Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN

KEPERAWATAN PADA Tn. SA DENGAN POST


REMOVAL IMPLANT CLURIS SINISTRA

Oleh :
ALDI ASHAR RUSTAM
21.0601.0040

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG


PRODI KEPERAWATAN D3 TAHUN 2021
1. Pengertian Fraktur
Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang. Patahan
tadi mungkin tak lebih dari suatu retakan, suatu pengisutan, biasanya
patahan lengkap dan fragmen ulang bergeser. Kalau kulit diatasnya
masih utuh, keadaan ini disebut fraktur tertutup, kalau kulit atau salah
satu dari rongga tubuh tertembus kadaan ini disebut fraktur terbuka
yang cenderung untuk mengalami kontaminasi dan infeksi (Wijaya,
2013). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang disebabkan
oleh ruda paksa (Wahid, 2013).

Fraktur femur atau patah tulang paha adalah rusaknya kontinuitas


tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung,
kelelahan otot, dan kondisi tertentu, seperi degenarasi tulang atau
osteoporosis (Muttaqin, 2008).

2. Etiologi Fraktur
Fraktur femur dapat terjadi mulai dari proksimal sampai distal. Untuk
mematahkan batang femur pada orang dewasa, diperlukan gaya yang
besar. Kebanyakan fraktur ini terjadi pada pra muda yang mengalami
kecelakaan bermotor atau jatuh dari ketinggian. Biasanya, klien ini
mengalami trauma multipel. Pada fraktur femur ini klien mengalami
syok hipovolemik karena kehilanagan banyak darah maupun syok
neurogenik karena nyeri yang sangat heba (muttaqn, 2008).

3. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya
pegas untuk menahan tekanan. Tetapi apabila tekanan eksternal datang
lebih besar daripada tekanan yang diserap tulang, maka terjadilah
trauma tulang yang dapat mengakibatkan rusaknya atau terputusnya
kontinuitas tulang.
Fraktur atau gangguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma
gangguan adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik,
gangguan metabolik, patologik. Kemampuan otot mendukung tulang
turun, baik yang terbuka maupun yang tertutup. Kerusakan pembuluh
darah akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah menurun.
COP menurun maka terjadilah perubahan perfusi jaringan. Hematoma
akan mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi edema lokal maka
penumpukan di dalam tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan
mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa
nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi
neurovaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik
terganggu. Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan
lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan
udara luar dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan
kerusakan integritas kulit.

Jejas yang ditimbulkan karena adanya fraktur menyebabkan rupturnya


pembuluh darah sekitar yang dapat menyebabkan terjadinya
pendarahan. Respon dini terhadap kehilangan darah adalah kompensasi
tubuh, sebagai contoh vaskonstriksi progresif dari kulit, otot dan
sirkulasi viseral. Karena adanya cedera, respon terhadap berkurangnya
volume darah yang akut adalah peningkatan detak jantung sebagai
usaha untuk menjaga output jantung, pelepasan katekolamin-
katekolamin endogen meningkatkan tahanan pembuluh perifer. Hal ini

akan meningkatkan tekanan darah diastolic dan mengurangi tekanan


nadi (pulse pressure), tetapi hanya sedikit membantu peningkatan
perfusi organ. Hormon-hormon lain yang bersifat vasoaktif juga
dilepaskan kedalam sirkulasi sewaktu terjadinya syhok, termasuk
histamin, bradikinin beta-endorpin dan sejumlah besar prostanoid dan
sitokinin-sitokinin lain. Substansi ini berdampak besar pada mikro-
sirkulasi dan permeabilitas pembuluh darah.

Pada syok perdarahan yang masih disini, mekanisme kompensasi


sedikit mengatur pengembalian darah (venous return) dengan cara
kontraksi volume darah didalam sistem venasistemik. Cara yang paling
efektif untuk memulihkan kardiak pada tingkat seluler, sel dengan
perfusi dan oksigenasi tidak adekuat tidak mendapat substrat esensial
yang sangat diperlukan untuk metabolisme airobik normal dan
produksi energi. Pada keadaan awal terjadi konpensasi dengan
berpindah ke etabolisme anaerobik, hal mana mengakibatkan
pembentukan asam laktat dan berkembangnya asidosis metabolik bila
syoknya berkepanjangan dan penyampaian substrat untuk
pembentukan ATP (adenosin triphosphat) tidak memadai, maka
membran sel tidak dapat lagi mempertahankan integritasnya dan
gradientnya elektrik normal hilang.

Pembengkakan retikulum endokplasmik merupakan tanda ultra


struktural pertama dari hipoksia seluler setelah itu tidak lama lagi akan
di ikuti cedera mitokondrial. Lisosom pecah dan melepaskan enzim
yang mencernakan struktur intra-seluler. Bila proses ini berjalan terus,
terjadilah pembengkakan sel. Juga terjadi penumpukan kalsium intra-
seluler. Bila proses ini berjalan terus, terjadilah cidera seluler yang
progresif, penambahan edema jaringan dan kematian sel. Proses ini
memperberat dampak kehilangan darah dan hipoperfusi. Sewaktu
tulang patah perdarahan biasanya terjadi disekitar tempat patah dan

kedalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut. Jaringan lunak juga


biasanya mengalami kerusakan. Reaksi peradangan biasanya timbul
hebat setelah fraktur.

Ditempat patah terbentuk fibrin (hematoma fraktur) dan berfungsi


sebagai jala-jala untuk melakukan aktifitas osteoblast terangsang dan
terbentuk tulang baru imatur yang disebut callus. Bekuan fibrin
direbsorbsi dan sel-sel tulang baru mengalami remodeling membentuk
tulang sejati. Insufisiensi pembuluhuh darah atau penekanan tersebut
saraf yang berkaitan dengan pembengkakan yang tidak ditangani dapat
menurunkan asupan darah ekstremitas dan mengakibatkan kerusakan
saraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan dapat mengakibatkan
peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total dapat berakibat
anoksia jaringan yang mengakibat kan rusaknya serabut syaraf maupun
jaringan otot (wijaya, 2013).

4. Klasifikasi fraktur femur


Klasifikasi fraktur femur menurut (Rendy dan margareth, 2012) antara
lain:
a. Fraktur tertutup (closed)
Fraktur dimana kulit tidak ditembus fragmen tulang, sehingga
tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan.
b. Fraktur terbuka (open/compoud)
Fraktur dimana kulit dari ekstremitas yang terlibat telah ditembus.
Konsep penting yang perlu diperhatikan adalah apakah terjadi
kontaminasi oleh lingkungan pada tempat terjadinya fraktur
terbuka. Fragmen fraktur dapat menembus kulit pada saat
terjadinya cedera, terkontamiasi, kemudia kembali hampir pada
posisi semula.

5. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas,
pemendekan ekstremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan
perubahan warna. Gejala umum fraktur adalah rasa sakit,
pembengkakan, dan kelainan bentuk.
a. Nyeri terus-menerus dan bertambah beratnya sampai
fragmentulang dimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur
merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk
meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
b. Setelah terjadi fraktur,bagian-bagian yang tak dapat digunakan dan
cenderung bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa)
bukannya tetap rigid seperti normalnya. Pergeseran fragmen pada
struktur lengan atau tungkai menyebabkan deformitas (terlihat
maupun teraba) ekstremitas yang bisa diketahui dengan
membandingkan ekstremitas normal. Ekstremitas tak dapat
berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada
integritas tulang tempat melengketnya otot.

c. Pada fraktur tulang panjang, terjadi pemendekan tulang yang


sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat diatas dan bawah
tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain
sampai 2,5-5 cm (1-2 inchi).
d. Saat eksremitas diperiksa dengan tangan,teraba adanya derik tulang
dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu
dengan lainnya. Uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan
jaringan lunak yang lebih berat.
e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi
sebagai akibat trauma dan pendarahan yang mengikuti fraktur.
Tanda ini bisa baru terjadi setelah beberapa jam atau hari setetlah
cedera (Wijaya dan Putri, 2013).

Selain itu, menurut Wahid (2013) ada beberapa manifestasi klinis


fraktur femur :

a. Deformitas Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang


berpindah dari tempatnya perubahan keseimbangan dan kontur
terjadi seperti:
1) Rotasi pemendekan tulang
2) Penekanan tulang
b. Bengkak muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah
dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur
c. Pada tulang traumatik dan cedera jaringan lunak biasanya disertai
nyeri. Setelah terjadi patah tulang terjadi spasme otot yang
menambah rasa nyeri. Pada fraktur stress, nyeri biasanya timbul
pada saat aktifitas dan hilang pada saat istirahat. Fraktur patologis
mungkin tidak disertai nyeri.
d. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya
syaraf atau pendarahan)

e. Pergerakan abnormal biasanya kreapitas dapat ditemukan


pergerakan persendian lutut yang sulit digerakaan di bagian distal
cidera.

6. Komplikasi
a. Komplikasi dini
Komplikasi dini harus ditangani dengan serius oleh perawat yang
melaksanakan asuhan keperawatan pada klien fraktur femur.
Komplikasi yang biasanya terjadi pada pasien fraktur femur adalah
sebagai berikut:
1) Syok yaitu terjadi perdarahan sebanyak 1-2 liter walaupun
fraktur bersifat tertutup.
2) Emboli lemak sering didapatkan pada penderita muda dengan
fraktur femur. Klien perlu menjalani pemeriksaan gas darah.
3) Trauma pembuluh darah besar yaitu ujung fragmen tulang
menembus jaringan lunak dan merusak arteri femoralis
sehingga menyebabkan kontusi dan oklusi atau terpotong sama
sekali.
4) Trauma saraf yaitu trauma pada pembuluh darah akibat tusukan
fragmen dapat disertai kerusakan saraf yang bervariasi dari
neorpraksia sampai aksono temesis. Trauma saraf dapat terjadi
pada nervus isikiadikus atau pada cabangnya, yaitu nervus
tibialis dan nervus peroneus komunis.
5) Trombo-emboli terjadi pada pasien yang menjalani tirah baring
lama, misalnya distraksi di tempat tidur, dapat mengalami
komplikasi trombo emboli.
6) Infeksi terjadi pada fraktur terbuka akibat luka yang
terkontaminasi. Infeksi dapat pula terjadi setelah tindakan
operasi (muttaqqin,2008).

7. Penatalaksanaan
Prinsip penanganan fraktur meliputi reduksi, imbobilisasi dan
pengembalian fungsi serta kekuatan normal dengan rehabilitasi.
Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada
kesejajarannya dan rotasi anatomis. Metode untuk mencapai reduksi
fraktur adalah dengan reduksi tertutup, traksi, dan reduksi terbuka.
Metode yang di pilih untuk reduksi fraktur bergantung pada sifat
frakturnya.

Pada kebanyakan kasus, reduksi tertutup dilakukan dengan


mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujungnya saling
berhubungan) dengan manipulasi dan traksi manual. Selanjutnya,
traksi dapat dilakukan untuk mendapatkan efek reduksi dan
imobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang
terjadi. Pada fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka, dengan
pendekatan bedah, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi interna dalam
bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku, atau batangan logam dapat
digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisi dan
kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat
dilakukan dengan fiksasi interna dan fiksasi eksterna. Metode fiksasi
eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontin, pin, dan teknik
gips. Sedangkan implant logam digunakan untuk fiksasi interna.

Diagnosa keperawatan
Adapun diagnosis keperawatan yang lazim dijumpai pada klien
fraktur femur adalah sebagai berikut. Nyeri akut berhubungan
dengan agen cedera fisik

1) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan


muskuloskeletal
2) Defisit perawatan diri : mandi berhubungan dengan gangguan
muskuloskeletal
3) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan
sirkulasi
4) Resiko infeksi
5) Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini
6) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber
pengetahuan.

8. Rencana keperawatan
Riwayat Kesehatan Sekarang Studi Dokumentasi:
(Keluhan Utama) Pasien masuk ke RSUD MERAH
PUTIH melalui poli ortopedi pada
tanggal 21 september 2021 pada
pukul 11.00 WIB, Untuk melepas
implan yang terpasang sejak 2012 di
kaki kiri bagian tibia dan untuk
melakukan operasi pelepasan
( Keluhan saat dikaji ) Wawancara :
Saat dilakukan pengkajian pada hari
Selasa 21 september 2021 pukul
13.00 WIB di bangsal Ngawen,
pasien mengeluhkan untuk
melakukan pelepasan implant yang
terpasang di kaki kiri bagian tibia
badannya masih terasa lemah,

Riwayat kesehatan dahulu Wawancara :

Pasien mengatakn mengalami


kecelakaan tahun 2012, dan
mengalami patah pada kaki kiri
bagian tibia. Pasien mengatakan
pada saat kecelakaan dibawa ke
RSUD TUDAR Kota Magelang,
dan pasien mengatakan setuju untuk
pemasangan implant

Riwayat kesehatan keluarga Keluarga pasien mengatakan tidak


ada anggota keluarga yang
mempunyai penyakit keturunan.

