DI SUSUN OLEH :
ARIS
NPM. 412.J.001
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HEMOROID
A. Defenisi
Hemoroid adalah pembesaran dan penonjolan vena disekitar rektum. (Potter : 1997).
Hemoroid adalah dilatasi pembuluh darah vena varicose pada anus dan rektum.
(Reeves : 1999).
Hemoroid adalah dilatasi pleksus (anyaman pembuluh darah) vena yang mengitari
rektal dan anal. (Tambayong : 2000).
Jadi hemoroid adalah pelebaran varises satu segmen / lebih pembuluh darah vena
hemoroidales (bacon) pada poros usus dan anus yang disebabkan karena otot & pembuluh
darah sekitar anus / dubur kurang elastis sehingga cairan darah terhambat dan membesar.
B. Etiologi
Hemoroid dapat terjadi karena dilatasi (pelebaran), inflamasi (peradangan) atau
pembengkakan vena hemoroidalis yang disebabkan:
-
Diare kronik.
Usia lanjut.
Pada beberapa individu terjadi hipertrofi sfingter ani (pembengkakan otot/ klep
dubur), obstruksi (sumbatan) fungsional akibat spasme (kejang), dan penyempitan
kanal anorektal (saluran dubur-ujung akhir usus besar)
C. Patofisiologi
Mengedan selama buang air besar dapat meningkatkan tekanan intra abdominal dan
vena hemoroidal, menimbulkan distensi pada vena hemoroidal. Bila ujung rektum penuh
oleh kotoran obstruksi vena mungkin bisa terjadi. Sebagai salah satu akibat dari
pengulangan dan perpanjangan meningkatkan tekanan dan obstruksi, sehingga dilatasi
permanen pada vena hemoroidal dapat terjadi. Distensi juga dapat mengakibatkan
terjadinya trombosis dan perdarahan. (Lukmans ; 1997)
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan oleh gangguan aliran darah
balik dari vena hemoroidalis. (Price : 2006 )
Hemoroid dapat menimbulkan nyeri hebat akibat inflamasi dan edema yang
disebabkan oleh trombosis. Trombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid
(Smeltzer : 2002)
Kehamilan
HT portal
Perdarahan
anemia
Stres psikologis
Prolap hemoroid
Cemas
Takut BAB
Ketidak efketifan
perfusi perifer
Nyeri
Feises keras
Konstipasi
D. Klasifikasi
a. Berdasarkan asal / tempat penyebabnya:
1) Hemoroid interna
Hemoroid ini berasal dari vena hemoroidales superior dan medial, terletak diatas
garis anorektal dan ditutupi oleh mukosa anus. hemoroid ini tetap berada di dalam
anus.
2) Hemoroid eksterna
Hemoroid ini dikarenakan adanya dilatasi (pelebaran pembuluh darah) vena
hemoroidales inferior, terletak dibawah garis anorektal dan ditutupi oleh mukosa
usus. hemoroid ini keluar dari anus (wasir luar)
b. Hemoroid interna diklasifikasikan lagi berdasarkan perkembangannya :
1) Tingkat 1 : biasanya asimtomatik dan tidak dapat dilihat, jarang terjadi perdarahan,
benjolan dapat masuk kembali dengan spontan.
2) Tingkat 2 : gejala perdarahannya berwarna merah segar pada saat defekasi (buang
air besar) benjolan dapat dilihat disekitar pinggir anus dan dapat kembali
dengan spontan.
3) Tingkat 3 : prolapsus hemoroid, terjadi setelah defekasi dan jarang terjadi
perdarahan, prolapsus dapat kembali dengan dibantu.
4) Tingkat 4 : terjadi prolaps dan sulit kembali dengan spontan atau manual.
- Perih.
- Perdarahan segar disekitar anus.
Perdarahan terjadi dikarenakan adanya ruptur varises.
