Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN CA RECTI

A. Konsep Dasar/Medis Penyakit


1. Pengertian Kanker
Menurut Irawan (2013), kanker adalah proses yang bermula ketika sel
abnormal diubah oleh mutasi genetik dari DNA seluler. Sel abnormal ini membentuk
klo dan mulai berproliferasi secara abnormal, Sel-sel tersebut menginfiltrasi jaringan
sekitar dan memperoleh akses ke limfe dan pembuluh darah, melalui pembuluh
tersebut sel-sel dapat terbawa kearea lain dalam tubuh untuk metastase (penyebaran
kanker) pada bagian tubuh yang lain (Brunner and Suddart, 2001).
2. Pengertian Kanker Rektum
Kanker rektum adalah jenis kanker yang terjadi pada rektum, saluran yang
menjadi bagian terakhir dari usus besar untuk membuang feses (Savitri, 2017).
Kanker yang menyerang kolon atau rectum disebut kanker kolorektal.
Umumnya kanker kolorektal berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas,
terdapat adenoma atau berbentuk polip (Fauziyah, 2019).
3. Anatomi Fisiologi

a. Secara anatomi
Rektum terbentang dari vertebre sakrum ke-3 sampai garis anorektal dengan
panjang sekitar 12-13 cm (Sloane, 2004).
b. Secara fungsional dan endoskopik
Rektum dibagi menjadi bagian ampula dan sfingter. Bagian sfingter disebut
juga annulus hemoroidalis, dikelilingi oleh muskulus levator ani dan fasia coli
dari fasia supra-ani. Sfingter analinternal otot polos (involunter) dan sfingter
anal eksternal otot rangka (volunter) mengitari anus (Sloane, 2004).
c. Bagian ampula terbentang dari sakrum ke-3 ke difragma pelvis pada insersi
muskulus levator ani. Pada orang dewasa dinding rektum mempunyai 4 lapisan
yaitu mukosa, submukosa, muskularis (sirkuler dan longitudinal), dan lapisan
serosa. Mukosa saluran anal tersusun dari kolumna rektal (anal), yaitu lipatan-
lipatan vertikal yang masing-masing berisi arteri dan vena (Sloane, 2004).

4. Klasifikasi Kanker Rektum


Dalam Fauziyah (2019), metode penahapan kanker yang digunakan adalah
klasifikasi Duke sebagai berikut (Smeltzer, Burke, Hinkle, & Cheever, 2010):
a. Duke
1) Stadium 0 (carcinoma in situ)
Kanker belum menembus membran basal dari mukosa kolon atau
rektum.
2) Stadium I
Kanker telah menembus membran basal hingga lapisan kedua atau
ketiga (submukosa/muskularis propria) dari lapisan dinding kolon/
rektum tetapi belum menyebar keluar dari dinding kolon/rektum (Duke
A).
3) Stadium II
Kanker telah menembus jaringan serosa dan menyebar keluar dari
dindingusus kolon/rektum dan ke jaringan sekitar tetapi belum
menyebar padakelenjar getah bening (Duke B).
4) Stadium III
Kanker telah menyebar pada kelenjar getah bening terdekat tetapi
belum pada organ tubuh lainnya (Duke C).
5) Stadium IV
Kanker telah menyebar pada organ tubuh lainnya (Duke D).
b. Stadium TNM menurut American Joint Committee on Cancer (AJCC)
Keterangan:
- T : Tumor primer
- Tx : Tumor primer tidak dapat di nilai
- T0 : Tidak terbukti adanya tumor primer
- Tis : Carcinoma in situ, terbatas pada intraepitelial atau terjadi invasi
pada lamina propria
- T1 : Tumor menyebar pada submukosa
- T2 : Tumor menyebar pada muskularis propria
- T3 : Tumor menyebar menembus muskilaris propria ke dalam
subserosa atau ke dalam jaringan sekitar kolon atau rectum tapi
belum mengenai peritoneal
- T4 : Tumor menyebar pada organ tubuh lainnya atau menimbulkan
perforasi peritoneum visceral
- N : Kelenjar getah bening regional/node
- Nx : Penyebaran pada kelenjar getah bening tidak dapat di nilai
- N0 : Tidak ada penyebaran pada kelenjar getah bening
- N1 : Telah terjadi metastasis pada 1-3 kelenjar getah bening regional
- N2 : Telah terjadi metastasis pada lebih dari 4 kelenjar getah bening
- M : Metastasis
- Mx : Metastasis tidak dapat di nilai
- M0 : Tidak terdapat metastasis
- M1 : Terdapat metastasis