Pola Aktivitas Sehari-hari


Nutrisi Sakit
Wawancara dan Studi Dokumentasi:
Selama di rumah sakit pasien makan
dengan diet MB dari rumah sakit 3x
sehari berupa nasi lunak, sayur, lauk
dan buah.
Observasi dan wawancara:
Pasien menghabiskan porsi makan.
Pasien mengatakan nafsu makan
baik.

Eliminasi Sakit
Observasi dan wawancara:

pasien BAB 1 kali sehari. BAK


dengan jumlah ±1500 cc, warna
kuning, bau khas, tidak ada nyeri
saat BAK.

Istirahat dan tidur Sakit


Wawancara:

pasien mengatakan tidurnya 6-8 jam

Aktivitas dan Latihan Sakit


Observasi dan wawancara :
Saat sakit aktivitas pasien selama
sakit dibantu oleh keluarga dan
perawat.
Pemeriksaan fisik Data yang didapatkan dari
pemeriksaan fisik pada pasien yaitu,

Keadaan Umum : pasien tampak


baik, bibir tampak merah dan
kering. Pada ekstremitas, pergerakan
ektremitas kiri atas terbatas karena
terpasang infus, dan pada
ekstremitas bagian paha sebelah kiri
tampak bekas luka operasi

Data Psikologis Data dari pengkajian psikologis


pasien didapatkan, pasien bukan
termasuk orang yang pemarah dan
mudah beradaptasi. Klien tampak
menerima keadaannya yang
sekarang klien bisa diajak

berkomunikasi dengan baik biasanya


memakai bahasa Indonesia dan jawa.
Data penunjang Pemeriksaan laboratorium

Pada tanggal 21 september

2021:

hemogoblin 13.8 g/dl

leukosit 11.210/mm3

trombosit 214.000/ mm3

hematokrit 40 %

gula darah sewaktu 84 mg/dl

kalsium 10.0 mg/dl

natrium 141 Mmol/L

kalium 3.4 Mmol/L

klorida serum 143 Mmol/L

Program rencana pengobatan 1. IVFD RL 500 cc 28 tetes/menit


2. Ceftriaxon 2x1 mg
3. Ketorolac 2x1 mg
Analisa Data DS :
● Pasien mengatakan kadang masih
terasa nyeri pada kaki sebelah
kiri.
● Pasien mengatakan nyeri yang
dirasakan terasa berdenyut-
denyut.
● Pasien mengatakan skala nyeri 3

DO :
● Pasien tampak meringis.
● Pasien takut menggerakkan kaki
nya.
● TD : 110/60 mmHg, N :80 x/m,
RR : 20 x/menit, S: 36,5 ᵒc

Dari analisa data diatas didapatkan


masalah Nyeri akut berhubungan
dengan agen cedera fisik

DS :
● Pasien mengatakan nyeri
pada bekas luka masih terasa
saat bergerak.
● Pasien mengatakan kedua
kakinya merasa kaku.
● Pasien mengatakan aktifitas
dibantu oleh keluarga dan
perawat.
DO
● Kaki pasien tampak dibalut
kassa
● Pasien tampak berbaring di
tempat tidur
● Pasien tampak tidak mau
menggerakkan kakinya
karena nyeri.
Dari analisa masalah diatas
ditemukan masalah keperawatan
hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan gangguan
muskuloskletal

DS :
● Pasien mengatakan gatal
pada daerah luka.
DO :
● Luka pasien masih terlihat
basah dan terlihat sedikit ada
cairan eksudat pada luka,
warna putih kuning. luka
kemerahan, luka tidak
berbaun dan tidak ada
pembengkan disekitar luka.
● Hasil labor
pasien didapatkan
leukosit 14.120/mm3

Dari analisa data diatas


ditemukan masalah Resiko
Infeksi berhubungan dengan
tindakan invasif.
1. Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan

1 Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik

2 Hambatan fisik berhubungan dengan gangguan


mobilitas
muskuloskletal
3 Resiko infeksi berhubungan prosedur invasif

2. Rencana Asuhan Keperawatan


Setelah didapatkan beberapa diagnosa keperwatan yang ditemukan pada
pasien, diperlukan rencana keperawatan yang didalamnya terdapat tujuan
dan criteria hasil yang diharapkan dapat mengatasi masalah keperawatan.
Berikut adalah rencana asuhan keperawatan pada pasien:

Table 4.2
Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Perencanaan Keperawatan


Keperawatan
1. Nyeri akut 1. Kontrol nyeri Manajemen nyeri
berhubungan Setelah dilakukan a. Lakukan pengkajian nyeri
dengan tindakan keperawatan secara komprehensif
agen cidera fisik diharapkan pasien termasuk lokasi,
dapat mengontrol nyeri karakteristik, durasi,
dengan kriteria frekuensi, kualitas dan
hasil : faktor presipitasi
a. Mengenalikapan ketidaknyamanan
nyeri terjadi b. Gunakan teknik komunikasi
b. Menggunaka terapeutik untuk mengetahui
n tindakan pengalaman nyeri pasien
Pencegahan baik c. Evaluasi pengalaman nyeri
secara masa lampau
d. Evaluasi bersama pasien
farmakologi, maupun
dan
nonfarmokologi, tim kesehatan lain tentang
c. Melaporkan nyeri yang ketidakefektifan kontrol nyeri
terkontrol masa lampau
e. Bantu pasien dan keluarga
2. Tingkat nyeri untuk mencari
dan menemukan dukungan
Setelah dilakukan
f. Kontrol lingkungan yang
tindakan keperawatan
dapat mempengaruhi nyeri
diharapakan tingkat nyeri
seperti suhu ruangan,
pasien dapat menjadi
pencahayaan
berkurang
g. Kurangi faktor presipitasi
dengan kriteria hasil :
a. Nyeri yang nyeri
dilaporkan sudah h. Pilih dan lakukan
berkurang penanganan nyeri
b. Ekspresi nyeri tidak ada (farmakologi,non
c. bisa beristirahat farmakologidan inter
d. Frekuensi nafas normal personal
e. Tekanan darah normal i. Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan
intervensi
3. Status kenyamanan
j. Berikan analgetik untuk
Setelah dilakukan
mengurangi nyeri
tindakan keperawatan
k. Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
diharapkan pasien dapat
l. Tingkat kanistirahan
merasakan kenyamanan
m. Kolaborasikan dengan
dengan kriteria hasil :
dokter jika ada keluhan dan
a. Kesejahteraa tindakan nyeri tidak berhasil
n Fisik
terpenuhi Pemberian analgetik
b. Kesejahteraan a. Tentukan lokasi,
Psikologis karakteristik, kualitas dan
terpenuhi derajat nyeri Sebelum
c. Perawatansesuai pemberian obat
Dengan b. Cek instruksi dokter
kebutuhan tentang jenis obat, dosis
d. Dukungansosi dan frekuensi
al dari c. Pilih analgesik
keluarga. yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik
4. Tingkat ketika pemberian lebih dari
ketidaknyamanan satu
Setelah dilakukan d. Tentukan pilihan analgesik
tindakan keperawatan tergantung tipe dan
diharapkan pasien beratnya nyeri
dapat e. Tentukan analgesic pilihan,
meningkatkan
kenyamanan rute pemberian dandosis
dengan kriteria optimal
hasil : f. Monitor vital sign sebelum
a. Nyeri sudah tidak ada dan sesudah pemberian
b. Tidak merasa Cemas
c. Rasa takut tidak ada
d. Dapat beristirahat

