Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

HEMOROID

A. Konsep Dasae Penyakit


1. Definisi
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. Hemoroid sangat
umum terjadi. Pada usia 50an, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid
berdasarkan luasnya vena yang terkena. Kehamilan diketahui mengawali atau
memperberat adanya hemoroid. ( Smeltzer, 2010).
Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidales yang tidak
merupakan keadaan patologik ( Sjamsuhidayat & Jong, 2004 ).
Hemoroid adalah pelebaran varises satu segmen atau lebih vena-vena
hemoroidales ( Bacon ). Patologi keadaan ini dapat bermacam-macam, yaitu
trombosis, ruptur, radang, ulserasi, dan nekrosis ( Mansjoer, 2000 ). Untuk itu dapat
disimpulkan hemoroid adalah pelebaran vena varicosa satu segmen atau lebih vena-
vena hemoroidales yang berdilatasi dalam anus dan rectum.
2. Etiologi
Menurut Mutaqqin (2011), kondisi hemoroid biasanya tidak berhubungan dengan
kondisi medis atau penyalit, namun ada beberapa predisposisi penting yang dapat
meningkatkan risiko hemoroid seperti berikut:
a. Peradangan pada usus, seperti pada kondisi colitis ulseratif atau penyalit crohn.
b. Kehamilan, berhubungan dengan banyak masalah anorektal.
c. Konsumsi makanan rendaj serat.
d. Obesitas.
e. Hipertensi portal.
3. Manifestasi Klinis
Sedangkan tanda dan gejala menurut Lumenta (2006) pasien hemoroid dapat
mengeluh hal-hal seperti berikut :
a. Perdarahan
Keluhan yang sering dan timul pertama kali yakni : darah segar menetes setelah
buang air besar (BAB), biasanya tanpa disertai nyeri dan gatal di anus.
Pendarahan dapat juga timbul di luar wakyu BAB, misalnya pada orang tua.
Perdaran ini berwarna merah segar.
b. Benjolan
Benjolan terjadi pada anus yang dapat menciut/ tereduksi spontan atau manual
merupakan cirri khas/ karakteristik hemoroid.
c. Nyeri dan rasa tidak nyaman
Dirasakan bila timbul komplikasi thrombosis ( sumbatan komponen darah di
bawah anus), benjolan keluar anus, polip rectum, skin tag.
d. Basah, gatal dan hygiene yang kurang di anus
Akibat penegluaran cairan dari selaput lender anus disertai perdarahan merupakan
tanda hemoroid interna, yang sering mengotori pakaian dalam bahkan dapat
menyebabkan pembengkakan kulit.
4. Klasifikasi
Klasifikasi hemoroid menurut Lumenta (2006) dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Hemoroid Interna
Hemoroid Interna adalah pleksus hemoroidalis superior (bantalan pembuluh
darah) di dalam jaringan selaput lender di atas anus.
b. Hemoroid Eksterna
Hemoroid Eksterna merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroidalis
inferior di sebelah bawah anus.
5. Patofisiologi
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan balik dari vena
hemoroidalis Hemoroid ada dua jenis yaitu hemoroid interna dan eksterna. Hemoroid
interna terjadi varises pada vena hemoroidalis superior media dan timbul disebelah
dalam otot spingter ani. Hemoroid eksterna terjadi varises pada vena hemoroidalis
inferior, dan timbul disebelah luar otot spingter ani. Hemoroid eksterna ada dua
klasifikasi yaitu akut dan kronik. Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan
pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan hematoma, walaupun disebut sebagai
hemoroid trombosis akut. Bentuk terasa sangat nyeri gatal karena ujung saraf pada
kulit merupakan reseptor nyeri. Hemoroid eksterna kronik (skin tag) berupa satu atau
lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh
darah. 10 Hemoroid interna diklasifikasikan sebagai derajat I, II, dan III. Hemoroid
interna derajat I tidak menonjol melalui anus dan dapat ditemukan dengan
proktoskopi. Lesi biasanya terletak pada posterior kanan dan kiri dan anterior kanan,
mengikuti penyebaran cabang-cabang vena hemoroidalis superior, dan tampak
sebagai pembengkakan globular kemerahan. Hemoroid interna derajat II dapat
mengalami prolapsus melalui anus setelah defekasi, hemoroid ini dapat mengecil
secara spontan atau dapat direduksi secara manual. Hemoroid interna derajat III
mengalami prolapsus secara permanen. Gejala hemoroid interna yang paling sering
adalah perdarahan tanpa nyeri karena tidak ada serabut-serabut nyeri pada daerah ini.
