Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN HEMOROID


DI RUANG OPERASI ( OK ) RSUD WALED CIREBON

DI SUSUN OLEH :
ARIS
NPM. 412.J.001

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARDIKA CIREBON
Jl. Terusan Sekar Kemuning No. 199 Karya Mulya Cirebon

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HEMOROID

A. Defenisi
Hemoroid adalah pembesaran dan penonjolan vena disekitar rektum. (Potter : 1997).
Hemoroid adalah dilatasi pembuluh darah vena varicose pada anus dan rektum.
(Reeves : 1999).
Hemoroid adalah dilatasi pleksus (anyaman pembuluh darah) vena yang mengitari
rektal dan anal. (Tambayong : 2000).
Jadi hemoroid adalah pelebaran varises satu segmen / lebih pembuluh darah vena
hemoroidales (bacon) pada poros usus dan anus yang disebabkan karena otot & pembuluh
darah sekitar anus / dubur kurang elastis sehingga cairan darah terhambat dan membesar.

B. Etiologi
Hemoroid dapat terjadi karena dilatasi (pelebaran), inflamasi (peradangan) atau
pembengkakan vena hemoroidalis yang disebabkan:
-

Konstipasi kronik: sulit buang air besar, sehingga harus mengejan.

Kehamilan: karena penekanan janin pada perut.

Diare kronik.

Usia lanjut.

Duduk terlalu lama

Hubungan seks peranal.

Pada beberapa individu terjadi hipertrofi sfingter ani (pembengkakan otot/ klep
dubur), obstruksi (sumbatan) fungsional akibat spasme (kejang), dan penyempitan
kanal anorektal (saluran dubur-ujung akhir usus besar)

C. Patofisiologi
Mengedan selama buang air besar dapat meningkatkan tekanan intra abdominal dan
vena hemoroidal, menimbulkan distensi pada vena hemoroidal. Bila ujung rektum penuh
oleh kotoran obstruksi vena mungkin bisa terjadi. Sebagai salah satu akibat dari
pengulangan dan perpanjangan meningkatkan tekanan dan obstruksi, sehingga dilatasi
permanen pada vena hemoroidal dapat terjadi. Distensi juga dapat mengakibatkan
terjadinya trombosis dan perdarahan. (Lukmans ; 1997)
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan oleh gangguan aliran darah
balik dari vena hemoroidalis. (Price : 2006 )
Hemoroid dapat menimbulkan nyeri hebat akibat inflamasi dan edema yang
disebabkan oleh trombosis. Trombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid
(Smeltzer : 2002)

Kehamilan

HT portal

Angkat beban berat


Beridiri/duduk lama Konstipasi

Kongesti vena flexus

Aliran balik vena terganggu

Tekanan perifer meningkat & dilatasi v. hemoroidalis


Operasi/pembedahan

Perdarahan

Trombosis, bengkak & hematom

anemia

Stres psikologis

Prolap hemoroid
Cemas
Takut BAB

Ketidak efketifan
perfusi perifer

Rrisiko kekurangan vol. cairan

Nyeri

Feises keras
Konstipasi

Sumber : ( Brunner & Suddarth : 2001 )

D. Klasifikasi
a. Berdasarkan asal / tempat penyebabnya:
1) Hemoroid interna
Hemoroid ini berasal dari vena hemoroidales superior dan medial, terletak diatas
garis anorektal dan ditutupi oleh mukosa anus. hemoroid ini tetap berada di dalam
anus.
2) Hemoroid eksterna
Hemoroid ini dikarenakan adanya dilatasi (pelebaran pembuluh darah) vena
hemoroidales inferior, terletak dibawah garis anorektal dan ditutupi oleh mukosa
usus. hemoroid ini keluar dari anus (wasir luar)
b. Hemoroid interna diklasifikasikan lagi berdasarkan perkembangannya :
1) Tingkat 1 : biasanya asimtomatik dan tidak dapat dilihat, jarang terjadi perdarahan,
benjolan dapat masuk kembali dengan spontan.
2) Tingkat 2 : gejala perdarahannya berwarna merah segar pada saat defekasi (buang
air besar) benjolan dapat dilihat disekitar pinggir anus dan dapat kembali
dengan spontan.
3) Tingkat 3 : prolapsus hemoroid, terjadi setelah defekasi dan jarang terjadi
perdarahan, prolapsus dapat kembali dengan dibantu.
4) Tingkat 4 : terjadi prolaps dan sulit kembali dengan spontan atau manual.

