Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN

1. Definisi Penyakit
Tumor buli adalah tumor yang berbentuk papiler, noduler (infiltratif), atau campuran infiltratif
dengan papiler yang ditemukan pada vesika urinaria atau buli- buli (Yuda,2010).
Tumor buli-buli atau tumor vesika urinaria merupakan 2% dari seluruh
keganasan, dan merupakan kedua terbanyak pada sistem urogenital setelah karsinoma prostat.
Tumor buli berkembang dari sel epitel transisional dari saluran kemih (Brunner & Suddarth,
2012).

2. Etiologi
a. Pekerjaan
Pekerja-pekerja di pabrik kimia (terutama pabrik cat), laboratorium, pabrik korek api,
tekstil, pabrik kulit, dan pekerja pada salon/pencukur rambut sering terpapar oleh bahan
karsinogen berupa senyawa amin aromatik (2-naftilamin, bensidin, dan 4-
aminobifamil).
b. Perokok
Resiko untuk mendapatkan karsinoma buli-buli pada perokok adalah 2-6 kali lebih
besar dibandingkan dengan bukan perokok. Rokok mengandung bahan karsinogen
berupa amin aromatik dan nitrosamin. Dari beberapa penelitian berhasil menemukan
adanya hubungan antara merokok dengan terjadinya tumor dan kanker buli-buli.
Hubungan tersebut terjadi secara dose respons yang berarti bertambahnya jumlah rokok
yang diisap akan meningkatkan resiko terjadinya kanker buli-buli 2-5 kali lebih besar
dibandingkan dengan bukan perokok. Pada perokok ditemukan adanya peningkatan
metabolit–metabolit triptopan yang berada dalam urinnya yang bersifat karsinogenik.
Selain itu iritasi jangka panjang pada selaput lendir kandung kencing seperti yang
terjadi pada infeksi kronis, pemakaian kateter yang menetap dan adanya batu pada buli-
buli, juga diduga sebagai faktor penyebab.
c. Infeksi saluran kemih
Telah diketahui bahwa kuman-kuman E.coli dan Proteus spp menghasilkan nitrosamin
yang merupakan zat karsinogen.
d. Kopi, pemanis buatan, dan obat-obatan
Kebiasaan mengkonsumsi kopi, pemanis buatan yang mengandung sakarin dan
siklamat.
e. Riwayat keluarga, orang-orang yang keluarganya ada yang menderita kanker kandung
kemih memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita kanker ini. Peneliti sedang
mempelajari adanya perubahan gen tertentu yang mungkin meningkatkan resiko
terjadinya kanker ini.

3. Manifestasi Klinis
Perlu diwaspadai jika seorang pasien datang dengan mengeluh hematuria yang bersifat: (1)
tanpa disertai rasa nyeri (painless), (2) kekambuhan (intermittent), dan (3) terjadi pada seluruh
proses miksi (hematuria total). Meskipun seringkali karsinoma buli-buli tanpa disertai gejala
disuria, tetapi pada karsinoma in situ atau karsinoma yang sudah mengadakan infiltrasi luas tidak
jarang menunjukkan gejala iritasi buli-buli.Hematuria dapat menimbulkan retensi bekuan darah
sehingga pasien datang meminta pertolongan karena lidak dapat miksi. Keluhan akibat penyakit
yang telah lanjut berupa gejala obstruksi saluran kemih bagian atas atau edema tungkai. Edema
tungkai ini disebabkan karena adanya penekanan aliran limfe oleh massa tumor atau oleh kelenjar
limfe yang membesar di daerah pelvis.
Secara umum, manifestasi klinis tumor buli – buli adalah sebagai berikut :

1. Kencing campur darah yang intermitten


2. Merasa panas waktu kencing
3. Merasa ingin kencing
4. Sering kencing terutama malam hari dan pada fase selanjutnya sulit kencing
5. Nyeri suprapubik yang konstan
6. Panas badan dan merasa lemah
7. Nyeri pinggang karena tekanan saraf
8. Nyeri pada satu sisi karena hydronephrosis.
4. Deskripsi Patofisiologi - Faktor gen
Buli – buli (vesika urinaria) - Pekerjaan
- Usia
- ISK
- Kopi, pemanis
buatan
- Konsumsi obat
sering dan
konsisten

Tumor Buli - Buli

Ulserasi Metastase Oklusi ureter/pelvic renal


immobilisasi
Karena
penyakit

Invasi pada bladder Refluks kelemahan


Infeksi
fisiksekunder :
- Panas saat
- kencing Sirkulasi darah
- Merasa panas Retensio urine: sulit kencing Hidronefrosis : menurun
dan tubuh lemas
- Hematuria 1.Nyeri suprapubik
Hipoksia

2.Nyeri pinggang
jaringan

perifer

Nyeri AKut Ginjal membesar resiko


perubahan
Nyeri Penatalaksanaan struktur
Akut Kulit
akibat
penekanan
Daerah menonjol
Penatalaksanaan

Lesi kulit dan


Diversi urin dengan Perubahan status kesehatan Kemoterapi perubahan

Teknik vesicostomi Kurang paparan informasi akurat Efek kemoterapi pigmentasi


kulit

Seputar prosedur pembedahan Iritasi GI


Luka insisi ulkus dekubitus
Takut, gelisah Ansietas
Rangsang vomiting center
Terputusnya kontinuitas jaringan Rangsang ujung syaraf
Bebas di hipotalamus Nausea, Kerusakan
Port the entry mo Vomitus Integritas
Pengeluaran zat = zat vasoaktif Kulit
Akumulasi mikroorganisme (prostaglandin, serotonin) Anoreksia
di area luka Rangsang cortex serebri untuk
persepsikan nyeri asupan makanan tidak adekuat
Perawatan area insisi yang
kurang steril Nyeri BB menurun
Akut

Resti Infeksi Ketidakseimbangan


nutrisis: kurang dari
kebutuhan tubuh

Luka akibat pembedahan dan adanya vesicostomy Hiperalbumin akibat


Kehilangan cairan tubuh melalui luka, lumen buatan, kerusakan filtrasi glomerulus
ataupun selang drainage renal
Asupan nutrisi dan cairan tidak adekuat tekanan koloid osmotik terganggu
Malnutrisi dehidrasi gangguan shift cairan (CES dan
CIS)
Perpindahan shift cairan intravaskuler
Respon tubuh berupa konjungtiva anemis, pucat ke interstitial
Volume cairan menurun Akumulasi cairan
Edema

Resiko Kelebihan
Ketidakseimbangan Volume Cairan
Volume Cairan
Bentuk Tumor Buli
Tumor buli-buli dapat berbentuk papiler, tumor non invasif (insitu), noduler (infiltratif) atau
campuran antara bentuk papiler dan infiltratif.