Kebanyakan kasus hemoroid adalah hemoroid campuran interna dan eksterna.
Komplikasi hemoroid yang paling sering adalah perdarahan, trombosis, dan
stranggulasi. Hemoroid yang mengalami stranggulasi adalah hemoroid yang
mengalami prolapsus dimana suplai darah dihalangi oleh sfingter ani. Kebanyakan
penderita hemoroid tidak memerlukan pembedahan. Pengobatan berupa kompres
duduk atau bentuk pemanasan basah lain, dan penggunaan supositoria. Eksisi bedah
dapat dilakukan bila perdarahan menetap, terjadi prolapsus, atau pruritus dan nyeri
anus tidak dapat diatasi ( Price, 2005 ).
6. Komplikasi
Komplikasi penyakit ini adalah perdarahan hebat, abses, fistula para anal, dan
inkarserasi. Untuk hemoroid eksterna, pengobatannya selalu operatif. Tergantung
keadaan, dapat dilakukan eksisi atau insisi trombus serta pengeluaran trombus.
Komplikasi jangka panjang adalah striktur ani karena eksisi yang berlebihan
( Smeltzer, 2010).
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Colok Dubur
Diperlukan untuk menyingkirkan kemugkinan karsinoma rektum. Pada hemoroid
interna tidak dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak cukup tinggi dan
biasanya tidak nyeri
b. Anoskop
Diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang tidak menonjol keluar
c. Proktosigmoidoskopi
Untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau
proses keganasan di tingkat yang lebih tinggi
8. Penatalaksanaan
a. Keperawatan
Hemorrhoid merupakan sesuatu yang fisiologis, maka terapi yang
dilakukan hanya untuk menghilangkan keluhan, bukan untuk menghilangkan
pleksus hemorrhoidalis. Pada hemorrhoid derajat I dan II terapi yang diberikan
berupa terapi lokal dan himbauan tentang perubahan pola makan. Dianjurkan
untuk banyak mengonsumsi sayur-sayuran dan buah yang banyak mengandung
air. Hal ini untuk memperlancar buang air besar sehingga tidak perlu mengejan
secara berlebihan. Pemberian obat melalui anus (suppositoria) dan salep anus
diketahui tidak mempunyai efek yang berarti kecuali sebagai efek anestetik dan
astringen. Selain itu dilakukan juga skleroterapi, yaitu penyuntikan larutan kimia
yang marengsang dengan menimbulkan peradangan steril yang pada akhirnya
menimbulkan jaringan parut. Untuk pasien derajat III dan IV, terapi yang dipilih
adalah terapi bedah yaitu dengan hemoroidektomi. Terapi ini bisa juga dilakukan
untuk pasien yang sering mengalami perdarahan berulang, sehingga dapat
sebabkan anemia, ataupun untuk pasien yang sudah mengalami keluhan-keluhan
tersebut bertahuntahun. Dalam hal ini dilakukan pemotongan pada jaringan yang
benarbenar berlebihan agar tidak mengganggu fungsi normal anus. (Murbawani,
2006)
Ada berbagai macam tindakan operasi. Ada yang mengikat pangkal
hemoroid dengan gelang karet agar hemoroidnya nekrosis dan terlepas sendiri.
Ada yang menyuntikkan sklerosing agen agar timbul jaringan parut. Bisa juga
dengan fotokoagulasi inframerah, elektrokoagulasi dengan arus listrik, atau
pengangkatan langsung hemoroid dengan memotongnya dengan pisau bedah.
(Faisal,2006)
Hemorrhoid interna dan hemorrhoid eksterna di diagnosa dengan
membuat inspeksi, pemeriksaan digital, melihat langsung melalui anoskop atau
proktoskop. Karena lesi demikian sangat umum, harus tidak dianggap sebagai
penyebab perdarahan rectal atau anemia hipokromik kronik sampai pemeriksaan
seksama telah dibuat terhadap 32 saluran makanan yang lebih proksimal.