- Perasaan tidak nyaman (duduk terlalu lama dan berjalan tidak kuat lama)
- Keluar lendir yang menyebabkan perasaan isi rektum belum keluar semua.
F. Komplikasi
Komplikasi hemoroid yang paling sering adalah :
a. Perdarahan.
b.Trombosis.
Trombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid.
c. Hemoroidal strangulasi.
Hemoroidal strangulasi adalah hemoroid yang prolaps dengan suplai darah dihalangi
oleh sfingter ani (Lukmans : 1997)
G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang dilakukan antara lain :
a. Pemeriksaan colok dubur
b. Anorektoskopi (untuk melihat kelainan anus dan rektum)
c. Pemeriksaan rectal dan palpasi digital.
d. Proctoscopi atau colonoscopy (untuk menunjukkan hemoroid internal)
(Reeves : 1999)
H. Penatalaksanaan
a. Medis
1) Farmakologis
- Menggunakan obat untuk melunakkan feses / psillium akan mengurangi sembelit
dan terlalu mengedan saat defekasi, dengan demikian resiko terkena hemoroid
berkurang.
- Menggunakan obat untuk mengurangi/menghilangkan keluhan rasa sakit, gatal,
dan kerusakan pada daerah anus. Obat ini tersedia dalam dua bentuk yaitu dalam
bentuk supositoria untuk hemoroid interna, dan dalam bentuk krim / salep untuk
hemoroid eksterna.
- Obat untuk menghentikan perdarahan, banyak digunakan adalah campuran
diosmin (90%) dan hesperidin (10%)
2) Nonfarmakologis
- Perbaiki pola hidup (makanan dan minum): perbanyak konsumsi makanan yang
mengandung serat (buah dan sayuran) kurang lebih 30 gram/hari, serat selulosa
yang tidak dapat diserap selama proses pencernaan makanan dapat merangsang
gerak usus agar lebih lancar, selain itu serat selulosa dapat menyimpan air
sehingga dapat melunakkan feses. Mengurangi makanan yang terlalu pedas atau
terlalu asam. Menghindari makanan yang sulit dicerna oleh usus. Tidak
mengkonsumsi alkohol, kopi, dan minuman bersoda. Perbanyak minum air putih
30-40 cc/kg BB/hari.
- Perbaiki pola buang air besar : mengganti closet jongkok menjadi closet duduk.
Jika terlalu banyak jongkok otot panggul dapat tertekan kebawah sehingga dapat
menghimpit pembuluh darah.
- Penderita hemoroid dianjurkan untuk menjaga kebersihan lokal daerah anus
dengan cara merendam anus dalam air selama 10-15 menit tiga kali sehari. Selain
itu penderita disarankan untuk tidak terlalu banyak duduk atau tidur, lebih baik
banyak berjalan.
3) Tindakan minimal invasif
Dilakukan jika pengobatan farmakologi dan non farmakologi tidak berhasil,
tindakan yang dapat dilakukan diantaranya adalah :
- Skleroskopi hemoroid, dilakukan dengan cara menyuntikkan obat langsung
kepada benjolan / prolaps hemoroidnya.
- Ligasi pita karet, dilakukan dengan cara mengikat hemoroid. Prolaps akan
menjadi layu dan putus tanpa rasa sakit.
- Penyinaran sinar laser.
- Disinari sinar infra red.
- Dialiri arus listrik (elektrokoagulasi)
- Hemoroideolysis
b. Pembedahan
Terapi bedah dilakukan pada hemoroid derajat III dan IV dengan penyulit prolaps,
trombosis, atau hemoroid yang besar dengan perdarahan berulang. Pilihan pembedahan
adalah hemoroidektomi secara terbuka, secara tertutup, atau secara submukosa. Bila
terjadi komplikasi perdarahan, dapat diberikan obat hemostatik seperti asam
traneksamat yang terbukti secara bermakna efektif menghentikan perdarahan dan
mencegah perdarahan ulang.