Bentuk tumor buli-buli

Sebagian besar (±90%) tumor buli-buli adalah karsinoma sel transisional. Tumor ini bersifat
multifokal yaitu dapat terjadi di saluran kemih yang epitelnya terdiri atas sel transisional yaitu
di pielum, ureter, atau uretra posterior; sedangkan jenis yang lainnya adalah karsinoma sel
skuamosa (±10%) dan adenokarsinoma (±2%)
a. Adenokarsinoma
Terdapat 3 grup adenokarsinoma pada buli-buli, di antaranya adalah: (1) Primer
terdapat di buli-buli, dan biasanya terdapat di dasar dan di fundus buli-buli. Pada
beberapa kasus sistitis glandularis kronis dan ekstrofia vesika pada perjalannya lebih
lanjut dapat mengalami degenerasi menjadi adenokarsinoma buli-buli; (2) Urakhus
persisten (yaitu merupakan sisa duktus urakhus) yang mengalami degenerasi
maligna menjadi adenokarsinoma; (3) Tumor sekunder yang berasal dari fokus
metastasis dari organ lain, diantaranya adalah: prostat, rektum, ovarium, lambung,
mamma, dan endometrium. Prognosis adenokarsinoma bulu-buli ini sangat jelek.
b. Karsinoma sel skuamosa
Karsinoma sel skuamosa terjadi karena rangsangan kronis pada buli-buli sehingga sel
epitelnya mengalami metaplasia berubah menjadi ganas. Rangsangan kronis itu dapat
terjadi karena infeksi saluran kemih kronis, batu buli-buli, kateter menetap yang
dipasang dalam jangka waktu lama, infestasi cacing Schistosomiasis pada buli-buli,
dan pemakaian obat-obatan sikiofosfamid secara intravesika.
5. Klasifikasi Tumor Buli
Penentuan deiajat invasi tumor berdasarkan sistem atau berdasarkan penentuan stadium dari
Marshall seperti terlihat pada gambar 2 :
Secara lengkap klasifikasi DUKE-MASINA, JEWTT dengan modifikasi STRONG-
MARSHAL untuk menentukan operasi atau observasi :

1. T = pembesaran lokal tumor primer, ditentukan melalui :

Pemeriksaan klinis, uroghrafy, cystoscopy, pemeriksaan bimanual di bawah anestesi


umum dan biopsy atau transurethral reseksi.

No Kode Keterangan
1 Tis Carcinoma insitu (pre invasive Ca)
2 Tx Cara pemeriksaan untuk menetapkan penyebaran tumor, tak dapat
dilakukan
3 To Tanda-tanda tumor primer tidak ada
4 T1 Pada pemeriksaan bimanual didapatkan masa yang bergerak
5 T2 Pada pemeriksaan bimanual ada indurasi daripada dinding buli-
buli.
6 T3 Pada pemeriksaan bimanual indurasi atau masa nodular yang
bergerak bebeas dapat diraba di buli-buli.

7 T3a Invasi otot yang lebih dalam


8 T3b Perluasan lewat dinding buli-buli
9 T4 Tumor sudah melewati struktur sebelahnya
10 T4a Tumor mengadakan invasi ke dalam prostate, uterus vagina
11 T4b Tumor sudah melekat pada dinding pelvis atau infiltrasi ke dalam
abdomen

2. N = Pembesaran secara klinis untuk pemebesaran kelenjar limfe pemeriksaan


kinis, lympgraphy, urography, operative

No Kode Keterangan
1 Nx Minimal yang ditetapkan kel. Lymfe regional tidak dapat
ditemukan
2 No Tanpa tanda-tanda pemebsaran kelenjar lymfe regional
3 N1 Pembesaran tunggal kelenjar lymfe regional yang homolateral
4 N2 Pembesaran kontralateral atau bilateral atau kelenjar lymfe
regional yang multiple
5 N3 Masa yang melekat pada dinding pelvis dengan rongga yang
bebeas antaranya dan tumor
6 N4 Pemebesaran kelenjar lymfe juxta regional

3. M = metastase jauh termasuk pemebesaran kelenjar limfe yang jauh.


Pemeriksaan klinis, thorax foto, dan test biokimia

No KODE KET
1 Mx Kebutuhan cara pemeriksaan minimal untuk menetapkan adanya
metastase jauh, tak dapat dilaksanakan
2 M1 Adanya metastase jauh
3 M1a Adanya metastase yang tersembunyi pada test-test biokimia
4 M1b Metastase tunggal dalam satu organ yang tunggal
5 M1c Metastase multiple dalam satu terdapat organ yang multiple
6 M1d Metastase dalam organ yang multiple

Sedangkan, tipe tumor didasarkan pada type selnya, tingkat anaplasia dan invasi.
1 Efidermoid Ca Kira-kira 5% neoplasma buli-buli –squamosa cell,
anaplastik, invasi yang dalam dan cepat metastasenya
2 Adeno Ca Sangat jarang dan sering muncul pada bekas urachus
3 Rhabdomyo sarcoma Sering terjadi pada anak-anak laki-laki (adolescent),
infiltasi, metastase cepat dan biasanya fatal
4 Primary Malignant Neurofibroma dan pheochromacytoma, dapat
lymphoma menimbulkan serangan hipertensi selama kencing
5 Ca dari pada kulit, Mungkin mengadakan metastase ke buli-buli, invasi ke
melanoma, lambung, buli-buli oleh endometriosis dapat terjadi
paru dan mammae
6. Komplikasi
1) Hematuria yang terus menerus akan menyebabkan terjadinya anemia pada pasien
2) Apabila terjadi penyumbatan atau obstruksi,maka akan menyebabkan terjadinya refluks
vesiko-ureter, hidronefrosis.
3) Jika terjadi infeksi, akan menyebabkan terjadinya kerusakan pada ginjal, yang lama
kelamaan mengakibatkan gagal ginjal.

