Anda di halaman 1dari 12

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN FRAKTUR

I. Konsep Dasar Medik

A. Definisi Fraktur
1. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan
sesuai jenis dan luasnya. (Brunner & Suddarth, Buku Ajar Medikal
Bedah, 2002, hal. 2357).
2. Fraktur adalah patah tulang biasanya disebabkan oleh trauma atau
tenaga fisik (Sylvia A. Price, Patofisiologi, 2014).
3. Fraktur radius adalah fraktur yang terjadi pada tulang radius akibat
jatuh dan tangan menyangga dengan siku ekstensi. (Brunner &
Suddarth, Buku Ajar Medikal Bedah, 2002, hal. 2372).

B. Klasifikasi Fraktur
1. Fraktur tertutup
Fraktur dengan kulit utuh melewati tempat fraktur dimana tulang
tidak menonjol keluar melewati kulit.
2. Fraktur terbuka
Robeknya kulit pada tempat fraktur, luka berhubungan dengan
kulit ke tulang. Oleh sebab itu fraktur berhubungan dengan
lingkungan luar, sehingga berpotensi terjadi infeksi. Fraktur
terbuka lebih lanjut dibedakan menjadi 3 berdasarkan beratnya
fraktur.
a) Grade I : disertai kerusakan pada kulit yang minimal kurang
dari 1 cm.
b) Grade II : seperti pada grade I dengan kulit dan luka memar
pada otot.
c) Grade III : luka lebih dari 6-8 cm dengan kerusakan pada
pembuluh darah.
3. Fraktur komplit
Patah yang melintang ke seluruh tulang dan sering berpindah dari
posisi normal.
4. Fraktur inkomplit
Meluasnya garis fraktur yang melewati sebagian tulang dimana
yang mengganggu kontinuitas seluruh tubuh. Tipe fraktur ini
disebut juga green stick atau fraktur hickoristik.
5. Fraktur comminuted
Fraktur yang memiliki beberapa fragmen tulang.
6. Fraktur patologik
Fraktur yang terjadi sebagai hasil dari gangguan tulang yang
pokok, seperti osteoporosis. Garis fraktur membentuk sudut
oblique (sekitar 45 o) pada batang atau sendi pada tulang.
7. Fraktur longitudinal
Garis fraktur berkembang secara longitudinal.
8. Fraktur transversal
Garis fraktur menyilang lurus pada tulang.
9. Fraktur spiral
Garis fraktur berbentuk spiral mengelilingi tulang.

1
C. Anatomi Fisiologi Tulang Radius
Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan
tempat untuk melekatnya otot-otot yang menggerakkan kerangka
tubuh. Komponen-komponen utama dari jaringan tulang adalah
mineral-mineral dan jaringan organik (kolagen dan proteoglikon).
Kalsium dan fosfat membentuk suatu kristal garam (hidroksida patit),
yang tertimbun pada matriks garam (hidroksia patit) yang tertimbun
pada matriks kolagen dan proteaglikan matriks organik tulang disebut
juga sebagai suatu osteoid. (Sylvia, A. Price, Patofisiologi, Buku II,
Edisi 4, Penerbit EGC, 1995).

Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-
selnya terdiri atas 3 (tiga) jenis dasar : osteoblas, osteosit dan
osteoklas. Osteoblas berfungsi dalam pembentukan tulang dengan
mensekresi matriks tulang. Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat
dalam pemeliharaan fungsi tulang dan terletak dalam osteum (unit
matriks tulang). Osteoklas adalah sel multinuklear (berinti banyak)
yang berperan dalam penghancuran, resorbsi dan remodeling tulang.

Radius adalah tulang di sisi lateral lengan bawah yang merupakan


tulang pipa dengan sebuah batang dan dua ujung dan lebih pendek dari
tulang ulna. Ujung atas radius kecil dan memperlihatkan kepala
berbentuk kancing dengan permukaan dangkal yang bersendi dengan
kapitulum dari humerus. Sisi-sisi kepala radius bersendi dengan takik
radial dari ulna. Di bawah kepala terletak leher dan di bawah serta di
sebeelah medial dari leher ada tuberositas radii, yang dikaitkan pada
tendon dan insersi otot bisep.