Kehilangan darah akut dapat terjadi pada hemorrhoid interna. Anemia kronik atau
darah samar dalam feses dengan adanya hemorrhoid besar namun tidak jelas
berdarah, memerlukan pencarian untuk polip, kanker atau ulkus. Hemorhoid
berespons terhadap terapi konservatif seperti sitz bath atau bentuk lain seperti
panas yang lembab, suppositoria, pelunak feses, dan tirah baring. Hemorrhoid
interna yang prolaps secara permanen yang terbaik diobati secara bedah, derajat
lebih ringan dari prolaps atau pembesaran dengan pruritus ani atau pendarahan
intermitten dapat diatasi dengan pengikatan atau injeksi larutan sklerosing.
Hemorrhoid eksterna yang mengalami tombosis akut diobati dengan insisi,
ekstraksi bekuan dan kompresi daerah yang diinsisi setelah pengangkatan bekuan.
Tidak ada prosedur yang sebaiknya dilakukan dengan adanya radang anus akut,
proktitis ulserativa, atau colitis ulserativa. Proktoskopi atau kolonoskopi
sebaiknya selalu dilakukan sebelum hemorrhoidektomi. (Isselbacher, dkk,2000)
Terapi hemorrhoid non medis dapat berupa perbaikan pola hidup, makan
dan minum, perbaikan cara/pola defekasi (buang air besar). Memperbaiki defekasi
merupakan pengobatan yang selalu harus ada dalam setiap bentuk dan derajat
hemorrhoid. Perbaikan defekasi disebut bowel management program (BMP) yang
terdiri dari diet, cairan, serat tambahan, pelicin feses dan perubahan perilaku
buang air. Dianjurkan untuk posisi jongkok waktu defekasi dan tindakan menjaga
33 kebersihan lokal dengan cara merendam anus dalam air selama 10-15 menit 3
kali sehari. Pasien dinasehatkan untuk tidak banyak duduk atau tidur, namun
banyak bergerak/jalan. Pasien harus banyak minum 30-40 cc/kgBB/hari, dan
harus banyak makan serat (dianjurkan sekitar 30 gram/hari) seperti buah-buahan,
sayuran, sereal dan bila perlu suplementasi serat komersial. Makanan yang terlalu
berbumbu atau terlalu pedas harus dihindari. (Merdikoputro, 2006)
b. Medis
1) Penatalaksanaan Koservatif
a) Koreksi konstipasi jika ada, meningkatkan konsumsi serat, laksatif, dan
menghindari obat-obatan yang dapat menyebabkan konstipasi seperti
kodein. (Daniel,W.J)
b) Perubahan gaya hidup lainnya seperti meningkatkan konsumsi cairan,
menghindari konstipasi dan mengurangi mengejan saat buang air besar.
c) Kombinasi antara anestesi lokal, kortikosteroid, dan antiseptik dapat
mengurangi gejala gatal-gatal dan rasa tak nyaman pada hemoroid.
Penggunaan steroid yang berlama-lama harus dihindari untuk mengurangi
efek samping. Selain itu suplemen flavonoid dapat membantu mengurangi
tonus vena, mengurangi hiperpermeabilitas serta efek antiinflamasi
meskipun belum diketahui bagaimana mekanismenya. (Acheson, A.G)
2) Pembedahan
Apabila hemoroid internal derajat I yang tidak membaik dengan
penatalaksanaan konservatif maka dapat dilakukan tindakan pembedahan.