e. Meringis tidak ada analgesik pertama kali


f. Sesak nafas tidak ada g. Berikan analgesi tepat waktu
g. Ketegangan wajah terutama saat nyeri hebat
tidak ada h. Evaluasi efektifitas analgesic,
tanda dan gejala (efek
samping) optimal
i. Pilih rute pemberian secara
IV, IM untuk pengobatan
5. Tanda-tanda nyeri secara teratur
vital Setelah dilakukan j. Monitor vital sign sebelum
tindakan keperawatan
diharapkan dan sesudah pemberian
tanda-tanda vital pasien analgesic pertama kali
menjadi normal k. Berikan analgesik tepat
dengan kriteria hasil : waktu terutama saat nyeri
a. Suhu tubuh hebat
b. Irama pernafasan
c. Tekanan darah sistolik
d. Tekanan
darah diastolik
e. Tekanan Nadi.
2. Hambatan a. Joint Movement: Exercise therapy : ambulation
mobilitas fisik Active & Mobility a. Monitoring vital sign sebelum
berhubungan
Level dan sesudah atau sebelum
dengan latihan dan lihat respon pasien
gangguan Kriteria Hasil :
muskuloskletal 1. Klien meningkat
saat latihan.
dalam aktivitas
b. Konsultasikan dengan terapi
fisik
fisik tentang rencana ambulasi
2. Mengerti tujuan sesuai dengan kebutuhan.
dari peningkatan c. Bantu klien untuk
mobilisasi menggunakan tongkat saat
3. Memperagakan berjalan dan cegah terhadap
penggunaan alat cedera.
bantu untuk d. Kaji kemampuan pasien dalam

mobilisasi mobilisasi.

(walker) e. Latih pasien dalam pemenuhan

b. Transfer performance
Kriteria Hasil :
Memverbalisasikan
perasaan

dalam meningkatkan kebutuhan ADL secara mandiri


kekuatan dan sesuai kemampuan.
kemampuan berpindah f. Dampingi dan bantu pasien saat
mobilisasi dan bantu
pemenuhan kebutuhan.
ADL

a. Berikana alat bantu jika


klien memerlukan.
b. Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan
berikan bantuan jika
diperlukan.
3. Resiko infeksi a. Immune status Infection Control (Kontrol
berhubungan Infeksi)
Kriteria hasil:
prosedur invasif
1) Klien bebas dari a. Bersihkan lingkungan
tanda dan gejala setelah dipakai pasien lain
infeksi b. Batasi pengunjung bila perlu
2) Mendeskripsika c. Instruksikan kepada
n proses pengunjung untuk mencuci
penularan tangan saat berkunjung dan
penyakit setelah berkunjung
3) Menunjukkan meninggalkan pasien
kemampuan untuk d. Gunakan sabun
mencegah timbulnya antimikroba untuk mencuci
infeksi tangan
4) Jumlah leukosit e. Cuci tangan setiap sebelum
dalam batas dan setelah melakukan
normal tindakan

5) Menunjukkan f. Gunakan baju, sarung tangan


perilaku sebagai alat pelindung
hidup sehat
g. Pertahankan lingkungan
aseptik selama pemasangan
alat
h. Ganti letak IV perifer dan
line sentral dan dressing
sesuai dengan petunjuk
umum
i. Berikan terapi antibiotik
bila perlu
j. Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
k. Monitor kerentanan terhadap
infeksi
l. Berikan perawatan kulit pada
daerah epidema
m. Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
n. Dorong masukan nutrisi yang
cukup
o. Dorong istirahat
p. Ajarkan cara
menghindari infeksi
q. Laporkan kecurigaan infeksi

3. Implementasi Keperawatan
Implementasi yang dilakukan pada pasien sesuai dengan asuhan
keperawatan adalah sebagai berikut:
Implementasi keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik, implementasi yang dilakukan adalah
Melakukan pengkajian ulang nyeri secara komperhensif. Menggunakan teknik
komunikasi terapeutik dalam membina hubungan baik de ngan pasien. Memberikan
lingkungan yang nyaman pada pasien. Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam
Mengajarkan teknik imaginasi terbimbing Menyarankan melakukan teknik distraksi yaitu
mendengarkan musik/mengaji Memberikan ketorolac dan paracetamol yang telah
diresepkan oleh dokter.
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskletal, implementasi
yang dilakukan Mengkaji kemampuan pasien dalam mobilisasi. Melatih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan secara mandiri sesuai kemampuan, menganjurkan kepada
keluarga untuk mendampingi pasien saat mobilisasi dan bantu dalam pemenuhan
kebutuhannya, mengajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan memberikan bantuan
jika diperlukan.
c. Resiko infeksi berhubungan prosedur invasif, implementasi yang dilakukan adalah
Melakukan cuci tangan sebelum, sesudah ke pasien dan sebelum dan sesudah melakukan
tindakan ke pasien. Melakukan perawatan luka dengan mempertahankan kesterilan
instrument dan tangan. Memonitor tanda dan gejala terjadinya infeksi. Menganjurkan
kepada pasien untuk meningkatkan asupan nutrisi. Menganjurkan kepada pasien untuk
menjaga kebersihan diri. Memberikan cefoperazone dan cefixime yang telah diresepkan
oleh dokter.