7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Hb
Hb menurun oleh karena kehilangan darah, infeksi, uremia, gros atau micros
hematuria
b. Pemeriksaan Leukosit
- Leukositosis bila terjadi infeksi sekunder dan terdapat pus dan bakteri dalam urine
- Acid phospatase meningkat; kanker prostat metastase,
- Alkaline phosphatase meningkat; kanker tulang atau metastase ke tulang, kanker
hati, lymphoma, leukemia.
- Calsium meningkat; metastase tulang, kanker mamae, leukemia, lymphoma, multiple
myeloma, kanker; paru, ginjal, bladder, hati, paratiroid.
- LDH meningkat; kanker hati, metastase ke hati, lymphoma, leukemia akut
- SGPT (AST), SGOT (ALT) meningkat; kanker metastase ke hati.
- Testosteron meningkat; kanker adrenal, ovarium

Selain pemeriksaan laboratorium rutin, diperiksa pula: (1) sitologi urine yaitu
pemeriksaan sel-sel urotelium yang terlepas bersama urine, (2) antigen permukaan sel
(cell surface antigen), dan flow cytometri yaitu mendeteksi adanya kelainan
kromosom sel-sel urotelium.

8. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
- excretory urogram biasanya normal, tapi mungkin dapat menunjukkan tumornya.
- Fractionated cystogram adanya invasi tumor dalam dinding buli-buli
-Angography untuk mengetahui adanya metastase lewat pembuluh lymphe
b. Cystocopy dan biopsy
Cystoscopy hampir selalu menghasilkan tumor. Biopsi dari pada lesi selalu dikerjakan
secara rutin.
c. Cystologi
Pengecatan pada sedimen urine terdapat transionil cel daripada tumor
e. Ultrasonografi
Untuk mendeteksi metastasis di luar kandung kemih, membedakan tumor dari kista.
f. Arteriografi Pelvik
Pemeriksaan untuk memastikan invasi tumor ke dalam dinding kandung kemih
g. Urografi Ekskretori
Untuk mengenali tumor stadium dini yang besar atau tumor yang sedang berinfiltrasi.
h. Sistografi Retrograd
Untuk mengetahui perubahan pada struktur kandung kemih dan keutuhan dindingnya
i. Pencitraan
Magnetic resonance imaging (MRI) merupakan suatu pemeriksaan imaging yang cukup
akurat dan non-invasif dalam mendiagnosis tumor buli, terutama dalam mengevaluasi
perluasan tumor. MRI dapat mendeteksi tumor dengan ukuran 1,5 cm. Walaupun
dikatakan bahwa MRI konvensional kurang akurat dalam mendeteksi suatu karsinoma
insitu dan membedakan antara invasi mukosa, submukosa clan muskularis superfisial. Hal
ini dapat diatasi dengan pemberian kontras (gadolinium-enhanceddynamic MRI). Akurasi
MRI dalam mengevaluasi staging dari karsinoma buli sekitar kurang lebih 85%. MRI
dikatakan lebih unggul daripada CT-Scan dan Ultrasonografi (USG). MRI dapat
memperlihatkan tumor intramural, meskipun buli tidak terdistensi maksimal. Hal ini tidak
bisa dievaluasi dengan CT-Scan dan USG. Selain itu MRI dapat memperlihatkan adanya
pembesaran kelenjar limfe. Tavqes NJ dkk (1990) melaporkan bahwa MRI dalam
mendeteksi karsinoma buli yang invasif ke muskularis mempunyai sensitivitas 97%,
spesifisitas 83% dan akurasi 94%. Penggunaan MRI untuk deteksi karsinoma buli yang
ekstensi ke ekstravesikal didapatkan sensitivitas 95%, spesifisitas 100% dan akurasi 97%.
USG transabdominal dengan menggunakan tranducer 3,5-5,O mHz dapat mengevaluasi
dinding buli pada keadaan buli terisi penuh (distended). USG berguna dalam menentukan
tumor buli dan dapat menunjukkan perluasan ke ruang perivesikal atau organ yang
berdekatan. Pemeriksaan PIV dapat mendeteksi adanya tumor buli-buli berupa filling
defect dan mendeteksi adanya tumor sel transisional yang berada di ureter atau pielum.
Didapatkannya hidroureter atau hidroneftosis merupakan salah satu tanda adanya infiltrasi
tumor ke ureter atau muara ureter. CT scan atau MRI berguna untuk menentukan ekstensi
tumor ke organ sekitarnya
9. Penatalaksanaan Medis/Operatif
1. Diversi Urine
Prosedur diversi urin dilakukan untuk mengalihkan aliran urin dari kandung kemih ke
tempat keluar yang baru, biasanya melalui lubang yang dibuat lewat pembedahan pada kulit
(stoma). Terdapat dua kategori diversi urin yaitu :
a) Diversi Ureteroenterokutaneus (bagian dari intestinum digunakan untuk membuat tempat
penampungan urin yang baru)
Saluran Konvensional
Ureter dicangkok pada suatu bagian ileum terminalis yang diisolir (ileal conduit)
dan kemudian salah satu ujung lintasan dihubungkan dengan dinding abdomen.
Ureter juga dapat dicangkok pada kolon sigmoid yang melintang (colon conduit),
atau pada jejenum pars proksimal (jejunal conduit).
Continent Ileal Urinary Reservoir (Kock Pouch)
Ureter dicangkokkan pada suatu segmen ileum yang sudah diisolir (katong ;
pouch) dengan katup satu arah yang bentuknya menyerupai puting sus, urin
dialirkan keluar melalui kateter.
Ureterosigmoidostomi
Merupakan implantasi ureter ke dalam kolon sigmoid, dimana ureter dimasukkan
ke dalam sigmoid dan dengan demikian urin dapat mengalir lewat kolon serta
keluar dari rektum.

b) Diversi Kutaneus (urin dialirkan lewat sebuah lubang yang dibuat pada dinding abdomen
serta kulit)
Ureterostomi Kutaneus
Ureter yang dipotong didekatkan pada dinding abdomen dan dihubungkan dengan
lubang pada kulit
Vesikostomi
Tindakan ini dengan cara kandung kemih dijahit pada dinding abdomen dan
dibuat lubang (stoma) lewat dinding abdomen serta kandung kemih untuk
pengaliran ke luar (drainase) urin.

Nefrostomi
Kateter disisipkan ke dalam pelvis renis lewat luka insisi pada pinggang atau
dengan pemasangan kateter perkutan ke dalam ginjal.
2. Diversi urine Orthotopic
Teknik membuat neobladder dan segmen usus yang kemudian dilakukan anastomosis
dengan uretra. Teknik ini dirasa lebih fisiologis untuk pasien, karena berkemih melalui
uretra dan tidak memakai stoma yang dipasang di abdomen. Teknik ini pertama kali
diperkenalkan oleh Camey dengan berbagai kekurangannya dan kemudian
disempurnakan oleh Studer dan Hautmann.

10. Penatalaksanaan Keperawatan


a. Pengkajian
a) Identitas
Yang paling sering dijangkiti kanker dari alat perkemihan adalah buli-buli. Kanker
Buli-buli terjadi tiga kali lebih banyak pada pria dibandingkan pada wanita, dan
tumor-tumor multipel juga lebih sering, kira-kira 25% klien mempunyai lebih dari
satu lesi pada satu kali dibuat diagnosa.
b) Riwayat keperawatan
Keluhan penderita yang utama adalah mengeluh kencing darah yang intermitten,
merasa panas waktu kening. Merasa ingin kencing, sering kencing terutama
malam hari dan pada fase selanjutnya sukar kencing, nyeri suprapubik yang
konstan, panas badan dan merasa lemah, nyeri pinggang karena tekanan saraf, dan
nyeri pada satu sisi karena hydronephrosis.
c) Pengkajian Fokus
1. Aktivitas dan Istirahat
Gejala : merasa lemah dan lelah
Tanda : perubahan kesadaran
2. Sirkulasi
Gejala : Perubahan tekanan darah atau normal
Tanda : tekanan darah meningkat, bradikardia atau takikardia
3. Integritas Ego
Gejala : Perubahan tingkah laku
Tanda : cemas, mudah tersinggung
4. Eliminasi
Gejala : Perubahan saat BAK
Tanda : Nyeri saat BAK, hematuria
5. Makanan dan Cairan
Gejala : Mual, muntah
Tanda : mual
6. Nyeri/keamanan
Gejala : Sakit pada area abdomen
Tanda : wajah menyeringai, respon menarik diri dari stimulus nyeri
7. Interaksi sosial
Gejala :Perubahan interaksi dengan orang lain

Tanda :Rasa tak berdaya, menolak anak ini

8. Keamanan
Gejala : Trauma baru
Tanda : Terjadi kekambuhan baru

d) Pemeriksaan fisik dan klinis


Inspeksi , tampak warna kencing campur darah, pembesaran suprapubic bila
tumor sudah besar. Palpasi, teraba tumor masa suprapubic, pemeriksaan bimanual
teraba tumor pada dasar buli-buli dengan bantuan general anestesi baik waktu VT
atau RT

Lakukan inspeksi abdomen bagian bawah, kandung kemih adalah organ berongga
yang mampu membesar u/ mengumpulkan dan mengeluarkan urin yang dibuat
ginjal, selanjutnya perkusi dengan cara pasien dalam posisi terlentang, perkusi
dilakukan dari arah depan, lakukan pengetukan pada daerah kandung kemih,
daerah suprapubik. Kemudian lakukan palpasi kandung kemih pada
daerah suprapubis dimana normalnya kandung kemih terletak di bawah simfibis
pubis tetapi setelah membesar meregang ini dapat terlihat distensi pada area
suprapubis. Bila kandung kemih penuh akan terdengar dullness atau redup. Pada
kondisi yang berarti urin dapat dikeluarkan secara lengkap pada kandung kemih.
Kandung kemih tidak teraba. Bila ada obstruksi urin normal maka urin tidak dapat
dikeluarkan dari kandung kemih maka akan terkumpul. Hal ini mengakibatkan
distensi kandung kemih yang bias di palpasi di daerah suprapubis
e) Pemeriksaan pembantu
Tes buli-buli : dengan cara buli-buli dikosongkan dengan kateter, lalu dimasukkan
500 ml larutan garam faal yang sedikit melebihi kapasitas buli-buli, kemudian
kateter di klem sebentar, lalu dibuka kembali, bila selisihnya cukup besar mungkin
terdapat rupture buli-buli.
11. Analisa Data
a. Analisa Data Pre Operatif dan Post Operatif
Symptom Etiologi Problem
PRE OPERATIF
DO : Hiperalbumin akibat kerusakan Kelebihan Volume
a. Berat badan
filtrasi glomerulus Cairan
meningkat pada waktu
yang singkat
b. Asupan berlebihan
Tekanan koloid osmotik terganggu
dibanding output
c. Tekanan darah
berubah, tekanan arteri
pulmonalis berubah,
peningkatan CVP Gangguan shift cairan tubuh
d. Distensi vena
jugularis
e. Perubahan pada
pola nafas, Perpindahan shift cairan dari
dyspnoe/sesak nafas, intravsakular ke interstitial
orthopnoe, suara nafas
abnormal (Rales atau
crakles), Akumulasi cairan
kongestikemacetan paru,
pleural effusion
f. Hb dan hematokrit
menurun, perubahan Edema
elektrolit, khususnya
perubahan berat jenis
g. Suara jantung SIII Kelebihan Volume Cairan
h. Reflek
hepatojugular positif
i. Oliguria, azotemia
Perubahan status mental,
kegelisahan, kecemasan
DO : Tumor Buli Nyeri Akut
1. Laporan secara verbal
atau non verbal
2. Fakta dari observasi
Ulserasi Metastase Oklusi
3. Gerakan melindungi
4. Tingkah laku berhati-
hati
Infeksi sekunder : Refluks
5. Muka topeng
- Panas saat
6. Gangguan tidur (mata
- kencing
sayu, tampak capek,
- Merasa panas
sulit atau gerakan
Hidronefrosis
kacau, menyeringai).
7. Terfokus pada -diri dan tubuh lemas
sendiri . - Hematuria
8. Fokus menyempit Nyeri
(penurunan persepsi
waktu, kerusakan suprapubik
proses berpikir, dan
penurunan interaksi nyeri
dengan orang dan punggung
lingkungan).
9. Tingkah laku distraksi,
contoh : jalan-jalan,
menemui orang lain
dan/atau aktivitas, Nyeri Akut
aktivitas berulang-
ulang)
10. Respon autonom
(seperti diaphoresis,
perubahan tekanan
darah, perubahan
nafas, nadi dan dilatasi
pupil).
11. Perubahan autonomic
dalam tonus otot
(mungkin dalam
rentang dari lemah ke
kaku).
12. Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah,
merintih, menangis,
waspada, iritabel,
nafas panjang/berkeluh
kesah) .
13. Perubahan dalam nafsu
makan dan minum

DS :

