalaksanaan
Tindakan penanganan fraktur dibedakan berdasarkan bentuk dan lokasi serta
usia. Berikut adalah tindakan pertolongan awal pada penderita fraktur :
1. Kenali ciri awal patah tulang memperhatikan riwayat trauma yang terjadi
karena benturan, terjatuh atau tertimpa, benda keras, yang menjadi alasan
kuat pasien mengalami fraktur.
2. Jika ditemukan luka yang terbuka, bersihkan dengan antiseptik dan
bersihkan perdarahan dengan cara dibebat atau diperban.
3. Lakukan reposisi (pengembalian tulang ke posisi semula) tetapi hal ini
tidak boleh dilakukan secara paksa dan sebaiknya dilakukan oleh para ahli
dengan cara operasi oleh ahli bedah untuk mengembalikan tulang pada
posisi semula.
4. Pertahankan daerah patah tulang dengan menggunakan bidai atau papan
dari kedua posisi tulang yang patah untuk menyangga agar posisi tetap
stabil.
5. Berikan analgetik untuk mengaurangi rasa nyeri pada sekitar perlukaan.
6. Beri perawatan pada perlukaan fraktur baik pre operasi maupun post
operasi.
Prinsip penanganan fraktur adalah mengembalikan posisi patahan tulang ke posisi
semula (reposisi) dan mempertahankan posisi itu selama masa penyembuhan
patah tulang (imobilisasi).
Penatalaksanaan yang dilakukan adalah :
1. Fraktur Terbuka
Merupakan kasus emergensi karena dapat terjadi kontaminasi oleh bakteri
dan disertai perdarahan yang hebat dalam waktu 6-8 jam (golden period).
Kuman belum terlalu jauh meresap dilakukan : pembersihan luka, exici,
hecting situasi, antibiotik.
Ada bebearapa prinsipnya yaitu :
1. Harus ditegakkan dan ditangani dahulu akibat trauma yang
membahayakan jiwa airway, breathing, circulation.
2. Semua patah tulang terbuka adalah kasus gawat darurat yang
memerlukan penanganan segera yang meliputi pembidaian,
menghentikan perdarahan dengan perban tekan, menghentikan
perdarahan besar dengan klem.
3. Pemberian antibiotika.
4. Debridement dan irigasi sempurna.
5. Stabilisasi.
6. Penutup luka.
7. Rehabilitasi.
8. Life saving
Semua penderita patah tulang terbuka harus di ingat sebagai
penderita dengan kemungkinan besar mengalami cidera ditempat
lain yang serius. Hal ini perlu ditekankan mengingat bahwa untuk
terjadinya patah tulang diperlukan suatu gaya yang cukup kuat
yang sering kali tidak hanya berakibat total, tetapi berakibat multi
organ. Untuk life saving prinsip dasar yaitu : airway, breath and
circulation.
9. Semua patah tulang terbuka dalam kasus gawat darurat.
Dengan terbukanya barier jaringan lunak maka patah tulang
tersebut terancam untuk terjadinya infeksi seperti kita ketahui
bahwa periode 6 jam sejak patah tulang tebuka luka yang terjadi
masih dalam stadium kontaminsi (golden periode) dan setelah
waktu tersebut luka berubah menjadi luka infeksi. Oleh karena itu
penanganan patuah tulang terbuka harus dilakukan sebelum
golden periode terlampaui agar sasaran akhir penanganan patah
tulang terbuka, tercapai walaupun ditinjau dari segi prioritas
penanganannya. Tulang secara primer menempati urutan prioritas
ke 6. Sasaran akhir di maksud adalah mencegah sepsis,
penyembuhan tulang, pulihnya fungsi.
10. Pemberian antibiotika
Mikroba yang ada dalam luka patah tulang terbuka sangat
bervariasi tergantung dimana patah tulang ini terjadi. Pemberian
antibiotika yang tepat sukar untuk ditentukan hany saja sebagai
pemikiran dasar. Sebaliklnya antibiotika dengan spektrum luas
untuk kuman gram positif maupun negatif.
11. Debridemen dan irigasi
Debridemen untuk membuang semua jaringan mati pada darah
patah terbuka baik berupa benda asing maupun jaringan lokal
yang mati. Irigasi untuk mengurangi kepadatan kuman dengan
cara mencuci luka dengan larutan fisiologis dalam jumlah banyak
baik dengan tekanan maupun tanpa tekanan.
12. Stabilisasi.
Untuk penyembuhan luka dan tulang sangat diperlukan
stabilisasi fragmen tulang, cara stabilisasi tulang tergantung pada
derajat patah tulang terbukanya dan fasilitas yang ada. Pada derajat
1 dan 2 dapat dipertimbangkan pemasangan fiksasi dalam secara
primer. Untuk derajat 3 dianjurkan pemasangan fiksasi luar.
Stabilisasi ini harus sempurna agar dapat segera dilakukan langkah
awal dari rahabilitasi penderita.
2. Seluruh Fraktur
1) Rekognisis/Pengenalan
Riwayat kejadian harus jelas untuk mentukan diagnosa dan tindakan
selanjutnya.
2) Reduksi/Manipulasi/Reposisi
Upaya untuk memanipulasi fragmen tulang sehingga kembali seperti
semula secara optimun. Dapat juga diartikan Reduksi fraktur (setting
tulang) adalah mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan
rotasfanatomis.
3) OREF
Penanganan intraoperatif pada fraktur terbuka derajat III yaitu dengan cara
reduksi terbuka diikuti fiksasi eksternal (open reduction and external
fixation=OREF) sehingga diperoleh stabilisasi fraktur yang baik.
Keuntungan fiksasi eksternal adalah memungkinkan stabilisasi fraktur
