Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang. (Buku Ajar Ilmu Bedah 2004. Hal.
840).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis. (Brunner and
Suddarth 2002, hal. 2357).
Fraktur tibia fibula sering disebut fraktur kruris yaitu fraktur tungkai. (Buku Ajar Ilmu Bedah
2004. Hal. 886).
2. Klasifikasi Fraktur
4) Fraktur komplikata: tulang yang patah menusuk kulit, tulang terlihat.
6) Fraktur dengan perubahan posisi, ujung tulang yang patah berjauhan dengan normal.
7) Fraktur tanpa perubahan posisi, tulang patah posisi pada tempatnya yang normal.
8) Fraktur impacted: salah satu ujung tulang yang patah menancap pada yang lain.
1. Jenis fraktur
1) Fraktur tertutup: terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar
2) Fraktur terbuka: ada hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena ada
perlukaan dan kulit
Luka < 1 cm, kerusakan jaringan lunak sedikit dan tidak ada tanda luka remuk.
1. Derajat II
1. Derajat III
Kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot, dan neurovaskular serta
kontiminasi derajat tinggi.
Tulang membentuk rangka penunjang dan perlindungan bagi tubuh dan tempat melekatnya
otot-otot yang menggerakkan kerangka tubuh. Tulang panjang disusun untuk menyangga
berat badan dan gerakan, ruang di tengah tulang-tulang tertentu berisi jaringan hematopoietik
yang membentuk berbagai sel darah. Tulang juga merupakan tempat primer untuk
menyimpan dan mengatur kalsium.
Tulang tersusun oleh jaringan tulang kanselus/kortikal. Tulang panjang misal: femur seperti
tangkai/batang panjang dengan ujung yang membulat. Batang atau diafisis terutama tersusun
atas tulang kortikal. Ujung tulang panjang dinamakan epifisis dan terutama tersusun oleh
tulang kanselus. Tulang tersusun atas sel matriks protein dan deposit mineral. Sel-selnya
terdiri atas 3 jenis dasar osteoblas, osteosit, osteoklas.
Tibia atau tulang kering merupakan yang utama dari tungkai bawah dan terletak medial dari
fibula atau tulang betis. Tibia adalah tulang pipa dengan sebuah batang dan dua ujung.
Melebar secara transversal dan memiliki permukaan sendi superior pada tiap condylus medial
dan lateral. Ujung atas fibula melekat pada permukaan sendi pada condylus lateralis.
- Corpus
Bagian segitiga dan batas anteriornya membentuk penonjolan yang dapat diraba. Corpus
menyempit pada sekitar pertengahannya kemudian melebar.
Mempunyai 3 bagian:
1. Malleolus medialis, penonjolan tajam pada aspek bagian dalam pergelangan kaki.
2. Permukaan sendi untuk ujung bawah fibula.
3. Permukaan sendi di bawah dan medial dari tulang.
Fibula
Fibula adalah tulang panjang kurus pada aspek lateral tungkai. Tulang ini memiliki 2 ujung
atas dan ujung bawah. Tibia dan fibula bergabung menjadi satu di atas dan di bawah dengan
sendi yang tidak dapat bergerak. Membrana interossea melekat pada corpus kedua tulang dan
mengisi ruang diantaranya: merupakan tempat perlengketan otot.
4. Etiologi
- Benturan/trauma langsung pada tulang misalnya kecelakaan lalu lintas, jatuh.
- Kelemahan atau kerapuhan struktur tulang akibat gangguan atau penyakit primer
misalnya osteoporosis, kanker tulang metastase.
5. Patofisiologi
Trauma merupakan penyebab mayoritas dari fraktur baik trauma karena kecelakaan bermotor
maupun jatuh dari ketinggian menyebabkan rusak atau putusnya kontinuitas jaringan tulang.
Selain itu keadaan patologik tulang seperti Osteoporosis yang menyebabkan densitas tulang
menurun, tulang rapuh akibat ketidakseimbangan homeostasis pergantian tulang dan kedua
penyebab di atas dapat mengakibatkan diskontinuitas jaringan tulang yang dapat merobek
periosteum dimana pada dinding kompartemen tulang tersebut terdapat saraf-saraf sehingga
dapat timbul rasa nyeri yang bertambah bila digerakkan. Fraktur dibagi 3 grade menurut
kerusakan jaringan tulang. Grade I menyebabkan kerusakan kulit, Grade II fraktur terbuka
yang disertai dengan kontusio kulit dan otot terjadi edema pada jaringan. Grade III kerusakan
pada kulit, otot, jaringan saraf dan pembuluh darah.
Pada grade I dan II kerusakan pada otot/jaringan lunak dapat menimbulkan nyeri yang hebat
karena ada spasme otot. Pada grade III kerusakan jaringan yang luas pada kulit otot
periosteum dan sumsum tulang yang menyebabkan keluarnya sumsum kuning yang dapat
masuk ke dalam pembuluh darah sehingga mengakibatkan emboli lemak yang kemudian
dapat menyumbat pembuluh darah kecil dan dapat berakibat fatal apabila mengenai organ-
organ vital seperti otak jantung dan paru-paru, ginjal dan dapat menyebabkan infeksi. Gejala
sangat cepat biasanya terjadi 24 sampai 72 jam. Setelah cidera gambaran khas berupa
hipoksia, takipnea, takikardi. Peningkatan isi kompartemen otot karena edema atau
perdarahan, mengakibatkan kehilangan fungsi permanen, iskemik dan nekrosis otot saraf
sehingga menimbulkan kesemutan (baal), kulit pucat, nyeri dan kelumpuhan. Bila terjadi
perdarahan dalam jumlah besar dapat mengakibatkan syok hipovolemik. Tindakan
pembedahan penting untuk mengembalikan fragmen yang hilang kembali ke posisi semula
dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Selain itu bila perubahan susunan tulang dalam
keadaan stabil atau beraturan maka akan lebih cepat terjadi proses penyembuhan fraktur
dapat dikembalikan sesuai letak anatominya dengan gips.
1. Osifikasi
Pembentukan kalus mulai mengalami penularan 2 sampai 3 minggu pada orang dewasa
penulangan memerlukan 3 sampai 4 bulan.
1. Remodeling
1. Tipe fraktur
2. Tipe tulang yang fraktur
3. Umur
4. Keadaan gizi
5. Adanya komplikasi
8. Pemeriksaan Diagnostik
9. Komplikasi
1. Sindroma kompartemen
2. Syok. Terjadi syok hipovolemik akibat perdarahan
3. Sindroma emboli lemak
4. Infeksi
5. Delayed union (proses penyembuhan yang berjalan lambat)
6. Non union (suatu kegagalan penyembuhan tulang setelah 6-9 bulan)
7. Mal union (proses penyembuhan tulang berjalan normal tetapi bentuk abnormal.
a) Fiksasi eksterna. Tindakan ini merupakan pilihan bagi sebagian besar fraktur. Fraktur
ini diimobilisasi dengan menggunakan bidai luar atau gips.
b) Fiksasi interna. Cara ini digunakan untuk kasus tertentu, ujung patahan tulang disatukan
dan fiksasi pada operasi misalnya dengan sekrup, plat logam.
3) Fisioterapi dan mobilisasi. Dari semula sudah dilakukan fisioterapi untuk
mempertahankan otot yang dapat mengecil secara cepat jika tidak dipakai. Setelah fraktur
cukup sembuh, mobilisasi sendi dapat dimulai sampai ekstremitas betul-betul telah kembali
normal.
a) Imobilisasi dengan gips sepanjang tungkai, gips digunakan 3-4 mg.
b) Reduksi tertutup, bila sulit pasang pin perkutaneos dan fiksasi eksterna.
c) Kurangi aktivitas untuk mengurangi edema dan meningkatkan peredaran darah.
1. Pengkajian
Pre Operasi
- Observasi terjadinya perdarahan pada luka dan perubahan warna kulit di sekitar luka,
edema.
1. Pola eliminasi
- Berkurangnya atau tidak terabanya denyut nadi pada daerah distal injury, lambatnya
kapiler refill tim
- Rasa khawatir akan dirinya karena tidak dapat beraktivitas seperti keadaan
sebelumnya
Post Operasi
1. Pola eliminasi
- Rasa khawatir akan dirinya karena tidak dapat beraktivitas seperti keadaan
sebelumnya
2. Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
1. Nyeri berhubungan dengan spasme otot, kerusakan sekunder pada fraktur, edema.
2. Imobilisasi fisik berhubungan dengan cidera jaringan sekitar/fraktur.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan fraktur terbuka dan kerusakan jaringan
lunak.
4. Cemas berhubungan dengan prosedur pengobatan.
5. Resiko tinggi disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan
penurunan/interupsi aliran darah: cedera vaskuler langsung, edema, pembentukan
trombus.
6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan fraktur terbuka.
7. Resiko tinggi embolik lemak berhubungan dengan fraktur tulang panjang.
Post Operasi
3. Rencana Keperawatan
Pre Operasi
1. Nyeri berhubungan dengan spasme otot, kerusakan sekunder pada fraktur, edema.
Rencana Tindakan:
1) Kaji lokasi nyeri dan intensitas nyeri.
5) Beri posisi yang tepat secara berhati-hati pada area fraktur.
HYD: Pasien dapat melakukan aktivitas secara mandiri dalam waktu bertahap ditandai
dengan: higiene perseorangan, nutrisi dan eliminasi terpenuhi dengan bantuan.
Rencana Tindakan:
2) Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhannya yang tidak dapat dilakukan secara
mandiri.
1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan fraktur terbuka dan kerusakan jaringan
lunak.
Rencana Tindakan:
Rasional: Luka yang kotor dan basah merupakan media yang baik untuk mikroorganisme
berkembang biak.
- Pasien mengerti penjelasan yang diberikan oleh perawat mengenai pengobatan.
Rencana Tindakan:
- Terabanya nadi, kulit hangat atau kering, tanda vital stabil.
Rencana Tindakan:
1) Observasi nadi perifer distal terhadap cidera melalui palpasi. Bandingkan dengan
ekstremitas yang sakit.
Rasional: Penurunan/tak adanya nadi dapat menggambarkan cedera vaskuler dan perlunya
evaluasi medik segera terhadap status sirkulasi.
2) Kaji aliran kapiler, warna kulit, dan kehangatan distal pada fraktur.
Rasional: Gangguan perasaan kebas, kesemutan, peningkatan/ penyebaran nyeri terjadi bila
sirkulasi pada saraf tidak adekuat atau saraf rusak.
4) Beri motivasi untuk melakukan latihan pada ekstremitas yang cedera.
5) Awasi tanda vital, perhatikan tanda-tanda pucat/sianosis umum, kulit dingin, perubahan
mental.
Rencana Tindakan:
1) Kaji kulit pada luka terbuka, benda asing, kemerahan, perdarahan, perubahan warna,
kelabu, memutih.
Rasional: Memberikan informasi tentang sirkulasi kulit dan masalah yang mungkin
disebabkan oleh alat dan atau pemasangan gips/bebat atau traksi.
3) Masase kulit dan penonjolan tulang. Pertahankan tempat tidur kering dan bebas
kerutan.
Rasional: Menurunkan tekanan pada area yang peka dan risiko abrasi/kerusakan kulit.
4) Letakkan bantalan pelindung di bawah kaki dan di atas tonjolan tulang.
HYD:
Rencana Tindakan:
1) Monitor perubahan status mental yang disebabkan oleh hipoksemia: gejala dari distress
pernafasan akut seperti: kegelisahan, konfusi, nyeri dada, takipnea, sianosis, dispnea,
takikardi.
Post Operasi
Rencana Tindakan:
Rencana Tindakan:
4) Bersihkan kulit dengan sabun dan air bila menggunakan traksi.
Rencana Tindakan:
Rasional: Luka yang kotor dan basah menjadi media yang baik bagi berkembang biaknya
bakteri.
HYD: Pasien dapat mengetahui aktivitas yang boleh dilakukan dan perawatannya saat di
rumah.
Rencana Tindakan:
2) Anjurkan pasien untuk melakukan latihan aktif dan pasif secara teratur.
4) Anjurkan pasien untuk mentaati terapi dan kontrol tepat waktu.
4. Perencanaan Pulang
1. Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan luka dan sera laporkan ke tenaga
kesehatan bila ada rembesan darah keluar, demam tinggi.
2. Anjurkan pasien untuk kontrol secara teratur.
3. Minum obat sesuai dengan instruksi dokter.
4. Menganjurkan memakan makanan yang bergizi dan tinggi protein.
5. Menjelaskan pada pasien dan keluarga bahwa rehabilitasi membutuhkan waktu yang
lama.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth (2000). Text book of Medical Surgical Nursing, alih bahasa: Agung
Waluyo. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol. 2. Jakarta :EGC.
Lewis, Sharon Mantik (2000). Medical Surgical Nursing: Assessment and Management of
Clinical Problem. Fifth Edition Mosby.
Price, Sylvia Anderson (1995). Phatophysiology: Clinical Concept of Disease Process. Alih
bahasa: Peter Anugerah, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 4 vol. 2.
Jakarta :EGC.
Mansjoer, Arif (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ketiga. Jilid 2. Jakarta : Media
Aesculapius.