DI SUSUN OLEH :
NAMA: YUSRAN
NIM : 2021032116
CI LAHAN CI INSTITUSI
1
A.Definisi
B.Anatomi Fisiologi
2
Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh
dan tempat untuk melekatnya otot-otot yang menggerakkan
kerangka tubuh. Ruang di tengah tulang-tulang tertentu berisi
jaringan hematopoietik, yang membentuk sel darah. Tulang juga
merupakan tempat primer untuk meyimpan dan mengatur kalsium
dan pospat.
Komponen-komponen utama dari jaringan tulang adalah
mineral-mineral dan jaringan organik (kolagen, proteoglikan).
Kalsium dan pospat membentuk suatu kristal garam, yang
3
tertimbun pada matriks kolagen dan proteoglikan. Matriks organik
tulang disebut juga sebagai suatu osteoid. Kekuatan tambahan
diperoleh dari susunan kolagen dan mineral dalam jaringan tulang.
Jaringan tulang dapat berbentuk anyaman atau lameral.
Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari 3 jenis
sel: osteoblas, osteosid dan osteoklas. Osteoblas membangun
tulang dengan membentuk kolagen tipe 1 dan proteoglikan sebagai
matriks tulang atau jaringan osteoid melalui suatu proses yang
disebut osifikasi. Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang
bertindak sebagai suatu lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui
tulang yang padat.
Osteoklas adalah sel-sel besar berinti banyak yang
memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat diabsorbsi.
Vitamin D mempengaruhi deposisi dan absorbsi tulang. Vitamin D
dalam jumlah besar dapat menyebabkan absorbsi tulang seperti
yang terlihat pada kadar hormon paratiroid yang tinggi. Bila tidak
ada vitamin D hormon paratiroid tidak akan menyebabkan absorbsi
tulang. Vitamin D dalam jumlah yang sedikit membantu kalsifikasi
tulang, antara lain dengan meningkatkan absorbsi kalsium dan
fosfat oleh usus halus.
C.Klasifikasi
A. Fraktur terbuka
4
Derajat fraktur terbuka:
1. Derajat I
Laserasi < 2cm, fraktur sederhana, dislokasi fragmen
minimal.
2. Derajat II
Laserasi < 2cm, kontusio otot dan sekitarnya, dislokasi
fragmen jelas.
3. Derajat III
Luka lebar, rusak hebat, atau hilangnya jaringan sekitar.
B. Fraktur tertutup
1. Tingkat 0
Fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan
lunak sekitarnya.
2. Tingkat I
Fraktur dengan abrasi dangkal atau memar pada kulit dan
jaringan subkutan.
3. Tingkat II
Fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak
bagian dalam dan pembengkakan.
4. Tingkat III
5
Cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata,
dan ancaman sindroma kompartemen.
D.Etiologi
A. Trauma
1. Trauma langsung
Kecelakaan lalu lintas.
2. Trauma tidak langsung
Jatuh dari ketinggian dengan posisi berdiri atau duduk
sehingga terjadi fraktur tulang belakang.
B. Patologis
Metastase dari tulang
C. Degenerasi
D. Spontan
Terjadi tarikan otot yang sangat kuat.
E.Manifestasi Klinis
6
D. Nyeri
Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen
tulang diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur
merupakan bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan
gerakan antar fragmen tulang.
E. Krepitasi
F. Pergerakan abnormal
F.Patofisiologi
Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup.
Tertutup bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang
dengan dunia luar. Sedangkan fraktur terbuka bila terdapat
hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena
perlukaan di kulit. Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya
terjadi di sekitar tempat patah ke dalam jaringan lunak sekitar
tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami
kerusakan. Reaksi perdarahan biasanya timbul hebat setelah
fraktur. Sel- sel darah putih dan sel anast berakumulasi
menyebabkan peningkatan aliran darah ketempat tersebut aktivitas
osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru yang disebut
callus. Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel- sel tulang baru
mengalami remodeling untuk membentuk tulang sejati. Insufisiensi
pembuluh darah atau penekanan serabut syaraf yang berkaitan
dengan pembengkakan yang tidak di tangani dapat menurunkan
asupan darah ke ekstremitas dan mengakibatkan kerusakan syaraf
perifer. Bila tidak terkontrol, pembengkakan akan mengakibatkan
peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total dan berakibat
7
hipoksia mengakibatkan rusaknya serabut syaraf maupun jaringan
otot. Komplikasi ini di namakan sindrom compartment (Brunner
dan Suddarth).
Trauma pada tulang dapat menyebabkan keterbatasan gerak dan
ketidak seimbangan, fraktur terjadi dapat berupa fraktur terbuka
dan fraktur tertutup. Fraktur tertutup tidak disertai kerusakan
jaringan lunak seperti tendon, otot, ligamen dan pembuluh darah
( Smeltzer dan Bare).
Pasien yang harus imobilisasi setelah patah tulang akan menderita
komplikasi antara lain : nyeri, iritasi kulit karena penekanan,
hilangnya kekuatan otot. Kurang perawatan diri dapat terjadi bila
sebagian tubuh di imobilisasi, mengakibatkan berkurangnyan
kemampuan perawatan diri.
Reduksi terbuka dan fiksasi interna (ORIF) fragmen- fragmen
tulang di pertahankan dengan pen, sekrup, plat, paku. Namun
pembedahan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi.
Pembedahan itu sendiri merupakan trauma pada jaringan lunak dan
struktur yang seluruhnya tidak mengalami cidera mungkin akan
terpotong atau mengalami kerusakan selama tindakan operasi
(Price dan Wilson).
8
H.Komplikasi
9
kompartemen biasanya terjadi pada ekstremitas yang
memiliki restriksi volume yang ketat, seperti lengan. Resiko
terjadinya sindrom kompartemen paling besar apabila terjadi
trauma otot dengan patah tulang karena pembengkakan yang
terjadi akan hebat. Pemasangan gips pada ekstremitas yang
fraktur yang terlalu dini atau terlalu ketat dapat
menyebabkan peningkatan di kompartemen ekstremitas, dan
hilangnya fungsi secara permanen atau hilangnya fungsi
ekstremitas dapat terjadi.
4. Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma biasanya ditandai dengan
tidak ada nadi, CRT menurun, sianosis bagian distal,
hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstremitas yang
disebabkan oleh perubahan posisi pada yang sakit, tindakan
reduksi, dan pembedahan.
5. Infeksi
Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada
jaringan. Pada trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit
(superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada
kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan
bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
6. Avaskuler nekrosis
Avaskuler nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke
tulang rusak atau terganggu yang bias menyebabkan
nekrosis tulang dan di awali dengan adanya Volkman’s
Ischemia (Smeltzer dan Bare, 2001)
10
B. Komplikasi dalam waktu lama atau lanjut pada multiple fraktur
antara lain:
1. Malunion
11
berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang
untuk menyambung. Ini disebabkan karena penurunan suplai
darah ke tulang.
4. Nonunion
12
Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun
(perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada
trauma multiple).
D. Arteriogram
Dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.
E. Pemeriksaan Kreatinin
Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.
J.Penatalaksanaan
A. Fraktur terbuka
Merupakan kasus darurat karena dapat terjadi kontaminasi oleh
bakteri dan disertai perdarahan yang hebat dalam waktu 6-8 jam
(golden periode). Jika kuman belum terlalu jauh meresap
dilakukan:
1. Pembersihan luka
2. Exici
3. Hecting
4. Antibiotik
B. Seluruh fraktur
1. Rekognisi / Pengenalan
Riwayat kejadian harus jelas untuk menentukan diagnosa
dan tindakan selanjutnya.
2. Reduksi / Manipulasi / Reposisi
Upaya untuk memanipulasi fragmen tulang sehingga
kembali seperti semula secara optimum. Dapat juga
diartikan reduksi fraktur (setting tulang) adalah
13
mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya
(Brunner).
3. Retensi / Immobilisasi
Upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang
sehingga kembali seperti semula secara optimum.
4. Rehabilitasi
Menghindari atropi dan kontraktur dengan fisioterapi. Segala
upaya diarahkan pada penyembuhan tulang dan jaringan
lunak. Reduksi dan immobilisasi harus dipertahankan sesuai
kebutuhan.
K.Pencegahan
14
3. Memerhatikan sekeliling Anda ketika
berjalan.Mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang,
terutama vitamin D dan kalsium untuk memperkuat
tulang.
4. Melakukan olahraga rutin untuk memperkuat tulang,
termasuk latihan angkat beban.
5. Menghentikan kebiasaan merokok.
6. Menghindari konsumsi alkohol.Melakukan konsultasi
dengan dokter jika Anda berisiko mengalami
osteoporosis
15
L.Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian Primer
1. Danger
Perawat menggunakan masker, sarung tangan untuk APD.
Pasien ditempatkan diruangan yang aman di ruangan IGD.
2. Respon
AVPU Scale pasien sadar dengan mata terbuka spontan,
pasien berespon terhadap stimulus verbal, pasien berbicara
jelas.
3. Airway
Tidak ada obstruksi jalan nafas.
4. Breathing
Nafas cepat dengan frekuensi 28x/menit.
5. Circulation
TD: 90/60mmHg, HR: 125x/menit, RR: 28x/menit.
B. Pengkajian Sekunder
Riwayat Kesehatan
Sign and Symptom: kesadaran komposmentis dengan GCS 15,
pada paha sebelah kanan tampak bengkak (mengalami
perubahan bentuk) disertai luka terbuka dan mengeluarkan
darah. TD: 90/60mmHg, HR: 125x/menit, RR: 28x/menit.
Allergy: pasien tidak memiliki riwayat alergi makanan dan obat
apapun.
Medication: pasien tidak mengkonsumsi obat apapun.
Past illness: pasien tidak memiliki riwayat penyakit.
Last meal: pasien mengkonsumsi makanan berserat.