sekaligus menilai jaringan lunak sekitar dalam masa penyembuhan fraktur.
Penanganan pascaoperatif yaitu perawatan luka dan pemberian antibiotik
untuk mengurangi risiko infeksi, pemeriksaan radiologik serial, darah
lengkap, serta rehabilitasi berupa latihan-latihan secara teratur dan
bertahap sehingga ketiga tujuan utama penanganan fraktur bisa tercapai,
yakni union (penyambungan tulang secara sempurna), sembuh secara
anatomis (penampakan fisik organ anggota gerak; baik, proporsional), dan
sembuh secara fungsional (tidak ada kekakuan dan hambatan lain dalam
melakukan gerakan).
4) ORIF
ORIF adalah suatu bentuk pembedahan dengan pemasangan internal
fiksasi pada tulang yang mengalami fraktur. Fungsi ORIF untuk
mempertahankan posisi fragmen tulang agar tetap menyatu dan tidak
mengalami pergeseran. Internal fiksasi ini berupa Intra Medullary
Nail biasanya digunakan untuk fraktur tulang panjang dengan tipe
fraktur tranvers.
a. Retensi/Immobilisasi
Upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang sehingga
kembali seperti semula secara optimun. Imobilisasi fraktur.
Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi, atau
dipertahankan dalam posisi kesejajaran yang benar sampai terjadi
penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna
atau interna. Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips,
bidai, traksi kontinu, pin dan teknik gips, atau fiksator eksterna.
Implan logam dapat digunakan untuk fiksasi interna yang
berperan sebagai bidai interna untuk mengimobilisasi fraktur.
b. Rehabilitasi
Menghindari atropi dan kontraktur dengan fisioterapi.  Segala
upaya diarahkan pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak.
Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan.
Status neurovaskuler (mis. pengkajian peredaran darah, nyeri,
perabaan, gerakan) dipantau, dan ahli bedah ortopedi diberitahu
segera bila ada tanda gangguan neurovaskuler.
c. Pathway
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
H. Rencana Asuhan Klien Dengan Fraktur Femur
a. Pengkajian
1.Pemeriksaan fisik: data fokus
1) Primery survey
a. Airway: Memastikan kepatenan jalan napas tanpa adanya
sumbatan atau obstruksi,
b. Breathing: memastikan irama napas normal atau cepat, pola
napas teratur, tidak ada dyspnea, tidak ada napas cuping
hidung,dan suara napas vesikuler,
c. Circulation: nadi lemah/ tidak teraba, cepat >100x/mt, tekanan
darah dibawah normal bila terjadi syok, pucat oleh karena
perdarahan, sianosis, kaji jumlah perdarahan dan lokasi,
capillary refill >2 detik apabila ada perdarahan.
d. Disability: kaji tingkat kesadaran sesuai GCS, respon pupil
anisokor apabila adanya diskontinuitas saraf yang berdampak
pada medulla spinalis.
e. Exposure/Environment: fraktur terbuka di femur dekstra, luka
laserasi pada wajah dan tangan, memar pada abdomen, perut
semakin menegang.
2) Secondary survey
a. Fokus Asesment
1. Kepala: Wajah, kulit kepala dan tulang tengkorak, mata,
telinga, dan mulut. Temuan yang dianggap kritis:
Pupil tidak simetris, midriasis tidak ada respon terhadap
cahaya ?
Patah tulang tengkorak (depresi/non depresi,
terbuka/tertutup)?
Robekan/laserasi pada kulit kepala?
Darah, muntahan atau kotoran di dalam mulut?
Cairan serebro spinal di telinga atau di hidung?
Battle sign dan racoon eyes?
2. Leher: lihat bagian depan, trachea, vena jugularis, otot-otot
leher bagian belakang. Temuan yang dianggap kritis:
Distensi vena jugularis, deviasi trakea atau tugging,
emfisema kulit
3. Dada: Lihat tampilan fisik, tulang rusuk, penggunaan otot-
otot asesoris, pergerakan dada, suara paru. Temuan yang
dianggap kritis: Luka terbuka, sucking chest wound, Flail
chest dengan gerakan dada para doksikal, suara paru hilang
atau melemah, gerakan dada sangat lemah dengan pola
napas yang tidak adekuat (disertai dengan penggunaaan
otot-otot asesoris).
4. Abdomen: Memar pada abdomen dan tampak semakin
tegang, lakukan auskultasi dan palpasi dan perkusi pada
abdomen. Temuan yang dianggap kritis ditekuannya
penurunan bising usus, nyeri tekan pada abdomen bunyi
dullness.
5. Pelvis: Daerah pubik, Stabilitas pelvis, Krepitasi dan nyeri
tekan. Temuan yang dianggap kritis: Pelvis yang lunak,
nyeri tekan dan tidak stabil serta pembengkakan di daerah
pubik
6. Extremitas: ditemukan fraktur terbuka di femur dextra dan
luka laserasi pada tangan. Anggota gerak atas dan bawah,
denyut nadi, fungsi motorik, fungsi sensorik.Temuan yang
dianggap kritis: Nyeri, melemah atau menghilangnya
denyut nadi, menurun atau menghilangnya fungsi sensorik
dan motorik.
7. Pemeriksaan tanda-tanda vital yang meliputi suhu, nadi,
pernafasan dan tekanan darah.
Pemeriksaan status kesadaran dengan penilaian GCS (Glasgow Coma Scale):
terjadi penurunan kesadaran pada pasien.

b. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1 : Nyeri akut
1. Definisi : Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau
digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (International
Association for the study of Pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari
intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau
diprediksi dan berlangsung < 6 bulan.
2. Batasan karakteristik
1) Perubahan selera makan
2) Perubahan tekanan darah
3) Perubahan frekuensi jantung
4) Perubahan frekuensi pernapasan
5) Laporan isyarat
6) Diaforesis
7) Perilaku distraksi (mis. Berjalan mondar-mandir mencari orang lain dan atau
aktivitas lain, aktivitas yang berulang)
8) Mengekspresikan perilaku (mis. Gelisah, merengek, menangis)
9) Masker wajah (mis. Mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata
berpencar atau tetap pada satu focus meringis)
10) Sikap melindungi area nyeri
11) Fokus menyempit (mis. gangguan persepsi nyeri, hambatan proses berfikir,
penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
12) Indikasi nyeri yang dapat diamati
13) Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
14) Sikap tubuh melindungi
15) Dilatasi pupil
16) Melaporkan nyeri secara verbal
17) Gangguan tidur
3. Faktor yang berhubungan
Agen cedera (mis. biologis, zat kimia, fisik, psikologis)

Diagnosa 2 : Hambatan mobilitas fisik


1. Definisi : keterbatasan dalam, pergerakan fisik mandiri dan terarah pada tubuh
atau satu ekstremitas atau lebih (sebutkan tingkatnya) :
Tingkat 0 : mandiri total
Tingkat 1 : memerlukan penggunaan peralatan atau alat bantu
Tingkat 2 : memerlukan bantuan dari orang lain untuk pertolongan,
pengawasan, atau pengajaran
Tingkat 3 : membutuhkan bantuan dari orang lain dan peralatan atau alat bantu
Tingkat 4 : ketergantungan, tidak berpartisipasi dalam aktivitas
2. Batasan karaktersitik
Objektif
a) Penurunan waktu reaksi
b) Kesulitan membolak balik tubuh
c) Asyik dengan aktivitas lain sebagai pengganti pergerakan (misalnya
peningkatan perhatian terhadap aktivitas orang lain, perilaku
mengendalikan, berfokus pada kondisi sebelum sakit atau ketunadayaan
aktivitas)
d) Dispnea saat beraktivitas
e) Perubahan cara berjalan (misalnya penurunan aktivitas dan kecepatan
berjalan, kesulitan untuk memulai berjalan, langkah kecil, berjalan dengan
menyeret kaki, pada saat berjalan badan mengayun ke samping)
f) Pergerakan menyentak
g) Keterbatasan kemampuan untuk melakukan keterampilan motorik halus
h) Keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan motorik kasar
i) Keterbatasan rentang pergerakan sendi
j) Tremor yang diinduksi oleh pergerakan
k) Ketidakstabilan postur tubuh (saat melakukan rutinitas aktivitas kehidupan
sehari-hari)
l) Melambatnya pergerakan
m) Gerakan tidak teratur atau tidak terkoordinasi
3. Faktor yang berhubungan
a) Intoleransi aktivitas
b) Perubahan metabolism selular
c) Ansietas
d) Indeks masa tubuh di atas perentil ke 75 sesuai usia
e) Gangguan kognitif
f) Konstraktur
g) Kepercayaan budaya tentang aktivitas sesuai usia
h) Fisik tidak bugar
i) Penurunan ketahanan tubuh
j) Penurunan kendali otot
k) Penurunan massa otot
l) Malnutrisi
m) Gangguan musculoskeletal
n) Gangguan neuromuskular, nyeri
o) Agens obat
p) Penurunan kekuatan otot
q) Kurang pengetahuan tentang aktivitas fisik
r) Keadaan mood depresif
s) Keterlambatan perkembangan
t) Ketidaknyamanan
u) Disuse, kaku sendi
v) Kurang dukungan lingkungan (misal fisik atau sosial)
w) Keterbatasan ketahanan kardiovaskuler
x) Kerusakan integritas struktur tulang
y) Program pembatasan gerak
z) Keengganan memulai pergerakan
aa) Gaya hidup monoton
bb) Gangguan sensori perseptual

Perencanaan
No. Dx Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Setelah dilakukan asuhan 1. Pemberian analgesik 1. Menggunakan agen-agen
keperawatan selama … x farmakologi untuk
24 jam diharapkan pasien mengurangi atau
tidak mengalami nyeri 2. Manajemen medikasi menghilangkan nyeri
dengan kriteria hasil : 2. Memfasilitasi
1. Memperlihatkan teknik penggunaan obat resep
relaksasi secara 3. Manajemen nyeri atau obat bebas secara
individual yang efektif aman dan efektif
untuk mencapai 3. Meringankan atau
keamanan mengurangi nyeri
2. Mempertahankan 4. Manajemen sedasi sampai pada tingkat
tingkat nyeri pada __ kenyamanan yang dapat
atau kurang diterima oleh pasien
3. Melaporkan nyeri pada 4. Memberikan sedative,
penyedia layanan memantau respon
kesehatan pasien, dan memberikan
4. Tidak mengalami dukungan fisiologis
gangguan dalam yang dibutuhkan selama
frekuensi pernapasan, prosedur diagnostic atau
frekuensi jantung atau terapeutik
tekanan darah
2. Setelah dilakukan asuhan Exercice therapy : ambulation
keperawatan selama … x 1. Monitoring vital sign 1. Mencegah terjadinya
24 jam diharapkan pasien sebelum/sesudah latihan penurunan kondisi atau
tidak mengalami hambatan dan lihat respon pasien cedera pada pasien saat
mobilitas fisik dengan saat latihan dilakukan tindakan.
kriteria hasil : 2. Konsultasikan dengan 2. Meningkatkan mobilitas
1. Klien meningkat dalam terapi fisik tentang rencana pasien sesuai kondisi
aktivitas fisik ambulasi sesuai dengan pasien
2. Mengerti tujuan dari kebutuhan.
peningkatan mobilitas 3. Bantu pasien untuk
3. Memverbalisasikan menggunakan tongkat saat 3. Membantu
perasaan dalam berjalan dan cegah meningkatkan kekuatan
meningkatkan kekuatan terhadap cedera dan ketahanan otot.
dan kemampuan 4. Ajarkan pasien atau tenaga
berpindah kesehatan lain tentang
4. Memperagakan teknik ambulasi 4. Mampu melakukan
kemampuan alat 5. Kaji kemampuan pasien tindakan secara mandiri
5. Bantu untuk mobilisasi dalam mobilisasi dan termotivasi untuk
(walker) 6. Latih pasien dalam meningkatkan mobilitas
pemenuhan kebutuhan 5. Mengetahui sejauh mana
ADLs secara mandiri peningkatan mobilisasi.
sesuai kemampuan 6. Agar pasien mampu
7. Dampingi dan bantu pasien melakukan aktivitas
saat mobilisasi dan bantu secara mandiri.
pemenuhan kebutuhan
ADLs pasien 7. Meningkatkan motivasi
8. Berikan alat bantu jika pasien dalam melakukan
pasien memerlukan aktivitas sehari-hari

9. Ajarkan pasien bagaimana 8. Mampu melakukan


merubah posisi dan berikan aktivitas secara mandiri
bantuan jika diperlukan guna meningkatkan
mobilitas
9. Meningkatkan
kesejahteraan fisologis
dam psikologis

Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang dimulai
setelah perawat menyusun rencana keperawatan. Implementasi keperrawatan adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari
masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
Evaluasi
Evaluasi yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa
jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian peoses
menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari pengkajian,
diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi itu sendiri.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Identitas
Nama : Tn. S
Umur : 19 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Pekerjaan : TNI
Status pernikahan : Belum menikah
Alamat : Asmil Lionip 721
Tanggal MRS/Pengkajian : 17/5/2022
Dignosa Medis : Close Frakrur Femur
B. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. S
Umur : 42 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan terakhir : SMP
Pekerjaan : IRT
Hubungan Keluarga : Orang Tua
Alamat : Pangkep
C. Tindakan Pra Hospital : (beri tanda centang/√)
[ ]RJP [ ] Bidai
[√ ] Spalak [√] Infus
[ ] Collar Neck [ ] Oksigen
[ ] OPA [ ] NPA
[ ] Obat – Obatan (obat anti nyeri)
D. Triage
1. Keluhan Utama : Nyri pada paha seblah kiri
2. Riwayat Keluhan utama : klien mengatakan nyeri dirasakan sejak sore tadi
akibat trauma benturan keras saat latihan bela diri
3. Label Triage : [ ] Merah [ √ ] Kuning [ ] Hijau [ ] Hitam
4. TTV : TD :129/82 mmhg N:60x/m
P:20x/m S: 36,5ºc
E. Pengkajian Primer
1. Airway (Jalan Nafas)
Jalan nafas paten : [ ] ya [ ] tidak Sumbatan jalan nafas : [ ] ya
[ ] tidak Sumbatan jalan nafas oleh :
[] tidak ada sumbatan jalan nafas [ ] darah [ ] bronkospasme [
] lendir/secret [ ] benda asing [ ] lidah
Dapat berbicara : [ ] ya [ ] tidak
Posisi Kepala : Baik tidak ada luka
Bunyi nafas : [ ] tidak ada bunyi nafas tambahan [ ] gurgling [ ] stridor
[ ] snoring
Kesimpulan Masalah :
Tidak terdapat masalah pada pengkajian airway
2. Breathing
Bernafas : [ ] ya [ ] tidak
[ ] dispnoe [ ] apnoe [ ] sianosis Sesak : [ ] ya [ ] tidak
Sesak muncul karena : [ ] aktivitas [ ] tanpa aktivitas Frekuensi
pernafasan : 20x/menit
Kedalaman pernafasan : [ ] dalam [ ] dangkal Penggunaan otot
tambahan : [ ] ya [ ] tidak
Pergerakan dinding dada :[ ] simetris [ ] tidak simetris
Pernafasan cuping hidung : [ ] ya [ ] tidak
Batuk : [ ] ya [ ] tidak [ ] produktif [ ] tidak produktif Irama
pernafasan : [ ] irregular [ ] regular
Jenis Pernafasan : Normal
Bunyi pernafasan abnormal :[ ] wheezing [ ] ronkhi[ ] krekels
Kesimpulan Masalah :
Tidak terdapat masalah pada pengkajian breating
3. Circulation
Frekuensi Nadi :60x/ menit : takikardia / bradikardia
[ ] ya [] tidak
Kualitas nadi : [ ] kuat [ ] lemah
irama nadi : [ ] regular [ ] irreguler Warna kulit :
Sianosis : [ ] ya [ ] tidak Cappilarry refill time : 1 detik
Suhu Akral : [ ] dingin [] hangat Nyeri dada : [ ] ya [ ] tidak
Karakteristik nyeri dada :
Pucat : [ ] ya [ ] tidak Epistaksis : [ ] ya [] tidak
Edema : [ ] ya [ ] tidak lokasi edema :
Kesemutan : [ ] ya [] tidak Gemetar : [ ] ya [] tidak Aritmia/disritmia : [
] ya [] tidak
Perdarahan external : [ ] ya [ ] tidak
Lokasi perdarahan : jumlah darah: cc, Oliguria : [ ] ya [ ] tidak
Kesimpulan Masalah :
Tidak terdapat msalah pada pengkajian circulation
4. Disability
Jenis kesadaran : composmentis
Nilai GCS :15 E :4 M :6 V :5
E4: mampu membuka mata dengan spontan
M6: dapat mengikuti perintah
V5: mampu berbicara dengan jelas
Allert : sadar penuh
Verbal : bereaksi terhadap perintah
Pain : bereaksi terhadap nyeri
Unresponsive : pasien mampu merespon semua ransangan yang diberikan
Kondisi pupil : Normal mengecil saat terkena cahaya
simetris kiri/kanan : [  ] ya [ ] tidak
Reaksi terhadap cahaya : isokor
Kesimpulan Masalah :
Tidak terdapat masalah pada pemeriksaan disability
5. Expossure dan environment
Luka/cedera : [ ] ya [ ] tidak (paha seblah kiri )
Memar : [] ya [ ] tidak (memar di bagian paha )
Perdarahan : [ ] ya [ ] tidak
Karakteristik perdarahan :
Bau alcohol [ ] ya [ ] tidak Bau bahan bakar [ ] ya[ ] tidak
Bau urin [ ] ya [] tidak
Kesimpulan Masalah :
Terdapat luka cedera pada paha seblah kiri
F. Pengkajian Sekunder
1. Pemeriksaan fisik (Head to toe) dengan metode Inspeksi, Palpasi, Perkusi,
Auskultasi
Keadaan Umum : [ ] lemah[ ] biasa pasien sadar : [] ya[ ] tidak
Penampilan : [] Rapi [ ] berantakan
Ekspresi Wajah : meringis
Kesimpulan Masalah :
Pasien mengeluh nyeri

Kepala
Luka : [ ] ya [  ] tidak perubahan bentuk : [ ] ya [ ] tidak Kepala
tidak simetris : [ ] ya [] tidak
Teraba fragmen tulang yang tertekan : [ ] ya [] tidak
Hematoma : : [ ] ya [ ] tidak laserasi : : [ ] ya [ ] tidak
Nyeri : : [ ] ya [ ] tidak
Ekimosis : [ ] ya [  ] tidak
Ekimosis dibelakang telinga : [ ] ya [ ] tidak
Ekimosis periorbital : [ ] ya [] tidak
Data tambahan :
Kesimpulan Masalah :
Tidak terdapat masalah pada pengkajian kepala

Wajah : (mata, telinga, hidung, mulut)


Kesimetrisan wajah : [ ] ya [ ] tidak
cairan/ darah yang keluar dari telinga : [ ] ya [ ] tidak cairan/
darah yang keluar dari hidung : [ ] ya [ ] tidak cairan/ darah
yang keluar dari mulut : [ ] ya [ ] tidak
kesimetrisan pupil : [ ] ya [ ] tidak
respon pupil terhadap cahaya : mengecil saat terkena cahaya, dab besar
pupil sama (isokor)
fungsi ketajaman penglihatan: baik tidak ada keluhan penurunan kualitas
penglihatan
Mampu membuka dan menutup mulut : [ ] ya [ ] tidak
Laserasi pada mulut : [ ] ya [ ] tidak
Benda asing pada mulut : [ ] ya [  ] tidak jenis benda asing : Gigi
hilang atau goyah : [ ] ya [ ] tidak
Data tambahan :
Kesimpulan Masalah :
Tidak ada masalah pada pengkajian mata, telinga hidung dan mulut

Leher ;(pada pemeriksaan leher pastikan leher tidak


bergerak/sengaja digerakkan terutama pada kondisi trauma)
Terdapat luka : [ ] ya [  ] tidak terdapat jejas : [ ] ya [ ] tidak
Terdapat ekimosis : [ ] ya [ ] tidak
Terjadi distensi pembuluh darah leher : [ ] ya [ ] tidak Krepitasi/udara
dibawah kulit : [ ] ya [] tidak
Deviasi trachea : [ ] ya [] tidak
Suara abnormal arteri carotid : [ ] ya [] tidak
Terdapat trauma penetrasi : [ ] ya [] tidak
Data tambahan :
Kesimpulan Masalah :
Tidak terdapat masalah pada pengkajian leher

Dada
Kesimetrisan dada : [ ] ya [ ] tidak
Perubahan bentuk : [ ] ada [ ] tidak
Terdapat luka : [ ] ya [ ] tidak
Terdapat lebam/jejas : [ ] ya [] tidak
Terdapat luka terbuka : [ ] ya [ ] tidak
Krepitasi/udara dibawah kulit : [ ] ya [ ] tidak
Hasil auskultasi Bunyi jantung : Terdenga bunyi s1 lub dan s2 dup
Hasil Auskultasi Bunyi paru paru : sonor
Data tambahan :
Kesimpulan Masalah :
Tidak terdapat masalah pada pemeriksaan dada

Abdomen
Terdapat memar : [ ] ya [ ] tidak
Terdapat objek yang menancap : [ ] ya [ ] tidak
Terdapat pengeluaran isi perut : [ ] ya [ ] tidak
Hasil auskultasi pada abdomen : bising usus 13x/menit
Teraba dinding perut kaku : [ ] ya [ ] tidak
Teraba nyeri abdomen : [ ] ya [] tidak Kualitas : skala : Terdapat
perilaku melindungi nyeri : [ ] ya [ ] tidak
Data tambahan :
Kesimpulan Masalah :
Tidak terdapat masalah pada pengkajian abdomen

Pelvis
Terdapat lebam/jejas : [ ] ya [ ] tidak
Terdapat perubahan bentuk : [ ] ya [] tidak
Terdapat trauma penetrasi : [ ] ya [] tidak
Priapismus : [ ] ya [] tidak
Darah pada rectum : [ ] ya [] tidak
Posisi prostat :
Darah pada saluran kemih : : [ ] ya [ ] tidak
Hematoma skrotum : [ ] ya [] tidak
Nyeri simpisis pubis : : [ ] ya [ ] tidak
Ekstremitas atas dan bawah : Ekstremitas atas normal, ekstremitas bawah
lemah akibat nyeri pada paha seblah kiri
Perubahan bentuk : [ ] ya [ ] tidak
Dislokasi : [] ya [ ] tidak
Ekimosis: : [ ] ya [] tidak
Pembengkakan : [] ya [ ] tidak
Terdapat luka : [ ] ya [] tidak
Hasil pemeriksaan fungsi sensorik : dapat merespon ransangan yang
diberikan
Hasil pemeriksaan fungsi mototrik: fungsi motorik normal
Hasil pemeriksaan neuromuscular :
Krepitasi /udara dibawah kulit : [ ] ya [ ] tidak
Data tambahan :
Kesimpulan Masalah :
Tidak terdapat masalah pada pengkjian pelvis

Punggung
Terdapat jejas : [ ] ya [] tidak lokasi :
Terdapat lebam : : [ ] ya [ ] tidak lokasi :
Terjadi perubahan warna : : [ ] ya [ ] tidak lokasi :
Terdapat luka terbuka : [ ] ya [ ] tidak lokasi :
Terjadi perubahan bentuk tulang belakang: [ ] ya [ ] tida lokasi :
Terjadi pergeseran tulang belakang : [ ] ya [] tidak lokasi :
Terjadi penonjolan tulang belakang : [ ] ya [] tidak lokasi :
Nyeri tulang belakang : [ ] ya [ ] tidak
Data tambahan :
Kesimpulan Masalah :
Tidak terdapat masalah pada pemeriksaan punggung
2. Anamnesa
a. Keluhan saat ini: nyeri paha seblah kiri
Tanda dan gejala yang dirasakan : nyeri dirasakan seperti tertusuk-
tusuk
1) Kapan pertama kali keluhan muncul?: keluhan muncul setelah
terjadi trauma benturan keras akibat latihan bela diri
a) Kronologis munculnya gejala :klien mengatakan sedang latihan
bela diri dengan temannya kemudian terjadi kecelakaan yang
menyebabkan kaki klien patah
lamanya gejala : sejak siang
b) Muncul pertama kali saat : siang tadi
c) Apakah ada orang disekitarnya yang memiliki gejala serupa: [ ]
ya [ ] tidak
2) Apakah ada factor yang memepengaruhi? : karena terjadinya
trauma saat latihan bela diri
3) Apakah ada gejala lain yang muncul selain keluhan utama? : tidak
ada
4) Apakah sudah ada upaya pengobatan yang sudah
dilakukan sebelumnya?: ada, pemasangan infus rl 20tpm, bidai,
dan pemberian obat anti nyeri
b. Apakah memiliki Alergi terhadap obat dan makanan atau yang lain? :
tidak ada
c. Pengobatan yang sedang dijalankan : tidak ada
d. Riwayat Kesehatan terkait :
1) Apakah keluhan ini pernah terjadi sebelumnya? [ ] ya[] tidak
2) Apakah pasien pernah menjalani operasi : [ ] ya []
3) Apakah ada Riwayat keluarga yang mempengaruhi keluhan saat
ini? : tidak ada
4) Apakah ada factor psikososial yang dapat memepengaruhi
keadaan pasien? : tidak ada
5) Apakah pasien memiliki dokter pribadi? : tidak ada
e. Kapan terakhir minum obat? : klien mengatakan sudah tidak
mengingatnya
f. Apa makanan yang terakhir dikonsumsi pasien? : nasi putih
g. Kejadian -kejadian yang menyertai keluhan saat ini : tidak ada
h. Apakah ada penggunaan alat bantu khusus untuk membantu
penglihatan, pendengaran, bahasa? : tidak ada
i. Riwayat penggunaan Alkohol : [ ] ya [ ] tidak
Riwayat Penyalahgunaan Obat-obatan : [ ] ya [ ] tidak
Data tambahan :
Kesimpulan Masalah :
Tidak ada faktor lain yang menyertai keluhan saat ini, keluhan muncul
karena kecelakaan saat melakukan latihan bela diri
3. Pemeriksaan penunjang :

Nama test Hasil Satuan Nilai rujukan


HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Hemoglobin (HGB) 13.3 g/dL 12-16
Eritrosit (RBC) 4.55 Juta/uL 4.1-5.1
Hematokrit (HTC) 39 % 36-47
Leukosit (WBC) 19.3* Ribu/Ul 4.0-11.0
Trombosit (PLT) 264 Ribu/Ul 150-450
MCV 86 fL 81-99
MCH 29 Pg 27-31
MVHC 34 g/dL 31-37
MPV 10* fL 6.5-9.5
Hitung Jenis Leukosit
Neutrofil 89.0* % 50-70
Limposit 6.0* % 20-40
Monosit 5.6 % 2-8
NRL 14.83* Cuttoff <3.13
ALC 1157* Juta/L >1500

4. Terapi medis :

Nama obat Fungsi Cara Jam


Dexketofropen Obat yang berfungsi meredakan cari Iv 23.40
ringan hingga sedang akibat kondisi
tertenti
Omeprazole Obat untuk menagani penyakit Iv 23.40
lambung
Pembahasan Mengenai Perbandingan Kasus Nyata Dan Teori

Fraktur atau patah tulang merupakan istilah hilangnya kontinuitas jaringan tulang
rawan, baik yang bersifat total maupun sebagian.
Serly Flutfi (2020) mengemukakan dari hasil penelitiannya bahwa dari kemapat
kasus yang mengalami fraktur femur dengan masalah prioritas masalah nyeri akut
berhubungan dengan agen pencedera fisik. Nyeri akut yang dialami klien disebabkan
terjadinya pergeseran fregmen fraktur yang bertindihan, atau cedera pada struktur
sekitarnya.
Masalah utama yang menjadi prioritas pada kasus fraktur adalah nyeri akut
berhubungan dengan agen pencedera fisik. Dalam laporan pendahuluan diatas
berdasarkan fatway terdapat beberapa diagnosa yang mungkin saja muncul
diantaranya:
1. Nyeri
2. Hambatan mobilitas fisik
3. Risiko tinggi trauma
4. Risiko tinggi infeksi
5. Risiko syok hipovolemik
6. Defisit perawatan diri
7. Ansietas
8. Kurang pengetahuan
Adapun diangnoa yang saya angkat yaitu
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
Dimana data penunjang yang mendukung diagnosa ini diangkat antara lain:
a. Klien mengeluh nyeri dirasakan terus- menerus,
b. keluhan akan bertambah parah jika kaki di gerakkan
c. klien nampak meringis
d. skala nyeri 6
e. TTV: TD : 129/82mmhg
N: 60x/m p:20x/m S:36,5ºc Spo2:99%
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur
tulang
Data penunjangnya antara lain:
a. Klien mengeluh nyeri saat menggerakkan kakinya
b. Klien mengatakan takut untuk menggerakkan kakinya
c. Klien nampak lemas
d. Klien nampak cemas saat kakinya di gerakkan.
KESIMPULAN
Berdasarkan teori dan fakta pada kasus close fraktur femu, dipat diambil
kesimpulan terdapat beberapa perbedaan antara teori dan fakta yang di temiukan
di rs diantaranya.
1. Berdasarkan kasus nyata dan teori, tidak semua diagnosa yang muncul pada
teori dapat diambil saat pengkajian kasus nyata. Semua diagnosa harus
disesuaikan dengan keluhan klien
2. Pada konsep medis juga dijelaskan terdapat bebrapa komlikasi yang mungkin
terjadi pada klien yang mengalami fraktur
a. Syok
Syok hipovolemik atau traumatik akibat pendarahan (baik kehilangan darah
eksterna maupun interna)
b. Emboli lemak
Setelah terjadi fraktur panjang atau pelvis, fraktur multiple atau cidera remuk
dapat terjadi emboli lemak, khususnya pada pria dewasa muda 20-30 tahun.
c. Sindrom Kompertemen
Sindrom kompartemen adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan
tekanan interstisial di dalam ruangan yang terbatas, yaitu di dalam
kompartemen osteofasial yang tertutup.
d. Nekrosis avaskular tulang
Cedera, baik fraktur maupun dislokasi, seringkali mengakibatkan iskemia
tulang yang berujung pada nekrosis avaskular.
e. Atropi Otot
Atrofi adalah pengecilan dari jaringan tubuh yang telah mencapai ukuran
normal. Mengecilnya otot tersebut terjadi karena sel-sel spesifik yaitu sel-sel
parenkim yang menjalankan fungsi otot tersebut mengecil.
Namun pada kasus yang saya temukan di rs klien tidak mengalmi komplikasi
3. Pada konsep medis juga dijelaskan bahwa klien yang mengalami fraktur
femur besar kemungkinan akan mengalami memar pada abdomen. Namun
kasus yang saya temukan tidak terdapa memar pada abdomen.
DAFTAR PUSTAKA

NANDA.(2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi


2018-2020 (11th ed). Jakarta: EGC.
Brunner, Suddarth. 2015. Buku Ajar keperawatan medikal bedah, edisi 8 vol.3.
EGC. Jakarta.
Desiartama, A., & Aryana, I. W. 2017. Gambaran Karakteristik Pasien Fraktur
Akibat Kecelakan Lalu Lintas Pada Orang Dewasa Di Rumah Sakit Umum
Pusat Sanglah Denpasar Tahun 2013. E-Jurnal Medika Udayana, 6(5).
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. 2016. Asuhan Keperawatan Purwanto, H. 2016.
Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.watan
Praktis. Yogyakarta: Mediaction Jogja.
Nyeri.https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/0a3e5b2c1e3b90b4
85f882c78755367.pdf(diakses pada 18 MEI 2022)

Anda mungkin juga menyukai