E. Tanda dan Gejala


- Terjadi benjolan-benjolan disekitar dubur setiap kali buang air besar.
- Rasa sakit atau nyeri.
Rasa sakit yang timbul karena prolaps hemoroid (benjolan tidak dapat kembali) dari
anus terjepit karena adanya trombus.

- Perih.
- Perdarahan segar disekitar anus.
Perdarahan terjadi dikarenakan adanya ruptur varises.
- Perasaan tidak nyaman (duduk terlalu lama dan berjalan tidak kuat lama)
- Keluar lendir yang menyebabkan perasaan isi rektum belum keluar semua.

Gejala-gejala yang lain termasuk :


- Rasa gatal pada rektal.
- Konstipasi.
- Nyeri.
- Perdarahan berwarna merah terang.
- Prolaps dapat terjadi pada kasus berat.
(Black, 1997 ; 1826)

F. Komplikasi
Komplikasi hemoroid yang paling sering adalah :
a. Perdarahan.
b.Trombosis.
Trombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid.
c. Hemoroidal strangulasi.
Hemoroidal strangulasi adalah hemoroid yang prolaps dengan suplai darah dihalangi
oleh sfingter ani (Lukmans : 1997)

G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang dilakukan antara lain :
a. Pemeriksaan colok dubur
b. Anorektoskopi (untuk melihat kelainan anus dan rektum)
c. Pemeriksaan rectal dan palpasi digital.
d. Proctoscopi atau colonoscopy (untuk menunjukkan hemoroid internal)
(Reeves : 1999)

H. Penatalaksanaan
a. Medis
1) Farmakologis
- Menggunakan obat untuk melunakkan feses / psillium akan mengurangi sembelit
dan terlalu mengedan saat defekasi, dengan demikian resiko terkena hemoroid
berkurang.
- Menggunakan obat untuk mengurangi/menghilangkan keluhan rasa sakit, gatal,
dan kerusakan pada daerah anus. Obat ini tersedia dalam dua bentuk yaitu dalam
bentuk supositoria untuk hemoroid interna, dan dalam bentuk krim / salep untuk
hemoroid eksterna.
- Obat untuk menghentikan perdarahan, banyak digunakan adalah campuran
diosmin (90%) dan hesperidin (10%)
2) Nonfarmakologis
- Perbaiki pola hidup (makanan dan minum): perbanyak konsumsi makanan yang
mengandung serat (buah dan sayuran) kurang lebih 30 gram/hari, serat selulosa
yang tidak dapat diserap selama proses pencernaan makanan dapat merangsang
gerak usus agar lebih lancar, selain itu serat selulosa dapat menyimpan air

sehingga dapat melunakkan feses. Mengurangi makanan yang terlalu pedas atau
terlalu asam. Menghindari makanan yang sulit dicerna oleh usus. Tidak
mengkonsumsi alkohol, kopi, dan minuman bersoda. Perbanyak minum air putih
30-40 cc/kg BB/hari.
- Perbaiki pola buang air besar : mengganti closet jongkok menjadi closet duduk.
Jika terlalu banyak jongkok otot panggul dapat tertekan kebawah sehingga dapat
menghimpit pembuluh darah.
- Penderita hemoroid dianjurkan untuk menjaga kebersihan lokal daerah anus
dengan cara merendam anus dalam air selama 10-15 menit tiga kali sehari. Selain
itu penderita disarankan untuk tidak terlalu banyak duduk atau tidur, lebih baik
banyak berjalan.
3) Tindakan minimal invasif
Dilakukan jika pengobatan farmakologi dan non farmakologi tidak berhasil,
tindakan yang dapat dilakukan diantaranya adalah :
- Skleroskopi hemoroid, dilakukan dengan cara menyuntikkan obat langsung
kepada benjolan / prolaps hemoroidnya.
- Ligasi pita karet, dilakukan dengan cara mengikat hemoroid. Prolaps akan
menjadi layu dan putus tanpa rasa sakit.
- Penyinaran sinar laser.
- Disinari sinar infra red.
- Dialiri arus listrik (elektrokoagulasi)
- Hemoroideolysis

b. Pembedahan
Terapi bedah dilakukan pada hemoroid derajat III dan IV dengan penyulit prolaps,
trombosis, atau hemoroid yang besar dengan perdarahan berulang. Pilihan pembedahan
adalah hemoroidektomi secara terbuka, secara tertutup, atau secara submukosa. Bila
terjadi komplikasi perdarahan, dapat diberikan obat hemostatik seperti asam
traneksamat yang terbukti secara bermakna efektif menghentikan perdarahan dan
mencegah perdarahan ulang.
Terapi medikal hanya digunakan untuk kasus ringan, hemoroid tanpa komplikasi
dengan manifestasi ringan. Pengobatan meliputi :
1) Gejala hemoroid dan ketidaknyamanan dapat dihilangkan dengan hygiene personal
yang baik.
2) Menghindari mengejan yang berlebihan selama defekasi.
3) Diit tinggi serat.
4) Pemberian laksatif yang berfungsi mengabsorbsi air saat melewati anus.
5) Rendam duduk dengan salep dan supositoria yang mengandung anastesi.
6) Tirah baring.
7) Tindakan non operatif seperti : fotokoagulasi infra merah, diatermi bipolar dan
terapi laser.
8) Injeksi larutan sklerosan untuk hemoroid berukuran kecil dan berdarah.
9) Tindakan bedah konservasif hemoroid internal adalah prosedur ligasi pita-karet.
10) Hemoroidektomi kriosirurgi adalah metode untuk mengangkat hemoroid dengan
cara membekukan jaringan hemoroid selama waktu tertentu sampai timbul
nekrosis.
11) Laser Nd:YAG digunakan terutama pada hemoroid eksternal (Smeltzer : 2002 )

I. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Hemoroid


Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktik
keperawatan. Hal ini biasa disebut sebagai suatu pendekatan problem solving yang
memerlukan ilmu, tehnik dan keterampilan interpersonal dan ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan klien/ keluarga. Dimana proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang
sequensial dan berhubungan: pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi (Nursalam : 2001 )
Proses keperawatan adalah metode sistemik dimana secara langsung perawat bersama
klien secara bersama menentukan masalah keperawatan sehingga membutuhkan asuhan
keperawatan, membuat perencanaan dan rencana implementasi, serta mengevaluasi hasil
asuhan keperawatan (Gaffar : 1999)
Proses keperawatan adalah satu pendekatan untuk pemecahan masalah yang
memungkinkan seorang perawat untuk mengorganisir dan memberikan asuhan
keperawatan. Proses keperawatan merupakan suatu elemen dari pemikiran kritis yang
memperbolehkan perawat untuk membuat keputusan dan mengambil tindakan yang
didasarkan atas pertimbangan. Suatu proses adalah satu rangkaian dari langkah-langkah
atau komponen-komponen petunjuk/ penentu untuk mencapai tujuan. Tiga karakteristik
dari suatu proses adalah Purpose, Organization dan Creativity ( Bevis,1978). Purpose
adalah tujuan atau maksud yang spesifik dari proses. Proses keperawatan digunakan untuk
mendiagnosa dan merawat respon manusia pada kondisi sehat dan sakit. (American
Nurses Association,1980). Organization adalah tahapan atau langkah-langkah atau
komponen-komponen yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Proses keperawatan
mengandung 5 langkah : Pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi. Creativity adalah pengembangan lanjut dari proses itu. Proses keperawatan
dinamis dan berlanjut terus menerus. (Potter : 1997 )

Asuhan Keperawatan adalah faktor penting dalam survival pasien dan dalam aspekaspek pemeliharaan, rehabilitatif dan preventif perawatan kesehatan. Untuk sampai pada
hal ini, profesi keperawatan telah mengidentifikasikan proses pemecahan masalah yang
menggabungkan elemen yang paling diinginkan dari seni keperawatan dengan elemen
yang paling relevan dari sistem teori, dengan menggunakan metode ilmiah (Doengoes :
2000 )
Dalam melakukan asuhan keperawatan terdapat beberapa langkah yang harus
ditempuh. Adapun langkah tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses
yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. (Nursalam : 2001)
Merupakan dasar utama atau langkah awal dari proses keperawatan secara
keseluruhan. Pada tahap ini semua data/informasi tentang klien yang dibutuhkan
dikumpulkan dan dianalisa untuk menentukan diagnosa keperawatan. (Gaffar ; 1999)
Dalam tahap pengkajian dilakukan pengumpulan data dengan cara komunikasi
yang efektif, observasi dan pemeriksaan fisik. Data yang dikumpulkan terdiri dari data
dasar dan data fokus. Pengkajian keperawatan data dasar yang komprehensif adalah
kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan klien, kemampuan klien
untuk mengelola kesehatan dan keperawatannya terhadap dirinya sendiri dan hasil
konsultasi dari medis (terapi) atau profesi kesehatan lainnya. Sedangkan data fokus
adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan
masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilakukan kepada
klien. (Nursalam : 2001)

Pengkajian yang dapat dilakukan pada klien dengan Hemoroid meliputi :


a. Riwayat kesehatan diambil untuk menentukan adanya gatal, rasa terbakar dan nyeri
berserta karakteristiknya
1)

Apakah ini terjadi selama defekasi ?

2)

Berapa lama ini berakhir ?

3)

Adakah nyeri abdomen dihubungkan dengan hal itu ?

4)

Apakah terdapat perdarahan dari rektum ?

5)

Seberapa banyak ?

6)

Seberapa sering ?

7)

Apakah warnanya ?

8)

Adakah rabas lain seperti mukus atau pus ?

b. Pertanyaan lain berhubungan dengan pola eliminasi dan penggunaan laksatif


1)

Riwayat diet, termasuk masukan serat

2)

Jumlah latihan

3)

Tingkat aktivitas

4)

Pekerjaan (khususnya bila mengharuskan duduk atau berdiri lama)

(Smeltzer : 2002)
Pemeriksaan fisik pada klien dengan hemoroid adalah sebagai berikut:
a.

Kaji tingkat kesadaran (kacau mental, letargi, tidak merespon).

b.

Ukur tanda-tanda vital (TD meningkat/ menurun, takikardi).

c.

Auskultasi bunyi nafas.

d.

Kaji kulit (pucat, bengkak, dingin).

e.

Kaji terhadap nyeri atau mual.

f.

Abdomen : Nyeri tekan pada abdomen, bisa terjadi konstipasi.

g.

Anus : Pembesaran pembuluh darah balik (vena) pada anus, terdapat benjolan

pada anus, nyeri pada anus, perdarahan (Engram : 1999)

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon individu, keluarga
dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi
intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan
kewenangan perawat (Nursalam : 2001)
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status/ masalah
kesehatan aktual atau potensial. Tujuannya adalah mengidentifikasi adanya masalah
aktual berdasarkan respon klien terhadap masalah atau penyakit, faktor-faktor yang
berkontribusi atau penyebab adanya masalah, kemampuan klien mencegah atau
menghilangkan masalah (Gaffar : 1999)
Tujuan diagnosa keperawatan adalah untuk mengidentifikasi :
a.

Masalah dimana adanya respon klien terhadap status kesehatan atau penyakit.

b.

Faktor-faktor yang menunjang atau menyebabkan suatu masalah (etiologi)

c.

Kemampuan klien untuk mencegah atau menyelesaikan masalah.

(Nursalam : 2001)

Langkah-langkah dalam diagnosa keperawatan dapat dibedakan menjadi :


a.

Klasifikasi dan analisa data.

b.

Interpretasi data.

c.

Validasi data.

d.

Perumusan diagnosa keperawatan (Nursalam : 2001)

Diagnosa keperawatan dapat dibedakan menjadi 5 kategori : aktual, resiko, kemungkinan,


wellnes, syndrom (Nursalam : 2000)
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada pasien dengan hemoroid adalah :
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi, tekanan, dan sensitifitas pada area rektal atau anal
sekunder akibat penyakit anorektal.
b. Konstipasi berhubungan dengan mengabaikan dorongan untuk defekasi akibat nyeri
selama eliminasi
c. Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dan rasa malu.
d. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat
(Smeltzer : 2002)

3. Perencanaan Keperawatan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan langkah berikutnya adalah menentukan
perencanaan keperawatan. Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk
mencegah, mengurangi dan mengoreksi masalah-masalah yang di identifikasi pada
diangosa keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosa keperawatan
dan menyimpulkan rencana dokumentasi. Tahapan dalam perencanaan ini meliputi :
menentukan prioritas, menentukan kriteria hasil, menentukan rencana tindakan dan
pendokumentasian. (Nursalam : 2001)
Tujuan perencanaan adalah mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah
keperawatan klien. Tahap perencanaan keperawatan adalah penentuan prioritas
diagnosa keperawatan, penetapan sasaran (goal) dan tujuan (objective), penetapan
kriteria evaluasi dan merumuskan intervensi keperawatan (Gaffar : 1997 )
Ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan dalam langkah-langkah
penyusunan perencanaan yaitu : menentukan prioritas, menentukan kriteria hasil,

menentukan rencana tindakan dan dokumentasi. Untuk menentukan prioritas ada dua
hirarki yang dapat digunakan, yaitu :
a. Hirarki Maslow (1943), membagi kebutuhan dalam lima tahap yaitu : kebutuhan
fisiologis, rasa aman dan nyaman, sosial, harga diri dan aktualisasi diri
1) Kebutuhan fisiologis (Physiological Need) yang merupakan kebutuhan pokok
utama. Misalnya : udara segar (O2), air (H2O), cairan elektrolit, makanan dan
sex, bila kebutuhan ini tidak terpenuhi akan terjadi ketidakseimbangan fisiologis
misalnya :
a) Kekurangan oksigen menyebabkan sesak.
b) Kekurangan cairan/ air menyebabkan dehidrasi.
2) Kebutuhan akan rasa aman (Safety Need)
Misalnya : rasa aman terhindar dari penyakit, gangguan pencurian, perlindungan
hukum.
3) Kebutuhan dicintai dan mencintai (Love Need)
Misalnya : mendambakan kasih sayang ingin dicintai/ diterima oleh kelompok.
4) Kebutuhan harga diri (Esteem Need)
Misalnya : ingin dihargai/ menghargai ; adanya respek dari orang lain. Toleransi
dalam hidup berdampingan.
5) Kebutuhan aktualisasi diri (Self Actualization Need)
Misalnya : ingin diakui/ dipuja, ingin berhasil, ingin menonjol/ lebih dari orang
lain.
b. Hirarki Kalish, menjelaskan kebutuhan Maslow lebih mendalami dengan
membagi kebutuhan fisiologis menjadi kebutuhan untuk bertahan hidup dan
stimulasi. (Nursalam : 2001)

Adapun perencanaan/ intervensi dari diagnosa yang timbul pada pasien hemoroid adalah:
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi, tekanan, dan sensitifitas pada area rektal atau anal
sekunder akibat penyakit anorektal.
Tujuan

: Nyeri berkurang atau hilang dalam waktu 6 jam.

Kriteria hasil

: Melaporkan nyeri hilang


Mengungkapkan metode yang memberikan penghilangan
Mendemonstrasikan penggunaan intervensi terapeutik (misal

keterampilan relaksasi) untuk menghilangkan nyeri.


N
o
1.

Intervensi

Rasional

Kaji karakteristik, intensitas dan Membantu menentukan intervensi dan


lokasi nyeri.
memberikan dasar untuk perbandingan dan
evaluasi terhadap terapi.

2.

Pantau tanda-tanda vital.

3.

Ajarkan teknik
distraksi.

4.

5.

relaksasi

Perubahan frekuensi jantung menunjukkan


bahwa pasien mengalami nyeri.
dan

Meningkatkan relaksasi dan mungkin


meningkatkan koping pasien dengan
memfokuskan kembali perhatian.

Kaji
hal-hal
yang
meningkatkan rasa nyeri.

dapat

Digunakan sebagai dasar dari tindakan


selanjutnya.

Hindarkan hal-hal
menimbulkan nyeri.

dapat

Menghindarkan stimulasi yang dapat


mengakibatkan peningkatan rasa nyeri,
seperti mengurangi frekuensi dan durasi
kontak dengan bagian yang dirasa nyeri

6.

Dorong klien untuk ambulasi


dini.

Meningkatkan normalisasi fungsi organ,


contoh merangsang peristaltik dan
kelancaran flatus

7.

Berikan analgesik sesuai indikasi.

Meningkatkan kenyamanan dan untuk


menghilangkan nyeri sedang sampai
berat.

yang

b. Konstipasi berhubungan dengan mengabaikan dorongan untuk defekasi akibat nyeri


selama eliminasi
Tujuan

: Eliminasi kembali normal dalam waktyu 2 x 24 jam.

Kriteria hasil

: Membuat kembali pola yang normal dari fungsi usus.


Pasien dapat mengeluarkan feses lunak/ konsistensi agak berbentuk
tanpa mengejan
Menciptakan kembali kepuasan pola eliminasi usus

N
o
1.

Intervensi

Rasional

Catat adanya distensi abdomen dan


auskultasi peristaltik usus.

Distensi dan hilangnya peristaltik usus


merupakan tanda bahwa fungsi defekasi
hilang yang kemungkinan berhubungan
dengan
kehilangan
persarafan
parasimpatik usus besar dengan tiba-tiba

2.

Anjurkan latihan defekasi secara


teratur.

Kemampuan mengontrol pengeluaran


feses penting untuk kemandirian fisik
pasien dan penerimaan sosial.

3.

Anjurkan pasien untuk minum paling Dapat melembekkan feses memfasilitasi


sedikit 2000 ml/ hari
eliminasi.

4.

Anjurkan pasien untuk makan- Meningkatkan konsistensi feses


makanan yang sehat dan yang melewati usus dengan mudah.
termasuk makanan yang berserat.

5.

Anjurkan
untuk
melakukan Menstimulasi peristaltik yang memfasilitasi
pergerakan atau ambulasi sesuai terbentuknya flatus.
kemampuan.

6.

Periksa kembali adanya defekasi, Pengeluaran feses secara manual dengan


karena feses yang keras atau karena hati-hati mungkin perlu, yang dilakukan
penurunan/ sampai tidak adanya bersamaan dengan intervensi lain untuk

untuk

feses atau diare.

menstimulasi pengeluaran feses.

7.

Tingkatkan diit makanan berserat.

Membantu dalam mengatur konsistensi fekal


dan menurunkan konstipasi.

8.

Beri
obat
pelembek
feses, Mencegah konstipasi, menurunkan distensi
supositoria, laksatif atau enema jika abdomen dan membantu dalam keteraturan
diperlukan.
fungsi defekasi.

c. Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dan rasa malu


Tujuan
Kriteria hasil

: Klien dapat mengontrol kecemasan dlm waktu 1 x 24 jam.


: Menunjukkan rileks dan melaporkan penurunan ansietas sampai
tingkat ditangani.
Mengatakan perasaan dan cara yang sehat untuk menghadapi
masalah
Menunjukkan

keterampilan

pemecahan

masalah

dan

penggunaan sumber secara efektif

No
Intervensi
Rasional
1. Evaluasi tingkat ansietas, catat Ketakutan dapat terjadi karena nyeri hebat,
respon verbal dan non verbal pasien. meningkatkan perasaan sakit, penting dalam
Dorong ekspresi bebas akan emosi.
prosedur diagnostik dan kemungkinan
pembedahan.
2.

Jelaskan prosedur atau asuhanyang Rasa takut akan ketidaktahuan diperkecil


diberikan. Ulangi penjelasan dengan dengan informasi atau pengetahuan dan
sering atas sesuai kebutuhan.
dapat meningkatkan penerimaan dialisis.

3.

Dorong
menyatakan
Berikan umpan balik.

4.

Tunjukkan
indikator
positif Meningkatkan perasaan berhasil atau maju
pengobatan, contoh perbaikan nilai
laboratorium,
TD
stabil,

perasaan. Membuat hubungan terapeutik. Membantu


pasien/
orang
terdekat
dalam
mengidentifikasi
masalah
yang
menyebabkan stress.

berkurangnya kelelahan.
5.

Berikan lingkungan yang tenang Memindahkan pasien stress


pada pasien..
meningkatkan
relaksasi,
menurunkan ansietas.

6.

Bantu pasien belajar mekanisme


koping baru, misal : tehnik
mengatasi
stress,
keterampilan
organisasi.

dari luar,
membantu

Belajar cara baru untuk mengatasi


masalah
dapat
membantu
dalam
menurunkan
stress
dan
ansietas,
meningkatkan kontrol penyakit.

d. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat.


Tujuan

: Infeksi tidak terjadi dalam waktu 3 x 24 jam.

Kriteria hasil

: Menyatakan pemahaman penyebab atau faktor resiko


Meningkatkan waktu penyembuhan, bebas tanda infeksi
Tidak demam
Berpartisipasi pada aktifitas untuk menurunkan resiko infeksi.

No
Intervensi
1. Kaji tanda-tanda infeksi.

Rasional
Mengetahui tanda-tanda infeksi sedini
mungkin, sehingga dapat dilakukan tindakan
keperawatan selanjutnya.

2.

Pertahankan teknik aseptik pada Menurunkan resiko infeksi.


perawatan hemoroid.

3.

Kaji tanda-tanda vital dengan sering, Tanda adanya syok septik, menyebabkan
catat tidak membaiknya atau vasodilatasi, kehilangan cairan dari sirkulasi
berlanjutnya hipotensi, penurunan dan rendahnya status curah jantung.
tekanan darah, takikardia, demam,
takipnea.

4.

Anjurkan klien dan keluarga untuk Meminimalkan resiko terjadinya infeksi.


menjaga kebersihan daerah anus.

5.

Berikan antibiotik sesuai indikasi

Untuk mencegah dan menangani infeksi

`
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan
disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan
yang diharapkan.
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan perawatan merupakan tindakan pemberian asuhan
keperawatan yang dilakukan secara nyata untuk membantu klien mencapai tujuan
pada rencana tindakan yang telah dibuat. (Nursalam : 2001)
Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah
intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan
keterampilan inter personal, intelektual dan teknikal, intervensi harus dilakukan
dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologi
dilindungi dan dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan (Gaffar :
1999)
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. (Nursalam : 2001)
Dalam pelaksanaan tindakan ada tiga tahapan yang harus dilalui yaitu persiapan,
perencanaan dan dokumentasi.
a. Fase persiapan, meliputi:
1)

Review tindakan keperawatan

2)

Menganalisa pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan

3)

Mengetahui komplikasi yang mungkin timbul

4)

Menentukan dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan

5)

Persiapan lingkungan yang kondusif

6)

Mengidentifikasi aspek hukum dan etik

b. Fase intervensi:
1) Independen: Tindakan yang dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk atau
perintah dokter atau tim kesehatan lain.
2)

Interdependen: Tindakan perawat yang melakukan kerjasama dengan tim


kesehatan lain (gizi, dokter, laboratorium dll).

3)

Dependen: Berhubungan dengan tindakan medis atau menandakan dimana


tindakan medis dilaksanakan.

c.

Fase dokumentasi
Merupakan suatu pencatatan lengkap dan akurat dari tindakan yang telah
dilaksanakan yang terdiri dari tiga tipe yaitu:
1)

Sources Oriented Records (SOR)

2)

Problem Oriented Records (POR)

3)

Computer Assisted Records (CAR) (Nursalam ; 2001)

5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat
untuk memonitor kealpaan yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa,
perencanaan, dan pelaksanaan tindakan (Nursalam : 2001).
Evaluasi sebagai sesuatu yang direncanakan dan perbandingan yang sistematik
pada status kesehatan klien (Nursalam ; 2001).

Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien mencapai tujuan. Hal
ini bisa dilaksanakan dengan melaksanakan hubungan dengan klien berdasarkan
respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan, sehingga perawat dapat
mengambil keputusan :
a. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang
ditetapkan).
b. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien mengalami kesulitan untuk
mencapai tujuan).
c. Meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang lebih
lama untuk mencapai tujuan) (Nursalam : 2001).
Ada 2 komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan keperawatan yaitu :
a. Proses (Formatif)
Adalah evaluasi yang dilaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan
dilaksanakan untuk membantu keefektifan terhadap tindakan.
b. Hasil (Sumatif)
Adalah evaluasi yang dapat dilihat pada perubahan perilaku atau status kesehatan
klien pada akhir tindakan perawatan klien (Nursalam : 2001)

Komponen evaluasi dapat dibagi menjadi 5 yaitu:


a. Menentukan kriteria, standar dan pertanyaan evaluasi.
b. Mengumpulkan data mengenai keadaan klien terbaru.
c. Menganalisa dan membandingkan data terhadap kriteria dan standar.
d. Merangkum hasil dan membuat kesimpulan.
e. Melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan ( Nursalam : 2001)

Adapun kriteria yang diharapkan pada evaluasi dari penyakit hemoroid adalah:
a. Nyeri berkurang atau hilang.
b. Eliminasi kembali normal.
c. Pasien dapat menerima secara nyata kondisi dengan positif.
d. Infeksi tidak terjadi

DAFTAR PUSTAKA

Arkanda, Sumitro. 1989. Ringkasan Ilmu Bedah. Jakarta: PT. Bina Aksara.
Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC.
Djuhari,Widjajakusumah. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Doenges (2001). Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Jusi, H. D. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Bedah Vaskuler. Jakarta: Balai Penerbit.
Lauralee,Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC
Parakrama,Chandrasoma. 2006. Ringkasan Patofisiologi Anatomi Edisi 2. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia Anderson. 1996. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta: EGC.
Schrock, Theodore R. 1991. Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Sjamsuhidajat, R. Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai