PERFORASI GASTER
A. Anatomi Fisiologi
Fisiologi Gaster
Fungsi utama sistem pencernaan adalah memindahkan nutrien,
air, dan elektrolit dari makanan yang kita telan ke dalam lingkungan
internal tubuh. Sistem pencernaan melakukan empat proses
pencernaan dasar yaitu: motilitas, sekresi, digesti, dan absorpsi
(Guyton, 2014).
Ketika tidak ada makanan, mukosa lambung berbentuk lipatan
yang besar, disebut rugae, dapat dilihat dengan mata telanjang. Pada
2
B. Definisi
Perforasi gastrointestinal merupakan suatu bentuk penetrasi yang
komplek dari lambung, usus halus, usus besar, akibat dari bocornya isi dari usus
ke dalam rongga perut. Perforasi dari usus mengakibatkan secara potensial
untuk terjadinya kontaminasi bakteri dalam rongga perut (keadaan ini dikenal
dengan istilah peritonitis). Perforasi lambung berkembang menjadi suatu
peritonitis kimia yang di sebabkan karna kebocoran asam lambung ke dalam
rongga perut. Perforasi dalam bentuk apapun yang mengenai saluran cerna
merupakan suatu kasus kegawatan bedah.
Perforasi pada saluran cerna sering di sebabkan oleh penyakit-penyakit
seperti ulkus gaster, appendicitis, keganasan pada saluran cerna, atau trauma
C. Etiologi
1. Perforasi Non-Trauma, Misalnya :
4
D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala perforasi gaster adalah :
1. Kesakitan hebat pada perut dan kram diperut.
2. Nyeri di daerah epigastrium.
3. Hipertermi
4. Takikardi
5. Hipotensi
6. Biasanya tampak letargik karna syok toksik.
E. Patofisologi
Dalam keadaan normal, lambung relatif bersih dari bakteri dan
mikroorganisme lain karena kadar asam intraluminalnya yang tinggi.
Kebanyakan orang yang mengalami trauma abdominal memiliki fungsi gaster
normal dan tidak berada dalam resiko kontaminasi bakteri setelah perforasi
gaster. Namun, mereka yang sebelumnya sudah memiliki masalah gaster
beresiko terhadap kontaminasi peritoneal dengan perforasi gaster. Kebocoran
cairan asam lambung ke rongga peritoneal sering berakibat peritonitis kimia yang
dalam. Jika kebocoran tidak ditutup dan partikel makanan mencapai rongga
peritoneal, peritonitis kimia bertahap menjadi peritonitis bakterial. Pasien
mungkin bebas gejala untuk beberapa jam antara peritonitis kimia awal sampai
peritonitis bakterial kemudian.
Adanya bakteri di rongga peritoneal merangsang influks sel-sel inflamasi
akut. Omentum dan organ dalam cenderung untuk melokalisasi tempat inflamasi,
membentuk flegmon (ini biasanya terjadi pada perforasi usus besar). Hipoksia
5
F. Pemeriksaan Penunjang
Sejalan dengan penemuan klinis, metode tambahan yang dapat dilakukan
adalah :
1. foto polos abdomen pada posisi berdiri.
2. Ultrasonografi
Ultrasonografi adalah metode awal untuk kebanyakan kondisi akut
abdomen. Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi cairan bebas
dengan berbagai densitas, yang pada kasus ini adalah sangat tidak
homogen karena terdapat kandungan lambung..
3. CT-scan
CT scan abdomen adalah metode yang jauh lebih sensitif untuk
mendeteksi udara setelah perforasi, bahkan jika udara tampak seperti
gelembung dan saat pada foto rontgen murni dinyatakan negatif. Oleh
karena itu, CT scan sangat efisien untuk deteksi dini perforasi gaster.
6
PATHWAYS
3. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan perlukaan pada lambung.
b. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi tidak adekut.
c. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan
muntah.
d. Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan
4. Intervensi
a. Nyeri berhubungan dengan adanya perlukaan di lambung.
Tujuan :Setelah dilakukkan tindakan selama 3 × 24 jam diharapkan
terdapat penurunan respon nyeri / nyeri hilang.
Kriteria hasil :Tingkat kenyamanan, (perasaan senang) tingkat persepsi
positif terhadap kemudahan fisik dan psikologis, tindakan
individu untuk mengendalikan nyeri, keparahan nyeri dapat
diamati / dilaporkan, jumlah nyeri yang dilaporkan.
Intervensi Keperawatan:
1) Gunakan laporan dari pasien sendiri pilihan pertama.
Rasional: Guna mengumpulkan informasi pengkajian.
2) Minta pasien untuk menilai nyeri.
Rasional: Membantu menilai nyeri atau ketidaknyamanan.
3) Gunakan lembar alur nyeri.
Rasional: Memantau pengurangan nyeri dari analgetik dan efek
sampingnya.
10
DAFTAR PUSTAKA
Pieter, John, editor : Sjamsuhidajat,R. dan De Jong, Wim, Bab 31 : Lambung dan
Duodenum,
Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, EGC : Jakarta, 2004. Hal. 541-59.
Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid 2, editor : Mansjoer, Arif., Suprohalta.,
Wardhani, Wahyu Ika., Setiowulan, Wiwiek., Fakultas Kedokteran UI, Media
Aesculapius, Jakarta : 2000
Sofić, Amela., Bešlić, Šerif., Linceder, Lidija., Vrcić, Dunja., Early radiological
diagnostics of gastrointestinal perforation, available from http://www.onko-
i.si/uploads/articles/Radiology_40_2_2.pdf