Klien mengatakan secara


verbal nyeri yang dirasakan

DO : Kondisi dengan Tumor Buli Ansietas


- Gelisah
- Insomnia
- Resah Perubahan status kesehatan
- Ketakutan
- Sedih
Kurang paparan informasi seputar
- Fokus pada diri
prosedur tindakan pembedahan
- Kekhawatiran
- Cemas
Taku, gelisah
Ansietas
POST OPERATIF
DO : Tumor buli – buli Nyeri akut
Laporan secara verbal atau
non verbal
Fakta dari observasi Metastase
Gerakan melindungi
Tingkah laku berhati-hati
Muka topeng
Gangguan tidur (mata Invasi pada bladder
sayu,tampak capek, sulit
atau gerakan kacau,
menyeringai). Retensi urin
Terfokus pada diri sendiri .
Fokus menyempit
(penurunan persepsi waktu, Urin tertahan dan sulit
kerusakan proses berpikir, dikeluarkan
penurunan interaksi dengan
orang dan lingkungan).
Tingkah laku distraksi,
Dilakukan tindakan operasi
contoh : jalan-jalan,
menemui orang lain
dan/atau aktivitas, aktivitas
berulang-ulang) Luka insisi terbuka
Respon autonom (seperti
diaphoresis, perubahan
tekanan darah, perubahan Terputusnya kontibuitas
nafas, nadi dan dilatasi jaringan
pupil).
Perubahan autonomic dalam
tonus otot (mungkin dalam Menekan ujung syaraf bebas
rentang dari lemah ke kaku).
Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah, merintih,
menangis, waspada, iritabel, Merangsang hipotalamus untuk
nafas panjang/berkeluh keluarkan zat – zat vasoaktif
kesah) . (serotonin dan prostaglandin)
Perubahan dalam nafsu
makan dan minum
Rangsang cortex serebri
DS :
Nyeri dipersepsikan
Klien mengatakan secara
verbal nyeri yang dirasakan Nyeri Akut

DO : Kondisi dengan tumor buli – buli Kerusakan integritas


- Gangguan pada bagian kulit
tubuh Immobilisasi
- Perubahan pigmentasi
kulit Kelemahan fisik
- Kerusakan lapisan kulit
(dermis) Sirkulasi darah menurun
- Gangguan permukaan
kulit (epidermis) Hipoksia jaringan perifer

Resiko perubahan struktur kulit


akibat penekanan daerah menonjol

Lesi dan perubahan pigmentasi


kulit

Ulkus dekubitus

Kerusakan struktur kulit

Kerusakan Integritas Kulit


DO : Kondisi dengan tumor buli – buli Ketidakseimbangan
- Berat badan 20 % atau nutrisi kurang dari
lebih di bawah ideal Dilakukan tindakan kemoterapi kebutuhan tubuh
- Dilaporkan adanya
intake makanan yang Efek obat kemoterapi
kurang dari RDA
(Recomended Daily Merangsang vomiting center
Allowance)
- Membran mukosa dan
konjungtiva pucat Nausea dan vomiting
- Kelemahan otot yang
digunakan untuk Anoreksia
menelan/mengunyah
- Luka, inflamasi pada
rongga mulut Asupan makanan tidak adekuat
- Mudah merasa kedalam tubuh
kenyang, sesaat
setelah mengunyah Ketidakseimbangan nutrisi : kurang
makanan dari kebutuhan tubuh
- Dilaporkan atau fakta
adanya kekurangan
makanan
- Dilaporkan adanya
perubahan sensasi rasa
- Perasaan
ketidakmampuan
untuk mengunyah
makanan
- Miskonsepsi
- Kehilangan BB
dengan makanan
cukup
- Keengganan untuk
makan
- Kram pada abdomen
- Tonus otot jelek
- Nyeri abdominal
dengan atau tanpa
patologi
- Kurang berminat
terhadap makanan
- Pembuluh darah
kapiler mulai rapuh
- Diare dan atau
steatorrhea
- Kehilangan rambut
yang cukup banyak
(rontok)
- Suara usus hiperaktif
- Kurangnya informasi,
misinformasi

DO : Tumor buli – buli Resti infeksi


- Prosedur Infasif
- Ketidakcukupan
Metastase
pengetahuan untuk
menghindari paparan
Invasi pada bladder
patogen
- Trauma
- Kerusakan jaringan dan Retensi urin
peningkatan paparan
lingkungan Urin tertahan dan sulit
- Ruptur membran dikeluarkan

amnion
- Agen farmasi Dilakukan tindakan operasi
(imunosupresan)
- Malnutrisi Luka insisi terbuka
- Peningkatan paparan
lingkungan patogen Terputusnya kontibuitas
- Imonusupresi jaringan
- Ketidakadekuatan
imum buatan Port The Entry mikroorganisme
- Tidak adekuat
pertahanan sekunder Akumulasi mo di luka insisi
(penurunan Hb,
Leukopenia, penekanan
Perawatan luka yang tidak steril
respon inflamasi)
- Tidak adekuat
Resiko infeksi
pertahanan tubuh primer
(kulit tidak utuh, trauma
jaringan, penurunan
kerja silia, cairan tubuh
statis, perubahan sekresi
pH, perubahan
peristaltik)
- Penyakit kronik
12. Diagnosa Keperawatan Prioritas

Pre - Operatif

a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan terganggunya mekanisme regulasi di


renal
b. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit, penekanan atau kerusakan jaringan
syaraf, infiltrasi sistem suplai syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi
c. Ansietas berhubungan dengan situasi krisis (tumor), perubahan kesehatan, kurangnya
paparan informasi akurat seputar rencana tindakan pembedahan.

Post - Operatif

d. Nyeri (akut) berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat pembedahan


e. Kerusakan integritas kulit b.d destruksi mekanis jaringan sekunder terhadap tekanan,
gesekan dan fraksi akibat immobilisasi
f. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
hipermetabolik yang berhubungan dengan tumor, efek kemoterapi, radiasi,
pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa pengecapan, nausea),
emotional distress, fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri .
g. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh
sekunder dan sistem imun (efek kemoterapi atau radiasi), malnutrisi, prosedur invasif,
ketidakcukupan pengetahuan untuk menghindari paparan patogen, perawatan luka
pasca pembedahan yang kurang tepat.
13. Rencana Asuhan Keperawatan
Pre Operatif
Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC) Aktivitas (NIC)
(NOC)
1. Kelebihan volume cairan Jangka Panjang : 1. Electrolit and acid base 1. Fluid management
Kelebihan Volume cairan balance : Fluid Management a. Timbang popok/pembalut jika
berhubungan dengan
tidak terjadi 2. Fluid Monitoring diperlukan
terganggunya mekanisme b. Pertahankan catatan intake dan output
Jangka Pendek : yang akurat
regulasi di renal ditandai
Setelah dilakukan tindakan c. Pasang urin kateter jika diperlukan
dengan : keperawatan 4 x 24 jam, d. Monitor hasillAb yang sesuai dengan
keseimbangan cairan dapat retensi cairan (BUN ,Hmt , osmolalitas
tercapai dengan kriteria hasil urin )
DO : : e. Monitor status hemodinamik termasuk
a. Berat badan meningkat 1. Terbebas dari edema, CVP, MAP, PAP, dan PCWP
pada waktu yang singkat efusi, anaskara f. Monitor vital sign
b. Asupan berlebihan 2. Bunyi nafas bersih, g. Monitor indikasi retensi / kelebihan
dibanding output tidak ada cairan (cracles, CVP ,edema, distensi
c. Tekanan darah berubah, dyspneu/ortopneu vena leher, asites)
tekanan arteri pulmonalis 3. Terbebas dari distensi h. Kaji lokasi dan luas edema
berubah, peningkatan CVP vena jugularis, reflek i. Monitor masukan makanan / cairan dan
d. Distensi vena jugularis hepatojugular (+) hitung intake kalori harian
e. Perubahan pada pola nafas, 4. Memelihara tekanan j. Monitor status nutrisi
dyspnoe/sesak nafas, vena sentral, tekanan k. Berikan diuretik sesuai interuksi
orthopnoe, suara nafas kapiler paru, output l. Batasi masukan cairan pada keadaan
abnormal (Rales atau jantung dan vital sign hiponatrermi dilusi dengan serum Na <
crakles), dalam batas normal 130 mEq/l
kongestikemacetan paru, 5. Terbebas dari m. Kolaborasi dokter jika tanda cairan
pleural effusion kelelahan, kecemasan berlebih muncul memburuk.
f. Hb dan hematokrit atau kebingungan 2. Fluid Monitoring
menurun, perubahan a. Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake
elektrolit, khususnya cairan dan eliminaSi
perubahan berat jenis b. Tentukan kemungkinan faktor resiko dari
g. Suara jantung SIII ketidak seimbangan cairan (Hipertermia,
h. Reflek hepatojugular terapi diuretik, kelainan renal, gagal
positif jantung, diaporesis, disfungsi hati, dll )
i. Oliguria, azotemia c. Monitor berat badan
j. Perubahan status mental, d. Monitor serum dan elektrolit urine
kegelisahan, kecemasan e. Monitor serum dan osmilalitas urine
f. Monitor BP, HR, dan RR
g. Monitor tekanan darah orthostatik dan
perubahan irama jantung
h. Monitor parameter hemodinamik infasif
i. Catat secara akurat intake dan output
j. Monitor adanya distensi leher, rinchi,
eodem perifer dan penambahan BB
k. Monitor tanda dan gejala dari edema
2. Nyeri (akut) berhubungan Jangka Panjang : 1. Pain Level 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
Nyeri teratasi 2. Pain control komprehensif termasuk lokasi,
dengan proses penyakit,
3. Comfort level karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
penekanan atau kerusakan Jangka Pendek dan faktor presipitasi
Setelah dilakukan tindakan 2. Observasi reaksi nonverbal dari
jaringan syaraf, infiltrasi
keperawatan 2x24 jam, nyeri ketidaknyamanan
sistem suplai syaraf, obstruksi dapat teratasi dengan kriteria 3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik
hasil : untuk mengetahui pengalaman nyeri
jalur syaraf, inflamasi ditandai
1. Mampu mengontrol pasien
dengan : nyeri (tahu penyebab 4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon
nyeri, mampu nyeri
menggunakan tehnik 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
DO : nonfarmakologi untuk 6. Evaluasi bersama pasien dan tim
Laporan secara verbal atau non mengurangi nyeri, kesehatan lain tentang ketidakefektifan
verbal mencari bantuan) kontrol nyeri masa lampau
Fakta dari observasi 2. Melaporkan bahwa 7. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
Gerakan melindungi nyeri berkurang dengan dan menemukan dukungan
Tingkah laku berhati-hati menggunakan 8. Kontrol lingkungan yang dapat
Muka topeng manajemen nyeri mempengaruhi nyeri seperti suhu
Gangguan tidur (mata sayu, 3. Mampu mengenali nyeri ruangan, pencahayaan dan kebisingan
tampak capek, sulit atau (skala, intensitas, 9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
gerakan kacau, menyeringai). frekuensi dan tanda 10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
Terfokus pada diri sendiri . nyeri) (farmakologi, non farmakologi dan inter
Fokus menyempit (penurunan 4. Menyatakan rasa personal)
persepsi waktu, kerusakan nyaman setelah nyeri 11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
proses berpikir, penurunan berkurang menentukan intervensi
interaksi dengan orang dan 5. Tanda vital dalam 12. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
lingkungan). rentang normal 13. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
Tingkah laku distraksi, contoh 14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
: jalan-jalan, menemui orang 15. Tingkatkan istirahat
lain dan/atau aktivitas, 16. Kolaborasikan dengan dokter jika ada
aktivitas berulang-ulang) keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
Respon autonom (seperti 17. Monitor penerimaan pasien tentang
diaphoresis, perubahan tekanan manajemen nyeri
darah, perubahan nafas, nadi
dan dilatasi pupil). Analgesic Administration
Perubahan autonomic dalam 18. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas,
tonus otot (mungkin dalam dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
rentang dari lemah ke kaku). 19. Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
Tingkah laku ekspresif (contoh dosis, dan frekuensi
: gelisah, merintih, menangis, 20. Cek riwayat alergi
waspada, iritabel, nafas 21. Pilih analgesik yang diperlukan atau
panjang/berkeluh kesah) . kombinasi dari analgesik ketika
Perubahan dalam nafsu makan pemberian lebih dari satu
dan minum 22. Tentukan pilihan analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
23. Tentukan analgesik pilihan, rute
DS : pemberian, dan dosis optimal
24. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
Klien mengatakan secara pengobatan nyeri secara teratur
25. Monitor vital sign sebelum dan sesudah
verbal nyeri yang dirasakan pemberian analgesik pertama kali
26. Berikan analgesik tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
27. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
3. Ansietas berhubungan dengan Jangka Panjang : 1. Anxiety control 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
Ansietas dapat teratasi 2. Anxiety Reduction 2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
situasi krisis (tumor),
3. Coping pelaku pasien
perubahan kesehatan, Jangka Pendek : 4. Impulse control 3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang
Setelah dilakukan asuhan dirasakan selama prosedur
kurangnya paparan informasi
keperawatan selama 1x24 4. Pahami perspektif pasien terhadap situasi
akurat seputar rencana jam, ansietas dapat diatasi stres
dengan kriteria hasil : 5. Temani pasien untuk memberikan keamanan
tindakan pembedahan ditandai
1. Klien mampu dan mengurangi takut
dengan : mengidentifikasi dan 6. Berikan informasi faktual mengenai
mengungkapkan gejala diagnosis, tindakan prognosis
cemas 7. Dorong keluarga untuk menemani anak
DO : 2. Mengidentifikasi, 8. Lakukan back / neck rub
- Gelisah mengungkapkan dan 9. Dengarkan dengan penuh perhatian
- Insomnia menunjukkan tehnik 10. Identifikasi tingkat kecemasan
- Resah untuk mengontol cemas 11. Bantu pasien mengenal situasi yang
- Ketakutan 3. Vital sign dalam batas menimbulkan kecemasan
- Sedih normal 12. Dorong pasien untuk mengungkapkan
- Fokus pada diri 4. Postur tubuh, ekspresi perasaan, ketakutan, persepsi
- Kekhawatiran wajah, bahasa tubuh dan 13. Instruksikan pasien menggunakan teknik
- Cemas tingkat aktivitas relaksasi
menunjukkan 14. Ajarkan teknik non farmakologis untuk
berkurangnya kecemasan mengurangi kecemasan.
Post Operatif

No Diagnosa Keperawatan Perencanaan


Tujuan dan Kriteria Intervensi (NIC) Aktivitas (NIC)
Hasil (NOC)
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan Jangka Panjang : 1. Pain Level 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
Nyeri teratasi 2. Pain control komprehensif termasuk lokasi,
terputusnya kontinuitas jaringan
3. Comfort level karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
akibat pembedahan ditandai Jangka Pendek dan faktor presipitasi
Setelah dilakukan 2. Observasi reaksi nonverbal dari
dengan :
tindakan keperawatan ketidaknyamanan
2x24 jam, nyeri dapat 3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik
DO : teratasi dengan kriteria untuk mengetahui pengalaman nyeri
1. Laporan secara verbal atau hasil : pasien.
non verbal 1. Mampu mengontrol 4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon
2. Fakta dari observasi nyeri (tahu penyebab nyeri.
3. Gerakan melindungi nyeri, mampu 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
4. Tingkah laku berhati-hati menggunakan tehnik 6. Evaluasi bersama pasien dan tim
5. Muka topeng nonfarmakologi kesehatan lain tentang ketidakefektifan
6. Gangguan tidur (mata sayu, untuk mengurangi kontrol nyeri masa lampau.
tampak capek, sulit atau nyeri, mencari 7. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
gerakan kacau, menyeringai). bantuan) dan menemukan dukungan
7. Terfokus pada diri sendiri . 2. Melaporkan bahwa 8. Kontrol lingkungan yang dapat
8. Fokus menyempit (penurunan nyeri berkurang mempengaruhi nyeri seperti suhu
persepsi waktu, kerusakan dengan ruangan, pencahayaan dan kebisingan
proses berpikir, penurunan menggunakan 9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
interaksi dengan orang dan manajemen nyeri. 10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
lingkungan). 3. Mampu mengenali (farmakologi, non farmakologi dan inter
9. Tingkah laku distraksi, nyeri (skala, personal).
contoh : jalan-jalan, menemui intensitas, frekuensi 11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
orang lain dan/atau aktivitas, dan tanda menentukan intervensi.
aktivitas berulang-ulang) nyeri).Menyatakan 12. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
10. Respon autonom (seperti rasa nyaman setelah 13. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
diaphoresis, perubahan nyeri berkurang. 14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
tekanan darah, perubahan 4. Tanda vital dalam 15. Tingkatkan istirahat
nafas, nadi dan dilatasi pupil). rentang normal 16. Kolaborasikan dengan dokter jika ada
11. Perubahan autonomik dalam keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
tonus otot (mungkin dalam 17. Monitor penerimaan pasien tentang
rentang dari lemah ke kaku). manajemen nyeri
12. Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah, merintih, Analgesic Administration
menangis, waspada, iritabel, 18. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas,
nafas panjang/berkeluh kesah) dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
. 19. Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
13. Perubahan dalam nafsu dosis, dan frekuensi
makan dan minum 20. Cek riwayat alergi
21. Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika
DS : pemberian lebih dari satu
22. Tentukan pilihan analgesik tergantung
Klien mengatakan secara verbal tipe dan beratnya nyeri
23. Tentukan analgesik pilihan, rute
nyeri pemberian, dan dosis optimal
24. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara teratur
25. Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
26. Berikan analgesik tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
27. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)

2. Kerusakan integritas kulit b.d Tujuan Jangka Panjang 1. Tissue Integrity : Skin and 1. Kaji kondisi luka (lokasi, kedalaman,
: Mucous Membranes karakteristik, warna, cairan, granulasi, jaringan
destruksi mekanis jaringan
Kerusakan integritas kulit Management nekrotik, tanda – tanda infeksi lokal)
sekunder terhadap tekanan, tidak terjadi 2. Monitor kulit akan adanya kemerahan
3. Monitor status nutrisi pasien
gesekan dan fraksi akibat
Jangka Pendek: 4. Lakukan teknik perawatan luka dengan steril
Setelah dilakukan asuhan 5. Ajarkan pada keluarga tentang perawatan luka
immobilisasi ditandai dengan : keperawatan 3 x 24 jam 2. Wound Healing : Primer and 6. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
kerusakan integritas kulit Secunder kering
dapat diatasi dengan 3. Pressure Management 7. Berikan perawatan kulit untuk mencegah
DO : kriteria hasil : kerusakan kulit.
a. Gangguan pada bagian tubuh 1. Integritas kulit yang 8. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian
baik bisa yang longgar
b. Perubahan pigmentasi kulit dipertahankan 9. Hindari kerutan pada tempat tidur
c. Kerusakan lapisan kulit (sensasi, elastisitas, 10. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap
temperatur, hidrasi, dua jam sekali
(dermis) pigmentasi) 11. Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada
d. Gangguan permukaan kulit 2. Tidak ada luka/lesi derah yang tertekan
pada kulit
(epidermis) 3. Perfusi jaringan baik.
4. Menunjukkan
pemahaman dalam
proses perbaikan kulit
dan mencegah
terjadinya sedera
berulang.
5. Mampu melindungi
kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami
6. Menunjukkan proses
penyembuhan luka
3. Ketidakseimbangan nutrisi, Jangka Panjang: 1. Nutritional Status : food and 1. Kaji adanya alergi makanan
Ketidakseimbangan Fluid Intake 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
kurang dari kebutuhan tubuh b.d
nutrisi teratasi 2. Nutrition Management jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
hipermetabolik yang berhubungan pasien.
Jangka Pendek : 3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake
dengan tumor, efek kemoterapi,
Setelah dilakukan Fe
radiasi, pembedahan (anoreksia, tindakan keperawatan 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein
3x24 jam pola nutrisi dan vitamin C
iritasi lambung, kurangnya rasa
kembali normal dengan 5. Berikan substansi gula
pengecapan, nausea), emotional kriteria hasil : 6. Yakinkan diet yang dimakan mengandung
1. Adanya peningkatan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
distress, fatigue, ketidakmampuan
berat badan sesuai 7. Berikan makanan yang terpilih ( sudah
mengontrol nyeri ditandai dengan: dengan tujuan dikonsultasikan dengan ahli gizi)
2. Berat badan ideal 8. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
sesuai dengan tinggi makanan harian.
DO : badan 9. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
3. Mampu 10. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
- Berat badan 20 % atau lebih di mengidentifikasi 11. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan
bawah ideal kebutuhan nutrisi nutrisi yang dibutuhkan
- Dilaporkan adanya intake 4. Tidak ada tanda tanda
makanan yang kurang dari malnutrisi
RDA (Recomended Daily 5. Tidak terjadi Nutrition Monitoring
Allowance) penurunan berat 1. BB pasien dalam batas normal
- Membran mukosa dan badan yang berarti 2. Monitor adanya penurunan berat badan
konjungtiva pucat 3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
- Kelemahan otot yang dilakukan
digunakan untuk 4. Monitor interaksi anak atau orangtua selama
menelan/mengunyah makan
- Luka, inflamasi pada rongga 5. Monitor lingkungan selama makan
mulut 6. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
- Mudah merasa kenyang, selama jam makan
sesaat setelah mengunyah 7. Monitor kulit kering dan perubahan
makanan pigmentasi
- Dilaporkan atau fakta adanya 8. Monitor turgor kulit
kekurangan makanan 9. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan
mudah patah
- Dilaporkan adanya 10. Monitor mual dan muntah
perubahan sensasi rasa 11. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan
- Perasaan ketidakmampuan kadar Ht
untuk mengunyah makanan 12. Monitor makanan kesukaan
- Miskonsepsi 13. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
- Kehilangan BB dengan 14. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
makanan cukup jaringan konjungtiva
- Keengganan untuk makan 15. Monitor kalori dan intake nuntrisi
- Kram pada abdomen 16. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik
- Tonus otot jelek papila lidah dan cavitas oral.
- Nyeri abdominal dengan 17. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
atau tanpa patologi
- Kurang berminat terhadap
makanan
- Pembuluh darah kapiler
mulai rapuh
- Diare dan atau steatorrhea
- Kehilangan rambut yang
cukup banyak (rontok)
- Suara usus hiperaktif
- Kurangnya informasi,
misinformasi

4. Resiko tinggi infeksi berhubungan Jangka Panjang : 1. Knowledge : Infection Control 1. Kaji kondisi luka secara komprehensif
2. Infection Protection (lokasi, derajat, kedalaman, karakteristik
dengan tidak adekuatnya
Infeksi tidak terjadi 3. Risk Control luka, penyebaran)
pertahanan tubuh sekunder dan 2. Inspeksi kulit dan membran mukosa
Jangka Pendek : terhadap kemerahan, panas, drainase
sistem imun (efek kemoterapi atau
3. Kaji tanda dan gejala infeksi sistemik dan
radiasi), malnutrisi, prosedur Setelah dilakukan lokal
tindakan keperawatan 3 x 4. Berikan perawatan kulit pada area yang
invasif, ketidakcukupan
24 jam, resiko infeksi luka dengan teknik steril
pengetahuan untuk menghindari dapat teratasi dengan 5. Bersihkan lingkungan setelah dipakai
kriteria hasil : pasien lain
paparan patogen, perawatan luka
6. Monitor hitung granulosit, WBC
pasca pembedahan yang kurang 1. Klien bebas dari tanda 7. Monitor kerentanan terhadap infeksi
dan gejala infeksi 8. Batasi pengunjung bila perlu
tepat ditandai dengan :
2. Mendeskripsikan 9. Instruksikan pada pengunjung untuk
proses penularan mencuci tangan saat berkunjung dan
DO : penyakit, factor yang setelah berkunjung meninggalkan pasien
mempengaruhi 10. Cuci tangan sebelum dan setelah kontak
- Prosedur Infasif penularan serta dan melakukan tindakan
- Ketidakcukupan pengetahuan penatalaksanaannya, 11. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
3. Menunjukkan gejala infeksi
untuk menghindari paparan kemampuan untuk 12. Ajarkan klien cara menghindari infeksi
patogen mencegah timbulnya dengan cuci tangan dengan teknik yang
infeksi tepat.
- Trauma 4. Jumlah leukosit dalam 13. Pertahankan lingkungan aseptik selama
- Kerusakan jaringan dan batas normal pemasangan alat
5. Menunjukkan perilaku 14. Tingkatkan intake nutrisi
peningkatan paparan hidup sehat 15. Dorong intake nutrisi dan cairan yang
lingkungan 6. Status imun, adekuat
gastriintestinal, 16. Dorong istirahat yang adekuat
- Ruptur membran amnion genitourinasria dalam 17. Kolaborasi pemberian antibiotik dan
- Agen farmasi batas normal. antiinflamasi
(imunosupresan)
- Malnutrisi
- Peningkatan paparan
lingkungan patogen
- Imonusupresi
- Ketidakadekuatan imum
buatan
- Tidak adekuat pertahanan
sekunder (penurunan Hb,
Leukopenia, penekanan
respon inflamasi)
- Tidak adekuat pertahanan
tubuh primer (kulit tidak utuh,
trauma jaringan, penurunan
kerja silia, cairan tubuh statis,
perubahan sekresi pH,
perubahan peristaltik)
- Penyakit kronik
14. Daftar Referensi

Anonim.2012. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Tumor Vesika Urianaria. Diakses Pada 14 Februari 2013. www.ilmubedah.com.
Brunner & Suddarth.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta : EGC
Bulechet, Gloria et. Al. 2004. Nursing Interventions Clasification (NIC) Fouth Edition. Mosby, Inc
Johnseon, Marion et al. 2000. Nursing Outcome Classification (NOC) second edition. Mosby, Inc
Kowalak, J., et al. 2011. Buku Ajar Patofisiologi.Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : FKUI
Nanda. 2005. Nursing Diagnosis : Definition dan Classification. Alih Bahasa Ani Haryani. Bandung: Akper Aisyiah.
Rizki. 2003. Mengenal Penyakit Tumor Buli – Buli. Diakses Pada 14 Februari 2013. http://www.nursingbegin.com
Yuda. 2010. Penyakit Tumor Kandung Kemih . Diakses Pada 14 Februari 2013. http://dokterdabedah.com.

Anda mungkin juga menyukai