DENGAN CA RECTI
3. Etiologi
Beberapa faktor risiko/faktor predisposisi terjadinya kanker rectum menurut
Smeltzer, Burke, Hinkle, dan Cheever (2010) sebagai berikut:
a. Diet rendah serat
Kebiasaan diet rendah serat adalah faktor penyebab utama, Bukitt (1971)
dalam Price & Wilson (2012) mengemukakan bahwa diet rendah serat dan
kaya karbohidrat refined mengakibatkan perubahan pada flora feses dan
perubahan degradasi garam-garam empedu atau hasil pemecahan protein
dan lemak, dimana sebagian dari zat-zat ini bersifat karsinogenik. Diet
rendah serat juga menyebabkan pemekatan zat yang berpotensi
karsinogenik dalam feses yang bervolume lebih kecil. Selain itu masa
transisi feses meningkat, akibat kontak zat yang berpotensi karsinogenik
dengan mukosa usus bertambah lama.
b. Lemak
Kelebihan lemak diyakini mengubah flora bakteri dan mengubah steroid
menjadi senyawa yang mempunyai sifat karsinogen.
c. Polip di usus (Colorectal polyps)
Polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam kolon atau rektum, dan
sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas. Sebagian besar polip
bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat menjadi
kanker.
d. Ulseratif Kolitis
Ulseratif kolitis merupakan faktor risiko yang jelas untuk kanker kolon
sekitar 1% dari pasien yang memiliki riwayat kronik ulseratif kolitis. Resiko
perkembangan kanker pada pasien ini berbanding terbalik pada usia terkena
kolitis dan berbanding lurus dengan keterlibatan dan keaktifan dari ulseratif
kolitis.
e. Penyakit Crohn
Pasien dengan kondisi yang menyebabkan peradangan pada kolon
(misalnya colitis ulcerativa atau penyakit Crohn) selama bertahun-tahun
memiliki risiko yang lebih besar. Pasien yang menderita penyakit crohn’s
mempunyai risiko tinggi untuk menderita kanker kolorektal tetapi masih
kurang jika dibandingkan dengan ulseratif kolitis. Keseluruhan insiden dari
kanker yang muncul pada penyakit crohn’s sekitar 20%. Pasien dengan
striktur kolon mempunyai insiden yang tinggi dari adenokarsinoma pada
tempat yang terjadi fibrosis. Adenokarsinoma meningkat pada tempat
strikturoplasty menjadikan sebuah biopsy dari dinding intestinal harus
dilakukan pada saat melakukan strikturoplasty. Telah dilaporkan juga
bahwa squamous sel kanker dan adenokarsinoma meningkat pada fistula
kronik pasien dengan crohn’s disease.
f. Riwayat Kanker
Sekitar 15% dari seluruh kanker kolon muncul pada pasien dengan riwayat
kanker kolorektal pada keluarga terdekat. Seseorang dengan keluarga
terdekat yang mempunyai kanker kolorektal mempunyai kemungkinan
untuk menderita kanker kolorektal dua kali lebih tinggi bila dibandingkan
dengan seseorang yang tidak memiliki riwayat kanker kolorektal pada
keluarganya.
4. Manifestasi Klinis
Kebanyakan orang asimtomatis dalam jangka waktu lama dan mencari
bantuan kesehatan hanya bila mereka menemukan perubahan pada kebiasaan
defekasi atau perdarahan rectal, (Smeltzer, Burke, Hinkle, & Cheever, 2010).
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen
usus tempat kanker berlokasi. Gejala yang paling menonjol adalah (Smeltzer,
Burke, Hinkle, & Cheever, 2010):
Ada 2 gambaran khas dari pemeriksaan colok dubur, yaitu indurasi dan adanya
suatu penonjolan tepi, dapat berupa :
a. Suatu pertumbuhan awal yang teraba sebagai indurasi seperti cakram yaitu
suatu plateau kecil dengan permukaan yang licin dan berbatas tegas.
b. Suatu pertumbuhan tonjolan yang rapuh, biasanya lebih lunak, tetapi
umumnya mempunyai beberapa daerah indurasi dan ulserasi.
c. Suatu bentuk khas dari ulkus maligna dengan tepi noduler yang menonjol
dengan suatu kubah yang dalam (bentuk ini paling sering).
d. Suatu bentuk karsinoma anular yang teraba sebagai pertumbuhan bentuk
cincin.
3. Barium Enema
Yaitu Cairan yang mengandung barium dimasukkan melalui rektum
kemudian dilakukan seri foto x-rays pada traktus gastrointestinal bawah.
Sering digunakan untuk deteksi atau konfirmasi ada tidaknya dan lokasi
tumor. Bila medium kontras seperti barium dimasukkan kedalam usus
bagian bawah, kanker tampak sebagai massa mengisi lumen usus,
konstriksi, atau gangguan pengisian. Dinding usus terfiksir oleh tumor, dan
pola mukosa normal hilang. Meskipun pemeriksaan ini berguna untuk
tumor kolon, sinar-X tidak nyata dalam mendeteksi rektum
4. Sigmoidoscopy
Yaitu sebuah prosedur untuk melihat bagian dalam rektum dan sigmoid
apakah terdapat polip kanker atau kelainan lainnya. Alat sigmoidoscope
dimasukkan melalui rektum sampai kolon sigmoid, polip atau sampel
jaringan dapat diambil untuk biopsi.
5. Colonoscopy
Yaitu sebuah prosedur untuk melihat bagian dalam rektum dan sigmoid
apakah terdapat polip kanker atau kelainan lainnya. Alat colonoscope
dimasukkan melalui rektum sampai kolon sigmoid, polip atau sampel
jaringan dapat diambil untuk biopsi.
6. Biopsi
Tindakan pengambilan sel atau jaringan abnormal dan dilakukan
pemeriksaan di bawah mikroskop untuk mengidentifikasi matastase dan
menilai reseklabilitas. Jika ditemukan tumor dari salah satu pemeriksaan
diatas, biopsi harus dilakukan. Secara patologi anatomi, adenocarcinoma
merupakan jenis yang paling sering yaitu sekitar 90 sampai 95% dari kanker
usus besar. Jenis lainnya ialah karsinoma sel skuamosa, carcinoid tumors,
adenosquamous carcinomas, dan undifferentiated tumors
7. X -ray dada untuk deteksi metastase tumor ke paru-paru
8. CT (computed tomography) scan, magnetic resonance imaging (MRI), atau
pemeriksaan ultrasonic dapat digunakan untuk mengkaji apakah sudah
mengenai organ lain melalui perluasan langsung atau dari metastase tumor.
9. Pemeriksaan kimia darah alkaline phosphatase dan kadar bilirubin dapat
meninggi, indikasi telah mengenai hepar. Test laboratorium lainnya
meliputi serum protein, kalsium, dan kreatinin.
7. Penatalaksanaan
a. Pembedahan merupakan terapi yang paling lazim digunakan terutama untuk
stadium I dan II kanker rektal, bahkan pada pasien suspek dalam stadium III
juga dilakukan pembedahan. Meskipun begitu, karena kemajuan ilmu dalam
metode penentuan stadium kanker, banyak pasien kanker rektal
dilakukan pre-surgical treatment dengan radiasi dan kemoterapi.
Penggunaan kemoterapi sebelum pembedahan dikenal sebagai neoadjuvant
chemotherapy, dan pada kanker rektal, neoadjuvant
chemotherapy digunakan terutama pada stadium II dan III. Pada pasien
lainnya yang hanya dilakukan pembedahan, meskipun sebagian besar
jaringan kanker sudah diangkat saat operasi, beberapa pasien masih
membutuhkan kemoterapi atau radiasi setelah pembedahan untuk
membunuh sel kanker yang tertinggal (Anderson, 2006). Tipe pembedahan
tergantung pada lokasi dan ukuran tumor. Prosedur pembedahan pilihan
adalah sebagai berikut (Smeltzer, Burke, Hinkle, & Cheever, 2010):
8. Komplikasi
Komplikasi karsinoma rektum menurut Schrock (2001) adalah:
a. Obstruksi usus parsial
b. Obstruksi usus adalah penyumbatan parsial atau lengkap dari usus yang
menyebabkan kegagalan dari isi usus untuk melewati usus.
c. Perforasi atau perlobangan
d. Perdarahan
e. Syok
Syok merupakan keadaan gagalnya sirkulasi darah secara tiba-tiba akibat
gangguan peredaran darah atau hilangnya cairan tubuh secara berlebihan.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, penanggung jawab dll
b. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan dahulu
1) Riwayat diet yang hanya mengkonsumsi makanan karbohidrat
tinggi, lemak dan rendah serat
2) Riwayat menderita kelainan pada colon kolitis ulseratif (polip
kolon).
b) Riwayat kesehatan sekarang
1) Klien mengeluh BAB berdarah dan berlendir.
