Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

CA MAMAE DI RUANG MAWAR

RSUD RAA SOEWONDO PATI

Disusun Oleh :

Nama : Nila Sovya Huda

Nim : 920173080

Prodi : S1 Ilmu Keperawatan

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

2019/2020
A. Pengertian

Ca mammae adalah suatu penyakit pertumbuhan sel, akibat adanya onkogen yang
menyebabkan sel normal menjadi sel kanker pada jaringan payudara (Karsono, 2010).
Ca mammae merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara.
Kanker bisa tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak, maupun
jaringan ikat pada payudara (Wijaya, 2010).
Ca mammae (carcinoma mammae) adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar,
saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara. Ca
mammae adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa
mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat
pada payudara. (Medicastore, 2010)

B.  Etiologi
Sebab keganasan pada payudara masih belum jelas, tetpi ada beberapa faktor yang
berkaitan erat dengan munculnya keganasan payudara yaitu: virus, faktor lingkungan ,
faktor hormonl dan familial
1. Wanita resiko tinggi dari pada pria (99:1)
2. Usia: resiko tertinggi pada usia diatas 30 tahun
3. Riwayat keluarga: ada riwayat keluarga Ca Mammae pada ibu/saudara perempuan
4. Riwayat meastrual:
Early menarche (sebelum 12 thun)
Late menopouse (setelah 50 th)
5.   Riwayat kesehatan: Pernah mengalami/ sedang menderita otipical hiperplasia atau
benign proliverative yang lain pada biopsy payudara, Ca. endometrial.
6. Menikah tapi tidak melahirkan anak
7. Riwayat reproduksi: melahirkan anak  pertama diatas 35 tahun.
8. Tidak menyusui
9. Menggunakan obat kontrasepsi oral yang lama, penggunaan therapy estrogen
10.  Mengalami trauma berulang kali pada payudara
11.  Terapi radiasi; terpapar dari lingkungan yang terpapar karsinogen
12.  Obesitas
C.  Stadium

Tahap 0 Tis N0 M0
Tahap I T1 N0 M0
Tahap IIA T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
Tahap IIB T2 N1 M0
T3 N1 M0
Tahap IIIA T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1 M0
Tahap IIIB T4 Sembarang N M0
Semabarang T N3 M0
Tahap IV Semabarang T Sembarang N M1

Ket:
Tumor Primer (T)
a) T0: Tidak ada bukti tumor primer
b) Tis: Karsinoma insitu: karsinoma intraduktal, karsinoma lobular insitu, atau
penyakit paget puting susu dengan atau tanpa tumor
c) T1: Tumor ≤ 2 cm dalam dimensi terbesarnya
d) T2: Tumor > 2 cm tetapi tidak > 5 cm dalam dimensi terbesarnya
e) T3: Tumor > 5 cm dalam dimensi terbesarnya
f) T4: Tumor sembarang ukuran dengan arah perluasan ke dinding dada atau kulit.
Nodus Limfe Regional (N)
a) N0: Tidak ada metastasis nodus limfe regional
b)  N1: Metastasis ke nodus limfe aksillaris ipsilateral (s) yang dapat ditegakkan
c) N2: Metastasis ke nodus limfe aksillaris ipsilateral (s) terfiksasi pada satu sama lain
atau pada struktur lainnya
d) N3: Metastasis ke nodus limfe mamaria internal ipsilateral
Metastasis Jauh
a) M0: Tidak ada metastasis yang jauh
b) M1: Metastasis jauh (termasuk metastasis ke nodus limfe supraklavikular
ipsilateral)

D. Stadium

1. Stadium 0   : kanker insitu dimana sel-sel kanker berada pada tempatnya didalam
payudara yang normal
2. Stadium I    : tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm dan belum menyebar
keluar payudara
3. Stadium IIa : tumor dengan garis tengah 2-5 cm dan belum menyebar ke kelenjar
getah bening ketiak.
4. Stadium IIb : tumor dengan garis tengah lebih besar dari 5 cm dan belum
menyebar ke kelenjar getah bening ketiak
5. Stadium IIIa : tumor dengan garis tengah kurang dari 5 cm dan menyebar ke
kelenjar getah bening ketiak disertai perlekatan satu sama lain
6. Stadium IIIb : tumor telah menyusup  keluar payudara, yaitu ke dalam kulit
payudara atau dinding dada
7. Stadium IV   : tumor telah menyebar keluar daerah payudara dan dinding dada.

