Anda di halaman 1dari 22

BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

A. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep-

konsep yang ingin di amati atau di ukur melalui penelitian yang dilakukan

(Notoatmodjo, 2010). Kerangka konsep terdiri dari variabel-variabel yang

berhubungan satu dengan yang lainnya. Dengan adanya kerangka konsep akan

mengarahkan untuk menganalisis hasil penelitian.

Berdasarkan landasan teori Rusch, et al.,(2005) stigma dibagi menjadi

dua, yaitu public stigma dan self stigma namun dalam penelitian ini peneliti

fokus untuk menilai public stigma pada siswa MAN Karo Kabanjahe.

Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

B. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimanakah gambaran public stigma siswa terhadap orang dengan

gangguan jiwa di MAN Karo Kabanjahe?.


C. Definisi Operasional.

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Defenisi Alat Cara Ukur Skala Hasil


Operasional Ukur ukur Ukur
public persepsi kuesioner Angket Ordinal Tinggi
stigma negatif siswa terdiri dari apabila
Siswa terhadap orang 23 item nilai x ≥
terhadap dengan pernyataan nilai
ODGJ ganguan jiwa dalam median
yang meliputi bentuk
steriotipe, skala likert Rendah
prejudice, dan apabila
discrimination nilai x <
terhadap dari ilai
ODGJ median
BAB IV

METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif dengan pendekatan cross sectional studi untuk mengetahui

gambaran public stigma siswa terhadap penderita gangguan jiwa padaMAN

Karo Kabanjahe. Desain cross sectional digunakan untuk mengukur atau

megobservasi karakter variabel pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2010,

p.38).

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Tabel 4.1

Populasi Siswa MAN Karo Kabanjahe

Jumlah Jenis Jumlah Jenis Jumlah Laki-


Jumlah Kelaman Kelamin laki dan Keterangan
Kelas Laki-laki Perempuan Perempuan Rombongan

Kelas L P Jumlah Keterangan


X MIA 1 11 13 24
X MIA 2 11 13 24 3 Kelas
X IPS 14 7 21
Jumlah 36 33 69
XI MIA 1 14 13 27
XI MIA 2 15 9 25 3 Kelas
XI IPS 15 6 21
Jumlah 44 28 73
XII MIA 1 11 12 23
XII MIA2 12 12 24 3 Kelas
XII IPS 6 11 18
Jumlah 29 35 65
Total 109 96 207 9 Kelas

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siwa/i MAN Karo

Kabanjahe . Tahun ajaran 2020/2021 yang berjumlah 207 orang.

2. Sampel

a. Besar sampel

Berdasarkan rumus Slovin peneliti mengambil jumlah sampel

sebanyak 42 siswa/i MAN Karo Kabanjahe.

b. Teknik pengambilan sampel.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Total Sampling, yaitu pengumpulan data dilakukan kepada

seluruh siswa yang ditemui pada saat pengumpulan data.

C. Tempat dan waktu Penelitian

1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di Madrasah Aliyah Negeri Karo Kabanjahe.

2. Waktu penelitian

Pengumpulan data dilaksanakan pada Agustus 2020.

D. Alat Pengumpulan Data dan Uji Instrument

1. Alat pengumpulan data

Alat pengukur data dalam penelitian ini adalah kuesioner yang

terdiri dari dua bagian yaitu:

a. Bagian A yang mengkaji data demografi siswa seperti umur,tempat

tinggal, pekerjaan orang tua dan penghasilan orang tua.

b. Bagian B merupakan pernyataan untuk mengukur persepsi siswa.

merupakan kuisioner untuk mengukur stigma siswa terhadap penderita

gangguan jiwa. Kuisioner yang digunakan adalah kuisioner yang

dikembangkan oleh Cornwall Healthy School dengan dengan 23

pernyataan, dengan 8 pernyataan positif (1,4,9,11,14,16,17,21) dan 15

peryataan negative ( 2,3,5,6,7,8,10,12,13,15,18,19,20,22,23).

c. Penilai kuisioner menggunakan 5 point skala likert, yaitu:

1) sangat tidak setuju 2) tidak setuju 3) ragu-ragu; 4) setuju; dan 5)

sangat setuju. Penilaian kuisioner untuk pernyataan positif, yaitu: 1)

sangat tidak setuju dengan nilai 1; 2) tidak setuju dengan nilai 2; 3)

ragu-ragu dengan nilai 3; 4) setuju dengan nilai 4; dan 5) sangat setuju

dengan nilai 5. Sementara penilaian untuk pernyataan negatif adalah:

1) sangat tidak setuju dengan nilai 5; 2) tidak setuju dengan nilai 4; 3)


ragu-ragu dengan nilai 3; 4) setuju dengan nilai 2; dan 5) sangat setuju

dengan nilai 1.

2. Uji Instrument

Uji coba instrument berupa uji validitas dan uji reabilitas. Validitas

menunjukkan kinerja kuesioner dalam mengukur apa yang diukur,

sedangkan reliabilitas menunjukkan bahwa kuesioner tersebut konsisten

apabila digunakan untuk mengukur gejala yang sama. Tujuan pengujian

validitas dan reliabilitas kuesioner adalah untuk menyakinkan bahwa

kuesioner yang kita susun akan benar-benar baik dalam mengukur gejala

dan menghasilkan data yang valid (Riwidikdo, 2012, p.151).

a. Uji validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan

valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Untuk

mengetahui apakah kuesioner yang kita susun tersebut mampu

mengukur apa yang hendak kita ukur, maka perlu diuji dengan menilai

korelasi antara skors nilai tiap-tiap item pertanyaan dengan skor total

kuesioner tersebut (Arikunto, 2013, p.164). Untuk mengetahui apakah

kuesioner yang kita susun tersbut mampu mengukur apa yang hendak

kita ukur, maka perlu diuji dengan korelasi antara skor nilai tiap-tiap

item pertanyaan dengan skor kuesioner tersebut (Notoadmojo, 2010,

p.164).

b. Uji reabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu

alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Hal ini berarti


menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila

dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama,

dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoadmojo, 2010, p.168).

Penelitian uji reliabilitas dilakukan dengan rumus Croanbach’s Alpha.

Kriteria yang digunakan adalah Croanbach’s Alpha.

Tabel 4.1 Tingkat Reliabel Berdasarkan Nilai Alpha

No Alpha Tingkat Reliabilitas


1 0,00 s.d 0,20 Kurang Reliabel
2 >0,20 s.d 0,40 Agak Reliabel
3 >0,40 s.d 0,60 Cukup Reliabel
4 >0,60 s.d 0,80 Reliabel
5 >0,80 s.d 1,00 Sangat Reliabel

Hasil uji kuesioner yang dilakukan diketahui bahwa kuesioner

tersebut reliabel dengan nilai Croanbach’s Alpha 0,608.

E. Prosedur dan Teknik Pengumpulan Data.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dan

tahapan pengumpulan data penelitian adalah sebagai berikut:

1. Tahap persiapan pengumpulan data

Persiapan pengumpulan data dilakukan melalui proses administrasi

dengan cara mendapatkan surat izin dari Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Syiah Kuala yang ditujukan Kepala Sekolah MAN KARO

Kabanjahe.

2. Tahap melakukan pengumpulan data


Setelah mendapatkan izin dari Fakultas Keperawatan Universitas

Syiah Kuala, peneliti menemui calon responden yang dilakukan melalui

tahap-tahap berikut ini:

a. Penulis menghubungi guru wali kelas setiap kelas untuk medapatkan

perizinan memperoleh nomor telepon siswa yang sesuai dengan ciri-ciri

sampel yang dibutuhkan selanjutnya menghubungi siswa tersebut dengan

melakukan informen concent terlebih dahulu.

b. Setelah penulis menghubungi responden, selanjutnya penulis memberikan

penjelasan terkait penelitian kepada responden dan keikutsertaan

responden dalam penelitian ini, apabila responden setuju maka penulis

meminta kesediaan responden untuk mengisi lembar persetujuan yang di

isi orang tua/wali responden dalam bentuk google form yang dapat diakses

di link google form yang telah disediakan.

c. Setelah orang tua/wali responden mengisi persetujuan menjadi responden,

maka penulis akan mengarahkan responden dalam penelitian ini untuk

mengisi kuesioner yang telah disediakan didalam google form tersebut.

d. Setelah responden mengisi kuesioner, penulis melihat kembali

kelengkapan data yang telah diisi oleh responden.

Kemudian peneliti mengucapkan terimakasih atas bantuan dari siswa yang

telah berpartisipasi.

F. Pengolahan Data dan Analisa Data

1. Pengolahan data
Setelah data diperoleh, maka selanjutnya data tersebut diolah

melalui beberapa tahap sebagai berikut (Notoatmodjo, 2010):

a. Editing yaitu memeriksa data yang telah dikumpulkan berupa daftar

pertanyaan dan memeriksa kelengkapan jawaban pada kuesioner

yaitu berupa kelengkapan jawaban, dalam arti semua pernyataan

kuesioner sudah terisi.

b. Coding yaitu memberikan angka-angka atau kode tertentu pada setiap

kuesioner yang diisi responden untuk memudahkan pengumpulan

data. Kode data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kode

responden yang diawali dengan 01 sampai 50.

c. Transfering adalah data yang telah diberi kode kemudian disusun

secara berurutan dari responden pertama sampai dengan responden

terakhir kemudian dimasukkan kedalam program atau software

komputer SPSS sesuai dengan subvariabel yang diteliti.

d. Tabulating merupakan pengorganisasian data yang telah disusun

seara berurutan agar dengan mudah dapat dijumlah, disusun,

disajikan dan dianalisa.

2. Analisa data

Jenis analisa data dalam penelitian ini adalah univariat.Analisa ini

dilakukan pada setiap variabel dari hasil penelitian (Budiarto, 2002).

Analisa ini menghasilkan distribusi dan persentase dari setiap variabel.

Untuk mengetahui kategori gambran public stigma pada siswa Man Karo

Kabanjahe menggunakan rumus yang disebutkan dalam Arikunto (2002)

yaitu:
Keterangan:

= Mean atau rata-rata

∑ = Jumlah nilai mentah yang dimiliki subjek

= Banyaknya subjek yang diteliti

Setelah diketahui masing-masing nilia variabel dengan sub

variabel maka dapat dikatagorikan sebagai berikut:

Gambaran public stigma pada siswa dikatagorikan jenjang ordinal dengan

kriteria baik: x dan kurang bila x .

Selanjutnya variabel disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi, kemudian ditentukan presentase perolehan untuk tiap-tiap

kategori dengan menggunakan rumus yang disebutkan dalam Budiarto

(2002), yaitu:

P=

Keterangan :

P = Presentase

fi = Frekuensi teramati

N = Jumlah populasi
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian

Pengumpulan data di lakukan pada tanggal 16 Agustus sampai 24

Agustus 2020 di MAN Karo Kabanjahe, terhadap 42 responden dengan aspek

yang diteliti adalah untuk mengidentifikasi gambatan public stigma terhadap

orang dengan gangguan jiwa pada sista MAN Karo Kabanjahe.

1. Data demografi

Distribusi data demografi responden dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 5.1
Distribusi Usia, kelas Dan Pekerjaan Orang tua Responden Di MAN
Karo Kabanjahe tahun 2020 (n = 42)
No Demografi Frequensi Persentase
1 16
17
18 42 100%
total 42 100%
2 Kelas Frequensi Persentase
X
XI
XII 42 100%
total 42 100%
3 Pekerjaan Orang Tua Frequensi Persentae
PNS 10 23,8%
pegawai 3 7,1%
petani 16 38%
lainnya 13 30,9%
Berdasarkan tabel 5.1 dapat di simpulkan bahwa usia responden 16

sampai 18 tahun dengan mayoritas ada pada usia tahun 42(100%), dengan

mayoritas kelas responden ada pada kelas XII 42(100%), dan status

pekerjaan orang tua responden dengan frekuensi dan persentase tertinggi

yaitu ada pada petani yaitu yaitu 16(38%).

2. Data jawaban responden

Kuesioner tentang gambaran public stigma terhadap orang dengan

gangguan jiwa pada siswa dalam penelitian ini memiliki 23 item

pernyataan untuk 1 variabel dan berdasarkan beberapa pernyataan positif

dan negatif. Berikut data jawaban responden terkait pernyataan yang

diajukan peneliti untuk masing-masing pernyataan positif dan negatif.

Tabel 5.2
Distribusi persentase jawaban responden MAN Karo
Kabanjahe utara (n=42)
Pernyataa No Pernyataa Sangat Setuju Ragu- Tidak Sangat Total
n positif n Setuju ragu Setuju tidak
setuju
% % % % % %
Setiap 40,5 45,2 7,1 4,8 2,4 100
orang
dapat
mengalam
i gangguan
1 jiwa.
4 Masalah 38.1 42,9 9,5 7,1 2,4 100
kesehatan
jiwa
sesungguh
nya bukan
penyakit
yang bisa
disamakan
dengan
penyakit
fisik.
9 Seharusny 16,7 7,1 35,7 21,4 19 100
a
seseorang
dengan
masalah
kesehatan
jiwa/
orang
dengan
gangguan
jiwa
memiliki
hak yang
sama
untuk
bekerja
seperti
orang lain.
11 Siapapun 9,5 35,7 33,3 9,5 11,9 100
yang
memiliki
riwayat
masalah
kesehatan
jiwa harus
dikeluarka
n dari
jabatan
publik
(misalkan
menjadi
pejabat
pemerinta
han seperti
gubernur
dan
lainya).
14 Penting 42,9 40,5 9,5 4,8 2,4 100
bagi
seseorang
dengan
masalah
gangguan
jiwa untuk
menjadi
bagian
dari
komunitas
yang
mendukun
g termasuk
keluarga
dan teman.
16 menurut 35,7 50 11,9 2,4 100
saya jika
seorang
teman
memiliki
masalah
gangguan
jiwa, saya
ingin
membantu
mereka.
17 Saya 33,3 38,1 11,9 11,9 4,8 100
berpikir
jika saya
memiliki
masalah
kesehatan
jiwa,saya
akan
membicar
an hal
tersebut
dengan
seseorang.
Saya 21,4 41,6 19 9,5 2,4 100
berpikir
jika
memiliki
masalah
kesehatan
jiwa, saya
akan tahu
bagaimana
cara
mendapatk
an
21 bantuan.
Pernyataa Pernyataa Sangat Tidak Ragu- Setuju Sangat Total
n Negatif n Tidak Setuju ragu setuju
Setuju
No % % % % % %
2 Saya 19 28,6 16,7 31 4,8 100
merasa
malu
memberita
hu orang
lain bahwa
saya
punya
masalah
kesehatan
jiwa.
Saya 33,3 31 23,8 7,1 48 100
senang
memiliki
seseorang
dengan
masalah
kesehatan
jiwa di
sekolah
atau
tempat
3 kerja saya
Orang 4,8 16,7 38,1 40,5 100
dengan
masalah
kesehatan
jiwa/gang
guan jiwa
bisa
melakukua
n
5 kekerasan
Sangat 9,5 19 26,2 31 14,3 100
mudah
mengenali
orang
dengan
masalah
kesehatan
6 jiwa.
Jika saya 26,2 35,7 26,2 9,5 2,4 100
menderita
masalah
kejiwaan,
Anda akan
mengalam
inya
seumur
7 hidup .
8 Mengkons 19 50 14,3 14,3 2,4 100
umsi obat
adalah
satu-
satunya
cara untuk
menyemb
ukan
orang
dengan
masalah
kejiwaaan.
Saya tidak 14,3 28,6 33,3 19 4,8 100
mau
tinggal
bersebelah
an dengan
seseorang
dengan
masalah
kesehatan
10 jiwa.
Segera 11,9 26,2 16,7 33,3 11,9 100
setelah
seseorang
menunjuk
kan tanda-
tanda
gangguan
jiwa jiwa
mereka
harus
dimasukka
n ke
rumah
12 sakit jiwa.
Menurut 4,8 31 31 28,6 4,8 100
saya jika
seorang
teman
memiliki
gangguan
jiwa saya
akan
menjauh
dari
13 mereka.
15 Saya 14,3 9,5 16,7 23,8 35,7 100
pernah
mendenga
r
seseorang
yang saya
kenal
memanggi
l nama
seseorang
dengan
sebutan
"orang
gila","psik
o","gila".
Saya 16,7 28,6 28,6 16,7 9,5 100
percaya
bahwa
semua
orang
dilahirkan
akan
memiliki
masalah
kesehatan
18 jiwa.
Mengunak 31 42,9 2,4 16,7 7,1 100
an kata-
kata
seperti
"orang
gila",
"psiko","gi
la" hanya
bercanda .
Tidak
akan orang
yang
merasa
tesinggung
atau
19 tersakiti.
Masalah 31 33,3 31 2,4 2,4 100
kesehatan
jiwa hanya
mempenga
ruhi orang
dewasa,bu
kan anak-
anak atau
20 remaja.
Hanya 4,8 7,1 21,4 31 35,7 100
orang-
orang
tertentu
yang akan
menderita
masalah
22 kejiwaan.
23 Lebih 9,5 40,5 31 14,3 4,8 100
penting
mengguna
kan uang
asuransi
kesehatan
untuk
mengobati
masalah
kesehatan
fisik
daripada
msalah
kesehatan
jiwa.
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pada gambaran public

stigma terhadap orang dengan gangguan jiwa pada siswa dengan pernyataan

positif, persentase jawaban tertinggi adalah pertanyaan ke enam belas pada

kategori setuju yaitu 50%.kemudian pada gambaran public stigma terhadap orang

dengan gangguan jiwa pada siswa dengan pernyataan , persentase jawaban

tertinggi adalah pertanyaan ke delapan pada kategori tidak setuju yaitu 50 %.

3. Analisa univariat

Hasil pengolahan data gambaran public stigma terhadap orang

dengan gangguan jiwa pda siswa MAN Karo Kabanjahe menggunakan

kuesioner. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa responden memiliki

public stigma yang rendah terhadap orang dengan gangguan jiwa. .

Berikutnya data yang lebih lengkap telah disajikan pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.3
Gambaran Public Stigma Terhadap Orang Dengan Gangguan Jiwa Pada
Siswa MAN Karo Kabanjahe (n=42)
NO Gambaran Public stigma Frequensi (n) Persentase (%)

1 Tinggi 31 26,2

2 Rendah 31 73,8
Total 42 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa gambaran Public stigma

terhadap orang dengan gangguann jiwa pasa siswa MAN Karo Kabanjahe,

sebagian besar berada pada kategori rendah 31(73,8%).

B. Pembahasan

Stigma adalah suatu usaha untuk label tertentu sebagai sekelompok orang

yang kurang patut dihormati daripada yang lain (Sane Research, 2009). Menurut

Dadang Hawari (2001) dalam kaitannya pada penderita skizofrenia. Penyakit

mental masih menghasilkan kesalahpahaman, prasangka, kebingungan, dan

ketakutan. Masayarakat masih mengganggap bahwa gangguan jiwa merupakan aib

pagi penderitanya maupun keluarganya. Selain dari itu, gangguan jiwa juga

dianggap penyakit yang disebabkan oleh hal-hal supranatural oleh sebagian

masyarkat.

Stigma masyarakat (public stigma) memiliki tiga komponen utama yaitu

meliputi stereotype, prejudice, dan discrimination (Corrigan, Larson, & Rüsch,

2009). Komponen stereotype adalah keyakinan tentang kelompok sosial yang

dibuat berdasarkan karakterisasi kelompok secara keseluruhan dengan menolak

perbedaan individu atau karakteristik unik dari orang-orang di dalam kelompok

(Hinshaw, 2007). Stereotip pada stigma masyarakat meliputi kepercayaan negatif

tentang kelompok masyarakat tertentu meliputi ketidakmampuan, kelemahan, dan

membahayakan. Sebutan orang gila digambarkan sebagai orang yang tidak

normal, tidak bertanggung jawab, dikucilkan dari masyarakat dan sulit untuk

disembuhkan. Stereotip didasarkan pada pengetahuan yang tersedia bagi anggota

kelompok dan menyediakan cara untuk mengkategorikan informasi tentang


kelompok lain dalam masyarakat. Stereotip tentang penyakit jiwa meliputi

menyalahkan (blame), bahaya (dangerousness), dan tidak kompeten

(incompetence) (Corrigan et al., 2009).

Stigma merupakan sikap keluarga dan masyarakat yang menganggap bahwa

bila salah seorang anggota keluarga menderita Skizofrenia, hal ini merupakan aib

bagi keluarga. Selama bertahun-tahun, banyak bentuk diskriminasi secara

bertahap turun temurun dalam masyarakat kita. Dalam hal ini peneliti akan

membahas hasil penelitian terkait gambaran public stigma terhadap orang dengan

gangguan jiwa pada siswa MAN Karo Kabanjahe yang di kategorikan menjadi 2

yaitu tinggi dan rendah. Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa gambaran

Public stigma terhadap orang dengan gangguan jiwa pasa siswa MAN Karo

Kabanjahe, sebagian besar berada pada kategori rendah 31(73,8%).


BAB VI

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang telah

diuraikan, dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa Man Karo Kabanjahe

memiliki public stigma yang rendah terhadap orang dengan gangguan

jiwa yang terdapat di lingkungan hidup mereka. Hal ini dapat diartikan

bahwa semakin rendah stigma yang di tunjukkan terhadap orang dengan

gangguan jiwa maka semakin baik pula mereka memandang dan

menanggapi orang dengan gangguan jiwa yang ada di lingkungan hidup

para siswa MAN Karo Kabanjahe. Selain itu dari hasil analisis data

penelitian, diketahui bahwa tingkat gambaran public stigma terhadap

orang dengan gangguan jiwa pada siswa tergolong dalam kategori rendah

yaitu 73,8%

B. REKOMENDASI

Dari hasil penelitian, pembahasan, dan kesimpulan yang

diperoleh penulisan selama pelaksanaan penelitian, maka penulis

memberikan sumbangan saran yang diharapkan dapat bermanfaat,

yaitu:

1. Bagi Subjek penelitian

Penelitian ini berguna untuk menambah informasi, berupa

sosialisasi kepada mahasiswa tentang perlakuan baik terhadap orang

dengan gangguan jiwa dan dapat di gunakan sebagai sampel dalam

pembelajaran kesehatan jiwa.

2. Bagi Sekolah
Penelitian ini berguna sebagai bahan masukan untuk mengubah

stigma pelajar kepada orang dengan gangguan jiwa dan untuk

mengingatkan bahwa masih besarnya public stigma terhadap orang

dengan gangguan jiwa, agar pihak sekolah dapat membuat program

untuk mengatasi masalah tersebut.

3. Bagi Ilmu Keperawatan/ Bidang Keperawatan Keluarga

Adanya hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan kepada ilmu keperawatan terutama pada bidang keperawatan

jiwa tentang gambara public stigma terhadap orang dengan gangguan

jiwa pada siswa sehingga dapat digunakan sebagai bahan pustaka dan

dasar intervensi keperawatan terkait pencegahan peningkatan stigma

terhadap orang dengan gangguan jiwa pada remaja, baik di rumah

ataupun di sekolah .

4. Bagi peneliti

Bagi penelitian selanjutnya dapat melanjutkan penelitian tidak

hanya dalam skala ruang lingkup sekolah di harapkan bisa memperluas

skala penelitian, diharapkan pada peneliti selanjutnya dapat

menggunakan beberapa sekolah agar mendapatkan sampel yang lebih

besar dan luas sehingga memperoleh hasil penelitian yang lebih baik dan

dapat digeneralisasi.

Anda mungkin juga menyukai