HIST (Hemorrhoid Institute of South Texas) menetapkan indikasi tatalaksana
pembedahan hemoroid antara lain : (Acheson, A.G)
a) Hemoroid internal derajat II berulang
b) Hemoroid derajat III dan IV dengan gejala
c) Mukosa rektum menonjol keluar anus
d) Hemoroid derajat I dan II dengan penyakit penyerta seperti fisura
e) Kegagalan penatalaksanaan konservatif
f) Permintaan pasien
Pembedahan yang sering dilakukan yaitu : (Halverson, A &
Acheson, A.G)
a) Skleroterapi
b) Rubber band ligation
c) Infrared thermocoagulation
d) Bipolar Diathermy
e) Laser haemorrhoidectomy
f) Doppler ultrasound guided haemorrhoid artery ligation
g) Cryotherapy
h) Stappler Hemorrhoidopexy
B. Konsep Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah serangkaian tindakan sistematis berkesinambungan, yang
meliputi tindakan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan individu atau kelompok,
baik actual maupun potensial kemudian merencanakan tindakan untuk menyelesaikan,
mengurangi, atau mencegah terjadinya masalah baru dan melaksanakan tindakan atau
menugaskan orang lain untuk melaksanakan tindakan keperawatan serta mengevaluasi
keberhasilan dari tindakan yang dikerjakan.
1. Pengkajian
a. Biodata
1) Identitas Pasien : Nama/Inisial, umur, jenis kelamin, status, agama, pekerjaan,
pendidikan, alamat, no MR, ruang rawat, tanggal masuk, tanggal pengkajian.
2) Identitas Penanggung Jawab : Nama/Inisial, umur, jenis kelamin, hubungan
keluarga, pekerjaan, alamat.
b. Alasan Masuk/Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan hal yang pertama kali dikeluhkan klien kepada
perawat / pemeriksa.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang merupakan pengembangan dari keluhan utama
yang mencakup PQRST. Adapun hal – hal yang harus diperhatikan saat
melakukan pengkajian riwayat kesehatan sekarang klien, yaitu :
- Apakah ada rasa gatal, panas / terbakar dan nyeri pada saat defekasi.
- Adakah nyeri abdomen.
- Apakah ada perdarahan di rectum, seberapa banyak, seberapa sering, dan
apa warnanya (merah segar atau warna merah tua).
- Bagaimana pola eliminasi klien, apakah seing menggunakan laktasif atau
tidak.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Tanyakan pada klien apakah dahulu pernah mengalami hal yang sama, kapan
terjadinya, bagaimana cara pengobatannya. Apakah memiliki riwayat penyakit
yang dapat menyebabkan hemoroid atau yang dapat menyebabkan kambuhnya
hemoroid.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Tanyakan apakah keluarga klien memiliki riwayat penyakit menular (seperti
TBC, HIV/AIDS, hepatitis, dll) maupun riwayat penyakit keturunan (seperti
hipertensi, Diabetes, asma, dll).
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum Klien
Penampilan klien, ekspresi wajah, bicara, mood, berpakaian dan kebersihan
umum, tinggi badan, BB, gaya berjalan.
2) Tanda-tanda Vital
Pemeriksaan pada tanda-tanda vital mencakup : suhu, nadi, pernapasan dan
tekanan darah.
Pemeriksaan fisik pada pasien hemoroid biasanya seperti pemeriksaan
fisik pada umumnya, tetapi pada saat pemeriksaan rectum dilakukan hal – hal
sebagai berikut :
Pasien dibaringkan dengan posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk
dan dada menempel pada tempat tidur (posisi genupectoral / kneechest).
a) Inspeksi
- Pada inspeksi lihat apakah ada benjolan sekitar anus
- Apakah benjolan terlihat saat prolaps
- Bagaimana warnanya, apakah kebiruan, kemerahan, atau kehitaman.
- Apakah benjolan tersebut terletak diluar atau didalam (internal /
eksternal)
b) Palpasi
Palpasi dilakukan dengan menggunakan sarung tangan dan vaselin
dengan melakukan rektal taucher, dengan memasukan satu jari
kedalam anus. Apakah ada benjolan, apakah benjolan tersebut lembek,
lihat apakah ada perdarahan.
e. Pengkajian Fokus
1) Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan.
- Keadaan lingkungan yang tenang (nyaman)
- Pengetahuan tentang perawatan post operasi.
- Apa harapan klien setelah operasi.
2) Pola nutrisi metabolik
- Kepatuhan diet.
3) Pola eliminasi
- Perdarahan
- Pola buang air besar dan buang air kecil.
- Mengejan
- Kebersihan setelah buang air besar dan buang air kecil.
4) Pola aktivitas dan latihan
- Aktivitas yang menimbulkan nyeri
- Kelemahan
5) Pola tidur dan istirahat
- Gangguan tidur akibat nyeri
6) Pola persepsi kognitif
- Tindakan yang dilakukan bila timbul nyeri.
7) Pola persepsi dan konsep diri
- Kecemasan
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan
dengan pasien mengeluh nyeri , tampak meringis, bersikap protektif (waspada,
posisi menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur, tekanan
darah meningkat.
b. Konstipasi berhubungan dengan perubahan kebiasaan defekasi dibuktikan dengan
defekasi kurang dari 2 kali seminggu, pengeluaran feses lama dan sulit, feses
keras, peristaltik menurun
c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi dibuktikan
dengan klien menanyakan masalah yang sedang dihadapi, menunjukkan perilaku
tidak sesuai anjuran
d. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional dibuktikan dengan klien merasa
khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi, tampak tegang, gelisah dan
sulit tidur
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional

1 Nyeri akut/kronis Setelah dilakukan intervensi 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Menentukan pilihan
berhubungan dengan agen keperawatan selama … x 24 durasi, frekuensi, kualitas, intervensi yang diberikan
pencedera fisiologis jam maka tingkat nyeri intensitas nyeri, dan skala nyeri 2. Untuk mengetahui tingkat
dibuktikan dengan pasien menurun, dengan kriteria hasil 2. Identifikasi respon nyeri non ketidaknyamanan dirasakan
mengeluh nyeri , tampak : verbal oleh klien
meringis, bersikap protektif - Keluhan nyeri menurun 3. Identifikasi factor yang 3. Untuk memilih metode
(waspada, posisi - Meringis menurun memperberat dan memperingan untuk mengatasi atau
menghindari nyeri), gelisah, - Gelisah menurun nyeri mengurangi nyeri
frekuensi nadi meningkat, - Kesulitan tidur menurun 4. Berikan teknik nonfarmakologis 4. Untuk mengalihkan
sulit tidur, tekanan darah untuk mengurangi rasa nyeri (mis. perhatian pasien dari rasa
meningkat. TENS, hypnosis, akupresur, terapi nyeri dan untuk mengurangi
music, biofeedback, terapi pijat, tingkat nyeri yang
aromaterapi, teknik imajinasi dirasakan klien.
terbimbing, kompres hangat / 5. Lingkungan yang nyaman
dingin) dapat meringankan rasa
5. Kontrol lingkungan yang nyeri
memperberat rasa nyeri (mis. 6. Untuk memberikan
suhu ruangan, pencahayaan, pencegahan secara dini agar
kebisingan) rasa nyeri tidak meningkat
6. Jelaskan penyebab, periode, dan 7. Pemberian analgetik yang
pemicu nyeri tepat dapat mengurangi
7. Kolaborasi pemberian analgetik, nyeri dengan cepat
jika perlu

2 Konstipasi berhubungan Setelah dilakukan intervensi 1. Identifikasi tanda dan gejala 1. Menentukan tingkat
dengan perubahan kebiasaan keperawatan selama … x 24 konstipasi konstipasi yang diderita
defekasi dibuktikan dengan jam maka eliminasi fekal 2. Berikan air hangat setelah makan klien
defekasi kurang dari 2 kali membaik, dengan kriteria 3. Jadwalkan waktu defekasi 2. Air hangat membantu
seminggu, pengeluaran feses hasil : bersama pasien meningkatkan kenyamanan
lama dan sulit, feses keras, - Kontrol pengeluaran 4. Jelaskan jenis makanan yang klien
peristaltik menurun feses membaik membantu meningkatkan 3. Jadwal defekasi yang
- 5Keluhan defekasi lama keteraturan peristaltik usus teratur dapat mengubah
dan sulit menurun 5. Anjurkan mengkonsumsi makanan pola defekasi menjadi lebih
- Mengejan saat defekasi yang tinggi serat baik
menurun 6. Anjurkan meningkatkan aktivitas 4. Makanan tertentu dapat
- Distensi abdomen fisik sesuai toleransi meningkatkan keteraturan
menurun 7. Kolaborasi pemberian obat peristaltik usus sehingga
- Konsistensi feses supositoria membantu mengatasi
membaik konstipasi
- Frekuensi BAB membaik 5. Makanan tinggi serat
- Peristaltik usus membaik membantu membuat
konsistensi feses menjadi
lunak
6. Aktivitas fisik dapat
meningkatkan peristaltik
atau pergerakan usus
7. Obat supositoria dapat
diberikan untuk membantu
pengeluaran feses dengan
cepat

3 Defisit pengetahuan Setelah dilakukan intervensi 1. Identifikasi kesiapan dan 1. Menentukan status
berhubungan dengan kurang keperawatan selama … x …. kemampuan menerima informasi kesiapan belajar klien
terpapar informasi jam maka tingkat pengetahuan 2. Sediakan materi dan media 2. Materi dan media
dibuktikan dengan klien meningkat dengan kriteria pendidikan kesehatan membantu klien
menanyakan masalah yang hasil : 3. Jadwalkan pendidikan kesehatan memahami penjelasan
sedang dihadapi, - Verbalisasi minat dalam sesuai kesepakatan yang diberikan
menunjukkan perilaku tidak belajar 4. Jelaskan pengertian, penyebab, 3. Waktu belajar yang
sesuai anjuran - Persepsi yang keliru tanda dan gejala, prognosis terjadwal memungkinkan
terhadap masalah penyakit dengan bahasa yang klien untuk lebih
menurun sederhana memahami materi yang
- Pertanyaan tentang 5. Jelaskan kemungkinan timbulnya diberikan
masalah yang dihadapi komplikasi 4. Meningkatkan pemahaman
menurun 6. Ajarkan cara meredakan atau tentang penyakitnya
- Perilaku sesuai dengan mengatasi gejala yang timbul 5. Meningkatkan
pengetahuan meningkat 7. Informasikan kondisi klien saat ini kewaspadaan klien
8. Jelaskan faktor risiko yang harus terhadap komplikasi yang
dihindari oleh klien mungkin timbul
9. Berikan kesempatan kepada klien 6. Meningkatkan kenyamanan
untuk bertanya klien
7. Agar klien dapat menerima
kondisinya saat ini
8. Meningkatkan pengetahuan
dan kesadaran klien untuk
menghindari faktor risiko
penyakitnya
9. Agar mendapatkan
feedback sejauh mana
pemahaman klien tentang
materi atau penjelasan
yang diberikan.

4 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan intervensi 1. Monitor tanda-tand 1. Untuk menentukan tingkat
dengan krisis situasional keperawatan selama ….x 24 2. Temani klien untuk mengurangi ansietas klien
dibuktikan dengan klien jam, maka tingkat ansietas kecemasan 2. Kesepian da
merasa khawatir dengan menurun dengan kriteria 3. Pahami situasi yang membuat 3. Hindari atau kurangi situasi
hasil:
akibat dari kondisi yang ansietas yang membuat klien cemas
- Verbalisasi khawatir
dihadapi, tampak tegang, 4. Gunakan pendekatan yang tenang 4. Perasaan tenang akan
akibat kondisi yang
gelisah dan sulit tidur dan meyakinkan tercipta saat klien merasa
dihadapi menurun
5. Informasikan secara faktual yakin dan percaya terhadap
- Perilaku tegang menurun
mengenai diagnosis, pengobatan, penjelasan/tindakan yang
- Perilaku gelisah menurun
dan prognosis dilakukan oleh perawat
- Pola tidur membaik
6. Anjurkan mengungkapkan 5. Meningkatkan peng
perasaan dan persepsi 6. Menyatakan dengan jelas
7. Latih teknik relaksasi harapan terhadap prilaku
8. Kolaborasi pemberian obat pasien
antiansietas 7. Tekhnik relaksasi
membantu mengurasi rasa
cemas klien
8. Pemberian obat antiansietas
dapat diberikan untuk
mengurangi kecemasan
klien jika diperlukan
d Evaluasi Keperawatan
1) Dx 1 : Nyeri berkurang/terkontrol
2) Dx 2 : Pengeluaran feses lancar
3) Dx 3 : Pengetahuan pasien meningkat
4) Dx 4 : Perasaan cemas teratasi

Anda mungkin juga menyukai