Anda di halaman 1dari 24

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam anal kanal. Hemoroid

sangat umum terjadi. Pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luas vena yan terkena. Hemoroid juga biasa terjadi pada wanita hamil. Tekanan intra abdomen yang meningkat oleh karena pertumbuhan janin dan juga karena adanya perubahan hormon menyebabkan pelebaran vena hemoroidalis. Pada kebanyakan wanita, hemoroid yang disebabkan oleh kehamilan merupakan hemoroid temporer yang berarti akan hilang beberapa waktu setelah melahirkan. Hemoroid diklasifiksasikan menjadi dua tipe. Hemoroid internal yaitu hemoroid yang terjadi diatas stingfer anal sedangkan yang muncul di luar stingfer anal disebut hemorod eksternal. (brunner & suddarth, 1996) Kedua jenis hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35% penduduk. Hemoroid bisa mengenai siapa saja, baik laki-laki maupun wanita. Insiden penyakit ini akan meningkat sejalan dengan usia dan mencapai puncak pada usia 4565 tahun. Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat menyebabkan perasaan yang sangat tidak nyaman. Berdasarkan hal ini kelompok tertarik untuk membahas penyakit hemoroid.

B.

Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah : 1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang definisi, etiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan pada klien hemoroid. 2. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada klien hemoroid. 3. Mahasiswa dapat menambah wawasan baru mengenai angka kejadian penyakit hemoroid.

BAB II PEMBAHASAN

A.

Definisi Hemoroid Hemoroid adalah dilatasi pleksus vena yang mengitari area rektal dan anal.

Dilatasi ini sangat sering dan terjadi pada individu yang rentan karena peningkatan tekanan yang menetap dalam pleksus vena hemoroidal. Hemoroid sering bersamaan dengan jenis kelainan lain, khususnya varises. (Patofisiologi Untuk Keperawatan, Dr. Jan Tambayong) Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dengan kanal anal. Pada usia 50 an, 50 % individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luasnya vena yang terkena. Kehamilan diketahui mengawali atau memperberat adanya hemoroid. Hemoroid di klasifikasikan menjadi dua tipe hemoroid. Hemoroid internal, yaitu hemoroid yang terjadi diatas sfingter anal sedangkan yang muncul diluar sfingter anal disebut Hemoroid eksternal. ( keperawatan Medikal-Bedah, 2002, Brunner and suddarth ) Hemoroid merupakan vena varikosa pada kanalis anidan dibagi menjadi dua yaitu hemoroid interna dan eksterna. Hemoroid interna merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media, sedangkan hemoroid eksterna merupakan varises vena hemoroidalis inferior.

Hemoroid memiliki klasifikasi sebagai berikut : 1. Hemoroid eksterna : a. Akut Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anusdan sebenarnya merupakan suatu hematoma walaupun disebut sebagai hemoroid trombosis eksternal akut. Bentuk ini sering terasa sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri. Kadangkadang perlu membuang trombus dengan anastesi lokal, atau dapat di obati dengan kompres duduk panas dan analgesik. b. Kronis Hemoroid kronis atau skin tag biasanya merupakan sekuele dari hematom akut. Hemoroid ini berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan ikat dan sedikit pembuluh darah. 2. Hemoroid Interna a. Derajat I Derajat I (dini) tidak menonjol melalui kanalis ani hanya dapat dideteksi melalui pemeriksaan prostokopi. Lesi ini biasanya terletak pada posterior kanan dan kiri serta anterior kanan, mengikuti penyebaran cabang-cabang vena hemoroidalis superior, dan tampak sebagai pembengkakan globular kemerahan

b. Derajat II Derajat II mengalami Prolaps melalui kanalis ani setelah defekasi, hemoroid ini dapat mengecil secara spontan atau dapat direduksi ( dikembalikan kedalam secara manual. c. Derajat III Derajat III mengalami prolaps secara permanen. ( Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit, 2006, Sylvia A. Prince ) Hemoroid adalah jaringan normal yang terdapaat pada semua orang, yang terdiri atas pleksus arteri-vena, berfungsi sebagai katub dalam saluran anus, untuk membantu fungsi sfingter anus, mencegah inkontinensia flatus dan cairan.

B.

Etiologi Ada beberapa penyebab diantaranya Herediter merupakan penyebab hemoroid

yang menurunkan kelemahan dinding pembuluh darah. Banyak anatomi antar pleksus, terhambatnya aliran vena vleksus hemoroidalis superior yang menuju ke vena portal, pekerjaan juga merupakan salah satu penyebab terjadinya hemoroid, misalnya terlalu lama duduk atau berdiri. Dari nutrisi misalnya kurang makanan berserat seperti buah-buahan dan sayur-sayuran, peningkatan tekanan intra abdomen dan penyakit lain yang meyebabkan hemoroid seperti hipertensi portal.

C.

Patofisiologi Berawal dari karena sering terjadi penekanan didalam usus besar ( Mengedan

saat defekasi, Konstipasi menahun, Kehamilan ) hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan intra abdomen dan penekanan vena hemoroid, penakanan tersebut terjadi ketika rectum melebar lalu terisi oleh sesuatu yang keras seperti feses keras yang disebabkan oleh kurangnya konsumsi serat, hal inilah yang menjadikan sumbatan, jika sumbatan tersebut berlangsung terus menerus, dapat menyebabkan terjadi

pelebaran pada vena hemoroid yang permanen. Dan akibat dari pada itu terjadi thrombosis, distensi, dan perdarahan dapat terjadi. Hemoroid dikatakan sebagai penyakit keturunan. Namun sampai saat ini belum terbukti kebenarannya. Akhir-akhir ini, keterlibatan bantalan anus (anal cushion) makin dipahami sebagai dasar terjadinya penyakit ini. Bantalan anus merupakan jaringan lunak yang kaya akan pembuluh darah. Agar stabil, kedudukannya disokong oleh ligamentum Treitz dan lapisan muskularis submukosa. Bendungan dan hipertrofi pada bantalan anus menjadi mekanisme dasar terjadinya hemoroid. Pertama, kegagalan pengosongan vena bantalan anus secara cepat saat defekasi. Kedua, bantalan anus terlalu mobile, dan ketiga, bantalan anus terperangkap oleh sfingter anus yang ketat. Akibatnya, vena intramuskular kanalis anus akan terjepit (obstruksi). Proses pembendungan diatas diperparah lagi apabila seseorang mengedan atau adanya feses yang keras melalui dinding rektum. Selain itu, gangguan rotasi bantalan anus juga menjadi dasar terjadinya keluhan hemoroid. Dalam keadaan normal, bantalan anus menempel secara longgar pada lapisan otot sirkuler. Ketika defekasi, 6

sfingter interna akan relaksasi. Kemudian, bantalan anus berotasi ke arah luar (eversi) membentuk bibir anorektum. Faktor endokrin, usia, konstipasi dan mengedan yang lama menyebabkan gangguan eversi pada bantalan tersebut. Mitos di masyarakat, hemoroid mudah terjadi pada ibu hamil ternyata benar. Tak pelak, kehamilan menjadi faktor pencetus hemoroid. Mengapa demikian? Pertama, hormon kehamilan mengurangi fungsi penyokong dari otot dan ligamentum di sekitar bantalan. Kedua, terjadi peningkatan vaskuler di daerah pelvis. Ketiga, seringnya terjadi konstipasi pada masa kehamilan. Dan terakhir adalah kerusakan kanalis anus saat melahirkan pervaginam.

D.

Manifestasi Klinik Manifestasi klinik atau tanda atau gejala dari hemoroid adalah rasa gatal dan

nyeri, dan sering menyebabkan pendarahan berwarna merah terang pada saat defekasi. Hemoroid eksternal dihubungkan dengan nyeri hebat akibat inflamasi dan edema yang disebabkan trombosis. Trombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid. Ini menimbulkan iskemia pada area tersebut dan nekrosis. Hemoroid internal tidak selalu meninmbulkan nyeri sampai hemoroid ini membesar dan menimbulkan pendarahan prolaps.

Hemoroid memiliki klasifikasi menurut gejala yang timbul diantaranya : Derajat I : Hemoroid yang terdapat pendarahan tetap tidak menjadi penonjolan pada lubang anus. Derajat II : Hemoroid yang terdapat benjolan pada saat defekasi tetapi hemoroid tersebut dapat masuk kembali secara spontan Derajat III : Hemoroid yang terdapat penonjolan pada saat defekasi tetapi masuknya hemoroid tersebut itu harus dibantu Derajat IV : Hemoroid yang sudah terjadi penonjolan secara menetap dan tidak dapat dimasukan kembali.

E.

Komplikasi Adapun komplikasi yang terjadi akibat penyakit ini adalah : 1. Anemia yang disebabkan karena perdarahan hebat oleh trauma pada saat defekasi. 2. Hipotensi disebabkan karena perdarahan yang keluar menyebabkan kerja jantung menurun.

F. 1.

Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan fisik yaitu inspeksi dan rektaltouche (colok dubur). Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat

diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, 8

selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum. 2. Pemeriksaan dengan teropong yaitu anoskopi atau rectoscopy. Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar. Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak ,besarnya dan keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus diperhatikan. 3. Pemeriksaan proktosigmoidoskopi Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Feses harus diperiksa terhadap adanya darah samar.

G.

Penatalaksanan
Menangani hemoroid tak perlu terus melakukan tindakan invasif. Dengan obat juga

dapat dilakukan. Namun, pemilihan jenis terapi (obat atau invasif) sangat bergantung dari keluhan penderita serta derajat hemoroidnya. Tidak ada indikasi mutlak dalam terapi

invasif dan diusahakan menjadi pilihan terakhir. Salah satu obat hemoroid adalah diosmin dan hesperidin yang dimikronisasi. Layaknya noreadrenalin, obat ini mengakibatkan kontraksi vena, menurunkan ekstravasasi dari kapiler dan menghambat reaksi inflamasi terhadap prostaglandin (PGE2, PGF2). Kehadiran obat ini tentu memberi angin segar bagi penderita hemoroid yang takut atau enggan dioperasi. Sebuah studi acak bahkan membuktikan obat ini sama efektif dengan rubber band ligation. Malah dengan efek samping lebih kecil. Bila obat sudah tak adekuat atau terjadi perdarahan dan prolaps, tindakan invasif menjadi pilihan terakhir. Prinsip dari tindakan invasif ada 2 yaitu fiksasi dan eksisi. Fiksasi dilakukan pada derajat I dan II. Dan selebihnya adalah eksisi . Fiksasi terdiri dari:.

1. Skleroterapi.
Dilakukan untuk menghentikan perdarahan. Metode ini menggunakan zat sklerosan yang disuntikan para vasal. Setelah itu, sklerosan merangsang pembentukan jaringan parut sehingga menghambat aliran darah ke vena-vena hemoroidalis. Akibatnya, perdarahan berhenti. Sklerosan yang dipakai adalah 5% phenol in almond oil dan 1% polidocanol. Metode ini mudah dilaksanakan, aman dan memberikan hasil baik.

2. Rubber band ligation.


Kerja dari metode ini adalah akan mengabliterasi lokal vena hemoroidalis sampai terjadi ulserasi (7-10 hari) yang diikuti terjadinya jaringan parut (3-4 minggu). Prosedur ini dilakukan pada hemoroid derajat 1-3.

10

3. Infrared thermocoagulation.
Prinsipnya adalah mendenaturasi protein melalui efek panas dari infrared, yang selanjutnya mengakibatkan jaringan terkoagulasi. Untuk mencegah efek samping dari infrared berupa kerusakan jaringan sekitar yang sehat, maka jangka waktu paparan dan kedalamannya perlu diukur akurat. Metode ini diperuntukkan pada derajat 1-2.

4. Laser haemorrhoidectomy.
Metode ini mirip dengan infrared. Hanya saja mempunyai kelebihan dalam kemampuan memotong. Namun, biayanya mahal.

5. Doppler ultrasound guided haemorrhoid artery ligation.


Metode ini menjadi pilihan utama saat terjadi perdarahan karena dapat mengetahui secara tepat lokasi arteri hemoroidalis yang hendak dijahit.

6. Cryotherapy.
Metode ini kurang direkomendasikan karena seringkali kurang akurat dalam menentukan area freezing. Sedangkan eksisi dapat dilakukan dengan beberapa teknik yaitu St. Marks Milligan Morgan Technique, Submucosal Haemorrhoidectomy (Parks method), dan yang terbaru adalah Circular Stapler Anopexy (teknik Longo). Teknik Circular Stapler Anopexy atau dikenal dengan Procedure for Prolapse and Haemorrhoids (PPH) baru dikembangkan sekitar tahun 1993. Teknik ini bekerja dengan mendorong jaringan hemoroid yang merosot ke arah atas dan dijahitkan ke selaput lendir dinding anus. Kemudian sebuah gelang dari bahan titanium diselipkan di jahitan dan ditanamkan di

11

bagian atas saluran anus untuk mengokohkan posisi jaringan hemoroid tersebut. PPH memiliki beberapa keuntungan dibandingkan operasi konvensional diantaranya, nyeri minimal karena tindakan dilakukan di luar bagian sensitif, tindakan cepat karena hanya menghabiskan 12-45 menit, dan pasien dapat pulih lebih cepat pasca operasi. Namun risiko perdarahan, trombosis, serta penyempitan saluran anus masih dapat terjadi. Kontraindikasi PPH adalah fistula anus, bengkak, gangren, penyempitan anus, prolaps jaringan hemoroid yang tebal, serta pada pasien dengan gangguan koagulasi (pembekuan darah).

H.

Pencegahan Pencegahan untuk wasir meliputi : Minum banyak air, makan makanan yang mengandung banyak serat (buah, sayuran, sereal, suplemen serat, dll) sekitar 20-25 gram sehari Olahraga Mengurangi mengedan Menghindari penggunaan laksatif (perangsang buang air besar) Membatasi mengedan sewaktu buang air besar. Penggunaan celana dalam yang ketat dapat mencetuskan terjadinya wasir dan dapat mengiritasi wasir yang sudah ada. Penggunaan jamban jongkok juga sebaiknya dihindari.

12

I. 1.

HAEMORHOID PADA KEMAHAMILAN Pengertian Haemorhoid Pada Kemahamilan Piere A.Grace & Neil R. Borley (2007:104) mengemukakan bahwa hemoroid

adalah pembengkakan submukosa pada lubang anus yang mengandung pleksus vena, arteri kecil dan jaringan areola yang melebar. Interna: hanya melibatkan jaringan lubang anus bagian atas. Eksterna: melibatkan jaringan lubang anus bagian bawah. Hemoroid adalah varises pada anus (Geri Morgan, 2009:207). Hemoroid adalah pelebaran vena (varises) di dalam plexus hemorodialis yang bukan merupakan keadaan patologik. Hanya bila menyebabkan keluhan atau penyulit diperlukan tindakan (Syamsuhidajat, 1997). Hemoroid terlihat seperti bantalan jaringan dari varikosis vena yang merupakan insufisiensi kronik vena yang terdapat di daerah anus. Bila terjadi infeksi hemoroid dapat menimbulkan perasaan gatal, sakit dan berdarah terutama sesudah buang air besar yang mengeras. Secara umum hemoroid dibagi dua, yaitu hemoroid interna dan hemoroid eksternal. a. Hemoroid interna, dimana terjadi varises pada fleksus hemorodialis inferior, dibawah linea dentate dan tertutup oleh kulit. Hemoroid interna, pembengkakan terjadi di dalam rektum sehingga tidak bisa dilihat atau diraba. Pembengkakan jenis ini tidak menimbulkan rasa sakit karena hanya ada sedikit saraf di daerah rektum. Tanda yang dapat diketahui adalah perdarahan saat buang air besar. Masalahnya jadi tidak sederhana lagi, bila 13

hemoroid internal ini membesar dan ke luar ke bibir anus yang menyebabkan kesakitan. Hemoroid yang terlihat berwarna merah muda setelah sembuh dapat masuk sendiri, tetapi bisa juga di dorong masuk. Secara klinis hemoroid interna dibagi atas 4 derajat, yaitu: 1. Hemoroid interna derajat 1. Ini meupakan hemoroid stadium awal. Hemoroid ini hanya berupa benjolan di dalam kanalis anal pada saat vena-vena mengalami distensi ketika defekasi. 2. Hemoroid interna derajat 2. Hemoroid berupa tonjolan yang lebih besar, yang tidak hanya menonjol kedalam kanalis anal, tapi juga turun ke bawah ke arah lubang anus. Benjolan ini muncul keluar ketika penderita mengejan, tapi secara spontan masuk kembali ke dalam kanalis apabila proses defekasi telah selesai. 3. Hemoroid interna derajat 3. Benjolan hemoroid tidak dapat masuk kembali secara spontan. Benjolan baru masuk kembali setelah dikembalikan dengan tangan kedalam anus. 4. Hemoroid interna derajat 4. Hemoroid yang telah berlangsung sangat lama dengan bagian yang tertutup kulit cukup luas, sehingga tidak dapat dikembalikan dengan baik ke alam kanalis anal. Tabel 1: Pembagian derajat interna Derajat Hemoroid Interna Reposisi b. Hemoroid eksternal, dimana terjadi vaarises pada fleksusuhemorodialis superior, diatas linea dentate dan tertutup oleh mukosa. Hemoroid eksternal menyerang anus sehingga menimbulkan rasa sakit, perih dan gatal. Jika 14

terdorong ke luar oleh tinja, hemoroid ini dapat mengakibatkan trombosis, yang menjadikannya berwarna biru-ungu. (Sarwono,

2009:825). Hemoroid eksterna diklasifikasikan sebagai akut dan kronik. a. Hemoroid eksterna akut. Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan hematoma. Walapun disebut sebagai hemoroid trombosis eksterna akut. Bentuk ini sering sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri. b. Hemoroid eksterna kronik. Disebut juga skin berupa satu atau lebih lipatan kulit yang terdiri dari jaringan penyambung sedikit pembuluh darah.

2.

Etiologi dan Faktor Predisposisi Prevalensi hemorrhoid pada wanita hamil menurut data dari klinik di negara

Eropa sekitar 38-85%. Pada 80% kasus terjadi pada kehamilan pertama trimester ke 2 atau ke 3 Hemoroid memiliki faktor resiko yang cukup banyak antara lain: a. b. Kurangnya mobilisasi Konstipasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami kesulitan BAB sehingga terkadang harus mengejan dikarenakan feses yang mengeras, berbau lebih busuk dan berwarna lebih gelap dari biasanya dan frekuensi BAB lebih dari 3 hari sekali. Pada obstipasi atau kontipasi kronis diperlukan waktu mengejan yang lebih lama. Hal ini mengakibatkan peregangan 15

muskulus spchinter ani terjadi berulang kali, dan semakin lama penderita mengejan maka akan membuat peregangannya bertambah buruk. c. Cara buang air besar yang tidak benar BAB dengan posisi jongkok yang terlalu lama. Hal ini akan meningkatkan tekanan vena yang akhirinya mengakibatkan pelebaran vena. d. e. f. Kurang minum, kurang memakan makanan berserat (sayur dan buah) Faktor genetika Faktor pekerjaan Orang yang harus berdiri, duduk lama atau harus mengangkat barang berat mempunyai predisposisi untuk terkena hemoroid. g. Kehamilan Varises rektum, atau hemoroid, memburuk selama masa hamil akibat: Peningkatan tekanan vena pada vena panggul disebabkan tekanan uterus yang membesar, efek relaksasi progesteron pada dinding dan katup vena, disekitar jaringan otot dan usus besar, trauma akibat mengejan selama persalinan kala dua dan tekanan dari bayi serta distensi saat kelahiran. h. Riwayat Keluarga Pigot et al., menyatakan bahwa seseorang yang memilki riwayat keluarga pernah menderita hemoroid memiliki resiko 5, 17 kali menderita hemoroid. i. Penyakit yang menyebabkan tekanan intraabdomen (tumor abdomen, tumor usus), dan sirosis hati (Simadibrata, 2006).

16

3.

Patofisiologi Pemeriksaan Klinik Perubahan fisiologis selama kehamilan akan mempercepat

munculnya penyakit. Saluran dubur terdiri dari tiga bantalan fibrovascular (jaringan ikat dan pembuluh darah) yang ditunjang oleh jaringan konektif yang terdiri otot longitudinal dan sphincter internal (jaringan otot melingkar untuk mengatur keluarnya kotoran/buang air besar). Pada kehamilan karena pengaruh kenaikan hormon seks dan bertambahnya volume darah, menyebabkan pelebaran pada pembuluh darah vena di daerah dubur. Begitu pula akibat penekanan janin dalam rahim pada pembuluh darah vena di daerah panggul akan mengakibatkan pembendungan. Ditambah lagi dengan pengejanan waktu buang air besar yang sering terjadi pada wanita hamil karena konstipasi (sulit buang air besar), akan meyebabkan terjadinya prolaps (keluar dari dubur) hemorrhoid.

4.

Tanda dan Gejala Serta Komplikasi

Tanda dan Gejala a. Perdarahan di daerah dubur yang bisa keluar berupa tetesan, tetapi juga bisa mengalir deras. Darah berwarna merah muda dan biasanya penderita tidak merasakan sakit. b. Setelah buang air besar biasanya ada sensasi rasa mengganjal. Kondisi ini menciptakan kesan bahwa proses buang air besar belum berakhir, sehingga

17

seseorang mengejan lebih kuat. Tindakan ini justru membuat hemoroid semakin parah. c. Karena bagian yang terasa nyeri di dubur sulit dibersihkan, virus akan sangat mudah menyerang dan menyebabkan infeksi kulit yang memicu gatal.

5.

Komplikasi Komplikasi dari hemoroid yang paling sering adalah perdarahan, trombosis dan

strangulasi. Hemoroid yang mengalami strangulasi adalah hemoroid yang mengalami prolapsus dimana suplai darah dihalangi oleh sfingter ani. Keadaan trombosis dapat menyebabkan nyeri yang hebat dan dapat menyebabkan nekrosis mukosa dan kulit yang menutupinya (Dardjat). Wasir tidak terlalu membahayakan, baik bagi ibu hamil maupun bagi janinnya. Meskipun sering keluar darah dari duburnya namun tak akan menularkan penyakit kepada janin, karena wasir sama sekali tidak berhubungan langsung dengan janin yang keluar melalui vagina. Ibu akan mengalami ketidaknyamanan sehingga aktivitasnya sehari-hari menjadi terganggu dan ia tidak menjalani kehamilannya dengan nyaman akibat perih yang ia rasakan. Bahaya wasir pada wanita hamil adalah timbulnya pendarahan yang bisa mengakibatkan anemia. Tetapi wasir bukan penghalang bagi ibu hamil yang ingin melahirkan normal meskipun wasir yang ia derita berada padagrade 3. Jika memang nantinya harus digunting, maka saat pengguntingan bisa diatur arahnya. Misalnya tidak menggunting ke arah anus tetapi ke sampingnya. Jika menggunting ke arah anus dikhawatirkan akan terjadi pendarahan. 18

6.

Penatalaksanaan

1. Subyektif a. Riwayat mungkin termasuk 1) Riwayat keluarga 2) Riwayat pribadi menderita hemoroid 3) Multiparitas 4) Peningkatan usia 5) Obesitas 6) Sembelit atau mengejan saat buang air besar 7) Duduk untuk jangka waktu yang lama b. Keluhan prolaps perianal atau benjolan, pruritus, rasa tidak nyaman, sakit, bengkak, atau pelepasan 1) sakit dubur lebih parah paling sering dikaitkan dengan trombosis atau celah dubur c. Klien dapat menggambarkan perdarahan perianal 1) tanpa rasa sakit, perdarahan merah terang pada permukaan kotoran pada saat buang air besar (diagnosa hemoroid internal) 2) perdarahan spontan (diagnosa hemoroid internal dan eksternal yang besar)

2. Objektif a. Hemoroid eksternal terlihat pada pemeriksaan, saat istirahat, atau ketika berbaring. 19

b.

Hemoroid Internal mungkin teraba pada pemeriksaan digital anal kanal, terlihat secara eksternal ketika prolaps, atau terlihat dengan anoskopi.

c.

Trombosis (massa biru atau ungu mengkilat; bekuan subkutan berdekatan dengan anus) atau infeksi (penampilan meradang) dapat terlihat.

d.

Tinja yang kotor mungkin perlu dicatat di mana pembengkakan komponen eksternal membuat kebersihan sulit.

3. Assessment Hemoroid 1) R / O anal fissures, kulit terlepas 2) R / O kondiloma acuminate 3) R / O abses perirectal 4) R / O pruritus ani idiopatik 5) R / O lesi kanker 6) R / O penyakit inflamasi usus Planning a. Tes Diagnostik 1) Memperoleh hemoglobin / hematokrit jika perdarahan yang terjadi sangat besar dan terus. b. Pengobatan / Manajemen 1) Mencoba untuk mengurangi wasir dengan tekanan digital lembut. 2) Anestesi Topikal: hemoroid supositoria dan salep dengan atau tanpa hidrokortison 20

Supositoria memasukkan satu per rektum sesuai kebutuhan, tiga sampai lima per hari, khususnya setiap pagi, pada waktu tidur, dan setelah setiap gerakan usus

Salep berlaku secara bebas dan dengan lembut menggosok ke daerah dubur, tiga sampai lima kali per hari, khususnya setiap pagi, pada waktu tidur dan setelah setiap gerakan usus

3) Sitz mandi (hangat atau dingin) selama 15 sampai 20 menit seperti yang diperlukan untuk kenyamanan, ketika perdarahan tidak ada 4) Paket es atau kompres dingin; mandi garam Epsom untuk membantu pengurangan 5) Kompres Astringent: dengan bantalan hazel, sesuai kebutuhan, untuk mengurangi ketidaknyamanan 6) Petroleum jelly atau supositoria gliserin per rektum untuk mempermudah buang air besar, sesuai kebutuhan 7) pelunak feses / pencahar, sesuai kebutuhan 8) Lihat Pendidikan Pasien c. Konsultasi 1) Misalnya pendarahan yang menyakitkan, besar, terjepit, atau wasir thrombosed atau lanjutan, merujuk klien ke konsultan bedah untuk evaluasi dan intervensi

21

d. Pendidikan Pasien 1) Menjelaskan pendekatan penyebab dan pengobatan untuk wasir dalam kehamilan 2) Menganjurkan klien untuk memperbaiki dan menghindari sembelit. 3) Ajari penggantian digital, jika mungkin 4) Memberikan saran tentang kebersihan dubur dengan hati-hati 5) Merekomendasikan elevasi pinggul sementara berbaring ke samping untuk mengurangi ketidaknyamanan, mengangkat kaki tempat tidur jika ditoleransi. e. Tindak lanjut 1) Klien menghubungi petugas kesehatan jika sakit menjadi parah, perdarahan terus berlangsung, atau tidak ada bantuan yang diperoleh dari tindakan terapeutik dalam satu minggu. Selain itu menilai kembali pada pertemuan rutin selanjutnya 2) Dokumen masalah yang berkelanjutan yang signifikan dengan wasir dalam catatan kemajuan dan daftar masalah.

22

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan Hemoroid adalah distensi vena di daerah anorektal. Sering terjadi namun kurang diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan perdarahan. Istilah hemoroid lebih dikenal sebagai ambeien atau wasir oleh masyarakat. Akibat dari adanya hemoroid adalah timbulnya rasa tidak nyaman. Hemoroid bukan saja mengganggu aspek kesehatan, tetapi juga aspek kosmetik bahkan sampai aspek sosial. Hemoroid mengakibatkan komplikasi,diantaranya adalah terjadi anemia dan hipotensi. Hemoroid juga dapat menimbulkan cemas pada penderitanya akibat ketidaktahuan tentang penyakit dan pengobatannya. Hemoroid terlihat seperti bantalan jaringan dari varikosis vena yang merupakan insufisiensi kronik vena yang terdapat di daerah anus. Bila terjadi infeksi hemoroid dapat menimbulkan perasaan gatal, sakit dan berdarah terutama sesudah buang air besar yang mengeras. Prevalensi hemorrhoid pada wanita hamil menurut data dari klinik di negara Eropa sekitar 38-85%.

23

DAFTAR PUSTAKA
Prince, Sylvia A. & Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisologi Konsep Klinis ProsesProses Penyakit. Jakarta. EGC. V. Walsh, Linda. 2007. Buku Ajar Kebidanan Komunitas Hal 90.Jakarta:EGC.$ Smeltzer, Suzanne C. & Brenda G. Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta. EGC. L., Winifred, dkk. 2001. Ambulatori Obstetrics third edition. San Fransisco: UCSF Nursing Press. Piere A.Grace & Neil R. Borley. 2007. At a Clance Ilmu Bedah edisi ketiga. Jakarta: Erlangga Moyet, Lynda Juall Carpenito, 2007. Buku Saku Diagnosa edisi 10. Jakarta. EGC Tambayong, dr. Jan. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta. EGC www.library.upnvj.ac.id/pdf/3d3keperawatanpdf/0910703010/bab2.pdf www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21797/4/Chapter%20II.pdf http://www.scribd.com/doc/24475703/REFERAT-Hemoroid http://obstetriginekologi.com/ibu-hamil-dengan-hemoroid Patofisiologi Hemoroid http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl

diahirawat-

24

Anda mungkin juga menyukai