Batang radius. Di sebelah atas batangnya lebih sempit dan lebih


bundar daripada di bawah dan melebar makin mendekati ujung bawah.
Batangnya melengkung ke sebelah luar dan terbagi dalam beberapa
permukaan, yang seperti pada ulna memberi kaitan kepada flexor dan
pronator, yang letaknya dalam di sebelah anterior dan di sebelah
posterior memberi kaitan pada extensor dan supinator di sebelah
dalam lengan bawah dan tangan. Ujung bawah agak berbentuk
segiempat dan masuk dalam formasi dua buah sendi. Persendian
inferior dari ujung bawah radius berbendi dengan ska foid dan tulang
semilunar dalam formasi persendian pergelangan tangan. Permukaan
persendian di sebelah medial dari yang bawah bersendi dengan kepala
dari ulna dalam formasi persendian radio-ulna inferior. Sebelah lateral
dari ujung bawah diperpanjang ke bawah menjadi prosesus stiloid
radius.

Fungsi dari tulang pada lengan bawah atau tulaang radius adalah
untuk pronasi dan supinasi harus dipertahankan dengan menjaga
posisi dan kesejajaran anatomik yang baik.

Proses Penyembuhan Tulang


Kebanyakan patah tulang sembuh melalui osifikasi endokondial ketika
tulang mengalami cedera. Fragmen tulang tidak hanya ditambal
dengan jaringan parut, namun tulang mengalami regenerasi sendiri.
Ada beberapa tahapan dalam penyembuhan tulang :

2
1. Inflamasi
Dengan adanya patah tulang, tulang mengalami respon yang sama
dengan bila ada cedera di lain tempat dalam tubuh. Terjadi
perdarahan dalam jaringan yang cedera dan terjadi pembentukan
hematoma pada tempat patah tulang. Ujung fragmen tulang
mengalami devitalisasi karena terputusnya pasokan darah. Tempat
cedera kemudian akan diinvasi oleh makrofag (sel darah putih
besar), yang akan membersihkan daerah tersebut. Terjadi
inflamasi, pembengkakan dan nyeri. Tahap inflamasi berlangsung
beberapa hari dan hilang dengan berkurangnya pembengkakan dan
nyeri.
2. Proliferasi Sel
Dalam sekitar 5 hari, hematoma akan mengalami organisasi.
Terbentuk benang-benang fibrin dalam jendalan darah, membentuk
jaringan untuk revaskularisasi dan invasi fibroblast dan osteoblast.
Fibroblast dan osteoblast (berkembang dan osteosit, sel endotel,
sel periosteum) akan menghasilkan kolagen dan proteoglikan
sebagai matriks kolagen pada patahan tulang.
3. Pembentukan kalus
Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan
tumbuh mencapai sisi lain sampai celah sudah terhubungkan.
Fragmen patahan tulang digabungkan dengan jaringan fibrus,
tulang rawan dan tulang serat imatur. Bentuk kalus dan volume
yang dibutuhkan untuk menghubungkan defek-secara langsung
berhubungan dengan jumlah kerusakan dan pergeseran tulang.
4. Osifikasi
Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam 2-3
minggu patah tulang melalui proses penulangan endokondrial.
5. Remodeling
Tahap akhir perbaikan tulang meliputi pengambilan jaringan mati
dan reorganisasi tulang baru ke susunan struktural sebelumnya.
Remodeling memerlukan waktu berbulan-bulan sampai bertahun-
tahun tergantung beratnya modifikasi tulang yang dibutuhkan,
fungsi tulang, dan pada kasus yang melibatkan tulang kompak dan
kanselus - stres fungsional pada tulang.

D. Etiologi Fraktur Radius


Penyebab paling umum fraktur adalah :
1. Benturan/trauma langsung pada tulang antara lain : kecelakaan lalu
lintas/jatuh.
2. Kelemahan/kerapuhan struktur tulang akibat gangguan penyakit
seperti osteoporosis, kanker tulang yang bermetastase.

E. Patofisiologi Fraktur Radius


Fraktur kaput radii sering terjadi akibat jatuh dan tangan menyangga
dengan siku ekstensi. Bila terkumpul banyak darah dalam sendi siku
(hemarthosis) harus diaspirasi untuk mengurangi nyeri dan
memungkinkan gerakan awal.

Bila fraktur mengalami pergeseran dilakukan pembedahan dengan


eksisi kaput radii bila perlu. Paska operasi lengan dimobilisasi dengan
bebat gips posterior dan sling. Fraktur pada batang radius dan ulna
(pada batang lengan bawah) biasanya terjadi pada anak-anak. Baik

3
radius maupun ulna keduanya dapat mengalami patah. Pada setiap
ketinggian, biasanya akan mengalami pergeseran bila kedua tulang
patah.

Dengan adanya fraktur dapat menyebabkan atau menimbulkan


kerusakan pada beberapa bagian. Kerusakan pada periosteum dan
sumsum tulang dapat mengakibatkan keluarnya sumsum tulang,
terutama pada tulang panjang. Sumsum kuning yang keluar akibat
fraktur terbuka masuk ke dalam pembuluh darah dan mengikuti aliran
darah sehingga mengakibatkan emboli lemak. Apabila emboli lemak
ini sampai pada pembuluh darah yang sempit dimana diameter emboli
lebih besar daripada diameter pembuluh darah maka akan terjadi
hambatan aliran darah yang mengakibatkan perubahan perfusi
jaringan.

Kerusakan pada otot atau jaringan lunak dapat menimbulkan nyeri


yang hebat karena adanya spasme otot di sekitarnya. Sedangkan
kerusakan pada tulang itu sendiri mengakibatkan perubahan sumsum
tulang (fragmentasi tulang) dan dapat menekan persyaratan di daerah
tulang yang fraktur, sehingga menimbulkan gangguan syaraf ditandai
dengan kesemutan, rasa baal dan kelemahan.

F. Tanda dan Gejala Fraktur Radius


1. Nyeri hebat pada daerah fraktur dan nyeri bertambah bila
ditekan/diraba.
2. Tidak mampu menggerakkan lengan/tangan.
3. Spasme otot.
4. Perubahan bentuk/posisi berlebihan bila dibandingkan pada
keadaan normal.
5. Ada/tidak adanya luka pada daerah fraktur.
6. Kehilangan sensasi pada daerah distal karena terjadi jepitan syarat
oleh fragmen tulang.
7. Krepitasi jika digerakkan.
8. Perdarahan.
9. Hematoma.
10. Syok
11. Keterbatasan mobilisasi.

G. Pemeriksaan Diagnostik Fraktur Radius


1. Foto rontgen pada daerah yang dicurigai fraktur.
2. Pemeriksaan lainnya yang juga merupakan persiapan operasi
antara lain :
a) Darah lengkap
b) Golongan darah
c) Masa pembekuan dan perdarahan.
d) EKG
e) Kimia darah.

H. Therapi/Penatalaksanaan Medik
Ada beberapa prinsip dasar yang harus dipertimbangkan pada saat
menangani fraktur :

4
1. Rekognisi
Pengenalan riwayat kecelakaan, patah atau tidak, menentukan
perkiraan yang patah, kebutuhan pemeriksaan yang spesifik, kelainan
bentuk tulang dan ketidakstabilan, tindakan apa yang harus cepat
dilakukan misalnya pemasangan bidai.
2. Reduksi
Usaha dan tindakan untuk memanipulasi fragmen tulang yang patah
sedapat mungkin kembali seperti letak asalnya.
Cara penanganan secara reduksi :
a) Pemasangan gips
Untuk mempertahankan posisi fragmen tulang yang fraktur.
b) Reduksi tertutup (closed reduction external fixation)
Menggunakan gips sebagai fiksasi eksternal untuk
mempertahankan posisi tulang dengan alat-alat : skrup, plate, pen,
kawat, paku yang dipasang di sisi maupun di dalam tulang. Alat ini
diangkut kembali setelah 1-12 bulan dengan pembedahan.
3. Debridemen
Untuk mempertahankan/memperbaiki keadaan jaringan lunak sekitar
fraktur pada keadaan luka sangat parah dan tidak beraturan.
4. Rehabilitasi
Memulihkan kembali fragmen-fragmen tulang yang patah untuk
mengembalikan fungsi normal.
5. Perlu dilakukan mobilisasi
Kemandirian bertahap.

I. Komplikasi Fraktur Radius


1. Komplikasi awal setelah fraktur adalah syok.
Bisa berakibat fatal dalam beberapa jam setelah cedera.
2. Sindroma kompartemen
Masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam otot kurang dari
yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan.
3. Tromboemboli
4. Infeksi.

II. Konsep Dasar Keperawatan

A. Pengkajian
1. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
 Kebiasaan beraktivitas tanpa pengamanan memadai.
 Adanya kegiatan yang beresiko cedera.
 Adanya riwayat penyakit yang bisa menyebabkan jatuh.
2. Pola nutrisi metabolik
 Adanya gangguan nafsu makan karena nyeri.
3. Pola tidur dan istirahat
 Pola tidur terganggu karena nyeri.
4. Pola aktivitas dan latihan
 Ada riwayat jatuh/terbentur ketika sedang
beraktivitas/kecelakaan lain.
 Tidak kuat menahan beban.
 Ada perubahan bentuk/pemendekan pada bagian yang kontraktur.

