Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori Penyakit

1. Pengertian

Hemoroid adalah suatu pelebaran dari vena – vena di dalam

pleksus hemoroidalis. Hemoroid mempunyai nama lain, seperti wasir

dan ambeien. Sesuai tampilan klinis, hemoroid dibedakan menjadi

hemoroid interna dan hemoroid eksterna. Hemoroid interna adalah

pelebaran vena pada pleksus hemoroidalis superior di atas garis

mukokutan dan ditutupi oleh mukosa. Hemoroid eksterna yang

merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid inferior

terdapat di sebelah distal garis mukokutan di dalam jaringan di bawah

epitel anus (Muttaqin & Sari, 2011).

Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah

vena di daerah anus yang berasal dari plexus hemorrhoidalis.

Hemoroid eksterna adalah pelebaran vena yang berada di bawah kulit

(subkutan) di bawah atau luar linea dentate. Hemoroid interna adalah

pelebaran vena yang berada di bawah mukosa (submukosa) di atas atau

di dalam linea dentate (Nurarif & Kusuma, 2015).

Wasir adalah pembengkakan urat di anus dan rektum bawah, mirip

dengan varises. Peningkatan tekanan di pembuluh darah di daerah

anorektal menyebabkan wasir (Kardiyudiani & Susanti, 2019).

6
7

Hemoroid adalah pembengkakan (varikosa) vena pada anus atau

rektum. Hemoroid eksternal menonjol keluar menyerupai gumpalan di

sekitar anus. Hemoroid ini menyebabkan rasa sakit, khususnya jika

klien mengalami konstipasi dan mengedan saat defekasi (Rosdahl &

Kowalski, 2017). Hemoroid adalah pembesaran vena (varises) dari

pleksus venosis hemoroidalis yang diketemukan pada anal kanal

(Diyono & Mulyanti, 2013).

2. Etiologi

Menurut Nurarif & Kusuma (2015), hemoroid timbul karena

dilatasi, pembengkakan atau inflamasi vena hemoroidalis yang

disebabkan oleh faktor – faktor resiko/pencetus, seperti :

a. Mengedan pada buang air besar yang sulit

b. Pola buang air besar yang salah (lebih banyak menggunakan

jamban duduk, terlalu lama duduk sambil membaca, merokok)

c. Peningkatan tekanan intra abdomen karena tumor (tumor udud,

tumor abdomen)

d. Usia tua

e. Konstipasi kronik

f. Diare akut yang berlebihan dan diare kronik

g. Hubungan seks peranal

h. Kurang minum air dan kurang makan makanan berserat (sayur dan

buah)

i. Kurang olahraga/imobilisasi
8

3. Patofisiologi

Hemoroid umumnya menyebabkan gejala ketika mengalami

pembesaran, peradangan, atau prolaps. Diet rendah serat menyebabkan

bentuk feses menjadi kecil, yang bisa mengakibatkan kondisi

mengejan selama BAB. Peningkatan tekanan ini menyebabkan

pembengkakan dari hemoroid, kemungkinan gangguan oleh venous

rectum. Kehamilan atau obesitas memberikan tegangan abnormal dari

otot sfingter internal juga dapat menyebabkan masalah hemoroid,

mungkin melalui mekanisme yang sama. Penurunan venous return

dianggap sebagai mekanisme aksi. Kondisi terlalu lama duduk di toilet

(atau saat membaca) diyakini menyebabkan penurunan relatif venous

return di daerah perianal (yang disebut dengan efek tourniquet),

mengakibatkan kongesti vena dan terjadilah hemoroid. Kondisi

penuaan menyebabkan melemahnya struktur pendukung, yang

memfasilitasi prolaps (Muttaqin & Sari, 2011).

Mengejan dan konstipasi telah lama dianggap sebagai penyebab

dalam pembentukan hemoroid. Pasien yang melaporkan hemoroid

memiliki tonus kanal istirahat lebih tinggi dari biasanya. Tonus

istirahat setelah hemorrhoidektomi lebih rendah dari pada sebelum

prosedur. Perubahan dalam tonus istirahat adalah mekanisme aksi

dilatasi (Muttaqin & Sari, 2011).

Hipertensi portal telah sering disebutkan dalam hubungannya

dengan hemoroid. Perdarahan masif dari hemoroid pada pasien dengan

hipertensi portal biasanya bersifat masif. Varises anorektal merupakan


9

kondisi umum pada pasien dengan hipertensi portal. Varises terjadi di

midrektum, di antara sistem portal dan vena inferior rektal. Varises

terjadi lebih sering pada pasien yang nonsirosis dan mereka jarang

mengalami perdarahan (Muttaqin & Sari, 2011).

Kondisi hemoroid dapat memberikan berbagai manifestasi klinis

berupa nyeri dan perdarahan anus. Hemoroid interna tidak

menyebabkan sakit karena berada di atas garis dentate dan tidak ada

inervasi saraf. Namun, mereka mengalami perdarahan, prolaps dan

sebagai hasil dari deposisi dari suatu iritasi ke bagian sensitif kulit

perianal sehingga menyebabkan gatal dan iritasi. Hemoroid internal

dapat menghasilkan rasa sakit perianal oleh prolaps dan menyebabkan

spasme sfingter di sekitar hemoroid. Spasme otot ini mengakibatkan

ketidaknyamanan sekitar anus. Kadang perdarahan hemoroid yang

berulang dapat berakibat timbulnya anemia berat (Muttaqin & Sari,

2011).

Hemoroid eksternal menyebabkan trombosis akut yang mendasari

vena hemoroid eksternal dapat terjadi. Kondisi hemoroid eksternal juga

memberikan manifestasi kurang higienis akibat kelembapan dan

rangsangan akumulasi mukus (Muttaqin & Sari, 2011).


10

Bagan 2.1
Patofisiologi Hemoroid

Terlalu lama duduk di toilet (atau saatKehamilan


membaca) obesitas
Peradangan pada usus, seperti kolitis ulseratif atau pen
Konsumsi makanan
rendah serat
Feses kecil Peningkatan
dan mengejan
Pelebaran dari vena-vena di dalam pleksus hemoroidalis frekuensi BAB
selama BAB
Peningkatan
Penurunan relatif venous return di daerah perianal (yang disebut dengan efek tourniquet)
vena portal

Seringnya penggunaan
otot-otot perianal
Hemoroid
Anoreksia
Melemahnya struktur
pendukung dan Kondisi
Kompresi memfasilitasi prolaps penuaan
Nyeri
saraf lokal

Perdarahan anus feses darah


Ruptur vena Risiko
Prolaps ketidakseimbangan
pleksus keluar anus nutrisi kurang dari kebutuhan

Anemia Peradangan pada


Intoleransi aktivitas Intake nutrisi
pleksus tidak adekuat

Risi
ko
Luka
pascabedah
(Muttaqin & Sari, 2011)
Intervensi skleroterapi Gangguan defekasiRespons psikologis
Intervensi bedah hemoroidektomi

Preoperatif Kecemasan pemenuhan informasi


Respons serabut lokal
Port
de
Kerusakan jaringan lunak pascabedah
Pasca bedah
11

4. Derajat hemoroid

Menurut Nurarif & Kusuma (2015), terdapat 4 derajat hemoroid

yaitu sebagai berikut :

a. Derajat 1 : Pembesaran hemoroid yang tidak prolaps keluar

kanal anus. Hanya dapat dilihat dengan

anorektoskop

b. Derajat 2 : Pembesaran hemoroid yang prolaps dan

menghilang atau masuk sendiri ke dalam anus

secara spontan

c. Derajat 3 : Pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk

lagi ke dalam anus dengan bantuan dorongan jari

d. Derajat 4 : Prolaps hemoroid yang permanen, rentan dan

cenderung untuk mengalami thrombosis dan infark

Gambar 2.1
Derajat Hemoroid

5. Manifestasi Klinis

Menurut Kardiyudiani & Susanti (2019), tanda dan gejala umum

hemoroid meliputi:

a. Perdarahan tanpa rasa sakit saat buang air besar

b. Gatal atau iritasi di daerah anus

c. Nyeri atau ketidaknyamanan


12

d. Pembengkakan di sekitar anus

e. Benjolan dekat anus, yang mungkin sensitif atau menyakitkan

(wasir trombosis)

6. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Nurarif & Kusuma (2015), pemeriksaan penunjang pada

hemoroid yaitu sebagai berikut :

a. Pemeriksaan colok anus

Diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rectum.

Pada hemoroid interna tidak dapat diraba sebab tekanan vena di

dalamnya tidak cukup tinggi dan biasanya tidak nyeri.

b. Anoskopi

Diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang tidak menonjol

keluar.

c. Proktosigmoidoskopi

Untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses

radang atau proses keganasan di tingkat yang lebih tinggi.

7. Penatalaksanaan Medis

Menurut Kardiyudiani & Susanti (2019), penatalaksanaan medis

pada hemoroid sebagai berikut :

a. Pengobatan di rumah

1) Konsumsi makanan berserat tinggi

2) Menggunakan perawatan topikal. Oleskan krim wasir atau

supositoria yang mengandung hidrokortison


13

3) Merendam anus secara teratur dalam air hangat

4) Menjaga kebersihan area anal

5) Menempatkan kompres es

6) Mengonsumsi pereda nyeri oral

Pasien dapat menggunakan acetaminophen, aspirin, atau

ibuprofen sementara untuk membantu meringankan

ketidaknyamanan.

b. Obat – obatan

Jika hemoroid hanya menimbulkan ketidaknyamanan ringan, maka

terapi yang diberikan yaitu pemberian krim, salep, supositoria, atau

bantalan.

c. Thrombectomy hemoroid eksternal

Jika gumpalan darah (trombosis) telah berbentuk pada wasir

eksternal, dokter dapat menghilangkan bekuan dengan sayatan dan

drainase sederhana.

d. Prosedur minimal invasif

Untuk perdarahan persisten atau wasir yang menyakitkan, dokter

dapat merekomendasikan salah satu prosedur minimal invasif lain

yang tersedia, meliputi ligasi karet gelang, injeksi (skleroterapi),

dan koagulasi (inframerah, laser, dan bipolar).

e. Prosedur operasi

Jika prosedur lain tidak berhasil atau pasien memiliki wasir yang

parah, dokter dapat merekomendasikan prosedur pembedahan

berupa hemoroidektomi.
14

Perawatan perioperatif menurut Rosdahl & Kowalski (2017)

1) Persiapan pre operasi

Sebelum pembedahan, dokter bedah atau dokter

anestesiologi menuliskan program yang diindikasikan dengan

pasti apa obat dan persiapan fisik yang diperlukan pasien.

Penting untuk mengajarkan pasien melaksanakan program

praoperasi yang tepat, karena hal tersebut akan memengaruhi

kesuksesan pembedahan. Sambil mengajarkan asuhan

praoperasi, ingat perasaan pasien dan keluarga serta perlunya

mereka untuk ditenangkan. Dalam pembedahan darurat,

periode praoperasi mungkin sangat singkat. Dalam

keterbatasan ini, ingat untuk memberikan dukungan emosional

ke semua pasien.

Menjelaskan apa yang akan terjadi selama dan setelah

pembedahan paling membantu dalam mempersiapkan pasien

dan keluarga. Mereka yang memahami prosedur ini biasanya

lebih rileks dan kooperatif. Informasikan pasien dan keluarga

tentang apa yang diharapkan ketika pasien kembali dari ruang

operasi. Ajarkan pasien bagaimana melakukan latihan

pernapasan.
15

2) Pasca operasi

Hampir semua rumah sakit memiliki sebuah ruangan atau

deretan ruangan yang dibuat di samping untuk perawatan

pasien sesaat setelah pembedahan. Berbagai nama digunakan

untuk mengidentifikasi area ini, termasuk unit perawatan

pascaanestesia (postanesthesia care unit, PACU). Pasien secara

cermat dipantau di PACU sampai ia pulih dari anestesia dan

bersih secara medis untuk meninggalkan unit. Pemantauan

spesifik termasuk ABC dasar kehidupan.

Pada saat pasien kembali dari PACU ke area penerimaan

rawat jalan atau ke unit keperawatan, pasien biasanya terjaga

dan menyadari sejumlah ketidaknyamanan. Nyeri biasanya

merupakan ketidaknyamanan pertama pascaoperasi yang

disadari oleh pasien. Nyeri dievaluasi setiap kali tanda vital

yang lain diukur. Nyeri biasanya paling berat sesaat setelah

pasien pulih dari anestesi.

8. Komplikasi

Menurut Haryono (2012), komplikasi hemoroid yang paling sering

terjadi adalah :

a. Perdarahan, dapat sampai dengan anemia

b. Trombosis (pembekuan darah dalam hemoroid)

c. Hemoroidal strangulasi adalah hemoroid yang prolaps dengan

suplai darah dihalangi oleh sfingterani


16

B. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia

Manusia mempunyai kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi

secara memuaskan melalui proses homeostasis, baik fisiologi maupun

psikologis. Adapun kebutuhan merupakan suatu hal yang sangat penting,

bermanfaat, atau diperlukan untuk menjaga homeostasis dan kehidupan itu

sendiri. Banyak ahli filsafat, psikologis, dan fisiologis menguraikan

kebutuhan manusia dan membahasnya dari berbagai segi. Orang pertama

yang menguraikan kebutuhan manusia adalah Aristoteles. Sekitar tahun

1950, Abraham Maslow seorang psikolog dari Amerika mengembangkan

teori tentang kebutuhan dasar manusia yang lebih dikenal dengan istilah

Hierarki Kebutuhan Dasar Manusia Maslow (Mubarak & Chayatin, 2008).

Hierarki tersebut meliputi lima kategori kebutuhan dasar, yakni :

1. Kebutuhan fisiologis

2. Kebutuhan keselamatan dan rasa aman

3. Kebutuhan rasa cinta

4. Kebutuhan harga diri

5. Kebutuhan aktualisasi diri

Pada kasus hemoroid kebutuhan dasar manusia yang terganggu

adalah kebutuhan keselamatan dan rasa aman tepatnya kebutuhan bebas

dari rasa nyeri. Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang dimaksud

adalah aman dari berbagai aspek, baik fisiologis maupun psikologis.


17

Nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat subyektif

dan hanya orang yang mengalaminya yang dapat menjelaskan dan

mengevaluasi perasaan tersebut. Secara umum, nyeri dapat didefinisikan

sebagai perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun berat.

Fisiologi nyeri yaitu bagaimana nyeri merambat dan dipersepsikan

oleh individu masih belum sepenuhnya dimengerti. Akan tetapi, bisa

tidaknya nyeri dirasakan dan hingga derajat mana nyeri tersebut

mengganggu dipengaruhi oleh interaksi antara sistem algesia tubuh dan

transmisi sistem saraf serta interpretasi stimulus (Mubarak & Chayatin,

2008).

Selain nyeri kebutuhan yang terganggu pada pasien hemoroid

adalah kebutuhan eliminasi yaitu konstipasi. Konstipasi adalah gangguan

pada pola eliminasi akibat adanya feses kering atau keras yang melewati

usus besar. Perjalanan feses yang lama karena jumlah air yang diabsorbsi

sangat kurang menyebabkan feses menjadi kering dan keras. Penyebab

konstipasi antara lain pola defekasi yang tidak teratur, stres psikologis

yang meningkat, obat-obatan, kurang aktivitas dan usia. Untuk

mengeluarkan feses, diperlukan tenaga yang besar saan mengejan dan

terjadi peregangan otot (Mubarak & Chayatin, 2008).


18

C. Proses Keperawatan

1. Pengkajian

Menurut Muttaqin & Sari (2011), pada pengkajian anamnesis

didapatkan sesuai dengan kondisi klinik perkembangan penyakit.

a. Keluhan utama yang lazim didapatkan adalah nyeri, perdarahan

pada anus, dan merasa ada benjolan di sekitar anus. Keluhan nyeri

yang hebat jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid

interna dan hanya timbul pada hemoroid eksterna yang mengalami

trombosis.

b. Pengkajian riwayat penyakit dahulu, perawat menanyakan faktor

predisposisi yang berhubungan dengan hemoroid, seperti adanya

hemoroid sebelumnya, riwayat peradangan pada usus, dan riwayat

diet rendah serat.

c. Pada pengkajian psikososial akan didapatkan peningkatan

kecemasan, serta perlunya pemenuhan informasi, intervensi

keperawatan, pengobatan, dan rencana pembedahan.

d. Pemeriksaan survei umum bisa terlihat sakit ringan, sampai gelisah

akibat menahan sakit. TTV bisa normal atau bisa didapatkan

perubahan, seperti takikardi, peningkatan pernapasan.

e. Pemeriksaan anus untuk melihat adanya benjolan pada anus,

kebersihan dan adanya ulserasi di sekitar anus. Pemeriksaan colok

anus, hemoroid interna tidak dapat diraba sebab tekanan vena di

dalamnya tidak cukup tinggi, dan biasanya tidak nyeri. Colok anus

diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.


19

Menurut Haryono (2012), pengkajian pada hemoroid sebagai

berikut :

a. Riwayat kesehatan

Apakah ada rasa gatal, terbakar dan nyeri selama defekasi? Adakah

nyeri abdomen? Apakah terdapat perdarahan pada rektum?

Bagaimana pola eliminasi? Apakah sering menggunakan laksatif?

b. Riwayat diet

Bagaimana pola makan pasien? Apakah pasien mengkonsumsi

makanan yang mengandung serat?

c. Riwayat pekerjaan

Apakah pasien melakukan pekerjaan yang memerlukan duduk atau

berdiri dalam waktu lama?

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut Muttaqin & Sari (2011), diagnosa keperawatan yang muncul

adalah :

a. Nyeri berhubungan dengan kerusakan integritas jaringan, respon

pembedahan.

Menurut PPNI (2016), definisi nyeri adalah pengalaman sensorik

atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual

atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan

berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3

bulan. Batasan karakteristik nyeri akut adalah yang pertama data

mayor yaitu tampak meringis, gelisah, frekuensi nadi meningkat,


20

sulit tidur dan data minor yaitu tekanan darah meningkat, pola

napas berubah, nafsu makan berubah.

b. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya port de entree

luka pascabedah

Menurut PPNI (2016), definisi risiko infeksi adalah berisiko

mengalami peningkatan terserang organisme patogenik. Faktor

risikonya yaitu penyakit kronis, efek prosedur invasif, malnutrisi,

peningkatan paparan organisme patogen lingkungan,

ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer, ketidakadekuatan

pertahanan tubuh sekunder.

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake makanan yang kurang adekuat

Menurut Heather (2015), definisi ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh adalah asupan nutrisi tidak cukup

untuk memenuhi kebutuhan metabolisme. Batasan karakteristik

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah

berat badan 20% atau lebih di bawah rentang berat badan ideal,

kelemahan otot pengunyah, ketidakmampuan memakan makanan,

kurang informasi, kurang minat pada makanan, membran mukosa

pucat.
21

d. Kecemasan berhubungan dengan prognosis penyakit, rencana

pembedahan

Menurut PPNI (2016), definisi ansietas/kecemasan adalah kondisi

emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap obyek yang

tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang

memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi

ancaman. Batasan karakteristik ansietas adalah yang pertama data

mayor yaitu merasa bingung, merasa khawatir, sulit berkonsentrasi,

tampak gelisah, sulit tidur dan data minor yaitu mengeluh pusing,

muka tampak pucat, kontak mata buruk.

3. Rencana Keperawatan

Tabel 2.1
Rencana Keperawatan pada Pasien Perioperatif Hemoroid
Rencana Keperawatan
No Dx. Kep
Tujuan Intervensi
1 2 3 4
1. Nyeri akut Kontrol nyeri Manajemen nyeri
b.d Kriteria hasil : 1. Lakukan
kerusakan 1. Pasien dapat pengkajian nyeri
integritas mengatasi nyeri secara
jaringan, saat nyeri konprehensif
respon timbul termasuk lokasi,
pembedaha 2. Tidak tampak karakteristik,
n meringis kualitas dan faktor
menahan sakit presipitasi
3. Menggunakan 2. Observasi reaksi
tindakan non verbal dari
pengurangan ketidaknyamanan
nyeri tanpa 3. Gunakan teknik
analgesik relaksasi untuk
mengatasi nyeri
22

1 2 3 4
4. Melaporkan 4. Kontrol
nyeri yang lingkungan yang
terkontrol dapat
mempengaruhi
nyeri, suhu
ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
5. Kurangi faktor
presipitasi nyeri
6. Anjurkan rendam
air hangat

Pemberian analgesik
1. Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas dan
keparahan nyeri
sebelum mengobati
pasien
2. Cek perintah
pengobatan
meliputi obat,
dosis, dan
frekuensi obat
analgesik yang
diresepkan
3. Cek adanya
riwayat alergi obat
4. Pilih rute intravena
daripada rute
intramuskular,
untuk injeksi
pengobatan nyeri
yang sering
5. Monitor tanda vital
sebelum dan
setelah
memberikan
analgesik
23

1 2 3 4
Aplikasi panas/dingin
1. Jelaskan
penggunaan
aplikasi panas atau
dingin, alasan
perawatan, dan
bagaimana hal
tersebut akan
mempengaruhi
gejala pasien
2. Pertimbangkan
ketersediaan dan
kondisi kerja yang
aman dari semua
peralatan yang
digunakan
3. Pertimbangkan
kondisi kulit
4. Tentukan waktu
untuk semua
aplikasi dengan
hati-hati
5. Evaluasi dan
dokumentasikan
respon terhadap
aplikasi panas dan
dingin
2. Risiko Keparahan infeksi Perlindungan infeksi
tinggi Kriteria hasil : 1. Monitor adanya
infeksi 1. Tidak demam tanda dan gejala
berhubunga 2. Tidak infeksi sistemik
n dengan hipotermia dan lokal
adanya port 3. Tidak nyeri 2. Monitor
de entree kerentanan
luka terhadap infeksi
pascabedah 3. Batasi jumlah
pengunjung, yang
sesuai
4. Pertahankan
asepsis untuk
pasien berisiko
24

1 2 3 4
5. Tingkatkan asupan
nutrisi yag cukup
6. Ajarkan pasien dan
anggota keluarga
bagaimana cara
menghindari
infeksi
7. Berikan perawatan
kulit yang tepat
untuk area yang
mengalami edema

Perawatan daerah
(area) sayatan
1. Periksa daerah
sayatan terhadap
kemerahan,
bengkak
2. Catat karakteristik
drainase
3. Monitor proses
penyembuhan di
daerah sayatan
4. Bersihkan daerah
sekitar sayatan
5. Bersihkan mulai
dari area yang
bersih ke area yang
kurang bersih
6. Monitor sayatan
untuk tanda dan
gejala infeksi
3. Ketidaksei Status nutrisi Manajemen nutrisi
mbangan 1. Asupan 1. Tawarkan
nutrisi makanan baik makanan ringan
kurang dari 2. Asupan cairan yang padat gizi
kebutuhan baik 2. Atur diet yang
tubuh 3. Asupan gizi diperlukan
berhubunga baik 3. Identifikasi adanya
n dengan alergi
intake
25

1 2 3 4
makanan 4. Tentukan jumlah
yang kurang kalori dan jenis
adekuat nutrisi yang
dibutuhkan untuk
memenuhi
persyaratan gizi
5. Lakukan atau
bantu pasien
terkait dengan
perawatan mulut
sebelum makan
6. Ciptakan
lingkungan yang
optimal pada saat
mengonsumsi
makanan
4. Kecemasan Tingkat kecemasan Pengurangan
berhubunga Kriteria hasil : kecemasan
n dengan 1. Dapat 1. Gunakan
prognosis beristirahat pendekatan yang
penyakit, 2. Perasaan gelisah tenang dan
rencana tidak ada meyakinkan
pembedaha 3. Tidak ada rasa 2. Berada di sisi
n takut yang pasien untuk
disampaikan meningkatkan rasa
4. Rasa cemas aman dan
yang mengurangi
disampaikan ketakutan
secara lisan 3. Dorong keluarga
tidak ada untuk
mendampingi
pasien
4. Instruksikan pasien
untuk
menggunakan
teknik relaksasi
5. Kaji tanda verbal
dan non verbal
kecemasan

Anda mungkin juga menyukai