A. Definisi
Kolelitiasis adalah batu yang terbentuk oleh colesterol, kalsium, bilirubinat atau
campuran yang disebabkan oleh perubahan pada komposisi empedu ( Marlyn E
Doengoes, 2000).
Batu empedu adalah endapan satu atau lebih komponen empedu berupa kolesterol,
bilirubin, garam-garam empedu, kalsium dan protein.
B. Etiologi
Batu-batu (kalkuli) dibuat oleh kolesterol, kalsium bilirubinat, atau campuran,
disebabkan oleh perubahan pada komposisi empedu. Batu empedu dapat terjdi pada
duktus koledukus, duktus hepatika, dan duktus pankreas. Kristal dapat juga
terbentuk pada submukosa kandung empedu menyebabkan penyebaran inflamasi.
(Doenges, Marilynn, E. 1999).
Batu kolesterol merupakan unsure normal pembentuk empedu yang bersifat tidak
larut dalam air. Kelarutannya tergantung pada asam empedu dan lesitin dalam
empedu. Pada pasien yang cenderung menderita batu empedu akan terjadi
penurunan sintesis asam dan peningkatan kolesterol dalam hati sehingga
mengendap dan membentuk batu.getah empedu yang jenuh oleh kolesterol
merupakan predisposisi untuk timbulnya batu empedu dan berperan sebagai iritan
yang menyebabkan peradangan dalam kandung empedu.
( Brunner & Suddarth : 2001 )
1
Pathway Kolelitiasis
Faktor predisposisi
Kolelitiasis
Tidak larut dalam air Pigmen yang tidak Kolestrol & pigmen
terkonjugasi yang tidak terkonjugasi
Meningkatkan sekresi
Pengendapan
Pengendapan dalam hati
Memburuk/besar
Ansietas
2
D. Manifestasi klinis
Batuempedudapatmengalami 2 jenisgejala :
Gejalanyabisabersifatakutataukronis
1. Rasa NyeridanKolikBilier
Jikaduktussistikustersumbatolehbatuempedu,
kandungempeduakanmengalamidistensi&akhirnyainfeksi.
Pasienakanmenderitapanasdanmungkinterabamassapadatpada abdomen.
Pasiendapatmengalamikolikbilierdisertainyerihebatpada abdomen
kuadrankananatas yang menjalarkepunggung/bahukanan ; rasa
nyeriinibiasanyadisertaidenganmualdanmuntah.
2. Ikterus
Obstruksipengalirangetahempedukedalam duodenum akanmenimbulkangejala
yang khas, yaitu :getahempedu yang tidaklagidibawakedalam duodenum
akandiserapolehdarahdanpenyerapanempeduinimembuatkulitdanmembranmuko
saberwarnakuning.
3. PerubahanWarnaUrin&Feses
Ekskresipigmenempeduolehginjalakanmembuat urine berwarnasangatgelap.
Feses yang
tidaklagidiwarnaiolehpigmenempeduakantampakkelabudanbiasanyapekat (clay-
colored).
4. Defisiensi Vitamin
Obstruksialiranempedujugamenggangguabsorbsi vitamin A, D, E & K yang
larutdalamlemak.Defisiensi vitamin K dapatmengganggupembekuandarah yang
normal.
3
E. Pemeriksaan penunjang
1. darah lengkap : lekositosis sedang
2. bilirubin dan amilase “ meningkat
3. enzim hati serum-AST ( SGPT ) ; ALT ( SGPT ) ; LDH ; agak meningkat, ditandai
obstruksi bilier
4. kadar protrombin : menurun bila obstruksi aliran empedu dalam usus
menurunkan absorbsi vitamin K
5. Ultrasound :menyatakan kalkuli dan distensi kandung empedu dan atau duktus
empedu
6. Kolangiopankreatografi retrograd endoskopik : memperlihatkan percabangan
bilier dengan kanulasi duktus koledukus melalui duodenum
7. Kolangiografi transhepatik perkutaneus : pembedahan gambaran dengan
fluoroskopi antara penyakit kandung empedu dan kanker pangkreas (bila ikterik
ada).
8. Kolesistogram (untuk kolesistitis kronik) : menyatakan batu pada sistem empedu.
Kontraindikasi pada kolesistitis karena pasien terlalu lemah untuk menelan zat
lewat mulut.
9. Scan CT : dapat menyatakan kista kandung empedu, dilatasi duktus empedu
danmembedakan antara ikterik obstruksi / non obstruksi.
10. Scan hati ( dengan zat radioaktif ) : menunjukkan obsruksi percabangan bilier
11. Foto abdomen ( multiposisi) : menyatakan gambaran radiologi (kalsifikasi) batu
empedu, kalsifikasi dinding atau pembesaran kandung empedu.
12. Foto dada : menunjukkan pernapasan yang menyebabkan penyebaran nyeri.
F. Penatalaksanaan medis
1) Penatalaksanaan Pendukung dan Diet
Kurang lebih 80% dari pasien – pasien inflamasi akut kandung empedu sembuh
dengan istirahat, cairan infus, penghisapan nasogastrik, analgesik dan antibiotik.