5
5. Pola persepsi dan kognitif
 Biasanya mengeluh nyeri pada daerah fraktur
 Mengeluh kesemutan/baal
 Kurang pemahaman tentang keadaan luka dan prosedur tindakan.
6. Pola konsep diri dan persepsi diri
 Adanya ungkapan ketidakberdayaan karena cedera.
 Rasa khawatir akan dirinya, tidak mampu beraktivitas seperti
sebelumnya.
7. Pola hubungan peran
 Peran terganggu karena adanya nyeri.
 Kecemasan akan tidak mampu menjalankan kewajiban
memenuhi kebutuhan keluarga.
8. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stres.
 Ekspresi sedih
 Merasa terasing di rumah sakit.
 Kaji kecemasan klien.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Pre-Operasi
a) Nyeri b.d spasme otot, kerusakan akibat fraktur.
b) Ketidakmampuan beraktivitas b.d fraktur dan cidera jaringan
sekitar.
c) Resiko tinggi terjadi infeksi b.d fraktur terbuka kerusakan
jaringan lunak.
d) Gangguan pola tidur b.d nyeri.

2. Post Operasi
a) Nyeri b.d luka operasi.
b) Risiko tinggi terjadi komplikasi post operasi b.d immobilisasi.
c) Ketidakmampuan beraktivitas b.d pemasangan gips dan fiksasi.
d) Risiko tinggi terjadi infeksi b.d luka post operasi.
e) Kurang pengetahuan klien tentang perubahan tingkat aktivitas
yang boleh dilakukan dan perawatannya saat di rumah.
f) Gangguan harga diri b.d perubahan peran dan perubahan
bentuk fisik atau tubuh.

C. Perencanaan Keperawatan
1. Pre-Operasi
a) Nyeri b.d spasme otot, kerusakan akibat fraktur.
HYD : Nyeri berkurang sampai hilang dalam waktu 2 x 24 jam
ditandai dengan :
 Nyeri berkurang atau terkontrol
 Klien mengatakan nyeri berkurang.
 Ekspresi wajah tenang.
Rencana Tindakan :
1) Observasi tanda-tanda vital (TD, S, N, P)
R/ Peningkatan tanda-tanda vital menunjukkan adanya
nyeri.
2) Kaji keluhan nyeri klien : lokasi, intensitas, karakteristik.
R/ Menentukan tindakan yang tepat sesuai kebutuhan klien.
3) Beri posisi yang nyaman sesuai anatomi tubuh manusia.

6
R/ Posisi sesuai anatomi tubuh membantu relaksasi sehingga
mengurangi rasa nyeri.
4) Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam.
R/ Nafas dalam mengendorkan ketegangan syaraf.
5) Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah
baring, gips.
R/ Menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi
tulang yang cedera.
6) Beri therapi analgetik sesuai program medik.
R/ Analgetik menghambat pembentukan prostaglandin pada
otak dan jaringan perifer.

b) Ketidakmampuan beraktivitas b.d fraktur dan cidera jaringan


sekitar.
HYD : Keterbatasan aktivitas terpenuhan dalam waktu 2 x 24
jam ditandai dengan :
 Kebutuhan hygiene, nutrisi dan eliminasi terpenuhi.
 Klien dapat melakukan aktivitas secara bertahap sesuai
kemampuan klien dan sesuai program medik.
Rencana Tindakan :
1) Kaji tingkat kemampuan beraktivitas klien.
R/ Menentukan intervensi yang sesuai dengan kebutuhan
klien.
2) Observasi tanda-tanda vital (TD, S, N, P)
R/ Sebagai data dasar dalam melakukan tindakan
keperawatan.
3) Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan yang tidak dapat
dilakukan sendiri.
R/ Kerjasama antara perawat dan klien mengefektifkan
tercapainya hasil dari tindakan keperawatan.
4) Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan.
R/ Klien dapat memenuhi kebutuhan yang dapat
dilakukan sendiri dengan cepat.
5) Libatkan keluarga dalam membantu pemenuhan
kebutuhan klien.
R/ Membantu memenuhi kebutuhan klien.

c) Resiko tinggi terjadi infeksi b.d fraktur terbuka kerusakan


jaringan lunak.
HYD : Infeksi tidak terjadi dalam waktu 2 x 24 jam ditandai
dengan :
 Tidak ada kemerahan, pus, peradangan
 Leukosit dalam batas normal
 Tanda-tanda vital stabil dalam batas normal.
Rencana Tindakan :
1) Observasi tanda-tanda vital (S, TD, N, P)
R/ Peningkatan tanda-tanda vital menunjukkan adanya
infeksi.
2) Jaga daerah luka tetap bersih dan kering.
R/ Luka yang kotor dan basah menjadi media yang baik
bagi perkembangbiakan bakteri.
3) Tutup daerah luka dengan kasa steril.

7
R/ Kasa steril menghambat masuknya kuman ke dalam
luka.

4) Rawat luka fraktur dengan teknik aseptik.


R/ Mencegah dan menghambat perkembangbiakan
bakteri.
5) Beri therapi antibiotik sesuai program medik.
R/ Antibiotik menghambat hidup dan berkembang biaknya
bakteri.

2. Post-Operasi
a) Nyeri b.d luka operasi
HYD : Nyeri berkurang sampai dengan hilang dalam waktu 2 x
24 jam ditandai :
 Ekspresi wajah tenang.
 Klien dapat istirahat tidur
Rencana Tindakan :
1) Observasi tanda-tanda vital (TD, S, N, P)
R/ Peningkatan tanda-tanda vital menunjukkan adanya
nyeri.
2) Kaji keluhan, lokasi, intensitas dan karakteristik nyeri.
R/ Menentukan tindakan yang tepat sesuai kebutuhan klien.
3) Ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam.
R/ Nafas dalam dapat mengendorkan ketegangan sehingga
dapat mengurangi rasa nyeri.
4) Beri posisi yang nyaman pada tulang yang fraktur sesuai
anatomi.
R/ Posisi anatomi membuat rasa nyaman dan melancarkan
sirkulasi darah.
5) Anjurkan klien untuk imobilisasi bagian yang sakit dengan
tirah baring.
R/ Mengurangi nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang.
6) Beri therapi analgetik sesuai program medik.
R/ Menghambat dan menekan rangsang nyeri ke otak.

b) Ketidakmampuan beraktivitas b.d pemasangan gips atau


fiksasi.
HYD : Kebutuhan hygiene, nutrisi, dan eliminasi terpenuhi
dalam waktu 2 x 24 jam ditandai dengan :
 Klien dapat melakukan aktivitas secara bertahap sesuai
kemampuan klien dan sesuai program medik.
Rencana Tindakan :
1) Observasi tanda-tanda vital (S, N, TD, P)
R/ Sebagai data dasar untuk menentukan tindakan
keperawatan.
2) Kaji tingkat kemampuan klien dalam beraktivitas secara
mandiri.
R/ Menentukan tindakan keperawatan sesuai kondisi klien.
3) Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan hygiene nutrisi,
eliminasi yang tidak dapat dilakukan sendiri.
R/ Kerjasama antara perawat dan klien yang baik
mengefektif-kan pencapaian hasil dari tindakan
keperawatan yang dilakukan.

8
4) Dekatkan alat-alat dan bel yang dibutuhkan klien.
R/ Klien dapat segera memenuhi kebutuhan yang dapat
dilakukan sendiri.
5) Libatkan keluarga dalam membantu pemenuhan kebutuhan
klien.
R/ Kerjasama antara perawat dan keluarga klien akan
membantu dalam mencapai hasil yang diharapkan.
6) Anjurkan dan bantu klien untuk mobilisasi fisik secara
bertahap sesuai kemampuan klien dan sesuai program
medik.
R/ Mobilisasi dini secara bertahap membantu dalam proses
penyembuhan.

c) Resiko tinggi terjadi komplikasi post operasi b.d immobilisasi.


HYD : Komplikasi setelah operasi tidak terjadi dalam waktu 3
x 24 jam ditandai dengan :
 Tanda-tanda komplikasi tidak ada
 Klien mulai dapat mobilisasi bertahap
Rencana Tindakan :
1) Kaji keluhan klien
R/ Mengetahui masalah klien.
2) Observasi tanda-tanda vital (TD, N)
R/ Untuk mendeteksi adanya tanda-tanda awal komplikasi.
3) Anjurkan klien mobilisasi secara bertahap
R/ Meningkatkan pergerakan sehingga dapat melancarkan
aliran darah.
4) Kolaborasi dengan dokter.
R/ Mengetahui dan mendapatkan penanganan dengan tepat.

d) Resiko tinggi terjadi infeksi b.d luka post operasi.


HYD : Infeksi post operasi tidak terjadi dalam waktu 3 x 24
jam ditandai dengan :
 Klien tidak mengalami infeksi tulang.
Rencana Tindakan :
1) Observasi tanda-tanda vital (TD, N, S, P)
R/ Peningkatan tanda-tanda vital menunjukkan adanya
infeksi.
2) Rawat luka operasi dengan tehnik aseptik.
R/ Mencegah dan menghambat berkembang biaknya bakteri.
3) Tutup daerah luka dengan kasa steril.
R/ Kasa steril menghambat masuknya kuman dalam luka.
4) Jaga daerah luka tetap bersih dan kering.
R/ Luka yang kotor dan basah menjadi media yang baik bagi
perkembangbiakan bakteri.
5) Beri terapi antibiotik sesuai program medik.
R/ Antibiotik menghambat hidup dan berkembang biaknya
bakteri.

e) Kurang pengetahuan tentang perubahan tingkat aktivitas yang


boleh dilakukan dan perawatan di rumah b.d kurang informasi.
HYD : Klien dapat mengetahui aktivitas yang boleh dilakukan
dan perawatan saat di rumah ditandai dengan :

9
 Klien dapat menyebutkan aktivitas yang dapat dilakukan di
rumah
 Klien dapat mengulangi cara perawatan di rumah

Rencana Tindakan :
1) Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penatalaksanaan
perawatan di rumah.
R/ Mengukur sejauh mana tingkat pengetahuan klien.
2) Ajarkan dan anjurkan klien untuk melakukan latihan pasif
dan aktif secara teratur.
R/ Dengan latihan aktif dan pasif diharapkan mencegah
terjadinya kontraktur pada tulang.
3) Berikan kesempatan pada klien untuk dapat bertanya.
R/ Hal kurang jelas dapat diklarifikasikan kembali.
4) Anjurkan klien untuk mentaati terapi dan kontrol tepat
waktu.
R/ Mencegah keadaan yang dapat memperburuk keadaan
fraktur.
5) Anjurkan klien untuk tidak mengangkat beban berat pada
tangan yang fraktur.
R/ Mencegah stres tulang.

D. Discharge Planning
1. Anjurkan klien untuk meneruskan latihan aktif dan pasif yang
telah diperoleh selama klien dirawat di rumah sakit.
2. Anjurkan klien untuk tidak mengangkat beban berat pada tangan
yang fraktur, bila memang terpaksa lebih baik dengan menggeser
saja.
3. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi TKTP, tinggi kalsium, tinggi
vitamin untuk proses penyembuhan tulang.
4. Anjurkan klien untuk mentaati terapi pengobatan dan kontrol yang
tepat waktu.

10
C. Patoflowdiagram
 Benturan/trauma langsung pada tulang
antara lain kecelakaan lalu
lintas/jatuh.
 Kelemahan/kerapuhan struktur tulang
akibat gangguan penyakit seperti
osteoporosis, kanker tulang yang
bermetastasis

Diskontinuitas jaringan tulang

Periosteum dan Jaringan lunak MK : resti Tulang


sumsum tulang infeksi

Spasme otot
Keluarnya sumsum Perubahan sumsum tulang
tulang (fragmentasi tulang)

MK : Nyeri
Bergabung dengan
pembuluh darah yang
terbuka
Stabil/beraturan Tidak stabil

MK : Resiko
Emboli lemak tinggi perubahan
pertukaran gas
Dapat dikem- Menekan syaraf
balikan ke posisi
Perubahan semula
perfusi jaringan

Gangguan fungsi syaraf:


 Kesemutan, rasa baal
Nekrotik
jaringan  Kelemahan

Stimulasi
inflamasi MK : Resiko tinggi
kerusakan
neurovaskuler
Hematoma
edema

11
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.


Edisi 8 volume 3, Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Black, Joyce M (1997). Medical Surgical Nursing, Clinical Management


for Continuity of Care. 5th edition, 3 rd volume. Philadelphia. W.B
Saunders Company.

Carpenito, Lynda Jual (1997). Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek


Klinis. Edisi keenam, Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Doengoes, Marilynn. E (2000). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman


untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi
3, Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Evelyn. C. Pearce (1999). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Cetakan


ke-22, Jakarta. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Umum.

Sylvia A. Price (2014). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses


Penyakit. Edisi 6 buku 2. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

www.goggle.com

12

Anda mungkin juga menyukai