E. Patofisiologi

Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut
transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi:
1. Fase Inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel
yang  memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini
disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan
kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. tetapi tidak semua sel
memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen. kelainan genetik  dalam
sel atau bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih rentan
terhadap suatu karsinogen. bahkan gangguan fisik menahunpun bisa membuat sel
menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.

2. Fase Promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah
menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh
oleh promosi. karena itu diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan
(gabungan dari sel yang peka dan suatu karsinogen).
Kanker  mammae merupakan penyebab utama kematian pada wanita
karena kanker (Maternity Nursing, 2010). Penyebab pasti belum diketahui, namun
ada beberapa teori yang menjelaskan bagaimana terjadinya keganasan pada
mammae, yaitu:
·           Mekanisme hormonal, dimana perubahan keseimbangan hormone estrogen dan
progesterone yang dihasilkan oleh ovarium mempengaruhi factor pertumbuhan sel
mammae (Smeltzer & Bare, 2011). Dimana salah satu fungsi estrogen adalah
merangasang pertumbuhan sel mammae .
Suatu penelitian menyatakan bahwa wanita yang diangkat ovariumnya pada usia
muda lebih jarang ditemukan menderita karcinoma mammae, tetapi hal itu tidak
membuktikan bahwa hormone estrogenlah yang, menyebabkan kanker  mammae
pada manusia. Namun menarche dini dan menopause lambat ternyata disertai
peninmgkatan resiko Kanker  mammae dan resiko kanker  mammae lebih tinggi
pada wanita yang melahirkan anak pertama pada usia lebih dari 30 tahun.
·           Virus,  Invasi virus yang diduga ada pada air susu ibu menyebabkan adanya
massa abnormal pada sel yang sedang mengalami proliferasi.\
·           Genetik
o    Kanker  mammae yang bersifat herediter dapat terjadi karena adanya “linkage
genetic”  autosomal dominan.
o    Penelitian tentang biomolekuler  kanker menyatakan delesi kromosom 17    
mempunyai peranan penting untuk terjadinya transformasi malignan.
 mutasi gen BRCA 1 dan BRCA 2 biasanya ditemukan pada klien dengan riwayat
keluarga kanker mammae dan ovarium (Robbin & kumar, 2010) serta mutasi gen
supresor tumor p 53 (Murray, 2011).

·            Defisiensi imun
Defesiensi imun terutama limfosit T  menyebabkan penurunan produksi interferon
yang berfungsi untuk menghambat terjadinya proliferasi sel dan jaringan kanker
dan meningkatkan aktivitas antitumor. Gangguan proliferasi tersebut akan
menyebabkan timbulnya sel kanker pada jaringa epithelial dan paling sering pada
system duktal. Mula-mula terjadi hyperplasia sel dengan perkembangan sel
atipikal. Sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma.
Kanker butuh waktu 7 tahun untuk dapat tumbuh dari sebuah sel tunggal menjadi
massa yang cukup besar untuk bias diraba. Invasi sel kanker yang mengenai
jaringan yang peka terhadap sensasi nyeri akan menimbulkan rasa nyeri, seperti
periosteum dan pelksus saraf. Benjolan yang tumbuh dapat pecah dan terjadi
ulserasi pada kanker lanjut.
Pertumbuhan sel terjadi irregular dan bisa menyebar melalui saluran limfe dan
melalui aliran darah. Dari saluran limfe akan sampai di  kelenjer limfe
menyebabkan terjadinya pembesaran kelenjer limfe regional. Disamping itu juga
bisa menyebabkan edema limfatik dan kulit bercawak (peau d’ orange). 
Penyebaran yang terjadi secara hematogen akan menyebabkan timbulnya
metastasis pada jaringan  paru, pleura, otak tulang (terutama tulang tengkorak,
vertebredan panggul)
Pada tahap terminal lanjut penderita umumnya menderita kehilangan progersif
lemak tubuh dan badannya menjadi kurus disertai kelemahan yang sangat,
anoreksia dan anemia. Simdrom yang melemahkan ini dinyatakan sebagai kakeksi
kanker.

F. PATHWAYS
G. Manifestasi Klinis

1) Adanya massa atau benjolan pada buah dada


2) Perubahan simetri pada buah dada
3) Perubahan kulit pada buah dada, penebalan, cekungan, kulit pucat sekitr puting
susu, adanya mengkerut seperti kulit jeruk purut dan adanya ulkus.
4) Perubahan temperatur kulit (hangat, panas, kemerahan)
5) Adanya cairan yang keluar dari puting susu
6) Perubahan pada puting susu, seperti gatal, terbakar, adanya erosi dan terjadi
retraksi.
7) Rasa sakit
8) Penyebaran kanker ke tulang sehingga tulang mudah rapuh dan terjadi peningkatan
kalsium di dalam darah
9) Pembengkakan di daerah lengan.

H.   Pemeriksaan Penunjang

a) Pemeriksaan mammografi
b) Pemeriksaan dengan sinar X pada payudara.
c) Pemeriksaan biopsy
d) Mengangkat jaringan kelenjar susu sedikit.
e) Ultra sonound
f) Untuk membedakan antara kista dan tumor.
g) Scan tulang, CT Scan, menghitung ubtausi alkali fos ftase fungsi hati, biopsi hati
dapat digunakan sebagai deteksi penyebar kanker buah dada.
h) Tes hurmanal receptor assay
i)  Dipergunakan untuk mengetahui apakah tumor tergantung pada estrogen atau
progesteron.

I.  Penatalaksanaan

I. Pembedahan
a) Mastectomy radikal yang dimodifikasi
Pengangkatan payudara sepanjang nodu limfe axila sampai otot pectoralis
mayor. Lapisan otot pectoralis mayor tidak diangkat namun otot pectoralis
minor bisa jadi diangkat atau tidak diangkat.
b) Mastectomy total
Semua jaringan payudara termasuk puting dan areola dan lapisan otot
pectoralis mayor diangkat. Nodus axila tidak disayat dan lapisan otot dinding
dada tidak diangkat.
c) Lumpectomy/tumor
Pengangkatan tumor dimana lapisan mayor dri payudara tidak turut
diangkat. Exsisi dilakukan dengan sedikitnya 3 cm jaringan payudara normal
yang berada di sekitar tumor tersebut.
d) Wide excision/mastektomy parsial.
Exisisi tumor dengan 12 tepi dari jaringan payudara normal.
e) Ouadranectomy.
Pengangkatan dan payudara dengan kulit yang ada dan lapisan otot
pectoralis mayor.
II. Radiotherapy
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula
merupakan therapi tunggal. Adapun efek samping: kerusakan kulit di sekitarnya,
kelelahan, nyeri karena inflamasi pada nervus atau otot pectoralis, radang
tenggorokan.
III. Chemotherapy
Pemberian obat-obatan anti kanker yang sudah menyebar dalam aliran
darah. Efek samping: lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan, kerontokan
membuat, mudah terserang penyakit.
IV.      Manipulasi hormonal.
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk kanker yang sudah
bermetastase. Dapat juga dengan dilakukan bilateral oophorectomy. Dapat juga
digabung dengan therapi endokrin lainnya.

J.   Diagnosa Keperawatan

1) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa


tumor
2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi lengan/bahu.
3) Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh.
4) Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah
5) Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.
6) Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan
penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.
7) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat
8) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidak seimbangan perfusi ventilasi

K. Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Keperawatan NOC NIC


O
1. Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan 1. Kaji karakteristik
nyeri berhubungan tindakan keperawatan nyeri, skala nyeri, sifat
dengan adanya selama 3x24jam nyeri, lokasi dan
penekanan massa tumor diharapkan nyeri penyebaran.
berkurang dengan 2.Beri posisi yang
kriteria hasil : menyenangkan
1.Klien mengatakan 3. Anjurkan teknik
nyeri berkurang atau relaksasi napas dalam.
hilang 4. kolaborasi dengan
2.Nyeri tekan tidak ada tim medis lain dalam
3.Ekspresi wajah pemberian obat
tenang analgesik
4.Luka sembuh dengan
baik

2. Gangguan mobilitas Setelah dilakukan 1. observasi TTV


fisik berhubungan tindakan keperawatan 2. Bantu dalam
dengan imobilisasi selama 3x24jam aktivitas perawatan diri
lengan/bahu. diharapakan klien dapat sesuai keperluan
beraktivitas kembali 3. ajarkan pasien untuk
dengan krieria hasil : ambulasi
1. Klien dapat 4. kolaborasi dengan
beraktivitas sehari-hari. terapi fisik tentang
2. Peningkatan rencana ambulisasi
kekuatan bagi tubuh sesuai dengan
yang sakit. kebutuhan

3. Kecemasan Setelah dilakukan 1. observasi TTV


2. Dorong klien untuk
berhubungan dengan tindakan keperawatan
mengekspresikan
perubahan gambaran selama 3x24jam
perasaannya.
tubuh. diharapkan kecemasan
3. Diskusikan tanda
dapat berkurang dengan
dan gejala depresi.
kriteriaa hasil :
4. kolaborasi dengan
1. Klien tampak tenang
keluarga dalam
2. Mau berpartisipasi
mengatasi kecemasan
dalam program terapi

4. Gangguan harga diri Setelah dilakukan 1. monitoring TTV


berhubungan dengan tindakan keperawatan 2. Berikan dukungan
kecacatan bedah selama 3x24jam emosi klien.
diharapkan Klien dapat 3. Anjurkan keluarga
menerima keadaan klien untuk selalu
dirinya dengan kriteria mendampingi klien.
hasil : 4. Diskusikan dengan
1. Klien tidak malu klien atau orang
dengan keadaan terdekat respon klien
dirinya. terhadap penyakitnya.
2. Klien dapat
menerima efek
pembedahan.

5. Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. Kaji adanya tanda –


berhubungan dengan tindakan keperawatan tanda infeksi
luka operasi. selama 3x24jam 2. Lakukan pencucian
diharapakan Tidak tangan sebelum dan
terjadi infeksi dengan sesudah prosedur
kriteria hasil : tindakan.
1. Tidak ada tanda – 3. Lakukan prosedur
tanda infeksi. invasif secara aseptik
2. Luka dapat sembuh dan antiseptik.
dengan sempurna. 4. Penatalaksanaan
pemberian antibiotik

6. Kurangnya Setelah dilakukan 1. Jelaskan tentang


pengetahuan tentang tindakan keperawatan proses penyakit,
kondisi, prognosis, dan selama 3x24jam prosedur pembedahan
serta pengobatan diharapkan Klien dan harapan yang akan
penyakitnya mengerti tentang datang.
berhubungan dengan penyakitnya dengan 2. Dorong pemeriksaan
kurangnya informasi. kriteria hasil : diri sendiri secara
1. Klien tidak teratur pada payudara
menanyakan tentang yang masih ada.
penyakitnya. 3. Anjurkan untuk
2. Klien dapat pijatan lembut pada
memahami tentang insisi/luka yang
proses penyakitnya dan sembuh dengan
pengobatannya. minyak.
4. Diskusikan perlunya
keseimbangan
kesehatan, nutrisi,
makanan dan
pemasukan cairan yang
adekuat.

7. Gangguan pemenuhan Setelah dilakukan 1. Kaji pola makan


kebutuhan nutrisi tindakan 3x24jam klien
berhubungan dengan diharapkan kebutuhan 2. timbang berat badan
intake yang tidak nutrisi terpenuhi pasien
adekuat dengan kriteria hasil : 3. Anjurkan klien untuk
1. Nafsu makan makan dalam porsi
meningkat kecil tapi sering
2. Klien tidak lemah 4. Libatkan keluarga
3. Hb normal (12 – 14 dalam pemenuhan
gr/dl) nutrisi klien

8. Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan 1. observasi TTV


berhubungan dengan tindakan keperawatan 2. auskultasi suara nfas
ketidak seimbangan selama 3x24jam tambahan (ronchi)
perfusi ventilasi diharapkan pola nafas 3. ajarkan pasien posisi
kembali normal dengan semi fowler
kriteria hasil : 4.kolaborasi dengan
1. spo2 normal tim medis lain dalam
pemberian O2

L. DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2010. Keperawatan Medikal Bedah vol 2. Jakarta : EGC


Mansjoer, Arif. 2011. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius
Carpenito Lynda Juall.2010. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. jakarta : EGC
Marilyan, Doenges E. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman untuk perencanaan
dan  pendokumentasian perawatyan px)  Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai