Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

HEMOROID PADA Tn.I DI RUANG BUGENVIL RSUD UNGARAN

Oleh :
Rian boga milado
SN 172083

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
A. KONSEP PENYAKIT

1. Definisi
Hemoroid adalah pelebaran varices satu segmen atau lebih vena-vena
hemoroidalis (Mansjoer, 2006). Hemoroid atau ”wasir (ambeien)” merupakan vena
varikosa pada kanalis ani. Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan
oleh gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis. Hemoroid sering dijumpai dan
terjadi pada sekitar 35% penduduk berusia lebih dari 25 tahun. Walaupun keadaan ini
tidak mengancam jiwa, namun dapat menimbulkan perasaan yang sangat tidak
nyaman (Price dan Sylvia, 2006).
Hemoroidektomi, Hemoroidektomi atau eksisi bedah, dapat dilakukan untuk
mengangkat semua jaringan sisa yang terlibat dalam proses ini. Setelah prosedur
operatif selesai, selang kecil dimasukkan melaui sfingter untuk memungkinkan
keluarnya flatus dan darah. (Price dan Sylvia, 2006).

2. Etiologi
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015) penyebab dari haemorhhoid antara lain :
1. Mengejan pada buang air besar yang sulit
2. Pola buang air besar yang salah (penggunaan jamban duduk yang terlalu sering
dan posisi buang air besar sambil duduk yang terlalu lama)
3. Penakanan tekanan intra abdomen karena tumor
4. Kehamilan
5. Usia menua
6. Konstipasi kronik
7. Diare akut yang berlebihan dan diare kronik
8. Hubungan seks peranal seks
9. Kurang minum air putih dan kurang makan makanan berserat
10. Kurang olahraga (mobilisasi)
3. Manifestasi klinik
Tanda dan gejala yang sering muncul antara lain :
1. Timbulnya rasa gatal dan nyeri pada anus, Rasa gatal karena iritasi perianal
dikenal sehingga pruritis anus rangsangan mucus.
2. Perdarahan dengan warna merah segar ketika buang air besar.
3. Pembengkakan pada area anus
4. Adanya tanda nekrosis pada area sekitar anus.
5. Nyeri hebat ketika buang air besar maupun setelah buang air besar.
6. Anemia dapat terjadi karena perdarahan hemoroid yang berulang. Jika hemoroid
bertambah besar dapat terjadi prolap awalnya dapat tereduksi spontan. Pada tahap
lanjut pasien harus memasukkan sendiri setelah defekasi dan akhirnya sampai
pada suatu keadaan dimana tidak dapat dimasukkan.
7. Keluarnya mucus dan terdapatnya feces pada pakaian dalam merupakan ciri
hemoroid yang mengalami prolap menetap (Mansjoer, 2006)
4. Komplikasi
Hemorhoid yang terjadi dan menyebabkan terjadinya perdarahan yang
berulang-ulang kali akan menyebabkan komplikasi sintaranya adalah :
1. Perdarahan yang menyebabkan anemia.
2. Strangulasi (perlengketan).
3. Trombosis pada hemorrhoid (Sudoyo, dkk, 2009)
5. Patofisiologi dan pathway
Dalam keadaan normal sirkulasi darah yang melalui vena hemoroidalis
mengalir dengan lancar sedangkan pada keadaan hemoroid terjadi gangguan aliran
darah balik yang melalui vena hemoroidalis. Gangguan aliran darah ini antara lain
dapat disebabkan oleh peningkatan tekanan intra abdominal. Vena porta dan vena
sistematik, bila aliran darah vena balik terus terganggu maka dapat menimbulkan
pembesaran vena (varices) yang dimulai pada bagian struktur normal di regio anal,
dengan pembesaran yang melebihi katup vena dimana sfingter anal membantu
pembatasan pembesaran tersebut. Hal ini yang menyebabkan pasien merasa nyeri dan
feces berdarah pada hemoroid interna karena varices terjepit oleh sfingter anal.
Peningkatan tekanan intra abdominal menyebabkan peningkatan vena portal dan vena
sistemik dimana tekanan ini disalurkan ke vena anorektal.
Arteriola regio anorektal menyalurkan darah dan peningkatan tekanan
langsung ke pembesaran (varices) vena anorektal. Dengan berulangnya peningkatan
tekanan dari peningkatan tekanan intra abdominal dan aliran darah dari arteriola,
pembesaran vena (varices) akhirnya terpisah dari otot halus yang mengelilinginya ini
menghasilkan prolap pembuluh darah hemoroidalis. Hemoroid interna terjadi pada
bagian dalam sfingter anal, dapat berupa terjepitnya pembuluh darah dan nyeri, ini
biasanya sering menyebabkan pendarahan dalam feces, jumlah darah yang hilang
sedikit tetapi bila dalam waktu yang lama bisa menyebabkan anemia defisiensi besi.
Hemoroid eksterna terjadi di bagian luar sfingter anal tampak merah kebiruan, jarang
menyebabkan perdarahan dan nyeri kecuali bila vena ruptur. Jika ada darah beku
(trombus) dalam hemoroid eksternal bisa menimbulkan peradangan dan nyeri hebat
(Price dan Sylvia, 2006).
Pathway
Kehamilan Penurunan relative venous return daerah
Obesitas peri anal
Konstipasi dan mengejan dalam waktu
lama
Duduk terlalu lama Aliran vena balik terganggu
Sering angkat beban berat
Penuaan
Hipertensi porta (sirosis hepatis)
Tekanan perifer meningkat-pelebaran
vena anus (hemoroid)

Peradangan pleksus hemoroidalis

Membesar di spingter
Prolaps vena hemoroidalis

Membesar di luar rectum

Vena menegang
Rupture vena
Intolerans aktifitas
Intolerans Perdarahan
aktifitas

anemia Operasi hemoroidektomi Resiko syok hipovolemik

Pre operasi Post operasi

Kurang pengetahuan Kerusakan ujung Kerusakan


saraf kontiunitas jaringan

Cemas Port d’entry kuman


Pelepasan prostaglandin

Gangguan defekasi Nyer akut Resiko infeksi

Konstipasi
6. Penatalaksanaan Medis
1. Penetalaksanaan konservatif.
Terapi yang diberikan disesuaikan dengan klasifikasi hemoroid yaitu untuk
derajat I dapat dicoba dengan menghilangkan faktor-faktor penyebab, misalnya
saat konstipasi dengan menghindari mengejan berlebihan saat BAB. Memberi
nasehat untuk diit tinggi serat, banyak makan sayur, buah dan minum air putih
paling sedikit 2.000 cc/hari dan olahraga ringan secara teratur, serta kurangi
makan makanan yang merangsang dan daging, menjaga hygiene daerah anorektal
dengan baik, jika ada infeksi beri antibiotika peroral.
2. Pembedahan
Pada hemoroid derajat II dapat dicoba dengan terapi sklerosing secara
bertahap. Apabila terapi sklerosing tidak berhasil dapat dilakukan tindakan
operasi. Pada derajat III dapat dicoba dengan rendaman duduk. Cara lain yang
dapat dilakukan adalah operasi, bila ada peradangan diobati dahulu. Teknik
operasi pada hemoroid antara lain :
a. Prosedur ligasi pita-karet, Prosedur ligasi pita-karet dengan cara melihat
hemoroid melalui anoscop dan bagian proksimal diatas garis mukokutan di
pegang dengan alat. Kemudian pita karet kecil diselipkan diatas hemoroid
yang dapat mengakibatkan bagian distal jaringan pada pita karet menjadi
nekrotik setelah beberapa hari dan lepas. Tindakan ini memuaskan pada
beberapa pasien, namun pasien yang lain merasakan tindakan ini
menyebabkan nyeri dan menyebabkan hemoroid sekunder dan infeksi
perianal.
b. Hemoroidektomi kriosirurgi, Metode ini dengan cara mengangkat hemoroid
dengan jalan membekukan jaringan hemoroid selama beberapa waktu tertentu
sampai waktu tertentu. Tindakan ini sangat kecil sekali menimbulkan nyeri.
Prosedur ini tidak terpakai luas karena menyebakan keluarnya rabas yang
berbau sangat menyengat dan luka yang ditimbulkan lama sembuh.
c. Laser, Metode ini telah digunakan saat ini dalam mengeksisi hemoroid,
terutama hemoroid eksternal. Tindakan ini cepat menimbulkan nyeri.
Hemoragi dan abses jarang menjadi komplikasi pada periode pasca operatif.
d. Hemoroidektomi, Hemoroidektomi atau eksisi bedah, dapat dilakukan untuk
mengangkat semua jaringan sisa yang terlibat dalam proses ini. Setelah
prosedur operatif selesai, selang kecil dimasukkan melaui sfingter untuk
memungkinkan keluarnya flatus dan darah.
Untuk Terapi setelah operasi dapat dilakukan dengan cara suppositoria yang
mengandung anestesi, antibiotika, analgetik dan astrigent. Tiga hari post operasi
diberikan diit rendah sisa untuk menahan BAB. Jika sebelum tiga hari ingin BAB,
tampon dibuka dan berikan rendaman PK hangat (37oC) dengan perbandingan 1:4000
selama 15-20 menit. Setelah BAB, lalu dipasang lagi tampon baru. Jika setelah tiga
hari post operasi pasien belum BAB diberi laxantia. Berikan rendaman duduk dengan
larutan PK hangat (37ºC), perbandingan 1:4000 selama 15-20 menit sampai dengan 1-
2 minggu post operasi. Pada penatalaksanaan hemoroid tingkat IV dapat dilakukan
dengan istirahat baring dan juga operasi (Nurarif & Kusuma, 2015).
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Menurut Nursalam (2008), pengkajian pada pasien dengan hemoroid adalah :
a. Pengkajian yang dilakukan pada pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan
kesehatan adalah kebiasaan olahraga pada pasien, kemudian diit rendah serat,
selain itu juga perlu dikaji mengenai kebiasaan klien tentang minum kurang
dari 2.000 cc/hari. Hal lain yang perlu dikaji adalah mengenai riwayat
kesehatan klien tentang penyakit sirorcis hepatis.
b. Pengkajian mengenai pola nutrisi metabolik pada klien adalah mengenai berat
badan klien apakah mengalami obesitas atau tidak. Selain itu juga perlu dikaji
apakah klien mengalami anemia atau tidak. Pengkajian mengenai diit rendah
serat (kurang makan sayur dan buah) juga penting untuk dikaji. Kebiasaan
minum air putih kurang dari 2.000 cc/hari.
c. Pengkajian pola eliminasi pada klien adalah mengenai kondisi klien apakah
sering mengalami konstipasi atau tidak. Keluhan mengenai nyeri waktu
defekasi, duduk, dan saat berjalan. Keluhan lain mengenai keluar darah segar
dari anus. Tanyakan pula mengenai jumlah dan warna darah yang keluar.
Kebiasaan mengejan hebat waktu defekasi, konsistensi feces, ada darah/nanah.
Prolap varices pada anus gatal atau tidak.
d. Pengkajian pola aktivitas dan latihan pada klien mengenai kurangnya aktivitas
dan kurangnya olahraga pada klien. Pekerjaan dengan kondisi banyak duduk
atau berdiri, selain itu juga perlu dikaji mengenai kebiasaan mengangkat
barang-barang berat.
e. Pengkajian pola persepsi kognitif yang perlu dikaji adalah keluhan nyeri atau
gatal pada anus.
f. Pengkajian pola tidur dan istirahat adalah apakah klien mengalami gangguan
pola tidur karena nyeri atau tidak.
g. Pengkajian pola reproduksi seksual yang perlu dikaji adalah riwayat persalinan
dan kehamilan.
h. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap serat. Koping yang digunakan
dan alternatif pemecahan masalah.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (insisi pembedahan)
b. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasive, insisi post
pembedahan, imunitas tubuh primer menurun
c. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan pilihan pengobatan berhubungan
dengan kurang paparan sumber informasi
d. Gangguan eliminasi BAB : konstipasi berhubungan dengan obstruksi post
pembedahan.

3. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1 Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan askep Manajemen nyeri :
dengan agen injuri fisik …. jam tingkat o Kaji nyeri secara
(insisi pembedahan) kenyamanan klien komprehensif termasuk
meningkat, nyeri lokasi, karakteristik,
terkontrol dengan KH: durasi, frekuensi, kualitas
o klien melaporkan nyeri dan faktor presipitasi.
berkurang, skala nyeri o Observasi reaksi
2-3 nonverbal dari ketidak
o Ekspresi wajah tenang nyamanan.
& dapat istirahat, tidur. o Gunakan teknik
o VS dalam batas normal komunikasi terapeutik
(TD 120/80 mmHg, N: untuk mengetahui
60-100 x/mnt, RR: 16- pengalaman nyeri klien
20x/mnt). sebelumnya.
o Berikan lingkungan yang
tenang
o Kurangi faktor presipitasi
nyeri.
o Ajarkan teknik non
farmakologis (relaksasi,
distraksi dll) untuk
mengetasi nyeri.
o Kolaborasi pemberian
analgetik untuk
mengurangi nyeri.
o Evaluasi tindakan
pengurang nyeri/kontrol
nyeri.
2 Risiko infeksi b/d adanya Setelah dilakukan askep Konrol infeksi :
luka operasi, imunitas tubuh …. jam tidak terdapat  Kaji tanda-tanda adanya
menurun, prosedur invasive faktor risiko infeksi dg infeksi
KH:  Bersihkan lingkungan
 bebas dari gejala infeksi, setelah dipakai pasien lain.
 angka lekosit normal (4-  Batasi pengunjung bila
11.000) perlu.
 VS dalam batas normal  Anjurkan keluarga untuk
cuci tangan sebelum dan
setelah kontak dengan
klien.
 Gunakan sabun anti
microba untuk mencuci
tangan.
 Lakukan perawatan luka
dan dresing infus,DC
setiap hari.
 Kolaborasi pemberian obat
antibiotik dengan dokter
3 Kurang pengetahuan tentang Setelah dilakukan askep Teaching : Dissease Process
penyakit,perawata,pengobatan .... jam, pengetahuan klien  Kaji tingkat pengetahuan
yang berhubungan dengan meningkat. dengan KH: klien dan keluarga tentang
kurang paparan terhadap  Klien/klg mampu proses penyakit
informasi,keterbatasan menjelaskan kembali  Jelaskan tentang
kognitif apa yang dijelaskan patofisiologi penyakit,
 Klien /klg kooperative tanda dan gejala serta
saat dilakukan tindakan penyebabnya
 Sediakan informasi tentang
kondisi klien
 Berikan informasi tentang
perkembangan klien
 Diskusikan perubahan
gaya hidup yang mungkin
diperlukan untuk
mencegah komplikasi di
masa yang akan datang dan
atau kontrol proses
penyakit
 Diskusikan tentang pilihan
tentang terapi atau
pengobatan
 Jelaskan alasan
dilaksanakannya tindakan
atau terapi
 Dorong klien untuk
menggali pilihan-pilihan
atau memperoleh alternatif
pilihan
 Gambarkan komplikasi
yang mungkin terjadi
 Anjurkan klien untuk
melaporkan tanda dan
gejala yang muncul pada
petugas kesehatan

4 Resiko konstipasi Konstipation atau impaction


Setelah dilakukan
berhubungan dengan management
perawatan selama .... jam
obstruksi post pembedahan  Kaji tanda dan gejala
pasien tidak mengalami
konstipasi
konstipasi  Monitor pergerakan usus,
dengan KH: frekuensi, konsistensi
Pasien mampu:  Anjurkan pada pasien
 B.A.B lembek untuk makan buah-
 Ps menyatakan B.A.B buahan yang
lembek dan mampu mengandung serat tinggi
mengontrol B.A.B  Anjurkan dan ajarkan
 Mempertahankan pola mobilisasi bertahap
eliminasi usus tanpa  Anjurkan pada klien
ilius untuk meningkatkan
intake nutrisi dan cairan
dan berikan education
pentingnya nutrisi u/
kesembuhan lukanya
 Kolaborasi medis untuk
terapi obat

4. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Kegiatan ini adalah
membadingkan hasil yang telah dicapai setelah dilakukan implementasi
keperawatan dengan tujuan yang diharapkan. Evaluasi keperawatan pada pasien
diare sama halnya dengan pasien pada umumnya menggunakan metode SOAP.
Subjektif, kaji ulang respon verbal pasien atas keseluruhan tindakan keperawatan
yang telah dilakukan. Objektif, adalah repon pasien yang dapat dilihat dan dapat
diukur setelah dilakukan tindakan keperawatan. Analisa, menganalisa apakah
masalah yang ditemukan sudah teratasi, teratsai sebagian atau belum terastasi.
Plan, rencana tindak lanjut selanjutnya berupa melanjutkan intervensi sebelumnya
dan atau memodifikasi intervensi keperawatan (Nursalam, 2008).
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. J. 2001. Buku saku diagnosa keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC.


Mansjoer, Arif. 2006. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aeusculapius FK-UI.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC jilid 2. Yogyakarta : MediAction
Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis dan
Proses-Proses Penyakit Ed.6, Volume 1&2. Jakarta : EGC.
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta : Prima
Medika

Anda mungkin juga menyukai