Intervensi bedah harus di tunda sampai gejala akut mereda dan evaluasi yang
lengkap dapat dilaksanakan, kecuali jika kondisi pasien memburuk.
( Smeltzer, 2002 )
Manajemen terapi :
Diet rendah lemak, rendah kalori, dan tinggi protein
Pemasangan pipa lambung bila terjadi distensi perut
Observasi keadaan umum dan pemeriksaan vital sign
Dipasang infus program cairan elektrolit dan glukosa untuk mengatasi syok.
4
Pemberian antibiotik sistemik dan vitamin K (anti koagulopati)
2) Pengangkatan batu empedu tanpa pmbedahan.
Pelarutan bahan empedu dengan bahan pelarut (misalnya :
monooktanion atau metil tertier butil eter / MTBE) dengan melalui jalur
selang atau kateter yang di pasang perkutan langsung kedalam kandung
empedu ; melalaui selang atau drain yang di masukkan melalui saluran T
Tubeuntuk melarutkan batu yang belum di keluarkan saat pembedahan;
melalui endoskop ERCP; atau kateter biliar transnasal. Pengangkatan non
bedah dengan bberapa metode di gunakan untuk mengeluarkan batu yang
belum diangkatpada saat kolisistomi atau yang terjepit dalam duktus
koledukus.
Prosedur pertama sebuah kateter dan alat di sertai jaring yang
terpasang padanya disisipkan lewat saluran T Tube atau lewat fistula yang
terbentuk saat insersi T Tube; jaring di gunakan untuk memasang dan
menggunakan endoskop ERCP. Setelah endoskop terpasang, alat
pemotong dimasukkan lewat endoskop tersebut kedalam ampula Vater dari
duktus kolbatuedukus. Alat ini di gunakan untuk memotong serabut –
serabut mukosa atau papila dari spingter Oddi sehingga mulut spingter
tersebut dapat di perlebar. Perlebaran ini memungkinkan yang terjepit untuk
bergerak dengan spontan kedalam duodenum . alat lain yang di lengkapi
dengan jaring atau balon kecil pada ujungnya dapat dimasukkan melelui
endoskop untuk mengluarkan batu empedu . meskipun komplikasi setelah
tindakan ini jarang terjadi, namun kondisi pasien harus diobservasi dengan
ketat untuk mengamati terjadinya perdarahan, perforasi, pankreatitis.
ESWL (Exstrakorporeal Shock – Wve Lithotripsy) prosedur noninvasiv
ini menggunakan gelombang kejut berulang (Repeated Shock Wave) yang di
arahkan pada batu empedu atau duktus koledukus dengan maksut
memecah betu tersebut menjadi beberapa sejumlah fragmen. ( Smeltzer,
2002 )
3) Penatalaksanaan bedah
Penanganan bedah pada penyakit batu empedu dan kandung empedu di
laksanakan untuk mengurangi gejala yang sudah berlangsung lama, untuk
mengurangi penyebab kolik bilier dan untuk mengurangi kolasistisi akut.
Pembedahan dengan efektif dilaksanakan jika gejala yang di rasakan pasien
sudah mereda atau bisa di laksanakan sebagai suatu prosedurdarurat bila
mana kondisi pasien mengharuskannya.
Tindakan operatif meliputi :
5
Sfingerotomi endoskopik
PTBD(perkutaneus transhepatik bilirian drainage)
Pemasangan T Tube saluran empedu endoskop
Laparatomi kolesistomi pemasangan T Tube
4) Penatalaksanaan pra operatif
Pemeriksaan sinar X pada kandung empedu
Foto thoraks
Ektrokardiogram
Pemeriksaan faal hati
Vitamin K (diberikan bila kadar protombin pasien rendah)
Terapi komponen darah
Pemenuhan kebutuhan nutrisi, pemberian larutan glukosa secara
intravenabersama suplemen hidrolisat protein mungkin di berikan
untuk membantukesembuhan luka dan mencegah kerusakan hati.
G. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada kolelitiasis yaitu :
1) Asimtomatik
2) Obstruksi duktus sistikus
3) Kolik bilier
4) Kolesistitis akut
5) Perikolesistitis
6) Peradangan pankreas (pankreatitis)
7) Perforasi
8) Kolesistitis kronis
9) Hidrop kandung empedu
10) Empiema kandung empedu
11) Fistel kolesistoenterik
12) Batu empedu sekunder (Pada 2-6% penderita, saluran menciut kembali dan
batu empedu muncul lagi)
13) Ileus batu empedu (gallstone ileus)
6
II
A. Pengkajian Keperawatan
1. Pengumpulan Data
Klien mengeluh nyeri pada abdomen kuadran kanan atas menjalar sampai
kepunggung / bahu
Klien mengeluh demam
Klien mengeluh mual muntah
Klien mengeluh khawatir dengan keadaannya
Klien mengatakan kurang nafsu makan
Kulit klien nampak kuning
Urin nampak berwarna sangat gelap
Feses tampak kelabu dan biasanya pekat
Teraba massa padat pada abdomen
Klien nampak lemah
Bilirubin dan amilase meningkat
Enzim hati serum agak meningkat
Kadar protrombin menurun
Klien nampak meringis
Klien nampak gelisah
Klien nampak Gugup
7
2. Klasifikasi Data
Data Subjektif :
Klien mengeluh nyeri pada abdomen kuadran kanan atas menjalar sampai
kepunggung/ bahu
Klien mengeluh demam
Klien mengeluh mual muntah
Klien mengatakan kurang nafsu makan
Klien mengeluh khawatir dengan keadaannya
Data Objektif :
8
3. Analisa Data
9
Do :
Klien nampak gelisah
Klien nampak gugup
Urin nampak
berwarna sangat
gelap
Kulit klien nampak
kuning
Feses tampak kelabu
dan biasanya pekat
B. Diagnosa Keperawatan
Ds :
Klien mengeluh nyeri pada abdomen kuadran kanan atas menjalar sampai
kepunggung/ bahu
Klien mengeluh demam
Do :
Klien nampak meringis
Teraba massa padat pada abdomen
Enzim hati serum agak meningkat
Kadar protrombin menurun
2. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh b/d Anoreksia ditandai dengan:
Ds :
Klien mengeluh mual muntah
Klien mengatakan kurang nafsu makan
Do :
Klien nampak lemah
Bilirubin dan amilase meningkat
10
Do :
Klien nampak gelisah
Klien nampak gugup
Urin nampak berwarna sangat gelap
Kulit klien nampak kuning
Feses tampak kelabu dan biasanya pekat
11
C. Intervensi Keperawatan
No
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
.
1 Nyeri b/d adanya sumbatan dan Setelah dilakukan perawatan 1. Observasi dan catat lokasi 1. Memberikan informasi
inflamasi ditandai dengan : selama 2x24 jam diharapkan serta karakter nyeri tentang kemajuan/
Ds : nyeri hilang/terkontrol dengan 2. Berikan posisi yang perbaikan penyakit
Klien mengeluh nyeri kriteria : nyaman 2. Posisi fowler rendah
pada abdomen kuadran Klien nampak tenang 3. Ajarkan teknik relaksasi menurunkan intraabdomen
kanan atas menjalar Tidak lagi teraba massa dengan napas dalam 3. Memusatkan kembali
sampai kepunggung/ padat pada abdomen 4. Kolaborasi dalam perhatian dan
bahu pemberian o meningkatkan koping
Klien mengeluh demam 5. bat antibiotik 4. Antibiotik mengobati proses
Do : infeksi menurunkan
Klien nampak meringis inflamasi
12
2 Ketidakseimbangan Nutrisi Setelah dilakukan perawatan 1. Kaji status nutrisi 1. Mengidentifikasi kebutuhan
Kurang Dari Kebutuhan Tubuh selama 2x24 jam diharapkan 2. Berikan suasana nutrisi
b/d anoreksia ditandai dengan : klien menunjukan asupan nutrisi menyenangkan pada saat 2. Dapat meningkatkan nafsu
Ds : yang adekuat dengan kriteria : makan dengan makan / menurunkan mual
Klien mengeluh mual Mual muntah teratasi menghilangkan rangsangan 3. Mulut yang bersih
muntah Nafsu makan klien berbau meningkatkan nafsu makan
Klien mengatakan meningkat 3. Berikan kebersihan oral 4. Posisi duduk tegak dapat
kurang nafsu makan sebelum makan menurunkan rasa penuh
Do : 4. Anjurkan untuk makan pada abdomen dan
Klien nampak lemah pada posisi duduk tegak meningkatkan pemasukan
3 Ansietas b/d perubahan status Ansietas klien menurun setelah 1. Kaji tingkat kecemasan 1. Membantu menentukan
kesehatan ditandai dengan : dilakukan perawatan selama klien. derajat cemas
Ds : 2x24 jam dengan kriteria : 2. Berikan tindakan 2. Berguna dalam
Klien mengeluh khawatir Klien nampak tenang kenyamanan (contoh: meningkatkan relaksasi
dengan keadaannya gosokan punggung, 3. Napas dalam meningkatkan
Do : perubahan posisi) relaksasi dan kemampuan
Klien nampak gelisah 3. Anjurkan klien melakukan koping
Klien nampak gugup teknik relaksasi dengan 4. Perilaku yang berhasil
13
sangat gelap 4. Dorong klien untuk penerimaan masalah saat
Kulit klien nampak mengidentifikasi perilaku ini, meningkatkan rasa
kuning koping yang digunakan kontrol diri klien.
Feses tampak kelabu pada masa lalu 5. Dapat digunakan untuk
dan biasanya pekat 5. Berikan obat sedatif mis: menurunkan ansietas dan
barbiturat (luminal) memudahkan istrahat
14
Gambar 1.1 Anatomi Kandung Empedu Gambar 1.2 Batu Kolesterol
15
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito L. Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. EGC, Jakarta.
16