4. Evaluasi Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik


b. Hambatan mobilitas Fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskletal
c. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. PENGUMPULAN DATA
a. Identifikasi Klien:
1) Nama : Tn. SA
2) Umur : 25 tahun
3) Jenis kelamin : Laki-laki
4) Status kawin : Belum kawin
5) Agama : Islam
6) Pendidikan terakhir : SMA
7) Pekerjaan : Swasta
8) Alamat : Tegal Rejo magelang
9) Diagnosa medis : Fraktur Tibia 1/3 Medial Sinistra

b. Identififkasi Penanggung Jawab


1) Nama : Ny.L
2) Pekerjaan : Ibu rumah tangga
3) Alamat : Tegalrejo, Magelang
4) Hubungan : Ibu Kandung

c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang:
a) Keluhan Utama:
Pasien masuk ke RSUD MERAH PUTIH melalui poli ortopedi
pada tanggal 21 september 2021 pada pukul 11.00 WIB, Untuk
melepas implan yang terpasang sejak 2012 di kaki kiri bagian
tibia dan untuk melakukan operasi pelepasan implant , mual (-),
muntah (-), kejang (-). TTV : TD 110/7 mmHg, ND : 80
x/menit, suhu 36,5 0C, RR 20 x/menit.
b) Keluhan saat dikaji (PQRST):
Saat dilakukan pengkajian pada hari Selasa 21 september 2021
pukul 13.00 WIB di bangsal Ngawen, pasien mengeluhkan
untuk melakukan pelepasan implant yang terpasang di kaki kiri
bagian tibia badannya masih terasa lemah, 22 september 2021
tindakan pelepasan orif (pelepasan pen) dan pasien mengeluh
nyeri pada bekas luka operasi di bagian tibia sebelah kiri, nyeri
terasa berdenyut- denyut dengan skala nyeri 3, nyeri bertambah
saat kaki tersebut digerakkan, nyeri dirasakan ketika
menggerakannya dan ketika merubah posisi.
c) Riwayat kesehatan dahulu:
Pasien mengatakn mengalami kecelakaan tahun 2012, dan
mengalami patah pada kaki kiri bagian tibia. Pasien
mengatakan pada saat kecelakaan dibawa ke RSUD
TUDAR Kota Magelang, dan pasien mengatakan setuju untuk
pemasangan orif.
d) Riwayat Kesehatan Keluarga:
Keluarga pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang
mempunyai penyakit keturunan.

d. Pola Aktivitas Sehari- hari


1) Pola Nutrisi dan cairan
Sehat : pasien makan 3x sehari dengan nasi, lauk, sayur dengan
porsi sedang sampai banyak, dan minum air putih 6-7 gelas/hari.
Sakit : pasien diberi diit MB 3x sehari. Nafsu makan pasien
mengalami penurunan, pasien hanya menghabiskan stengah porsi
diit yang diberikan. Saat sakit klien minum ±1500 cc/hari. Pada
tangan kiri pasien terpasang IVFD RL 500 cc 20 tetes/menit
2) Pola Eliminasi
Sehat : BAB didapatkan frekuensinya sebanyak 1-2 kali sehari,
lancar tidak ada gangguan, konsistensi lembek, bau khas, warna
coklat kekuningan. BAK 5-7x/hari dengan warna BAK kuning,
tidak ada rasa nyeri saat BAK dan bau khas urin.
Sakit : pasien terpasang diapers pasien BAB 1 kali sehari. BAK
dengan jumlah ±1500cc, warna kuning kepekatan, bau khas, tidak
ada nyeri saat BAK.
3) Pola Istirahat dan Tidur
Sehat : pasien tidur pada siang hari berkisar 1-2 jam/hari dan saat
malam 6-8 jam/hari.
Sakit : istirah dan tidur terganggu, pasien mengatakan tidurnya
terganggu karena rasa nyeri yang dirasakan. Tidur pada siang hari
dan malam hari hanya tidur 4-5 jam.
4) Pola Aktivitas dan Latihan
Sehat : sehari-ari aktifitas dilakukan sendirian tidak ada dibantu
oleh keluarga.
Sakit : aktifitas dan pemenuhan ADL dibantu oleh keluarga dan
perawat.

e. Pemeriksaan Fisik (Secara Head to


toe)
1) Keadaan umum dan tanda-tanda vital
a) Tingkat kesadaran : Kompos Mentis
b) Tanda-tanda vital : TD: 110/60mmHg, ND : 80x/menit,
P : 20x/i, S: 36,5 0C
2) Head to Toe
a) kepala dan rambut : kulit kepala bersih, tidak ada lesi di kepala,
rambut terlihat hitam, tidak mudah rontok.
b) Wajah : wajah terlihat pucat dan meringis.
c) Mata : simetris kiri dan kanan, konjungtiva tidak anemis, pupil
isokor, sklera tidak ikterik.
d) Hidung : hidung bersih, pernafasan cuping hidung (-),
pernafasan 20x/menit.
e) Bibir, mulut dan gigi : bibir pucat, mukosa bibir agak kering,
mulut agak bersih, karies gigi (+).
f) Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada
pembengkakan kelenjer getah bening, tidak ada pembengkakan
kelenjer tyroid
g) Thoraks :
Paru
I : simetris antara kiri dan kanan
Pe : fremitus antara kiri dan kanan
Pa : sonor
A : Vesikuler
Jantung
I : iktus kordis tidak terlihat
Pa : iktus kordis tidak teraba
Pe : sonor
A : irama jantung teratur
Abdomen
I : perut tidak buncit, ada lesi di sekitar pinggang
Pa : tidak ada nyeri saat diraba, hepar tidak teraba
Pe : timpani
A : irama bising usus 15x/menit
h) Ekstremitas
Atas : pada tangan kiri pasien terpasang IVFD RL 500 cc 20
tetes/menit, luka lecet (-), edema (-), CRT <2 detik.
Bawah : Klien masih mengeluh nyeri pada bagian fraktur
(patah) paha kiri dan luka insisi post operasi pemasangan orif
(pen). Luka dalam keadaan tertutup, luka masih basah dan ada
cairan eksudat pada luka berwarna putih kuning, luka tampak
kemerahan, luka tidak berbaun,dan tidak ada pembesaran
disekitar luka. Pasien mengatakan nyeri terasa berdenyut-
denyut. Skala nyeri pasien 7, pasien kesakitan pada saat
dilakukan pembersihan luka, pasien tampak meringis.

