DEFINISI
Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh. Kebanyakan
fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada
tulang, baik berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung
(Sjamsuhidajat & Jong, 2017).
B. KLASIFIKASI
A. Fraktur berdasarkan derajat atau luas garis fraktur terbagi menjadi :
1. Fraktur complete : tulang patah terbagi menjadi dua bagian (fragmen) atau
lebih.
2. Fraktur incomplete (parsial). Fraktur parsial terbagi lagi menjadi :
a. Fissure/Crack/Hairline, tulang terputus seluruhnya tetapi masih di tempat,
biasa terjadi di tulang pipih.
b. Greenstick Fracture, biasa terjadi pada anak-anak dan pada os. radius,
ulna, clavikula dan costae.
c. Buckle Fracture, fraktur dimana korteksnya melipat ke dalam.
B. Berdasarkan garis patah atau konfigurasi tulang:
1. Transversal, garis patah tulang melintang sumbu tulang (80-1000 dari
sumbu tulang)
2. Oblik, garis patah tulang melintang sumbu tulang (<800 atau >1000 dari
sumbu tulang)
3. Longitudinal, garis patah mengikuti sumbu tulang
4. Spiral, garis patah tulang berada di dua bidang atau lebih
5. Comminuted, terdapat dua atau lebih garis fraktur.
C. Berdasarkan hubungan antar fragman fraktur :
1. Undisplace, fragment tulang fraktur masih terdapat pada tempat
anatomisnya
2. Displace, fragmen tulang fraktur tidak pada tempat anatomisnya, terbagi
atas:
a. Shifted Sideways, menggeser ke samping tapi dekat
b. Angulated, membentuk sudut tertentu
c. Rotated, memutar
d. Distracted, saling menjauh karena ada interposisi
e. Overriding, garis fraktur tumpang tindih
f. Impacted, satu fragmen masuk ke fragmen yang lain.
3. Secara umum berdasarkan ada tidaknya hubungan antara tulang yang
fraktur dengan dunia luar, fraktur juga dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Fraktur tertutup, apabila kulit diatas tulang yang fraktur masih utuh
b. Fraktur terbuka, apabila kulit diatasnya tertembus dan terdapat luka
yang menghubungkan tulang yang fraktur dengan dunia luar yang
memungkinkan kuman dari luar dapat masuk ke dalam luka sampai ke
tulang, terbai atas :
1) Derajat I
- Luka kurang dari 1 cm
- Kerusakan jaringan lunak sedikit tidak ada tanda luka remuk.
- Kraktur sederhana, tranversal, obliq atau kumulatif ringan.
- Kontaminasi ringan.
2) Derajat II
- Laserasi lebih dari 1 cm
- Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, avulse
- Fraktur komuniti sedang.
3) Derajat III
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit, otot
dan neurovaskuler serta kontaminasi derajat tinggi.
C. ETIOLOGI
1. Trauma
G. PENATALAKSAAN MEDIS
1. Rekognasi
Pergerakan relatif sesudah cidera dapat mengganggu suplai neurovascular
ekstremitas. Karena itu begitu diketahui kemungkinan fraktur tulang
panjang, maka ekstremitas yang cedera harus dipasang bidai untuk
melindunginya dari kerusakan.
2. Traksi
Alat traksi diberikan dengan kekuatan tarikan pada anggota yang fraktur
untuk meluruskan bentuk tulang. Ada 2 macam yaitu:
a. Skin Traksi adalah menarik bagian tulang yang fraktur dengan
menempelkan plester langsung pada kulit dan biasanya digunakan
untuk jangka pendek (48-72 jam).
b. Skeletal traksi adalah traksi yang digunakan untuk meluruskan tulang
yang cedera pada sendi panjang untuk mempertahankan bentuk dengan
memasukkan pins atau kawat ke dalam tulang.
3. Reduksi
a. Reduksi Tertutup/ORIF (Open Reduction Internal Fixation)
b. Reduksi Terbuka/OREF (Open Reduction Eksternal Fixation)
4. Imobilisasi Fraktur
Setelah fraktur di reduksi, fragment tulang harus diimobilisasi, atau
dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi
penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau
interna.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto Rontgen : Untuk mengetahui lokasi, tipe fraktur dan garis fraktur
secara langsung. Biasanya diambil sebelum dan sesudah dilakukan operasi
dan selama proses penyembuhan secara periodik
2. Skor tulang tomography, skor C1, MRI : dapat digunakan mengidentifikasi
kerusakan jaringan lunak.
3. Artelogram dicurigai bila ada kerusakan vaskuler
4. Hitung darah lengkap HT mungkin meningkat ( hemokonsentrasi ) atau
menrurun. Peningkatan jumlah SDP adalah respon stres normal setelah
trauma
5. Profil koagulasi perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah transfusi
multiple atau cedera hati.
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, Hamin Huda & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhann Keperwatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Percetakan
Mediaction Publishing Jogjakarta