Anda di halaman 1dari 11

Laporan Pendahuluan Asites

Ellgi Safirda (1606834996)

Nisa Maryati (1606834314)

Definisi

Asites merupakan pengumpulan cairan secara patologis di kavitas


peritoneal dan biasanya terjadi pada berbagai macam penyakit seperti penyakit
hati kronis, penyakit jantung, infeksi tuberculosis, penyakit ginjal, keganasan dan
lain-lain. Penumpukan cairan ini biasanya cairan serosa yang berwarna kuning
pucat dan terdapat didalam rongga perut yang terletak dibawah rongga dada dan
dipisahkan dengan diagfragma [ CITATION Ari16 \l 1033 ].

Tanda Gejala

Peningkatan lingkar perut dan penambahan berat badan yang cepat


merupakan gejala asites yang umum. Pasien juga memungkinkan sesak nafas dan
tidak nyaman dari perut yang membesar, dan striae serta vena yang membesar
mungkin dapat terlihat di atas dinding perut. Hernia umbilikalis juga sering terjadi
pada pasien dengan sirosis dan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sering
terjadi.

Patofisiologi

Asites merupakan salah satu komplikasi yang terjadi akibat gagal jantung
baik high maupun low output. Gagal jantung high output dapat berhubungan
dengan adanya penurunan resistensi perifer, sedangkan low output berhubungan
dengan cardiac output sehingga hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya
penurunan volume darah arteri dan kemudian terjadi retensi sodium pada ginjal.
Gagal jantung kongesti mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan sinusoid
hepatic karena kongesti tersebut kemudian terjadi kebocoran [ CITATION Ari16 \l
1033 ].
Hipertensi portal dan
peningkatan tekanan kapiler dan
sumbatan aliran darah vena melalui
hati yang rusak merupakan faktor
yang berkontribusi. Vasodilatasi
yang terjadi dalam sirkulasi
splanknik (suplai arteri dan
drainase vena sistem GI dari
esofagus distal ke midrektum
termasuk hati dan limpa) juga
merupakan faktor penyebab yang
diduga. Kegagalan hati untuk
memetabolisme aldosteron
meningkatkan retensi natrium dan
air oleh ginjal. Retensi natrium dan
air, peningkatan volume cairan intravaskular, peningkatan aliran limfatik, dan
penurunan sintesis albumin oleh hati yang rusak semuanya berkontribusi pada
pergerakan cairan dari sistem vaskular ke ruang peritoneum. Proses tersebut
mengakibatkan kehilangan cairan ke ruang peritoneum menyebabkan retensi
natrium dan air lebih lanjut oleh ginjal dalam upaya untuk mempertahankan
volume cairan vaskular [ CITATION Sme1011 \l 1033 ]. Sebagai akibat dari
kerusakan hati, sejumlah besar cairan albuminr 15 L atau lebih, dapat
terakumulasi dalam rongga peritoneum sebagai asites. Pergerakan albumin dari
serum ke rongga peritoneum, tekanan osmotik serum menurun dan ini
dikombinasikan dengan peningkatan tekanan portal yang menghasilkan
pergerakan cairan ke dalam rongga peritoneum [ CITATION Sme1011 \l 1033 ].

Manajemen Medis

1. Modifikasi diet
Tujuan pengobatan untuk pasien dengan asites adalah keseimbangan
natrium negatif untuk mengurangi retensi cairan. Garam, makanan asin,
mentega asin dan margarin, dan semua makanan kaleng dan beku
disiapkan untuk diet rendah sodium (2-g sodium) harus dihindari.
Mungkin diperlukan 2 hingga 3 bulan untuk selera pasien untuk
menyesuaikan dengan makanan yang tidak tawar. Sementara itu, rasa
makanan yang tidak tawar dapat ditingkatkan dengan menggunakan
pengganti garam seperti jus lemon, oregano, dan thyme. Sebagian besar
pengganti garam mengandung kalium dan harus dihindari jika pasien
mengalami gangguan fungsi ginjal. Pasien harus menggunakan produk
susu bubuk dan susu rendah sodium dan bebas. Jika akumulasi cairan tidak
terkontrol dengan rejimen ini, pemberian natrium harian dapat dikurangi
hingga 500 mg, dan diuretik dapat diberikan [ CITATION Sme1011 \l 1033 ].
2. Diuretic
Penggunaan diuretik bersama dengan pembatasan natrium berhasil pada
90% pasien dengan asites. Spironolakton (Aldactone) agen penghambat
aldosteron paling sering digunakan sebagai terapi lini pertama pada pasien
dengan asites akibat sirosis. Ketika digunakan dengan diuretik lainnya
seperti spironolactone membantu mencegah kehilangan kalium. Diuretik
oral seperti furosemide (Lasix) dapat ditambahkan tetapi harus digunakan
dengan hati-hati, karena penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan
penipisan natrium yang parah (hiponatremia) [ CITATION Sme1011 \l 1033 ].
3. Istirahat di Tempat Tidur
Pada pasien dengan asites, postur tegak dikaitkan dengan aktivasi sistem
renin-angiotensin-aldosteron dan sistem saraf simpatis [ CITATION Por091 \l
1033 ]. Hal ini menyebabkan berkurangnya filtrasi glomerulus ginjal dan
ekskresi natrium dan menurunnya respons terhadap diuretik loop. Oleh
karena itu, tirah baring dapat menjadi terapi yang berguna, terutama untuk
pasien yang kondisinya refrakter terhadap diuretik [ CITATION Sme1011 \l
1033 ].
4. Parasentesis
Parasentesis
Parasentesis adalah pengangkatan cairan (asites) dari rongga peritoneum
melalui tusukan atau sayatan bedah kecil melalui dinding perut dalam
kondisi steril. Panduan USG dapat diindikasikan pada beberapa pasien
yang berisiko tinggi untuk perdarahan karena profil koagulasi yang
abnormal dan pada mereka yang telah menjalani operasi perut sebelumnya
dan mungkin memiliki adhesi. Parasentesis pernah dianggap sebagai
bentuk pengobatan rutin untuk asites. Namun, sekarang dilakukan
terutama untuk pemeriksaan diagnostik cairan asites; untuk pengobatan
asites masif yang resisten terhadap terapi nutrisi dan diuretik dan yang
menyebabkan masalah parah pada pasien; dan sebagai awal studi
pencitraan diagnostik, dialisis peritoneal, atau operasi. Sampel dari cairan
asites dapat dikirim ke laboratorium untuk jumlah sel, albumin dan kadar
protein total, kultur, dan tes lainnya [ CITATION Sme1011 \l 1033 ].
5. Pirau Portosystemic Intrahepatik Transjugular
Transjugular Intrahepatik Portosystemic Shunt (TIPS) adalah metode
untuk mengobati asites di mana kanula dimasukkan ke dalam vena portal
melalui rute transjugular bertujuan untuk mengurangi hipertensi portal,
stent yang dapat diperluas dimasukkan untuk berfungsi sebagai pirau
intrahepatik antara sirkulasi portal dan vena hepatika. TIPS adalah
pengobatan pilihan untuk asites bias dan sangat efektif dalam mengurangi
retensi natrium, meningkatkan respon ginjal terhadap terapi diuretik, dan
mencegah terulangnya akumulasi cairan [ CITATION Sen06 \l 1033 ].
6. Metode Perawatan Lainnya
Asites juga dapat diobati dengan memasukkan pirau peritoneovenosa
untuk mengarahkan cairan asites dari rongga peritoneum ke dalam
sirkulasi sistemik. Namun, prosedur ini hanya digunakan untuk pasien
yang bukan kandidat untuk transplantasi hati karena tingginya tingkat
komplikasi dan tingginya insiden kegagalan shunt [ CITATION Sme1011 \l
1033 ].

Manajemen Keperawatan

Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan dengan penilaian dan


dokumentasi asupan dan keluaran cairan, lingkar perut, dan berat badan harian
untuk menilai status cairan. Perawat memonitor kadar amonia serum dan elektrolit
untuk menilai keseimbangan elektrolit, respons terhadap terapi, dan indikator
ensefalopati [ CITATION Sme1011 \l 1033 ] . Nilai perut secara visual. Perut yang
menonjol menunjukkan asites serta distensi usus dan organ yang membesar. Ukur
lingkar perut di umbilikus setiap hari dengan meteran untuk memantau perubahan,
lalu auskultasi perut di keempat kuadran. Bunyi bising usus yang terdengar setiap
5 hingga 15 detik mengindikasikan peristaltik normal. Bunyi usus menurun atau
tidak ada mengindikasikan peritonitis atau ileus paralitik. Akumulasi fluida
dikonfirmasi dengan perkusi. Palpasi lembut digunakan untuk mendeteksi nyeri
serta massa perut. Perawat dengan hati-hati mendokumentasikan setiap temuan
abnormal. Timbang klien setiap hari untuk memantau penambahan berat badan
dan konsumsi cairan dibatasi. Perawatan kulit yang baik, terutama untuk perut
sangat penting serta posisi Fowler untuk memaksimalkan ventilasi [ CITATION
Whi139 \l 1033 ].

1. Mempromosikan Perawatan Rumah dan Berbasis Masyarakat


Sebelum keluar dari rumah sakit, perawat mengajarkan pasien dan
keluarga tentang rencana perawatan, termasuk kebutuhan untuk
menghindari semua konsumsi alkohol, mematuhi diet rendah natrium,
minum obat sesuai resep, dan memeriksa dengan dokter sebelum
mengambil obat baru. Edukasi pasien dan keluarga tambahan membahas
perawatan kulit dan kebutuhan untuk menimbang pasien setiap hari dan
untuk mengawasi dan melaporkan tanda-tanda dan gejala komplikasi
[ CITATION Sme1011 \l 1033 ].
2. Perawatan Berkelanjutan
Rujukan untuk perawatan di rumah mungkin diperlukan, terutama jika
pasien tinggal sendiri atau tidak dapat memberikan perawatan diri.
Kunjungan rumah memungkinkan perawat untuk menilai perubahan
kondisi dan berat badan pasien, lingkar perut, kulit, dan status kognitif dan
emosional. Perawat perawatan di rumah menilai lingkungan rumah dan
ketersediaan sumber daya yang diperlukan untuk mematuhi rencana
perawatan misalnya skala untuk mendapatkan berat badan harian, fasilitas
untuk menyiapkan dan menyimpan makanan yang sesuai, sumber daya
untuk membeli obat yang diperlukan. Penting untuk menilai kepatuhan
pasien terhadap rencana perawatan dan kemampuan untuk membeli,
menyiapkan, dan makan makanan yang sesuai. [ CITATION Sme1011 \l
1033 ].

Asuhan Keperawatan Pada Klien

Pengkajian

A. Informasi Umum
Nama : Sunarti
Usia : 51 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal masuk : 14 April 2019
Jam masuk : 22.00 wib
B. Riwayat
Keluhan Utama : mual muntah, sediki sesak, dan BAK kurang
lancar (urin sedikit).
Diagnosa Medis :
Riwayat Penyakit : DM tipe II, paru-paru, hipertensi, dan asam urat
C. Pemeriksaan Fisik
Kepala : tidak ada jejas dan tidak ada benjolan
Leher : terlihat sedikit kusam dan tidak ada benjolan
Kardiovaskuler : bagian dada ada bekas kerokan dan bunyi
jantung normal S1, S2.
Pernafasan : terpasang oksigen nasal kanul dan pernafasan
22 x/menit
Abdomen : abdomen terlihat membesar akibat adanya
asites, tidak ada jejas atau ruam, terdapat bising
usus 6 x/menit terdengar lemah, tidak ada nyeri
namun abdomen teraba kencang, suara perkusi
dullnes.
Ekstremitas : tangan terpasang infus, telapak tangan dan kaki
terasa dingin, pitting edema derajat 1.
Berat badan : 75
D. Tanda-tanda Vital
Suhu Tubuh : 36,7 Celcius
Tekanan Darah : 148/89
Nadi : 81
Pernapasan : 22
E. Pemeriksaan Labolatorium
Na : 145
K : 5,5
Cl : 113

Analisis data

Data Masalah Keperawatan


DO Kelebihan volume cairan terkait
DS dengan pembentukan asites dan edema
DO Pola pernafasan yang tidak efektif
DS terkait dengan asites dan distensi
abdomen

Diagnosa Keperawatan

Analisa data Diagnos NOC NIC Rasional


is
DO : Kelebih 1. Mengkons 1. Batasi 1. Meminimalka
Asites, piting an umsi diet asupan n
edema derajat volume rendah natrium dan pembentukan
1, sesak, TD cairan sodium cairan jika asites dan
148/89, terkait dan dalam diresepkan. edema.
pernapasan 22, dengan batasan 2. Berikan 2. Meningkatkan
K 5,5, BB 75 pembent cairan suplemen ekskresi cairan
ukan yang diuretik, melalui ginjal
DS : asites diresepka kalium, dan dan menjaga
Mual muntah, dan n. protein keseimbangan
lemas, urin edema 2. Mengkons sesuai cairan dan
sedikit, umsi resep. elektrolit
suplemen 3. Catat normal.
diuretik, asupan dan 3. Menunjukkan
potasium, keluaran efektivitas
dan setiap 1 perawatan dan
protein hingga 8 kecukupan
sesuai jam asupan cairan.
indikasi tergantung 4. Monitor
tanpa pada perubahan
mengalam respons dalam
i efek terhadap pembentukan
samping. intervensi. asites dan
3. Menunjuk 4. Ukur dan akumulasi
kan catat cairan.
peningkat lingkar 5. Meningkatkan
an urin. perut dan pemahaman
4. Menunjuk berat badan pasien tentang
kan setiap hari. pembatasan
penurunan 5. Jelaskan cairan.
lingkar alasan 6. Tanda-tanda
perut. untuk vital normal.
5. Tidak pembatasan
menunjuk natrium dan
kan cairan.
peningkat 6. Monitor
an cepat tanda-tanda
dalam vital.
berat
badan.
6. Identifikas
i alasan
untuk
pembatasa
n natrium
dan
cairan.
7. Menunjuk
kan
penurunan
asites
dengan
penurunan
berat
badan.

DO : Pola 1. Menguran 1. Tinggikan 1. Meningkatkan


DS : pernafas gi tekanan kepala status
an yang perut pada tempat tidur pernapasan.
tidak diafragma setidaknya 2. Sesak napas
efektif dan 30 derajat. berkurang.
terkait memungki 2. Menghemat 3. Meningkatkan
dengan nkan kekuatan kekuatan dan
asites kunjungan pasien rasa
dan toraks dengan kesejahteraan.
distensi yang lebih memberika
abdome penuh dan n waktu
n ekspansi istirahat dan
paru-paru. membantu
2. Menguran dengan
gi kegiatan
kebutuhan 3. Ubah posisi
metabolis setiap 2 jam
me dan
oksigen.
3. Mendoron
g ekspansi
dan
oksigenasi
semua
area paru-
paru.

Dokumentasi

REFERENSI
Porth, C. M., & Matfin, G. (2009). Pathophysiology: Concepts of altered health
states (8 ed.). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Senzolo, M., Cholongitas, E., & Tibballs, J. (2006). Transjugular intrahepatic


portosystemic shunt in the management of ascites and hepatorenal
syndrome. European Journal of Gastroenterology & Hepatology.

Smeltzer, S. C., Bare, B. G., Hinkle, J. L., & Cheever, K. H. (2010). Brunner &
Suddarth's Thextbook of Medical-Surgical Nursing (12 ed., Vol. 1). China:
Lippincott Williams & Wilkins.

Sutjahjo, A. (2016). Dasar-dasar Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya.

White, L., Duncan, G., & Baumle, W. (2013). Medical-Surgical Nursing: an


Integrated Approach (3 ed.). Philadelphia: Delmar, Cengage Learning.

Anda mungkin juga menyukai