16
Event: pasien mengalami kecelakaan lalu lintas 1 jam yang lalu.
Motor yang dikendarainya menabrak pembatas jalan sehingga
terjatuh dan menimpa bagian badan yang sebelah kanan.
C.Pemeriksaan Fisik
Kepala : pasien tampak pucat, konjungtiva tampak anemis,
tampak berkeringat dingin, sklera non ikterik, terdapat
pernafasan cuping hidung, mukosa bibir tampak kering.
Leher : tidak ada peningkatan JVP, tidak ada pembengkakan
kelenjar tiroid, tidak ada kaku kuduk.
Dada : pernafasan cepat dengan frekuensi RR: 28xmenit, ada
penggunaan otot bantu pernafasan, tidak ada suara nafas
tambahan. Tidak terdapat pembesaran jantung, suara dullness
pada saat diperkusi, bunyi jantung S1 dan S2 terdengar, adanya
bunyi S3 (mur-mur).
Abdomen : tidak ada pembesaran hepar, tidak terdapat distensi
abdomen, bising usus 12x/menit.
Urogenital : kandung kemih teraba kosong.
Ekstremitas : pada bagian ekstremitas bawah klien mengalami
fraktur femur kanan 1/3 distal, dan tampak bengkak (mengalami
perubahan bentuk) disertai luka terbuka. Tidak terdapat edema
di ekstremitas atas, akral dingin, terpasang infuse RL ditangan
sebelah kiri (30gtt/menit).
17
18
I. Diagnosa Keperawatan
A. Rencana Tindakan
19
Kolaborasi :
- Kolaborasi menggunakan
analgetik
Risiko Disfungsi Neurovaskuler Perifer Manajemen Nyeri (I.08238)
Neurovaskuler (L.06051) Tindakan :
Perifer - Pergerakan sendi Observasi :
- Pergerakan - Monitor alat traksi agar
ekstremitas selalu tepat
- Nyeri Terapi :
- Perdarahan - Posisikan pada kesejajaran
- Nadi tubuh yang tepat
- Suhu tubuh - Imobilisasi dan topang
- Tekanan darah bagian tubuh yang cedera
dengan tepat
- Hindari menempatkan pada
posisi yang dapat
meningkatkan nyeri
Kolaborasi :
Kolaborasi menggunakan
analgetik
Gangguan Mobilitas Fisik Dukungan Mobilisasi
mobilitas fisik (L.05042) (I.05173)
(D.0054) Setelah dilakukan Tindakan :
Tindakan asuhan Observasi
keperawatan selama - Identifikasi adanya nyeri
3x24 jam diharapkan atau keluhan fisik lainnya
pasien dapat melakukan - Monitor frekuensi jantung
mobilitas fisik secara dan tekanan darah sebelum
mandiri, dengan kriteria memulai mobilisasi
hasil : - Monitor kondisi umum
- Pergerakan selama melakukan
ekstremitas mobilisasi
meningkat Terapeutik
- Kekuatan otot - Fasilitasi aktivitas
meningkat mobilisasi dengan alat
- Rentang gerak bantu
(ROM) meningkat - Fasilitasi melakukan
- Nyeri menurun pergerakan, jika perlu
- Kelemahan fisik - Libatkan keluarga untuk
20
menurun membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
- Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan
Gangguan Integritas Kulit dan Perawatan Integritas Kulit
integritas kulit Jaringan (L.14125) (I.11353)
(D.0129) Setelah dilakukan Tindakan :
tindakan asuhan Observasi
keperawatan selama - Identifikasi penyebab
3x24 jam diharapkan gangguan integritas kulit
integritas kulit Terapeutik
meningkat dengan - Ubah posisi tiap 2 jam jika
kriteria hasil : tirah baring
- Kerusakan jaringan - Lakukan pemijatan pada
menurun area penonjolan tulang, jika
- Kerusakan lapisan perlu
kulit menurun Edukasi
- Nyeri menurun - Anjurkan menggunakan
- Kemerahan menurun pelembab (mis. Lotion,
- Suhu kulit membaik serum)
- Sensasi kulit - Anjurkan minum air yang
membaik cukup
- Tekstur membaik - Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
Risiko infeksi Tingkat Infeksi Pencegahan Infeksi (I.14539)
(D.0142) (L.14137) Tindakan :
Setelah dilakukan Observasi
tindakan asuhan - Monitor tanda dan gejala
keperawatan selama infeksi lokal dan sistemik
3x24 jam diharapkan Terapeutik
derajat infeksi menurun - Berikan perawatan kulit
dengan kriteria hasil : pada area edema
- Demam menurun - Pertahankan Teknik aseptik
- Kemerahan menurun pada pasien beresiko tinggi
- Nyeri menurun Edukasi
21
- Bengkak menurun - Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
- Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka
operasi
- Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
22
vitamin K
- Anjurkan segera melapor
jika terjadi perdarahan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat
pengontrol perdarahan, jika
perlu
- Kolaborasi pemberian
produk darah, jika perlu
23
DAFTAR PUSTAKA
24