5. Etiologi dan Faktor Resiko


Menurut Rama (2007) dan Dixon (1994), etiologi kanker rectum adalah:
a. Faktor Genetik
Berasal dari keluarga yang memiliki riwayat kanker rektal
b. Faktor Lingkungan (diet)
Diet tertentu seperti makanan tinggi lemak, tinggi kalori, daging, dan
diet rendah serat berkemungkinan besar menjadi penyebab kanker
kolorektal. Sekarang telah dikenal bakteri tertentu, yaitu Nuclear
Dehydrogenating Clostridia (NDC), dapat bekerja pada asam empedu
untuk memproduksi karsinogen.
c. Obesitas
d. Pernah terkena kanker usus besar
e. Pernah memiliki polip di usus
f. Usia > 50 tahun
g. Jarang melakukan aktivitas fisik
h. Sering terpapar bahan pengawet makanan maupun pewarna sintetik
i. Merokok dan mengkonsumsi alkohol
6. Patofisiologi
Kanker kolon dan rektum dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi
ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas ke dalam struktur
sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar ke dalam
tubuh yang lain (paling sering ke hati). Tumor yang berupa massa polipoid besar,
tumbuh ke dalam lumen dan dengan cepat meluas ke sekitar usus. Lesi anular
(melingkar) lebih sering terjadi pada bagian rektosigmoid, sedangkan polipoid
atau lesi yang datar lebih sering terdapat pada sekum dan kolon asendens.
Kanker kolorektal dapat menyebar melalui beberapa cara yaitu :
a. Secara infiltrasi, yaitu menyebar secara perlahan ke jaringan di sekitarnya,
seperti ke dalam kandung kemih.
b. Melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon.
c. Melalui aliran darah (biasanya ke hati karena kolon mengalirakan darah ke
sistem portal).
d. Penyebaran ke luka jahitan, insisi abdomen atau lokasi drain.

7. Tanda dan Gejala


Menurut dr. Tjin Willy (2018), gejala kanker kolorektal seringkali dirasakan
oleh pasien ketika kanker sudah berkembang jauh. Jenis gejalanya tergantung kepada
ukuran dan lokasi tumbuhnya kanker. Beberapa gejala yang dapat muncul, antara
lain:
a. Diare atau konstipasi.
b. Buang air besar yang terasa tidak tuntas.
c. Darah pada tinja.
d. Mual.
e. Muntah.
f. Perut terasa nyeri, kram, atau kembung.
g. Tubuh mudah lelah.
h. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas.

8. Komplikasi
Menurut Komite Penanggulangan Kanker Nasional, Kemenkes RI, komplikasi
kanker rektum adalah:
a. Obtruksi/penyumbatan akibat strangulasi, perforasi, pneumatosis intestinal
b. Infeksi
c. Retraksi stoma/mengkerut
d. Prolaps pada stoma
e. Perdarahan
9. Pemeriksaan Penunjang
Berbagai macam skrining untuk kanker kolorektal, antara lain (Willy, 2018):
a. Pemeriksaan tinja, meliputi:

1) Fecal Occult Blood Test (FOBT) atau tes darah samar. Tes ini bertujuan
untuk mengetahui apakah ada darah yang tak terlihat pada feses melalui
mikroskop. FOBT disarankan untuk dilakukan sekali dalam setahun. Tes ini
terdiri dari 2 jenis, yaitu:

a) Guaiac FOBT. Sampel feses ditempatkan pada kartu khusus, kemudian


diberi bahan kimia. Kartu tersebut akan berubah warna bila feses positif
mengandung darah.

b) Fetal Immunochemical Test (FIT). Sampel feses dicampur dengan cairan


khusus, kemudian dimasukkan ke mesin yang mengandung antibodi
untuk memeriksa darah pada feses.

2) FIT-DNA test, yaitu tes FIT yang digabungkan dengan tes untuk mendeteksi
perubahan DNA pada feses. Pemeriksaan ini dilakukan tiap 1-3 tahun sekali.

b. Sigmoidoskopi

Prosedur ini memasukkan selang tipis yang dilengkapi lampu dan kamera
(sigmoidoskop) dari anus ke bagian bawah kolon, untuk melihat apakah terdapat
polip atau kanker. Alat ini juga dilengkapi instrumen untuk membuang polip
atau mengambil sampel jaringan guna diperiksa di mikroskop (biopsi). Tes ini
dilakukan tiap 5-10 tahun sekali, disertai tes FIT tiap tahun.

c. Kolonoskopi

Prosedur ini sama seperti sigmoidoskopi, namun menggunakan selang yang


lebih panjang untuk memeriksa bagian dalam rektum dan seluruh bagian usus
besar. Bila dalam tes diketahui ada polip atau kanker, dokter akan membuang
polip atau kanker tersebut. Kolonoskopi disarankan untuk dilakukan tiap 10
tahun sekali.

d. CT kolonografi (kolonoskopi virtual)

Pemeriksaan ini menggunakan mesin CT scan untuk menampilkan gambar usus


besar secara keseluruhan, untuk kemudian dianalisis. Tes ini dilakukan setiap 5
tahun sekali.

e. Foto Rontgen, CT scan, PET scan, atau MRI.

f. Biopsi kelenjar getah bening


g. Pengukuran kadar CEA (Carcioembryonic Antigen) dalam darah

Kadar CEA yang tinggi dalam darah dapat menjadi tanda bahwa seseorang
menderita kanker kolorektal. hitung darah lengkap, yaitu penghitungan jumlah
sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), hemoglobin, dan trombosit
(platelet), juga diperlukan untuk menilai kesehatan pasien secara keseluruhan.

10. Penatalaksanaan
Menurut dr. Tjin Willy (2018), penatalaksanaan kanker rektum adalah sebagai
berikut:
a. Prosedur operasi
Operasi merupakan penanganan utama untuk kanker kolorektal.
Prosedurnya adalah sebagai berikut:
1. Dilakukan reseksi, yaitu memotong bagian kolon atau rektum yang
ditumbuhi kanker.
2. Dilakukan pengangkatan jaringan dan kelenjar getah bening di sekitar
bagian yang terkena kanker.
3. Dilakukan anastomosis, yaitu penyatuan masing-masing ujung
saluran cerna yang sudah dipotong dengan cara dijahit.
Pada kasus kanker di mana bagian yang sehat hanya tersisa sedikit,
anastomosis akan sangat sulit dilakukan. Kondisi ini biasanya ditangani dengan
kolostomi, yaitu pembuatan lubang (stoma) di dinding perut yang dinamakan
kolostomi.
b. Ablasi radiofrekuensi
Terapi ini menggunakan gelombang radio untuk memanaskan dan
menghancurkan sel kanker. Ablasi radiofrekuensi bisa dilakukan dengan
memasukkan elektroda ke dalam kulit dengan didahului pemberian bius lokal.
Bisa juga dengan memasukkan elektroda melalui sayatan di perut, didahului
pemberian bius umum di rumah sakit.
c. Cryosurgery
Cryosurgery adalah prosedur untuk membekukan dan menghancurkan sel
kanker menggunakan nitrogen cair.
d. Kemoterapi dan Radioterapi
Kemoterapi dan radioterapi adalah terapi yang betujuan membunuh sel
kanker dan menghentikan perkembangbiakannya. Kemoterapi bisa diberikan
dalam bentuk obat tablet (misalnya capecitabine) atau bentuk suntik (5-
fluorouracil, irinotecan, oxaliplatin).
Sedangkan radioterapi adalah terapi yang menggunakan radiasi
berkekuatan tinggi. Radioterapi bisa diberikan secara eksternal dengan
menggunakan sinar radiasi, atau secara internal dengan memasukkan kateter
atau kawat yang mengandung radiasi ke dalam area tubuh yang terserang
kanker.
Keduanya juga digunakan sebagai terapi sebelum atau setelah operasi.
Bila dilakukan sebelum operasi, maka tujuannya adalah untuk menyusutkan
tumor agar lebih mudah diangkat. Sedangkan kemoterapi atau radioterapi setelah
operasi bertujuan untuk membunuh sisa-sisa sel kanker yang telah menyebar
dari lokasi utama kanker.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Data Subyektif Data Obyektif
 Riwayat kesehatan diambil untuk menentukan  Inspeksi
adanya gatal, rasa terbakar, dan nyeri beserta Terdapat darah, pus,
karakteristiknya. mukus pada feses
 Apakah hal tersebut terjadi selama defekasi?  Hemorhoid
 Berapa lama ini berakhir?  Fisura iritasi
 Adakah nyeri abdomen yang dihubungkan dengan  Teraba massa ketika
hal itu? terjadi penebalan
 Apakah terjadi perdarahan pada rectum? mukosa
 Seberapa banyak?
 Seberapa sering?
 Apakah warnanya?
 Adakah rabas lain seperti pus, mukus?
 Bagaimana pola eliminasi dan penggunaan
laksatif?
 Bagaimana riwayat diet, termasuk masukan serat?
 Jumlah latihan, tingkat aktifitas dan pekerjaan
(khususnya bila mengharuskan duduk dan berdiri
lama)?

2. Diagnosa Keperawatan
a. Aktual
1) Nyeri kronis b.d. infiltrasi (penyebaran) tumor
2) Nyeri akut b.d. agens cidera biologis (neoplasma)
3) Mual b.d tumor terlokaliasai, program pengobatan
4) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. kurang asupan
makan (mual)
5) Konstipasi b.d. tumor rectal
6) Gangguan rasa nyaman b.d. gejala terkait penyakit
b. Risiko
1) Risiko infeksi b.d. prosedur infasif
2) Risiko intoleran aktivitas b.d. fisik kurang bugar

3. Rencana Keperawatan
a. Nyeri kronis b.d. infiltrasi (penyebaran) tumor

1) Tujuan dan Kriteria Hasil


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan:
 (1605) Kontrol Nyeri
- Menggunakan analgesik sesuai advice ditingkatkan ke skala 5
(secara konsisten menunjukkan)
- Menggunakan tindakan pencegahan ditingkatkan ke skala 5 (secara
konsisten menunjukkan)

2) Intervensi dan Rasional


No. Intervensi Rasional
1. (2210) Pemberian Analgesik 1) Untuk mencapai hasil
1) Kolaborasi pemberian obat pengurangan nyeri yang
analgesik (NSAIDs) optimal
2) Evaluasi keefektifan analgesik 2) Untuk mengetahui
1 jam setelah pemberian apakah analgesik
bekerja dengan
maksimal atau tidak
2. (0840) Pengaturan Posisi 1) Untuk memberikan
1) Tempatkan pasien dalam posisi posisi nyaman dan
terapeutik pronasi mengurangi nyeri akibat
tekanan

b. Nyeri akut b.d. agens cidera biologis (neoplasma)

1) Tujuan dan Kriteria Hasil


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan:
 (1605) Kontrol Nyeri
- Menggunakan analgesik sesuai advice ditingkatkan ke skala 5
(secara konsisten menunjukkan)
- Menggunakan tindakan pencegahan ditingkatkan ke skala 5 (secara
konsisten menunjukkan)

2) Intervensi dan Rasional


No. Intervensi Rasional
1. (2210) Pemberian Analgesik 1) Untuk mencapai hasil
1) Kolaborasi pemberian obat pengurangan nyeri yang
analgesik (NSAIDs) optimal
2) Evaluasi keefektifan analgesik 2) Untuk mengetahui
1 jam setelah pemberian apakah analgesik
bekerja dengan
maksimal atau tidak
2. (0840) Pengaturan Posisi 1) Untuk memberikan
1) Tempatkan pasien dalam posisi posisi nyaman dan
terapeutik pronasi mengurangi nyeri akibat
tekanan

c. Mual b.d tumor terlokaliasai, program pengobatan

1) Tujuan dan Kriteria Hasil


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan:
 (101) Nafsu Makan
- Hasrat/keinginan untuk makan, intake makanan, intake nutrisi, dan
intake cairan ditingkatkan ke skala 5 (tidak terganggu)

2) Intervensi dan Rasional


No. Intervensi Rasional
1. (4200) Terapi Intravena 1) Untuk mengganti cairan
1) Berikan terapi/pengobatan IV tubuh yang kurang
sesuai advice karena mual
2) Catat intake dan output 2) Untuk menentukan
terapi selanjutnya yang
sesuai
2. (1450) Manajemen Mual 1) Untuk mencegah mual
1) Kolaborasi pemberian obat ketika akan makan dan
antiemetik sebelum/sesudah
dilakukan pengobatan
kemoterapi

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. kurang asupan


makan (mual)

1) Tujuan dan Kriteria Hasil


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan:
 (1008) Status Nutrisi
- Asupan makanan dan cairan secara oral ditingkatkan ke skala 5
(sepenuhnya adekuat)

2) Intervensi dan Rasional


No. Intervensi Rasional
1. (1030) Manajemen Gangguan Makan 1) Untuk menentukan diit
1) Kolaborasi dengan ahli gizi yang sesuai kebutuhan
dalam menentukan kebutuhan 2) Untuk mengevaluasi
kalori harian kehilangan/peningkatan
2) Timbang BB klien secara rutin BB
3) Monitor asupan kalori 3) Untuk mengetahui nafsu
4) Monitor intake dan output makan pasien
cairan 4) Untuk mengetahui
keseimbangan cairan
pasien
2. (2240) Manajemen Kemoterapi 1) Untuk mencegah mual
1) Kolaborasi pemberian obat sesudah dilakukan
antiemetik setelah kemoterapi pengobatan kemoterapi

e. Konstipasi b.d. tumor rectal

1) Tujuan dan Kriteria Hasil


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan:
 (0501) Eliminasi Usus
- Konstipasi dan nyeri pada saat BAB diturunkan ke skala 5 (tidak
ada)

-
2) Intervensi dan Rasional
No. Intervensi Rasional
1. (0450) Manajemen Konstipasi 1) Untuk memudahkan
1) Instruksikan penggunaan feses keluar saat kondisi
laksatif dengan cara yang tepat rektum mulai
menyempit karena
tumor

f. Gangguan rasa nyaman b.d. gejala terkait penyakit

1) Tujuan dan Kriteria Hasil


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan:
 (2010) Status Kenyamanan: Fisik
- Posisi yang nyaman ditingkatkan ke skala 5 (tidak terganggu)

2) Intervensi dan Rasional


No. Intervensi Rasional
1. (0840) Pengaturan Posisi 1) Untuk memberikan
1) Tempatkan pasien dalam posisi posisi nyaman dan
terapeutik pronasi mengurangi nyeri akibat
tekanan
2. (6040) Terapi Relaksasi 1) Untuk membuat pasien
1) Ajarkan teknik napas dalam nyaman dan rileks

g. Risiko infeksi b.d. prosedur infasif

1) Tujuan dan Kriteria Hasil


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan:
 (1902) Kontrol Risiko
- Menjalankan strategi kontrol risiko yang sudah ditetapkan
ditingkatkan ke skala 5 (secara konsisten menunjukkan)

2) Intervensi dan Rasional


No. Intervensi Rasional
1. (3440) Perawatan Area Sayatan 1) Untuk membersihkan
1) Bersihkan daerah sekitar sisa-sisa kuman sebelum
sayatan dibersihkan
2) Berikan antiseptik 2) Untuk membunuh
mikroorganisme pada
jaringan

h. Risiko intoleran aktivitas b.d. fisik kurang bugar

1) Tujuan dan Kriteria Hasil


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan:
 (0005) Toleransi terhadap Aktivitas
- Kemudahan dalam melakukan ADL ditingkatkan ke skala 5 (tidak
terganggu)
2) Intervensi dan Rasional
No. Intervensi Rasional
1. (1805) Bantuan perawatan diri: IADL 1) Untuk membantu pasien
1) Fasilitasi alat-alat untuk melakukan ADL dengan
membantu dalam aktivitas bantuan alat
sehari-hari

DAFTAR PUSTAKA

Dixon MF. Sistem pencernaan. Dalam: Underwood, J C E: Patologi umum dan sistematik
edisi 2. Jakarta: EGC, 1994; 463-4

Fauziyah, H. 2019. Laporan Pendahuluan Ca Recti. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas


Indonesia.

Irawan, E. (2013). Pengaruh perawatan paliatif terhadap pasien kanker stadium akhir
(literature review). Jurnal Keperawatan BSI, 1(1).

Komite Penanggulangan Kanker Nasional. Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal.


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Rama D. Kanker usus besar. Dalam: mengenal seluk-beluk kanker. Yogyakarta: Katahati,
2007; 133-47.

Savitri, T. 2017. Kanker Rektum. https://hellosehat.com/penyakit/kanker-rektum/. Diakses


pada 20 April 2019.

Sloane, E. (2004). Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC.

Willy, T. 2018. Kanker Kolorektal. https://www.alodokter.com/kanker-kolorektal. Diakses


pada 21 April 2019.

Anda mungkin juga menyukai