Oleh :
ALDI ASHAR RUSTAM
21.0601.0040
2. Etiologi Fraktur
Fraktur femur dapat terjadi mulai dari proksimal sampai distal. Untuk
mematahkan batang femur pada orang dewasa, diperlukan gaya yang
besar. Kebanyakan fraktur ini terjadi pada pra muda yang mengalami
kecelakaan bermotor atau jatuh dari ketinggian. Biasanya, klien ini
mengalami trauma multipel. Pada fraktur femur ini klien mengalami
syok hipovolemik karena kehilanagan banyak darah maupun syok
neurogenik karena nyeri yang sangat heba (muttaqn, 2008).
3. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya
pegas untuk menahan tekanan. Tetapi apabila tekanan eksternal datang
lebih besar daripada tekanan yang diserap tulang, maka terjadilah
trauma tulang yang dapat mengakibatkan rusaknya atau terputusnya
kontinuitas tulang.
Fraktur atau gangguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma
gangguan adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik,
gangguan metabolik, patologik. Kemampuan otot mendukung tulang
turun, baik yang terbuka maupun yang tertutup. Kerusakan pembuluh
darah akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah menurun.
COP menurun maka terjadilah perubahan perfusi jaringan. Hematoma
akan mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi edema lokal maka
penumpukan di dalam tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan
mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa
nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi
neurovaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik
terganggu. Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan
lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan
udara luar dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan
kerusakan integritas kulit.
5. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas,
pemendekan ekstremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan
perubahan warna. Gejala umum fraktur adalah rasa sakit,
pembengkakan, dan kelainan bentuk.
a. Nyeri terus-menerus dan bertambah beratnya sampai
fragmentulang dimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur
merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk
meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
b. Setelah terjadi fraktur,bagian-bagian yang tak dapat digunakan dan
cenderung bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa)
bukannya tetap rigid seperti normalnya. Pergeseran fragmen pada
struktur lengan atau tungkai menyebabkan deformitas (terlihat
maupun teraba) ekstremitas yang bisa diketahui dengan
membandingkan ekstremitas normal. Ekstremitas tak dapat
berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada
integritas tulang tempat melengketnya otot.
6. Komplikasi
a. Komplikasi dini
Komplikasi dini harus ditangani dengan serius oleh perawat yang
melaksanakan asuhan keperawatan pada klien fraktur femur.
Komplikasi yang biasanya terjadi pada pasien fraktur femur adalah
sebagai berikut:
1) Syok yaitu terjadi perdarahan sebanyak 1-2 liter walaupun
fraktur bersifat tertutup.
2) Emboli lemak sering didapatkan pada penderita muda dengan
fraktur femur. Klien perlu menjalani pemeriksaan gas darah.
3) Trauma pembuluh darah besar yaitu ujung fragmen tulang
menembus jaringan lunak dan merusak arteri femoralis
sehingga menyebabkan kontusi dan oklusi atau terpotong sama
sekali.
4) Trauma saraf yaitu trauma pada pembuluh darah akibat tusukan
fragmen dapat disertai kerusakan saraf yang bervariasi dari
neorpraksia sampai aksono temesis. Trauma saraf dapat terjadi
pada nervus isikiadikus atau pada cabangnya, yaitu nervus
tibialis dan nervus peroneus komunis.
5) Trombo-emboli terjadi pada pasien yang menjalani tirah baring
lama, misalnya distraksi di tempat tidur, dapat mengalami
komplikasi trombo emboli.
6) Infeksi terjadi pada fraktur terbuka akibat luka yang
terkontaminasi. Infeksi dapat pula terjadi setelah tindakan
operasi (muttaqqin,2008).
7. Penatalaksanaan
Prinsip penanganan fraktur meliputi reduksi, imbobilisasi dan
pengembalian fungsi serta kekuatan normal dengan rehabilitasi.
Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada
kesejajarannya dan rotasi anatomis. Metode untuk mencapai reduksi
fraktur adalah dengan reduksi tertutup, traksi, dan reduksi terbuka.
Metode yang di pilih untuk reduksi fraktur bergantung pada sifat
frakturnya.
Diagnosa keperawatan
Adapun diagnosis keperawatan yang lazim dijumpai pada klien
fraktur femur adalah sebagai berikut. Nyeri akut berhubungan
dengan agen cedera fisik
8. Rencana keperawatan
Riwayat Kesehatan Sekarang Studi Dokumentasi:
(Keluhan Utama) Pasien masuk ke RSUD MERAH
PUTIH melalui poli ortopedi pada
tanggal 21 september 2021 pada
pukul 11.00 WIB, Untuk melepas
implan yang terpasang sejak 2012 di
kaki kiri bagian tibia dan untuk
melakukan operasi pelepasan
( Keluhan saat dikaji ) Wawancara :
Saat dilakukan pengkajian pada hari
Selasa 21 september 2021 pukul
13.00 WIB di bangsal Ngawen,
pasien mengeluhkan untuk
melakukan pelepasan implant yang
terpasang di kaki kiri bagian tibia
badannya masih terasa lemah,
Eliminasi Sakit
Observasi dan wawancara:
2021:
leukosit 11.210/mm3
hematokrit 40 %
DO :
● Pasien tampak meringis.
● Pasien takut menggerakkan kaki
nya.
● TD : 110/60 mmHg, N :80 x/m,
RR : 20 x/menit, S: 36,5 ᵒc
DS :
● Pasien mengatakan nyeri
pada bekas luka masih terasa
saat bergerak.
● Pasien mengatakan kedua
kakinya merasa kaku.
● Pasien mengatakan aktifitas
dibantu oleh keluarga dan
perawat.
DO
● Kaki pasien tampak dibalut
kassa
● Pasien tampak berbaring di
tempat tidur
● Pasien tampak tidak mau
menggerakkan kakinya
karena nyeri.
Dari analisa masalah diatas
ditemukan masalah keperawatan
hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan gangguan
muskuloskletal
DS :
● Pasien mengatakan gatal
pada daerah luka.
DO :
● Luka pasien masih terlihat
basah dan terlihat sedikit ada
cairan eksudat pada luka,
warna putih kuning. luka
kemerahan, luka tidak
berbaun dan tidak ada
pembengkan disekitar luka.
● Hasil labor
pasien didapatkan
leukosit 14.120/mm3
No Diagnosa Keperawatan
Table 4.2
Intervensi Keperawatan
mobilisasi mobilisasi.
b. Transfer performance
Kriteria Hasil :
Memverbalisasikan
perasaan
3. Implementasi Keperawatan
Implementasi yang dilakukan pada pasien sesuai dengan asuhan
keperawatan adalah sebagai berikut:
Implementasi keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik, implementasi yang dilakukan adalah
Melakukan pengkajian ulang nyeri secara komperhensif. Menggunakan teknik
komunikasi terapeutik dalam membina hubungan baik de ngan pasien. Memberikan
lingkungan yang nyaman pada pasien. Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam
Mengajarkan teknik imaginasi terbimbing Menyarankan melakukan teknik distraksi yaitu
mendengarkan musik/mengaji Memberikan ketorolac dan paracetamol yang telah
diresepkan oleh dokter.
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskletal, implementasi
yang dilakukan Mengkaji kemampuan pasien dalam mobilisasi. Melatih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan secara mandiri sesuai kemampuan, menganjurkan kepada
keluarga untuk mendampingi pasien saat mobilisasi dan bantu dalam pemenuhan
kebutuhannya, mengajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan memberikan bantuan
jika diperlukan.
c. Resiko infeksi berhubungan prosedur invasif, implementasi yang dilakukan adalah
Melakukan cuci tangan sebelum, sesudah ke pasien dan sebelum dan sesudah melakukan
tindakan ke pasien. Melakukan perawatan luka dengan mempertahankan kesterilan
instrument dan tangan. Memonitor tanda dan gejala terjadinya infeksi. Menganjurkan
kepada pasien untuk meningkatkan asupan nutrisi. Menganjurkan kepada pasien untuk
menjaga kebersihan diri. Memberikan cefoperazone dan cefixime yang telah diresepkan
oleh dokter.
4. Evaluasi Keperawatan
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang:
a) Keluhan Utama:
Pasien masuk ke RSUD MERAH PUTIH melalui poli ortopedi
pada tanggal 21 september 2021 pada pukul 11.00 WIB, Untuk
melepas implan yang terpasang sejak 2012 di kaki kiri bagian
tibia dan untuk melakukan operasi pelepasan implant , mual (-),
muntah (-), kejang (-). TTV : TD 110/7 mmHg, ND : 80
x/menit, suhu 36,5 0C, RR 20 x/menit.
b) Keluhan saat dikaji (PQRST):
Saat dilakukan pengkajian pada hari Selasa 21 september 2021
pukul 13.00 WIB di bangsal Ngawen, pasien mengeluhkan
untuk melakukan pelepasan implant yang terpasang di kaki kiri
bagian tibia badannya masih terasa lemah, 22 september 2021
tindakan pelepasan orif (pelepasan pen) dan pasien mengeluh
nyeri pada bekas luka operasi di bagian tibia sebelah kiri, nyeri
terasa berdenyut- denyut dengan skala nyeri 3, nyeri bertambah
saat kaki tersebut digerakkan, nyeri dirasakan ketika
menggerakannya dan ketika merubah posisi.
c) Riwayat kesehatan dahulu:
Pasien mengatakn mengalami kecelakaan tahun 2012, dan
mengalami patah pada kaki kiri bagian tibia. Pasien
mengatakan pada saat kecelakaan dibawa ke RSUD
TUDAR Kota Magelang, dan pasien mengatakan setuju untuk
pemasangan orif.
d) Riwayat Kesehatan Keluarga:
Keluarga pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang
mempunyai penyakit keturunan.
f. Data Psikologis
1) Status Emosional : terkontrol
2) Kecemasan : terkontrol
3) Pola Koping : dukungan dari keluarga dan diri pasien
sendiri baik tentang kondisi yang dialami pasien.
4) Gaya Komunikasi : komunikai pasien lancar dengan
menggunakan bahasa Indonesia dan Minangkabau.
g. Data sosial
Dalam kehidupan sehari hari pasien rukun dengan masyarakat dan
pasien bekerja sebagai seorang mahasiswa.
h. Data Spiritual
Pasien beragama islam, dan mengerjakan sholat 5 waktu sehari
semalam ketika sehat, dan pada keadaan sakit pasien bisa mengerjakan
sholat 5 waktu sehari semalam diatas tempat tidur dengan cara
berbaring.
i. Data Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Tanggal 21 september 2021
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Keterangan
Hemoglobin 13,8 g/dl P : 14-18 Tidak Normal
W : 12-16
Leukosit 11.210 /mm3 5000-10.000 Meningkat
Trombosit 214.000/mm3 150.000-400.000 Normal
Hematokrit 40 % P : 40-48 Normal
W : 37-43
Kalsium 10,0 mg/dl 8,1-10,4 Normal
Natrium 141 Mmol/L 136-145 Normal
Kalium 3,4 Mmol/L 3,5-5,1 Normal
Klorida serum 103 Mmol/L 97-111 Normal
B. PERENCANAAN KEPERAWATAN
No. Diagnosa Intervensi
Tujuan Tindakan
1 Nyeri a. Pain level Pain management :
akut Kriteria hasil : a. Lakukan pengkajian
berhubungan 1. Mealporkan nyeri secara
dengan nyeri berkurang komperhensif
agen cidera 2. Melaporkan termasuk lokasi,
fisik lamanya karakteristik, durasi,
nyeri frekuensi, kualitas,
dirasakan dan faktor
3. Tidak mengerang presipitasi.
4. Ekspresi b. Observasi reaksi
wajah releks nonverbal dari
5. Pasien tidak ketidak
mondar-mandi nyamanan.
r c. Gunakan teknik
6. Respiration rate komunikasi
dalam rentang terapeutik untuk
normal mengetahui
7. Blood pengalaman
pressure nyeri pasien.
dalam rentang d. Kontrol lingkungan
normal yang dapat
b. Pain control mempengaruhi nyeri
Kriteria hasil : seperti suhu
ruangan,
1. Mampu
pencahayaan dan
mengontrol nyeri,
kebisingan.
(tahu penyebab e. Kurangi faktor
nyeri, mampu presipitasi
menggunakan nyeri.
teknik f. Ajarkan teknik non
nonfarmakologis farmakologi.
untukmengurangi Tingkatkan istirahat.
nyeri, mancari g. Kolaborasi dengan
bantuan) dokter dalam
2. Melaporkan emberian analgetik.
bahwa nyeri
berkurang Analgesica
dengan dministration :
menggunakan a. Tentukan lokasi,
manajemen nyeri karakteristik,
3. Mampu kualitas, dan
mengenali nyeri, derajat nyeri
(skala, intensitas, sebelum pemberian
frekuensi, dan obat.
tanda nyeri) b. Cek instruksi dokter
4. Menyatakan rasa tentang jenis obat,
nyamanstelah dosis, dan
nyeri berkurang frekuensi.
5. Tanda-tanda vital c. Cek riwayat alargi.
dalam batas d. Berikan analgesik
normal. tepat waktu
c. Comfort level terutama saat nyeri
Kriteria hasil : hebat.
1. Nyeri berkurang e. Evaluasi efektivitas
2. Kecemasa analgesik, tanda
n dan gejala.
berkurang
3. Stres berkurang
4. Ketakuta
n
berkurang
2 Hambatan c. Joint
mobilitas fisik Movement: Exercise therapy :
berhubungan Active & ambulation
dengan Mobility g. Monitoring vital
gangguan Level sign sebelum dan
muskuloskletal Kriteria Hasil : sesudah atau
4. Klien sebelum latihan dan
meningkat lihat respon pasien
dalam saat latihan.
aktivitas fisik h. Konsultasikan
5. Mengerti dengan terapi fisik
tujuan dari tentang rencana
peningkatan ambulasi sesuai
mobilisasi dengan kebutuhan.
6. Memperagaka i. Bantu klien untuk
n penggunaan menggunakan
alat bantu tongkat saat
untuk berjalan dan cegah
mobilisasi terhadap cedera.
(walker) j. Kaji kemampuan
d. Transfer
performance
Kriteria Hasil : pasien dalam
1. mobilisasi.
Memverbalisa k. Latih pasien dalam
si kan pemenuhan
perasaan kebutuhan ADLs
dalam secara mandiri
meningkatkan sesuai
kekuatan dan kemampuan.
kemampuan l. Dampingi dan bantu
berpindah. pasien saat
mobilisasi dan
bantu pemenuhan
kebutuhan.
ADL’s
c. Berikana alat
bantu jika klien
memerlukan.
d. Ajarkan pasien
bagaimana
merubah posisi dan
berikan bantuan
jika diperlukan.
3 Resiko infeksi b. Immune status Infection Control
berhubungan Kriteria hasil: (Kontrol Infeksi)
prosedur a. Klien bebas dari q. Bersihkan
invasif tanda dan gejala lingkungan
infeksi setelah dipakai
b. Mendeskripsika pasien lain
n proses r. Batasi
penularan pengunjung bila
penyakit perlu
c. Menunjukkan s. Instruksikan kepada
kemampuan pengunjung untuk
untuk mencegah mencuci tangan saat
timbulnya infeksi berkunjung dan
d. Jumlah leukosit setelah berkunjung
dalam batas meninggalkan
normal pasien
e. e) Menunjukkan t. Gunakan sabun
perilaku hidup sehat antimikroba untuk
mencuci tangan
u. Cuci tangan setiap
sebelum dan setelah
melakukan
tindakan
v. Gunakan
baju, sarung
tangan
sebagai alat
pelindung
w. Pertahankan
lingkungan aseptik
selama
pemasangan alat
x. Ganti letak IV
perifer dan line
sentral dan
dressing sesuai
dengan petunjuk
umum
y. Berikan terapi
antibiotik bila
perlu
z. Monitor tanda
dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
aa. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
bb. Berikan perawatan
kulit pada daerah
epidema
cc. Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap
kemerahan, panas,
drainase
dd. Dorong masukan
nutrisi yang cukup
ee. Dorong istirahat
ff. Ajarkan cara
menghindari infeksi
gg. q. Laporkan
kecurigaan infeksi