f. Data Psikologis
1) Status Emosional : terkontrol
2) Kecemasan : terkontrol
3) Pola Koping : dukungan dari keluarga dan diri pasien
sendiri baik tentang kondisi yang dialami pasien.
4) Gaya Komunikasi : komunikai pasien lancar dengan
menggunakan bahasa Indonesia dan Minangkabau.
g. Data sosial
Dalam kehidupan sehari hari pasien rukun dengan masyarakat dan
pasien bekerja sebagai seorang mahasiswa.
h. Data Spiritual
Pasien beragama islam, dan mengerjakan sholat 5 waktu sehari
semalam ketika sehat, dan pada keadaan sakit pasien bisa mengerjakan
sholat 5 waktu sehari semalam diatas tempat tidur dengan cara
berbaring.
i. Data Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Tanggal 21 september 2021
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Keterangan
Hemoglobin 13,8 g/dl P : 14-18 Tidak Normal
W : 12-16
Leukosit 11.210 /mm3 5000-10.000 Meningkat
Trombosit 214.000/mm3 150.000-400.000 Normal
Hematokrit 40 % P : 40-48 Normal
W : 37-43
Kalsium 10,0 mg/dl 8,1-10,4 Normal
Natrium 141 Mmol/L 136-145 Normal
Kalium 3,4 Mmol/L 3,5-5,1 Normal
Klorida serum 103 Mmol/L 97-111 Normal

j. Program dan Rancanagan Pengobatan


- IVFD RL 500 cc 28 tetes/menit
- Ceftriaxon 2x1 mg
- Levoflaxacin 1x750
- Ranitidin 2x1 mg
- Ketorolac 2x1 mg
- Paracetamol 3x1 mg
- Tramadol
e) ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah

Ds : Agen Cidera Fisik Nyeri akut


- Pasien mengatakan masih
terasa nyeri pada paha
sebelah kiri.
- Pasien mengatakan nyeri
yang dirasakan terasa
berdenyut-denyut.
- Pasien mengatakan skala
nyeri 7
Do :
- Pasien tampak meringis.
- Pasien takut menggerakkan
kaki nya.
- TD : 110/60 mmHg, N :80
x/m, P :20 x/m, S : 36,5 ᵒc
Ds : Gangguan Hambatan
- Pasien mengatakan nyeri muskuloskletal mobilitas fisik
pada luka masih terasa saat
bergerak.
- Pasien mengatakan kedua
kakinya takut di gerakkan
dan merasa kaku.
- Pasien mengatakan aktifitas
dibantu oleh keluarga dan
perawat.
Do :
- Kaki pasien tampak dibalut
kassa
- Pasien tampak berbaring di
tempat tidur
- Pasien tampak tidak mau
menggerakkan kakinya
karena nyeri.
Ds : Tindakan invasif Resiko infeksi
- Pasien mengatakan luka
masih basah.
- Pasien mengatakan
gatal pada daerah luka.
Do :
- Luka pasien masih terlihat
basah dan terlihat sedikit
ada cairan eksudat pada
luka, warna putih kuning.
luka kemerahan, luka tidak
berbaun dan tidak ada
pembengkan disekitar luka.
- Hasil labor pasien
didapatkan leukosit
14.120/mm3
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan

Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik


1

Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan


2 gangguan muskuloskletal

Resiko infeksi berhubungan prosedur invasif


3

B. PERENCANAAN KEPERAWATAN
No. Diagnosa Intervensi
Tujuan Tindakan
1 Nyeri a. Pain level Pain management :
akut Kriteria hasil : a. Lakukan pengkajian
berhubungan 1. Mealporkan nyeri secara
dengan nyeri berkurang komperhensif
agen cidera 2. Melaporkan termasuk lokasi,
fisik lamanya karakteristik, durasi,
nyeri frekuensi, kualitas,
dirasakan dan faktor
3. Tidak mengerang presipitasi.
4. Ekspresi b. Observasi reaksi
wajah releks nonverbal dari
5. Pasien tidak ketidak
mondar-mandi nyamanan.
r c. Gunakan teknik
6. Respiration rate komunikasi
dalam rentang terapeutik untuk
normal mengetahui
7. Blood pengalaman
pressure nyeri pasien.
dalam rentang d. Kontrol lingkungan
normal yang dapat
b. Pain control mempengaruhi nyeri
Kriteria hasil : seperti suhu
ruangan,
1. Mampu
pencahayaan dan
mengontrol nyeri,
kebisingan.
(tahu penyebab e. Kurangi faktor
nyeri, mampu presipitasi
menggunakan nyeri.
teknik f. Ajarkan teknik non
nonfarmakologis farmakologi.
untukmengurangi Tingkatkan istirahat.
nyeri, mancari g. Kolaborasi dengan
bantuan) dokter dalam
2. Melaporkan emberian analgetik.
bahwa nyeri
berkurang Analgesica
dengan dministration :
menggunakan a. Tentukan lokasi,
manajemen nyeri karakteristik,
3. Mampu kualitas, dan
mengenali nyeri, derajat nyeri
(skala, intensitas, sebelum pemberian
frekuensi, dan obat.
tanda nyeri) b. Cek instruksi dokter
4. Menyatakan rasa tentang jenis obat,
nyamanstelah dosis, dan
nyeri berkurang frekuensi.
5. Tanda-tanda vital c. Cek riwayat alargi.
dalam batas d. Berikan analgesik
normal. tepat waktu
c. Comfort level terutama saat nyeri
Kriteria hasil : hebat.
1. Nyeri berkurang e. Evaluasi efektivitas
2. Kecemasa analgesik, tanda
n dan gejala.
berkurang
3. Stres berkurang
4. Ketakuta
n
berkurang
2 Hambatan c. Joint
mobilitas fisik Movement: Exercise therapy :
berhubungan Active & ambulation
dengan Mobility g. Monitoring vital
gangguan Level sign sebelum dan
muskuloskletal Kriteria Hasil : sesudah atau
4. Klien sebelum latihan dan
meningkat lihat respon pasien
dalam saat latihan.
aktivitas fisik h. Konsultasikan
5. Mengerti dengan terapi fisik
tujuan dari tentang rencana
peningkatan ambulasi sesuai
mobilisasi dengan kebutuhan.
6. Memperagaka i. Bantu klien untuk
n penggunaan menggunakan
alat bantu tongkat saat
untuk berjalan dan cegah
mobilisasi terhadap cedera.
(walker) j. Kaji kemampuan
d. Transfer
performance
Kriteria Hasil : pasien dalam
1. mobilisasi.
Memverbalisa k. Latih pasien dalam
si kan pemenuhan
perasaan kebutuhan ADLs
dalam secara mandiri
meningkatkan sesuai
kekuatan dan kemampuan.
kemampuan l. Dampingi dan bantu
berpindah. pasien saat
mobilisasi dan
bantu pemenuhan
kebutuhan.

ADL’s
c. Berikana alat
bantu jika klien
memerlukan.
d. Ajarkan pasien
bagaimana
merubah posisi dan
berikan bantuan
jika diperlukan.
3 Resiko infeksi b. Immune status Infection Control
berhubungan Kriteria hasil: (Kontrol Infeksi)
prosedur a. Klien bebas dari q. Bersihkan
invasif tanda dan gejala lingkungan
infeksi setelah dipakai
b. Mendeskripsika pasien lain
n proses r. Batasi
penularan pengunjung bila
penyakit perlu
c. Menunjukkan s. Instruksikan kepada
kemampuan pengunjung untuk
untuk mencegah mencuci tangan saat
timbulnya infeksi berkunjung dan
d. Jumlah leukosit setelah berkunjung
dalam batas meninggalkan
normal pasien
e. e) Menunjukkan t. Gunakan sabun
perilaku hidup sehat antimikroba untuk
mencuci tangan
u. Cuci tangan setiap
sebelum dan setelah
melakukan
tindakan
v. Gunakan
baju, sarung
tangan
sebagai alat
pelindung
w. Pertahankan
lingkungan aseptik
selama
pemasangan alat
x. Ganti letak IV
perifer dan line
sentral dan
dressing sesuai
dengan petunjuk
umum
y. Berikan terapi
antibiotik bila
perlu
z. Monitor tanda
dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
aa. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
bb. Berikan perawatan
kulit pada daerah
epidema
cc. Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap
kemerahan, panas,
drainase
dd. Dorong masukan
nutrisi yang cukup
ee. Dorong istirahat
ff. Ajarkan cara
menghindari infeksi
gg. q. Laporkan
kecurigaan infeksi

C. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


terbimbing P : 20 x/ A : Masala dan comfor
P : Interven analgesic ad
f. Menyarankan melakukan teknik
distraksi yaitu mendengarkan
musik/mengaji
g. Memberikan ketorolac yang
telah diresepkan oleh dokter.
Hambatan a. Mengkaji kemampuan pasien S:
mobilitas fisik dalam mobilisasi. - Pasien untuk be
berhubungan dengan b. Melatih pasien dalam - Keluarg pasien m
gangguan pemenuhan kebutuhan secara - Pasien kakinya
muskuloskletal mandiri sesuai kemampuan O:
c. Menganjurkan kepada keluarga - ADL
untuk mendampingi pasien saat dibantu perawat.
mobilisasi dan bantu dalam - Pasien melakuk
pemenuhan kebutuhannya. - Pasien mengger
d. Mengajarkan pasien bagaimana - TD :11
P : 20 x/ A : Masalah self care, A
merubah posisi dan
belum terata P : Interv ambulation
memberikan bantuan jika
diperluk an.

Resiko a. Melakukan cuci tangan S:


infeksi sebelum, sesudah ke pasien dan - Pasien gatal da
berhubungan sebelum dan sesudah - Pasien basah.
prosedur invasif melakukan tindakan ke pasien. O:
b. Melakukan perawatan luka - Luka m
dengan mempertahankan
- Warna l
kesterilan instrument dan
- Terlihat
tangan.
- Leukosi
c. Memonitor tanda dan gejala
A : Maknowledge risk
terjadinya infeksi.
control
d. Menganjurkan kepada pasien
P : Inter dilanjutkan
untuk meningkatkan asupan
nutrisi.
e. Menganjurkan kepada pasien
untuk menjaga kebersihan diri.
f. Memberikan cefoperazone dan
cefixime yang telah diresepkan
oleh dokter.
Tgl Diagnosa Tindakan Keperawatan Evaluasi
Keperawatan

21 september Nyeri akut a. Melakukan pengkajian ulang nyeri S:


2021 berhubungan dengan secara komperhensif. - Pasien terasa sa
agen cidera fisik b. Menggunakan teknik komunikasi - Pasien terasa
terapeutik dalam membina hubungan 5-10 me
baik dengan pasien. - Pasien pasien 7
c. Memberikan lingkungan yang nyaman O:
pada pasien. - Pasien t
d. Mengajarkan teknik relaksasi napas
- TD :110
dalam
P : 20 x/ A : M
e. Mengajarkan teknik imaginasi
comfort P : Interven
terbimbing
ad
f. Menyarankan melakukan teknik
distraksi yaitu mendengarkan
musik/mengaji
g. Memberikan ketorolac dan
paracetamol yang telah diresepkan oleh
dokter.
Hambatan mobilitas a. Mengkaji kemampuan pasien dalam S:
fisik berhubungan mobilisasi. - Pasien untuk be
dengan gangguan b. Melatih pasien dalam pemenuhan - Keluarg pasien m
muskuloskletal kebutuhan secara mandiri sesuai O:
kemampuan - ADL
c. Menganjurkan kepada keluarga untuk
dibantu perawat.
mendampingi pasien saat mobilisasi
- Pasien melakuk
dan bantu dalam pemenuhan
- TD :11
kebutuhannya.
P : 20 x/ A : Mas
d. Mengajarkan pasien bagaimana
care, A belum terata
merubah posisi dan memberikan
ambulation
bantuan jika diperlukan.

Resiko infeksi a. Melakukan cuci tangan sebelum, S:


berhubungan prosedur sesudah ke pasien dan sebelum dan - Pasien gatal.
invasif sesudah melakukan tindakan ke pasien. - Pasien basah.
b. Melakukan perawatan luka dengan O:
mempertahankan kesterilan instrument - Luka m
dan tangan.
- Warna l
c. Memonitor tanda dan gejala terjadinya
infeksi.
Tgl Diagnosa Tindakan Keperawatan Evaluasi
Keperawatan

22 september Nyeri akut a. Melakukan pengkajian ulang nyeri secara S :


2021 berhubungan dengan komperhensif. - Pasien timbul.
agen cidera fisik b. Menggunakan teknik komunikasi terapeutik - Pasien terasa sa
dalam membina hubungan baik dengan pasien. - Pasien pasien 3
c. Memberikan lingkungan yang nyaman pada O :
pasien. - Pasien lagi.
d. Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam - TD :110
e. Mengajarkan teknik imaginasi terbimbing : 20 x/m A : Mas
f. Menyarankan melakukan teknik distraksi yaitu comfort P : Interven
mendengarkan musik/mengaji analgesic ad
g. Memberikan ketorolac dan paracetamol yang
telah diresepkan oleh dokter.

Hambatan mobilitas e. Mengkaji kemampuan pasien dalam mobilisasi. S:


fisik berhubungan f. Melatih pasien dalam pemenuhan kebutuhan - Pasien mengger
dengan gangguan secara mandiri sesuai kemampuan - Keluarg masih te
muskuloskletal g. Menganjurkan kepada keluarga untuk O:
mendampingi pasien saat mobilisasi dan bantu - ADL
dalam pemenuhan kebutuhannya.
dibantu perawat.
h. Mengajarkan pasien bagaimana merubah posisi
- Pasien aktifitas diaw
dan memberikan bantuan jika diperlukan.
- TD :120 P : 20 x
A : Masalah self care, A
terata
P : Interv
Ambulation
Resiko infeksi a. Melakukan cuci tangan sebelum, S:
berhubungan prosedur sesudah ke pasien dan sebelum dan - Pasien terasa pe
invasif sesudah melakukan tindakan ke pasien. - Pasien kering.
b. Melakukan perawatan luka dengan O:
mempertahankan kesterilan instrument - Luka su
dan tangan.
- Warna l
c. Memonitor tanda dan gejala terjadinya
infeksi.
ambulation

Resiko infeksi g. Melakukan cuci tangan sebelum, S:


berhubungan prosedur sesudah ke pasien dan sebelum dan - Pasien
invasif sesudah melakukan tindakan ke pasien. mengel
h. Melakukan perawatan luka dengan u
mempertahankan kesterilan instrument - Pasien
dan tangan. gatal.
i. Memonitor tanda dan gejala terjadinya O:
infeksi. - Luka m
j. Menganjurkan kepada pasien untuk
- Warna l
meningkatkan asupan nutrisi.
- Masih
k. Menganjurkan kepada pasien untuk
pada luk
menjaga kebersihan diri.
A :
l. f. Memberikan cefoperazone dan
Ma
cefixime yang telah diresepkan oleh
knowledge
dokter.
risk control
P :
Inter
dilanjutkan
d. Menganjurkan kepada pasien untuk - Cairan
meningkatkan asupan nutrisi. ada tap
e. Menganjurkan kepada pasien untuk sebelum
menjaga kebersihan diri. - Lekosit
f. f. Memberikan cefoperazone dan A :
cefixime yang telah diresepkan oleh Ma
dokter. knowledge
risk control
P :
Inter
dilanjutkan
21 Nyeri akut a. Melakukan pengkajian ulang nyeri S:
september berhubungan dengan secara komperhensif. - Pasien
2021 agen cidera fisik b. Menggunakan teknik komunikasi hilang ti
terapeutik dalam membina hubungan - Pasien
baik dengan pasien. terasa sa
c. Memberikan lingkungan yang nyaman - Pasien
pada pasien. pasien 2
d. Mengajarkan teknik relaksasi napas O:
dalam - Pasien
e. Mengajarkan teknik imaginasi lagi.
terbimbing - TD :120
f. Menyarankan melakukan teknik : 20 x/m
distraksi yaitu mendengarkan A : Masala
musik/mengaji dan comfor
g. Memberikan ketorolac dan P : Interven
paracetamol yang telah diresepkan oleh analgesic ad
dokter.

Hambatan mobilitas a. Mengkaji kemampuan pasien dalam S:


fisik berhubungan mobilisasi. - Pasien
dengan gangguan b. Melatih pasien dalam pemenuhan mengger
muskuloskletal kebutuhan secara mandiri sesuai - Keluarg
kemampuan masih te
c. Menganjurkan kepada keluarga untuk - Pasien
mendampingi pasien saat mobilisasi miring
dan bantu dalam pemenuhan kaki
kebutuhannya. ma
d. Mengajarkan pasien bagaimana O:
merubah posisi dan memberikan - ADL
bantuan jika diperlukan.
dibantu
perawat.
- Pasien
aktifita
s
diawasi
- TD :130
P : 20 x
A : Masalah self care
belum terata P : Inter
ambulation

Resiko infeksi a. Melakukan cuci tangan sebelum, S:


berhubungan prosedur sesudah ke pasien dan sebelum dan - Pasien terasa pe
invasif sesudah melakukan tindakan ke pasien. - Pasien mulai ke
b. Melakukan perawatan luka dengan O:
mempertahankan kesterilan instrument - Luka su
dan tangan.
- Warna l
c. Memonitor tanda dan gejala terjadinya
- Cairan berkuran
infeksi.
A : Ma
d. Menganjurkan kepada pasien untuk
knowledge risk contr
meningkatkan asupan nutrisi.
: Inter dilanjutkan
e. Menganjurkan kepada pasien untuk
menjaga kebersihan diri.
f. Memberikan cefoperazone dan
cefixime yang telah diresepkan oleh
dokter.

Tgl Diagnosa Tindakan Keperawatan Evaluasi


Keperawatan

22september Nyeri akut a. Melakukan pengkajian ulang nyeri secara S:


2021 berhubungan dengan komperhensif. - Pasien tidak ter
agen cidera fisik b. Menggunakan teknik komunikasi - Pasien apabila l
terapeutik dalam membina hubungan baik - Pasien pasien 2
dengan pasien. O:
c. Memberikan lingkungan yang nyaman - Pasien t
pada pasien. - TD :110
d. Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam P : 20 x/ A : M
Interven
e. Mengajarkan teknik imaginasi terbimbing
f. Menyarankan melakukan teknik distraksi
yaitu mendengarkan musik/mengaji
g. Memberikan ketorolac dan paracetamol
yang telah diresepkan oleh dokter.

Hambatan mobilitas a. Mengkaji kemampuan pasien dalam S :


fisik berhubungan mobilisasi. - Pasien mengger
dengan gangguan b. Melatih pasien dalam pemenuhan - Keluarg melakuk
muskuloskletal kebutuhan secara mandiri sesuai
kemampuan
c. Menganjurkan kepada keluarga untuk tidur s diawasi
O:
mendampingi pasien saat mobilisasi - pasien mengger agak
dan bantu dalam pemenuhan - TD :110
kebutuhannya. P : 20 x/ A : Masa
teratasi P : Interve pulang
d. Mengajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan memberikan
bantuan jika diperlukan.

Resiko infeksi a. Melakukan cuci tangan sebelum, S:


berhubungan prosedur sesudah ke pasien dan sebelum dan - Pasien tidak ad
invasif sesudah melakukan tindakan ke pasien. - Pasien tidak namun
O:
b. Melakukan perawatan luka dengan
mempertahankan kesterilan instrument - Luka su
dan tangan. - Masih a
c. Memonitor tanda dan gejala terjadinya - Cairan ada tapi
infeksi. A : Masala
P : Inter dihentikan p
d. Menganjurkan kepada pasien untuk
meningkatkan asupan nutrisi.
e. Menganjurkan kepada pasien untuk
menjaga kebersihan diri.
f. Memberikan cefoperazone dan
cefixime yang telah diresepkan oleh
dokter.

Anda mungkin juga menyukai