2) Klien mengeluh tidak BAB tidak ada flahis.
3) Klien mengeluh perutnya terasa sakit (nyeri).
4) Klien mengeluh mual, muntah.
5) Klien mengeluh tidak puas setelah BAB.
6) Klien mengeluh BAB kecil.
7) Klien mengeluh berat badannya turun.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat keluarga dengan Ca. colon/recti.
c. Sirkulasi
a) Takikardi (respon terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi dan
nyeri), kemerahan, ekimosis, hipotesis.
b) Respirasi
Sarak nafas, batuk, ronchi, expansi paru yang terbatas
c) GIT
Anoreksia, mual, muntah, penurunan bising usus, kembung, nyeri
abdomen, perut tegang, nyeri tekan pada kuaran kiri bawah.
d. Eliminasi
BAB berlendir dan berdarah, BAB tidak ada flatur tidak ada, BAB kecil
seperti feses kambing, rasa tidak puas setelah BAB, perubahan pola
BAB/konstiasi/hemoroid, perdarahan peranal, BAB ; oliguria.
e. Aktifitas/istirahat
Kelemahan, keleahan, insomnia, gelisah dan ansietas
g. Pemeriksaan fisik
a) Kepala
- Bentuk dan ukuran kepala, pertumbuhan rambut, kulit kepala
- Mata (fungsi penglihatan, pupil, refleks, sklera, konjungtiva,
kebersihan, penggunaan alat bantu)
- Telinga (fungsi pendengaran, bentuk, kebersihan, sekret, nyeri
telinga).
- Hidung (fungsi penghidu, keadaan lubang hidung, sekret, nyeri
sinus, polip)
- Mulut (kemampuan bicara, keadaan bibir, selaput mukosa, warna
lidah, keadaan gigi, bau nafas, dahak).
b) Leher
Bentuk, gerakan, peningkatan JVP, pembesaran tyroid, kelenjar getah
bening, tonsil, nyeri waktu menelan.
c) Dada : paru dan jantung
Paru:
- Inspeksi : Bentuk dada, kelainan bentuk dada, retraksi dada, jenis
pernafasan, pergerakan, keadaan kulit dada, kecepatan, kedalaman.
- Palpasi : kesimetrisan ekspansi dada saat bernafas, nyeri tekan,
massa, taktil fremitus
- Perkusi : bunyi paru
- Auskultasi : suara paru
Jantung:
- Inspeksi : pulsasi aorta, ictus cordis
- Palpasi : point of maxsimum impuls, pulsasi aorta
- Perkusi : batas jantung d. Auskultasi : bunyi jantung ( S1, S2, mur-
mur)
Payudara : Kesimetrisan, luka, hiperpigmentasi, pengeluaran, massa dll.
d) Abdomen
- Inspeksi : bentuk, warna kulit, jejas, ostomi dll
- Auskultasi : frekuensi peristaltik usus
- Perkusi : adanya udara, cairan, organ,
- Palpasi : adanya massa, kekenyalan, ukuran organ, nyeri tekan
e) Genetalia
Terpasang alat bantu, kelainan genetalia, kebersihan.
f) Anus dan Rektum
Pembesaran vena/hemorroid, atresia ani, peradangan, tumor.
g) Ektremitas Atas :kelengkapan anggota gerak, kelainan jari : sindaktili,
polidaktili, tonus otot, kesimetrisan gerak, kekuatan otot, koordinasi,
pergerakan sendi bahu, siku, pergelangan tangan, jari-jari, terpasang infus
h) Bawah :kelengkapan anggota gerak, adanya edema perifer, kekuatan otot,
bentuk kaki, varices, kekuatan ott, koordinasi, pergerakan panggul, lutut,
pergelangan kaki dan jari-jari.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan
dengan pasien mengeluh nyeri , tampak meringis, bersikap protektif
(waspada, posisi menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat,
sulit tidur, tekanan darah meningkat.
b. Nausea berhubungan dengan distensi lambung, iritasi lambung dibuktikan
dengan klien mengeluh mual dan ingin muntah, tidak berminat makan
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan dibuktikan
dengan berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal, nafsu
makan menurun, otot menelan lemah
d. Konstipasi berhubungan dengan perubahan kebiasaan defekasi dibuktikan
dengan defekasi kurang dari 2 kali seminggu, pengeluaran feses lama dan
sulit, feses keras, peristaltik menurun
e. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
dibuktikan dengan klien menanyakan masalah yang sedang dihadapi,
menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran
f. Berduka berhubungan dengan kematian anggota keluarga, antisipasi
kematian keluarga atau orang lain,kehilangan (pekerjaan ,objek, fungsi,
bagian tubuh atau hubungan social), antisipasi kehilangan (pekerjaan, objek
fungsi,status, bagian tubuh atau hubungan social ditandai dengan merasa
sedih, merasa bersalah atau menyalahkan orang lain, merasa tidak ada
harapan , menangis, pola tidur berubah dan tidak mampu berkonsentrasi
No Diagnose Tujuan dan kriteria hasil Rencana Tindakan Keperawatan Rasional
keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
1 Nyeri akut/kronis Setelah dilakukan intervensi 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Untuk mengetahui tingkat nyeri
berhubungan dengan keperawatan selama … x 24 durasi, frekuensi, kualitas, klien
agen pencedera jam maka tingkat nyeri intensitas nyeri, dan skala nyeri 2. Untuk mengetahui tingkat
fisiologis dibuktikan menurun, dengan kriteria 2. Identifikasi respon nyeri non ketidaknyamanan dirasakan oleh
dengan pasien hasil : verbal klien
mengeluh nyeri , 3. Identifikasi factor yang 3. Untuk memilih metode untuk
- Keluhan nyeri menurun
tampak meringis, memperberat dan memperingan mengatasi atau mengurangi nyeri
- Meringis menurun
bersikap protektif nyeri 4. Untuk mengetahui seberapa jauh
- Gelisah menurun
(waspada, posisi 4. Identifikasi pengaruh nyeri pada pengaruh nyeri terhadap kualitas
- Kesulitan tidur menurun
menghindari nyeri), kualitas hidup hidup
gelisah, frekuensi nadi 5. Berikan teknik nonfarmakologis 5. Untuk mengalihkan perhatian
meningkat, sulit tidur, untuk mengurangi rasa nyeri pasien dari rasa nyeri dan untuk
tekanan darah (mis. TENS, hypnosis, akupresur, mengurangi tingkat nyeri yang
meningkat. terapi music, biofeedback, terapi dirasakan klien.
pijat, aromaterapi, teknik 6. Lingkungan yang nyaman dapat
imajinasi terbimbing, kompres meringankan rasa nyeri
hangat / dingin) 7. Untuk memberikan pencegahan
6. Kontrol lingkungan yang secara dini agar rasa nyeri tidak
memperberat rasa nyeri (mis. meningkat
Suhu ruangan, pencahayaan, 8. Pemberian analgetik yang tepat
kebisingan) dapat mengurangi nyeri dengan
7. Jelaskan penyebab, periode, dan cepat
pemicu nyeri
8. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
2 Nausea berhubungan Setelah dilakukan intervensi 1. Identifikasi pengalaman mual 1. Mengetahui riwayat mual
dengan distensi keperawatan selama ... x 24 2. Identifikasi faktor penyebab mual sebelumnya
lambung, iritasi Jam maka tingkat nausea 3. Kendalikan faktor lingkungan 2. Menghindari penyebab mual
lambung dibuktikan menurun, dengan kriteria penyebab mual 3. Lingkungan yang buruk seperti
dengan klien hasil : 4. Beri makanan dalam porsi sedikit bau tidak sedap dapat
mengeluh mual dan dan menarik meningkatkan mual klien
- Perasaan ingin muntah
ingin muntah, tidak 5. Anjurkan istirahat dan tidur yang 4. Merangsang nafsu makan klien
menurun
berminat makan cukup 5. Istirahat yang cukup dapat
- Perasaan asam di lambung
6. Anjurkan sering membersihkan membuat klien tenang
menurun
3. Evaluasi Keperawatan
a. Dx 1 : Nyeri berkurang/terkontrl
b. Dx 2 : Mual pasien teratasi
c. Dx 3 : Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
d. Dx 4 : Pengeluaran feses lancar
e. Dx 5 : Pengetahuan pasien meningkat
f. Dx 6 : Perasaan berduka/bersedih menurun