Terapi medikal hanya digunakan untuk kasus ringan, hemoroid tanpa komplikasi
dengan manifestasi ringan. Pengobatan meliputi :
1) Gejala hemoroid dan ketidaknyamanan dapat dihilangkan dengan hygiene personal
yang baik.
2) Menghindari mengejan yang berlebihan selama defekasi.
3) Diit tinggi serat.
4) Pemberian laksatif yang berfungsi mengabsorbsi air saat melewati anus.
5) Rendam duduk dengan salep dan supositoria yang mengandung anastesi.
6) Tirah baring.
7) Tindakan non operatif seperti : fotokoagulasi infra merah, diatermi bipolar dan
terapi laser.
8) Injeksi larutan sklerosan untuk hemoroid berukuran kecil dan berdarah.
9) Tindakan bedah konservasif hemoroid internal adalah prosedur ligasi pita-karet.
10) Hemoroidektomi kriosirurgi adalah metode untuk mengangkat hemoroid dengan
cara membekukan jaringan hemoroid selama waktu tertentu sampai timbul
nekrosis.
11) Laser Nd:YAG digunakan terutama pada hemoroid eksternal (Smeltzer : 2002 )
Asuhan Keperawatan adalah faktor penting dalam survival pasien dan dalam aspekaspek pemeliharaan, rehabilitatif dan preventif perawatan kesehatan. Untuk sampai pada
hal ini, profesi keperawatan telah mengidentifikasikan proses pemecahan masalah yang
menggabungkan elemen yang paling diinginkan dari seni keperawatan dengan elemen
yang paling relevan dari sistem teori, dengan menggunakan metode ilmiah (Doengoes :
2000 )
Dalam melakukan asuhan keperawatan terdapat beberapa langkah yang harus
ditempuh. Adapun langkah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses
yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. (Nursalam : 2001)
Merupakan dasar utama atau langkah awal dari proses keperawatan secara
keseluruhan. Pada tahap ini semua data/informasi tentang klien yang dibutuhkan
dikumpulkan dan dianalisa untuk menentukan diagnosa keperawatan. (Gaffar ; 1999)
Dalam tahap pengkajian dilakukan pengumpulan data dengan cara komunikasi
yang efektif, observasi dan pemeriksaan fisik. Data yang dikumpulkan terdiri dari data
dasar dan data fokus. Pengkajian keperawatan data dasar yang komprehensif adalah
kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan klien, kemampuan klien
untuk mengelola kesehatan dan keperawatannya terhadap dirinya sendiri dan hasil
konsultasi dari medis (terapi) atau profesi kesehatan lainnya. Sedangkan data fokus
adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan
masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilakukan kepada
klien. (Nursalam : 2001)
2)
3)
4)
5)
Seberapa banyak ?
6)
Seberapa sering ?
7)
Apakah warnanya ?
8)
2)
Jumlah latihan
3)
Tingkat aktivitas
4)
(Smeltzer : 2002)
Pemeriksaan fisik pada klien dengan hemoroid adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Anus : Pembesaran pembuluh darah balik (vena) pada anus, terdapat benjolan
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon individu, keluarga
dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi
intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan
kewenangan perawat (Nursalam : 2001)
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status/ masalah
kesehatan aktual atau potensial. Tujuannya adalah mengidentifikasi adanya masalah
aktual berdasarkan respon klien terhadap masalah atau penyakit, faktor-faktor yang
berkontribusi atau penyebab adanya masalah, kemampuan klien mencegah atau
menghilangkan masalah (Gaffar : 1999)
Tujuan diagnosa keperawatan adalah untuk mengidentifikasi :
a.
Masalah dimana adanya respon klien terhadap status kesehatan atau penyakit.
b.
c.
(Nursalam : 2001)
b.
Interpretasi data.
c.
Validasi data.
d.
3. Perencanaan Keperawatan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan langkah berikutnya adalah menentukan
perencanaan keperawatan. Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk
mencegah, mengurangi dan mengoreksi masalah-masalah yang di identifikasi pada
diangosa keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosa keperawatan
dan menyimpulkan rencana dokumentasi. Tahapan dalam perencanaan ini meliputi :
menentukan prioritas, menentukan kriteria hasil, menentukan rencana tindakan dan
pendokumentasian. (Nursalam : 2001)
Tujuan perencanaan adalah mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah
keperawatan klien. Tahap perencanaan keperawatan adalah penentuan prioritas
diagnosa keperawatan, penetapan sasaran (goal) dan tujuan (objective), penetapan
kriteria evaluasi dan merumuskan intervensi keperawatan (Gaffar : 1997 )
Ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan dalam langkah-langkah
penyusunan perencanaan yaitu : menentukan prioritas, menentukan kriteria hasil,
menentukan rencana tindakan dan dokumentasi. Untuk menentukan prioritas ada dua
hirarki yang dapat digunakan, yaitu :
a. Hirarki Maslow (1943), membagi kebutuhan dalam lima tahap yaitu : kebutuhan
fisiologis, rasa aman dan nyaman, sosial, harga diri dan aktualisasi diri
1) Kebutuhan fisiologis (Physiological Need) yang merupakan kebutuhan pokok
utama. Misalnya : udara segar (O2), air (H2O), cairan elektrolit, makanan dan
sex, bila kebutuhan ini tidak terpenuhi akan terjadi ketidakseimbangan fisiologis
misalnya :
a) Kekurangan oksigen menyebabkan sesak.
b) Kekurangan cairan/ air menyebabkan dehidrasi.
2) Kebutuhan akan rasa aman (Safety Need)
Misalnya : rasa aman terhindar dari penyakit, gangguan pencurian, perlindungan
hukum.
3) Kebutuhan dicintai dan mencintai (Love Need)
Misalnya : mendambakan kasih sayang ingin dicintai/ diterima oleh kelompok.
4) Kebutuhan harga diri (Esteem Need)
Misalnya : ingin dihargai/ menghargai ; adanya respek dari orang lain. Toleransi
dalam hidup berdampingan.
5) Kebutuhan aktualisasi diri (Self Actualization Need)
Misalnya : ingin diakui/ dipuja, ingin berhasil, ingin menonjol/ lebih dari orang
lain.
b. Hirarki Kalish, menjelaskan kebutuhan Maslow lebih mendalami dengan
membagi kebutuhan fisiologis menjadi kebutuhan untuk bertahan hidup dan
stimulasi. (Nursalam : 2001)
Adapun perencanaan/ intervensi dari diagnosa yang timbul pada pasien hemoroid adalah:
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi, tekanan, dan sensitifitas pada area rektal atau anal
sekunder akibat penyakit anorektal.
Tujuan
Kriteria hasil
Intervensi
Rasional
2.
3.
Ajarkan teknik
distraksi.
4.
5.
relaksasi
Kaji
hal-hal
yang
meningkatkan rasa nyeri.
dapat
Hindarkan hal-hal
menimbulkan nyeri.
dapat
6.
7.
yang
Kriteria hasil
N
o
1.
Intervensi
Rasional
2.
3.
4.
5.
Anjurkan
untuk
melakukan Menstimulasi peristaltik yang memfasilitasi
pergerakan atau ambulasi sesuai terbentuknya flatus.
kemampuan.
6.
untuk
7.
8.
Beri
obat
pelembek
feses, Mencegah konstipasi, menurunkan distensi
supositoria, laksatif atau enema jika abdomen dan membantu dalam keteraturan
diperlukan.
fungsi defekasi.
keterampilan
pemecahan
masalah
dan
No
Intervensi
Rasional
1. Evaluasi tingkat ansietas, catat Ketakutan dapat terjadi karena nyeri hebat,
respon verbal dan non verbal pasien. meningkatkan perasaan sakit, penting dalam
Dorong ekspresi bebas akan emosi.
prosedur diagnostik dan kemungkinan
pembedahan.
2.
3.
Dorong
menyatakan
Berikan umpan balik.
4.
Tunjukkan
indikator
positif Meningkatkan perasaan berhasil atau maju
pengobatan, contoh perbaikan nilai
laboratorium,
TD
stabil,
berkurangnya kelelahan.
5.
6.
dari luar,
membantu
Kriteria hasil
No
Intervensi
1. Kaji tanda-tanda infeksi.
Rasional
Mengetahui tanda-tanda infeksi sedini
mungkin, sehingga dapat dilakukan tindakan
keperawatan selanjutnya.
2.
3.
Kaji tanda-tanda vital dengan sering, Tanda adanya syok septik, menyebabkan
catat tidak membaiknya atau vasodilatasi, kehilangan cairan dari sirkulasi
berlanjutnya hipotensi, penurunan dan rendahnya status curah jantung.
tekanan darah, takikardia, demam,
takipnea.
4.
5.
`
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan
disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan
yang diharapkan.
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan perawatan merupakan tindakan pemberian asuhan
keperawatan yang dilakukan secara nyata untuk membantu klien mencapai tujuan
pada rencana tindakan yang telah dibuat. (Nursalam : 2001)
Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah
intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan
keterampilan inter personal, intelektual dan teknikal, intervensi harus dilakukan
dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologi
dilindungi dan dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan (Gaffar :
1999)
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. (Nursalam : 2001)
Dalam pelaksanaan tindakan ada tiga tahapan yang harus dilalui yaitu persiapan,
perencanaan dan dokumentasi.
a. Fase persiapan, meliputi:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
b. Fase intervensi:
1) Independen: Tindakan yang dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk atau
perintah dokter atau tim kesehatan lain.
2)
3)
c.
Fase dokumentasi
Merupakan suatu pencatatan lengkap dan akurat dari tindakan yang telah
dilaksanakan yang terdiri dari tiga tipe yaitu:
1)
2)
3)
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat
untuk memonitor kealpaan yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa,
perencanaan, dan pelaksanaan tindakan (Nursalam : 2001).
Evaluasi sebagai sesuatu yang direncanakan dan perbandingan yang sistematik
pada status kesehatan klien (Nursalam ; 2001).
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien mencapai tujuan. Hal
ini bisa dilaksanakan dengan melaksanakan hubungan dengan klien berdasarkan
respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan, sehingga perawat dapat
mengambil keputusan :
a. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang
ditetapkan).
b. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien mengalami kesulitan untuk
mencapai tujuan).
c. Meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang lebih
lama untuk mencapai tujuan) (Nursalam : 2001).
Ada 2 komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan keperawatan yaitu :
a. Proses (Formatif)
Adalah evaluasi yang dilaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan
dilaksanakan untuk membantu keefektifan terhadap tindakan.
b. Hasil (Sumatif)
Adalah evaluasi yang dapat dilihat pada perubahan perilaku atau status kesehatan
klien pada akhir tindakan perawatan klien (Nursalam : 2001)
Adapun kriteria yang diharapkan pada evaluasi dari penyakit hemoroid adalah:
a. Nyeri berkurang atau hilang.
b. Eliminasi kembali normal.
c. Pasien dapat menerima secara nyata kondisi dengan positif.
d. Infeksi tidak terjadi
DAFTAR PUSTAKA
Arkanda, Sumitro. 1989. Ringkasan Ilmu Bedah. Jakarta: PT. Bina Aksara.
Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC.
Djuhari,Widjajakusumah. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Doenges (2001). Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Jusi, H. D. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Bedah Vaskuler. Jakarta: Balai Penerbit.
Lauralee,Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC
Parakrama,Chandrasoma. 2006. Ringkasan Patofisiologi Anatomi Edisi 2. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia Anderson. 1996. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta: EGC.
Schrock, Theodore R. 1991. Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Sjamsuhidajat, R. Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC.