DENGAN FRAKTUR
A. Definisi Fraktur
1. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan
sesuai jenis dan luasnya. (Brunner & Suddarth, Buku Ajar Medikal
Bedah, 2002, hal. 2357).
2. Fraktur adalah patah tulang biasanya disebabkan oleh trauma atau
tenaga fisik (Sylvia A. Price, Patofisiologi, 2014).
3. Fraktur radius adalah fraktur yang terjadi pada tulang radius akibat
jatuh dan tangan menyangga dengan siku ekstensi. (Brunner &
Suddarth, Buku Ajar Medikal Bedah, 2002, hal. 2372).
B. Klasifikasi Fraktur
1. Fraktur tertutup
Fraktur dengan kulit utuh melewati tempat fraktur dimana tulang
tidak menonjol keluar melewati kulit.
2. Fraktur terbuka
Robeknya kulit pada tempat fraktur, luka berhubungan dengan
kulit ke tulang. Oleh sebab itu fraktur berhubungan dengan
lingkungan luar, sehingga berpotensi terjadi infeksi. Fraktur
terbuka lebih lanjut dibedakan menjadi 3 berdasarkan beratnya
fraktur.
a) Grade I : disertai kerusakan pada kulit yang minimal kurang
dari 1 cm.
b) Grade II : seperti pada grade I dengan kulit dan luka memar
pada otot.
c) Grade III : luka lebih dari 6-8 cm dengan kerusakan pada
pembuluh darah.
3. Fraktur komplit
Patah yang melintang ke seluruh tulang dan sering berpindah dari
posisi normal.
4. Fraktur inkomplit
Meluasnya garis fraktur yang melewati sebagian tulang dimana
yang mengganggu kontinuitas seluruh tubuh. Tipe fraktur ini
disebut juga green stick atau fraktur hickoristik.
5. Fraktur comminuted
Fraktur yang memiliki beberapa fragmen tulang.
6. Fraktur patologik
Fraktur yang terjadi sebagai hasil dari gangguan tulang yang
pokok, seperti osteoporosis. Garis fraktur membentuk sudut
oblique (sekitar 45 o) pada batang atau sendi pada tulang.
7. Fraktur longitudinal
Garis fraktur berkembang secara longitudinal.
8. Fraktur transversal
Garis fraktur menyilang lurus pada tulang.
9. Fraktur spiral
Garis fraktur berbentuk spiral mengelilingi tulang.
1
C. Anatomi Fisiologi Tulang Radius
Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan
tempat untuk melekatnya otot-otot yang menggerakkan kerangka
tubuh. Komponen-komponen utama dari jaringan tulang adalah
mineral-mineral dan jaringan organik (kolagen dan proteoglikon).
Kalsium dan fosfat membentuk suatu kristal garam (hidroksida patit),
yang tertimbun pada matriks garam (hidroksia patit) yang tertimbun
pada matriks kolagen dan proteaglikan matriks organik tulang disebut
juga sebagai suatu osteoid. (Sylvia, A. Price, Patofisiologi, Buku II,
Edisi 4, Penerbit EGC, 1995).
Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-
selnya terdiri atas 3 (tiga) jenis dasar : osteoblas, osteosit dan
osteoklas. Osteoblas berfungsi dalam pembentukan tulang dengan
mensekresi matriks tulang. Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat
dalam pemeliharaan fungsi tulang dan terletak dalam osteum (unit
matriks tulang). Osteoklas adalah sel multinuklear (berinti banyak)
yang berperan dalam penghancuran, resorbsi dan remodeling tulang.
Fungsi dari tulang pada lengan bawah atau tulaang radius adalah
untuk pronasi dan supinasi harus dipertahankan dengan menjaga
posisi dan kesejajaran anatomik yang baik.
2
1. Inflamasi
Dengan adanya patah tulang, tulang mengalami respon yang sama
dengan bila ada cedera di lain tempat dalam tubuh. Terjadi
perdarahan dalam jaringan yang cedera dan terjadi pembentukan
hematoma pada tempat patah tulang. Ujung fragmen tulang
mengalami devitalisasi karena terputusnya pasokan darah. Tempat
cedera kemudian akan diinvasi oleh makrofag (sel darah putih
besar), yang akan membersihkan daerah tersebut. Terjadi
inflamasi, pembengkakan dan nyeri. Tahap inflamasi berlangsung
beberapa hari dan hilang dengan berkurangnya pembengkakan dan
nyeri.
2. Proliferasi Sel
Dalam sekitar 5 hari, hematoma akan mengalami organisasi.
Terbentuk benang-benang fibrin dalam jendalan darah, membentuk
jaringan untuk revaskularisasi dan invasi fibroblast dan osteoblast.
Fibroblast dan osteoblast (berkembang dan osteosit, sel endotel,
sel periosteum) akan menghasilkan kolagen dan proteoglikan
sebagai matriks kolagen pada patahan tulang.
3. Pembentukan kalus
Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan
tumbuh mencapai sisi lain sampai celah sudah terhubungkan.
Fragmen patahan tulang digabungkan dengan jaringan fibrus,
tulang rawan dan tulang serat imatur. Bentuk kalus dan volume
yang dibutuhkan untuk menghubungkan defek-secara langsung
berhubungan dengan jumlah kerusakan dan pergeseran tulang.
4. Osifikasi
Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam 2-3
minggu patah tulang melalui proses penulangan endokondrial.
5. Remodeling
Tahap akhir perbaikan tulang meliputi pengambilan jaringan mati
dan reorganisasi tulang baru ke susunan struktural sebelumnya.
Remodeling memerlukan waktu berbulan-bulan sampai bertahun-
tahun tergantung beratnya modifikasi tulang yang dibutuhkan,
fungsi tulang, dan pada kasus yang melibatkan tulang kompak dan
kanselus - stres fungsional pada tulang.
3
radius maupun ulna keduanya dapat mengalami patah. Pada setiap
ketinggian, biasanya akan mengalami pergeseran bila kedua tulang
patah.
H. Therapi/Penatalaksanaan Medik
Ada beberapa prinsip dasar yang harus dipertimbangkan pada saat
menangani fraktur :
4
1. Rekognisi
Pengenalan riwayat kecelakaan, patah atau tidak, menentukan
perkiraan yang patah, kebutuhan pemeriksaan yang spesifik, kelainan
bentuk tulang dan ketidakstabilan, tindakan apa yang harus cepat
dilakukan misalnya pemasangan bidai.
2. Reduksi
Usaha dan tindakan untuk memanipulasi fragmen tulang yang patah
sedapat mungkin kembali seperti letak asalnya.
Cara penanganan secara reduksi :
a) Pemasangan gips
Untuk mempertahankan posisi fragmen tulang yang fraktur.
b) Reduksi tertutup (closed reduction external fixation)
Menggunakan gips sebagai fiksasi eksternal untuk
mempertahankan posisi tulang dengan alat-alat : skrup, plate, pen,
kawat, paku yang dipasang di sisi maupun di dalam tulang. Alat ini
diangkut kembali setelah 1-12 bulan dengan pembedahan.
3. Debridemen
Untuk mempertahankan/memperbaiki keadaan jaringan lunak sekitar
fraktur pada keadaan luka sangat parah dan tidak beraturan.
4. Rehabilitasi
Memulihkan kembali fragmen-fragmen tulang yang patah untuk
mengembalikan fungsi normal.
5. Perlu dilakukan mobilisasi
Kemandirian bertahap.
A. Pengkajian
1. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
Kebiasaan beraktivitas tanpa pengamanan memadai.
Adanya kegiatan yang beresiko cedera.
Adanya riwayat penyakit yang bisa menyebabkan jatuh.
2. Pola nutrisi metabolik
Adanya gangguan nafsu makan karena nyeri.
3. Pola tidur dan istirahat
Pola tidur terganggu karena nyeri.
4. Pola aktivitas dan latihan
Ada riwayat jatuh/terbentur ketika sedang
beraktivitas/kecelakaan lain.
Tidak kuat menahan beban.
Ada perubahan bentuk/pemendekan pada bagian yang kontraktur.
5
5. Pola persepsi dan kognitif
Biasanya mengeluh nyeri pada daerah fraktur
Mengeluh kesemutan/baal
Kurang pemahaman tentang keadaan luka dan prosedur tindakan.
6. Pola konsep diri dan persepsi diri
Adanya ungkapan ketidakberdayaan karena cedera.
Rasa khawatir akan dirinya, tidak mampu beraktivitas seperti
sebelumnya.
7. Pola hubungan peran
Peran terganggu karena adanya nyeri.
Kecemasan akan tidak mampu menjalankan kewajiban
memenuhi kebutuhan keluarga.
8. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stres.
Ekspresi sedih
Merasa terasing di rumah sakit.
Kaji kecemasan klien.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pre-Operasi
a) Nyeri b.d spasme otot, kerusakan akibat fraktur.
b) Ketidakmampuan beraktivitas b.d fraktur dan cidera jaringan
sekitar.
c) Resiko tinggi terjadi infeksi b.d fraktur terbuka kerusakan
jaringan lunak.
d) Gangguan pola tidur b.d nyeri.
2. Post Operasi
a) Nyeri b.d luka operasi.
b) Risiko tinggi terjadi komplikasi post operasi b.d immobilisasi.
c) Ketidakmampuan beraktivitas b.d pemasangan gips dan fiksasi.
d) Risiko tinggi terjadi infeksi b.d luka post operasi.
e) Kurang pengetahuan klien tentang perubahan tingkat aktivitas
yang boleh dilakukan dan perawatannya saat di rumah.
f) Gangguan harga diri b.d perubahan peran dan perubahan
bentuk fisik atau tubuh.
C. Perencanaan Keperawatan
1. Pre-Operasi
a) Nyeri b.d spasme otot, kerusakan akibat fraktur.
HYD : Nyeri berkurang sampai hilang dalam waktu 2 x 24 jam
ditandai dengan :
Nyeri berkurang atau terkontrol
Klien mengatakan nyeri berkurang.
Ekspresi wajah tenang.
Rencana Tindakan :
1) Observasi tanda-tanda vital (TD, S, N, P)
R/ Peningkatan tanda-tanda vital menunjukkan adanya
nyeri.
2) Kaji keluhan nyeri klien : lokasi, intensitas, karakteristik.
R/ Menentukan tindakan yang tepat sesuai kebutuhan klien.
3) Beri posisi yang nyaman sesuai anatomi tubuh manusia.
6
R/ Posisi sesuai anatomi tubuh membantu relaksasi sehingga
mengurangi rasa nyeri.
4) Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam.
R/ Nafas dalam mengendorkan ketegangan syaraf.
5) Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah
baring, gips.
R/ Menghilangkan nyeri dan mencegah kesalahan posisi
tulang yang cedera.
6) Beri therapi analgetik sesuai program medik.
R/ Analgetik menghambat pembentukan prostaglandin pada
otak dan jaringan perifer.
7
R/ Kasa steril menghambat masuknya kuman ke dalam
luka.
2. Post-Operasi
a) Nyeri b.d luka operasi
HYD : Nyeri berkurang sampai dengan hilang dalam waktu 2 x
24 jam ditandai :
Ekspresi wajah tenang.
Klien dapat istirahat tidur
Rencana Tindakan :
1) Observasi tanda-tanda vital (TD, S, N, P)
R/ Peningkatan tanda-tanda vital menunjukkan adanya
nyeri.
2) Kaji keluhan, lokasi, intensitas dan karakteristik nyeri.
R/ Menentukan tindakan yang tepat sesuai kebutuhan klien.
3) Ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam.
R/ Nafas dalam dapat mengendorkan ketegangan sehingga
dapat mengurangi rasa nyeri.
4) Beri posisi yang nyaman pada tulang yang fraktur sesuai
anatomi.
R/ Posisi anatomi membuat rasa nyaman dan melancarkan
sirkulasi darah.
5) Anjurkan klien untuk imobilisasi bagian yang sakit dengan
tirah baring.
R/ Mengurangi nyeri dan mencegah kesalahan posisi tulang.
6) Beri therapi analgetik sesuai program medik.
R/ Menghambat dan menekan rangsang nyeri ke otak.
8
4) Dekatkan alat-alat dan bel yang dibutuhkan klien.
R/ Klien dapat segera memenuhi kebutuhan yang dapat
dilakukan sendiri.
5) Libatkan keluarga dalam membantu pemenuhan kebutuhan
klien.
R/ Kerjasama antara perawat dan keluarga klien akan
membantu dalam mencapai hasil yang diharapkan.
6) Anjurkan dan bantu klien untuk mobilisasi fisik secara
bertahap sesuai kemampuan klien dan sesuai program
medik.
R/ Mobilisasi dini secara bertahap membantu dalam proses
penyembuhan.
9
Klien dapat menyebutkan aktivitas yang dapat dilakukan di
rumah
Klien dapat mengulangi cara perawatan di rumah
Rencana Tindakan :
1) Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penatalaksanaan
perawatan di rumah.
R/ Mengukur sejauh mana tingkat pengetahuan klien.
2) Ajarkan dan anjurkan klien untuk melakukan latihan pasif
dan aktif secara teratur.
R/ Dengan latihan aktif dan pasif diharapkan mencegah
terjadinya kontraktur pada tulang.
3) Berikan kesempatan pada klien untuk dapat bertanya.
R/ Hal kurang jelas dapat diklarifikasikan kembali.
4) Anjurkan klien untuk mentaati terapi dan kontrol tepat
waktu.
R/ Mencegah keadaan yang dapat memperburuk keadaan
fraktur.
5) Anjurkan klien untuk tidak mengangkat beban berat pada
tangan yang fraktur.
R/ Mencegah stres tulang.
D. Discharge Planning
1. Anjurkan klien untuk meneruskan latihan aktif dan pasif yang
telah diperoleh selama klien dirawat di rumah sakit.
2. Anjurkan klien untuk tidak mengangkat beban berat pada tangan
yang fraktur, bila memang terpaksa lebih baik dengan menggeser
saja.
3. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi TKTP, tinggi kalsium, tinggi
vitamin untuk proses penyembuhan tulang.
4. Anjurkan klien untuk mentaati terapi pengobatan dan kontrol yang
tepat waktu.
10
C. Patoflowdiagram
Benturan/trauma langsung pada tulang
antara lain kecelakaan lalu
lintas/jatuh.
Kelemahan/kerapuhan struktur tulang
akibat gangguan penyakit seperti
osteoporosis, kanker tulang yang
bermetastasis
Spasme otot
Keluarnya sumsum Perubahan sumsum tulang
tulang (fragmentasi tulang)
MK : Nyeri
Bergabung dengan
pembuluh darah yang
terbuka
Stabil/beraturan Tidak stabil
MK : Resiko
Emboli lemak tinggi perubahan
pertukaran gas
Dapat dikem- Menekan syaraf
balikan ke posisi
Perubahan semula
perfusi jaringan
Stimulasi
inflamasi MK : Resiko tinggi
kerusakan
neurovaskuler
Hematoma
edema
11
DAFTAR PUSTAKA
www.goggle.com
12