Pembengkakan
Edema yang disebabkan rusaknya jaringan lunak dan
perdarahan jaringan sekitar. Edema pada tempat
tertutup yang tidak terdeteksi dapat menghambat
sirkulasi dan merusak saraf sehingga berisiko terjadi
sindrom kompartemen.
Memar (ekimosis)
Terjadi akibat perdarahan subkutan pada lokasi
fraktur.
Spasme otot
Umumnya terjadi pada fraktur dan merupakan suatu
respon perlindungan terhadap cedera dan fraktur.
Nyeri
Timbul karena spasme otot yang diakibatkan oleh
refleks involunter otot, trauma langsung jaringan,
peningkatan tekanan saraf sensorik, dan perpindahan
daerah yang fraktur. Nyeri yang dialami akan berbeda
pada setiap orang, biasanya berlanjut sampai tulang
diimobilisasi.
Kehilangan fungsi
Ketidakstabilan tulang yang patah, nyeri atau spasme
otot dapat menyebabkan kehilangan fungsi. Paralisis
juga dapat terjadi akibat kerusakan saraf.
Krepitus (suara gemeretak)
Dapat terdengar sewaktu tulang digerakkan akibat
gesekan ujung-ujung patahan tulang.
Perubahan neurovaskular
Cedera neurovaskular dapat terjadi akibat
terjepitnya saraf karena edema, perdarahan, atau
patahan tulang. Klien dapat mengalami kesemutan,
mati rasa, atau tidak terabanya denyut nadi distal
pada lokasi fraktur.
Shock
Laserasi pembuluh darah akibat patahan tulang,
perdarahan tulang yang terlihat atau tersembunyi
dapat menyebabkan terjadinya shock.
Jenis fraktur dibedakan berdasarkan beberapa hal
antara lain :
& Bentuk garis patah yaitu fraktur komplit dan
fraktur inkomplit,
& Berhubungan dengan dunia luar yaitu fraktur
tertutup dan fraktur terbuka,
& Pergeseran anatomi tulang yaitu fraktur greenstick,
fraktur transversal, fraktur oblik, fraktur spiral,
fraktur segmental, fraktur avulse, fraktur impacted,
fraktur torus, dan fraktur komminuted.
& Menurut posisi fragmen dibagi menjadi fraktur
undisplaced dan fraktur displaced.
Berhubungan dengan dunia luar
1. Fraktur terbuka : robeknya kulit pada area tulang
yang mengalami fraktur. Akibat adanya
hubungan/kontak antara luka dengan lingkungan
luar dan jaringan ekstensif yang rusak, maka
fraktur terbuka berpotensi mengalami infeksi.
2. Fraktur tertutup : Adanya kerusakan tulang secara
internal tetapi tidak menembus kulit. fraktur
tertutup dapat menimbulkan komplikasi seperti
fraktur terbuka.
Fraktur menurut posisi fragmen
Fraktur undisplaced (tidak bergeser): garis patah
komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser,
periosteumnya masih utuh.
Fraktur displaced (bergeser): terjadi pergeseran
fragmen-fragmen fraktur yang disebut juga
dislokasi fragmen.
Fraktur menurut Pergeseran Anatomi Tulang
1. Fraktur comminute: banyak fraktur/fragmen kecil
tulang yang terlepas
2. Fraktur segmental: bila garis patah lebih dari satu
tetapi tidak berhubungan satu ujung yang tidak
memiliki pembuluh darah menjadi sulit untuk sembuh
dan keadaan ini perlu terapi bedah
3. Fraktur multipel: garis patah lebih dari satu tetapi
pada tulang yang berlainan tempatnya. Seperti fraktur
femur, cruris dan vertebra.
4. Greenstick: fraktur dimana salah satu sisi tulang
patah,sedang sisi lainnya membengkak.
5. Transversal: fraktur sepanjang garis tengah tulang
6. Depresi: fraktur dengan fragmen patahan terdorong
ke dalam
7. Kompresi: Fraktur dimana tulang mengalami kompresi
(terjadi pada tulang belakang)
$ Patologik: fraktur yang terjadi pada daerah tulang
oleh ligamen atau tendo pada daerah
perlekatannnya.
$ Oblik: fraktur membentuk sudut dengan garis
tengah tulang
$ Spiral: fraktur memuntir seputar batang tulang
$ Avulsi: tertariknya fragmen tulang oleh ligamen
atau tendon pada perlekatannya
$ Impaksi: fraktur dimana fragmen tulang terdorong
ke fragmen tulang lainnya
Grade I
J Panjang luka < 1 cm
J Biasanya berupa tusukan dari dalam kulit
menembus keluar
J Kerusakan jaringan lunak sedikit
J Fraktur biasanya berupa fraktur simple,
transversal, oblik pendek atau sedikit komunitif.
Grade II
J Laserasi kulit > 1 cm.
J Tidak ada kerusakan jaringan yang hebat atau
avulsi kulit.
J Kerusakan jaringan sedang.
J Sedikit kontaminasi dari fraktur.
Grade III
Kerusakan jaringan lunak hebat
Kontaminasi hebat
Dibagi menjadi 3 subtipe :
IIIA : Jaringan lunak cukup untup menutup fraktur,
Fraktur bersifat segmental atau komunitif hebat.
IIIB : Trauma hebat dengan kerusakan dan
kehilangan jaringan, pendorongan periosteum,
tulang terbuka, kontaminasi hebat dan fraktur
bersifat komunitif hebat.
IIIC : Fraktur terbuka yang disertai kerusakan arteri
dan saraf tanpa memperhatikan tingkat kerusakan
jaringan lunak.
Tahapan penyembuhan tulang terdiri dari
1. Inflamasi/Hematoma (1-3 hari)
2. Proliferasi sel (3hari-2minggu)
3. Pembentukan kalus (2-6minggu)
4. Penulangan kalus (osifikasi) (3minggu-6bulan)
5. Remodeling (6minggu-1tahun)
Tahap inflamasi berlangsung beberapa hari dan
hilang dengan berkurangnya pembengkakan dan
nyeri.
Terjadi perdarahan dalam jaringan yang cidera dan
pembentukan hematoma di tempat patah tulang.
Ujung fragmen tulang mengalami devitalisasi
karena terputusnya pasokan darah.
Tempat cidera kemudian akan diinvasi oleh
magrofag (sel darah putih besar), yang akan
membersihkan daerah tersebut.
Terjadi inflamasi, pembengkakan dan nyeri.
Kira-kira lima hari hematom akan mengalami
organisasi, terbentuk benang-benang fibrin,
membentuk jaringan untuk revaskularisasi, dan invasi
fibroblast dan osteoblast.
Fibroblast dan osteoblast (berkembang dari osteosit,
sel endotel, dan sel periosteum) akan menghasilkan
kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen
pada patahan tulang.
Terbentuk jaringan ikat fibrus dan tulang rawan
(osteoid).
Dari periosteum, tampak pertumbuhan melingkar.
Kalus tulang rawan tersebut dirangsang oleh gerakan
mikro minimal pada tempat patah tulang.
Tetapi gerakan yang berlebihan akan merusak sruktur
kalus.
Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran
tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain sampai
celah sudah terhubungkan.
Fragmen patahan tulang digabungkan dengan
jaringan fibrus, tulang rawan, dan tulang serat
matur.
Bentuk kalus dan volume dibutuhkan untuk
menghubungkan defek secara langsung
berhubungan dengan jumlah kerusakan dan
pergeseran tulang.
Perlu waktu tiga sampai empat minggu agar
fragmen tulang tergabung dalam tulang rawan
atau jaringan fibrus.
Secara klinis fargmen tulang tidak bisa lagi
digerakkan.
Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan
dalam dua sampai tiga minggu patah tulang,
Patah tulang panjang orang dewasa normal,
penulangan memerlukan waktu tiga sampai empat
bulan.
Mineral terus menerus dipenuhi kebutuhannya
sampai tulang benar-benar telah bersatu dengan
keras.
Tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi
pengambilan jaringan mati dan reorganisasi tulang
baru ke susunan struktural sebelumnya.
Remodeling memerlukan waktu berbulan-bulan
sampai bertahun – tahun tergantung beratnya
modifikasi tulang yang dibutuhkan, fungsi tulang,
dan pada kasus yang melibatkan tulang kompak,
stres fungsional pada tulang.
Pasien dapat mulai untuk mengangkat beban pada
tahap ini
1. Pemeriksaan rontgen: menentukan lokasi/luasnya
fraktur/trauma.
2. Scan tulang, tomografi, CT scan /MRI:
memperlihatkan fraktur;juga dapat digunakan untuk
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
3. Arteriogram: dilakukan bila kerusakan vaskuler
dicurigai.
4. Hitung darah lengkap: Ht mungkin meningkat
(hemokonsentrasi) atau menurun(perdarahan
bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada
trauma multiple). Peningkatan jumlah SDP adalah
respon stress normal setelah trauma.
5. Kreatinin: trauma otot meningkatkan beban kreatinin
untuk klirens ginjal.
6. Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada
kehilangan darah, tranfusi multiple, fungsi hati.
4R
1. Rekognisi
2. Reduksi
3. Retensi
4. Rehabilitasi
Merupakan perkiraan diagnosa dari fraktur pada
tempat kejadian dapat dilakukan sehubungan
dengan adanya nyeri, bengkak local, kelainan
bentuk, ketidakstabilan.
Selain itu dapat pula digunakan untuk mengetahui
riwayat kecelakaan, derajat keparahan fraktur,
jenis kekuatan, deskripsi peristiwa yang terjadi
Reposisi fragmen fraktur sedekat mungkin dengan
letak normalnya.
Dibagi menjadi 2
Reduksi terbuka (open reduction)
Dilakukan pembedahan, termasuk fiksasi interna.
Dalam bentuk pin, skrup, plat, paku. Kerugiannya
kemungkinan besar terjadi infeksi dan adanya
komplikasi anastesi
Reduksi tertutup (close reduction)
Dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang
keposisinya (ujung –ujungnya saling berhubungan)
dengan manipulasi dan traksi manual (traksi atau
gips)
Merupakan untuk mempertahankan
posisi fragmen fraktur sesuai dengan
geometri ekstermitas yang patah
biasanya dilakukan pemasangan gips,
traksi dan tindakan pembedahan.
Rencana program rehabilitasi yang paling rasional
sudah bias dimuali sejak permulaan perawatan
dirumah sakit dan oleh karena itu bila keadaan
memungkinkan harus segera dimuali melakukan
latihan-latihan untuk mempertahankan kekuatan
anggota tubuh dan mobilisasi.
Berbagai program rehabilitasi yang dapat
dilakukan; ROM, teknologi intervensi fisioterapi,
dan latihan jalan menggunakan kruk.
1. Komplikasi Awal Shock, Emboli lemak, Sindrom
kompartemen, komplikasi lainnya seperti
tromboemboli, infeksi, koagulopati intravaskuler
diseminata (KID)
2. Komplikasi lanjut Malunion, Delayed union,
Nekrosis avaskuler tulang, reaksi terhadap alat
fiksasi internal
Shock : Fraktur (ekstrimitas, vertebra, pelvis, femur) →
perdarahan & kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan
yang rusak → shock hipovolemi.
Sindrom emboli lemak :
Awitan gejalanya yang sangat cepat dapat terjadi
dalam beberapa hari sampai satu minggu setelah
cedera. Gejala yang muncul berupa hipoksia, takipnea,
takikardia.
Sindrom kompartemen :
Merupakan masalah yang terjadi saat perfusi jaringan
dalam otot kurang dari kebutuhan jaringan karena
edema atau perdarahan. Pasien dapat mengeluh nyeri
dalam, berdenyut dan tidak dapat diatasi dengan
opioid. Palpasi pada otot akan terasa pembengkakan
dan keras. Parestesia (mati rasa) timbul sebelum terjadi
paralisis
Malunion
Suatu keadaan dimana tulang yang patah telah
sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya,
membentuk sudut, atau miring.
Delayed union dan nonunion
Delayed union adalah proses penyembuhan yang
terus berjalan tetapi dengan kecepatan yang lebih
lambat dari keadaan normal. NonUnion merupakan
kegagalan fragmen tulang yang patah untuk
menyatu kembali. NonUnion dapat terjadi karena
reduksi yang tidak benar, imobilisasi yang kurang
tepat, cedera jaringan lunak yang sangat berat,
infeksi.
Nekrosis avaskuler tulang
Terjadi bila tulang kehilangan asupan darah dan
mati. Pasien mengalami nyeri dan keterbatasan
gerak.