Anda di halaman 1dari 7

POST PARTUM

DENGAN C. TANDA DAN GEJALA


A. DEFENISI
MAKROSOMIA  Berat badan lebih dari 4000
Berat neonatus pada umumnya kurang dari
gram pada saat lahir
4.000 gram dan jarang melebihi 5.000 gram.
 Wajah menggembung,
Dinamakan bayi besar adalah bila berat E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK pletoris (wajah tomat)
badannya lebih dari 4.000 gram. Frekuensi  Pemantauan glukosa darah (Pada saat datang  Besar untuk usia gestasi
berat badan lahir lebih dari 4.000 gram atau umur 3 jam, kemudian tiap 6 jam sampai  Riwayat intrauterus dari ibu
adalah 5,3% dan yang lebih dari 4.500 gram 24 jam atau bila kadar glukosa  45 gr% dua diabetes dan polihidramnion
adalah 0,4%. Janin besar dijumpai pada kali berturut-turut.
wanita hamil dengan diabetes mellitus, pada  Pemantauan elektrolit
postmaturitas, dan pada grande multipara  Pemberian glukosa parenteral sesuai indikasi
(Prawirohardjo, 2006).
 Bolus glukosa parenteral sesuai indikasi
 Hidrokortison 5 mg/kg/hari IM dalam dua
dosis bila pemberian glukosa parenteral tidak D. PENATALAKSANAAN
efektif.
 Antepartum
 Induksi persalinan
B. ETIOLOGI  Untuk mencegah trauma lahir,
maka bedah sesar elektif
 Memiliki berat badan (profilaktif) harus ditawarkan pada
berlebih atau obesitas saat F. FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI MAKROSOMIA wanita penderita diabetes
hamil
 Menderita diabetes  Kelahiran per vaginam untuk bayi
gestasional  Diabetes Mellitus pada Ibu makrosomia harus dilakukan
 Menderita hipertensi  Pre-Eklampsia Selama Kehamilan dengan sangat terkontrol
selama hamil  Ras/ Etnis
 Memiliki riwayat  Usia Kehamilan
melahirkan bayi dengan  Paritas
berat badan besar  Riwayat Makrosomia
 Berusia lebih dari 35  Jenis Kelamin Bayi
tahun saat hamil  Usia Ibu
 Mengandung bayi laki-  Indeks Massa Tubuh Ibu
laki  Kenaikan Berat Badan Saat Hamil
 Wilayah Tempat Tinggal
 Frekuensi Kunjungan ANC
B. KOMPLIKASI
C. Bayi besar yang sedang berkembang merupakan suatu indikator dari efek ibu. Yang walaupun dikontrol dengan baik dapat timbul pada
janin, maka sering disarankan persalinan yang lebih dini sebelum aterm. Situasi ini biasanya dinilai pada sekitar kehamilan 38 minggu. Penilaian yang
seksama terhadap pelvis ibu.Tingkat penurunan kepala janin dan diatas serviks. Bersama dengan pertimbangan terhadap riwayat kebidanan
sebelumnya. Seringkali akan menunjukkan apakah induksi persalinan kemungkinan dan menimbulkan persalinan pervaginam. Jika tidak maka
persalinan dilakukan dengan seksio sesarea yang direncanakan. Pada kasus-kasus Bordeline dapat dilakukan persalinan percobaan yang singkat. Resiko
dari trauma lahir yang tinggi jika bayi lebih besar dibandingkan panggul ibunya perdarahan intrakranial, distosia bahu, ruptur uteri,serviks, vagina,
robekan perineum dan fraktur anggota gerak merupakan beberapa komplikasi yng mungkin terjadi. Jika terjadi penyulit-penyulit ini dapat dinyatakan
sebagai penatalaksanaan yang salah. Karena hal ini sebenarnya dapat dihindarkan dengan seksio sesarea yang terencana. Walaupun demikian, yang
perlu dingat bahwa persalinan dari bayi besar (baby giant) dengan jalan abdominal bukannya tanpa resiko dan hanya dapat dilakukan oleh dokter bedah
kebidanan yang terampil.
A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

I. Pengkajian
1. Data Subyektif
Data subyektif adalah persepsi dan sensasi klien tentang masalah kesehatan (Allen Carol
V. 1993 : 28).

Data subyektif terdiri dari

Biodata atau identitas pasien :

Bayi meliputi nama tempat tanggal lahir jenis kelamin

Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau kebangsaan,
pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat (Talbott Laura A, 1997 : 6).

Riwayat kesehatan
Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal pada kasus
makrosomia yaitu:

Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, pola makan, merokok
ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti diabetes mellitus,
kardiovaskuler dan paru.

Riwayat persalinan sebelumnya dan juga riwayat dari keluarga.

Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi tidak teratur dan
periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.

Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan (kehamilan postdate atau
preterm).

Riwayat natal komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat erat dengan
permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu dikaji :

Kala I : perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun plasenta previa.

Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian obat penenang
(narkose) yang dapat menekan sistem pusat pernafasan.

Riwayat post natal


Yang perlu dikaji antara lain :
Agar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (0-3) asfiksia berat, AS
(4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan.

Berat badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untuk aterm  2500 gram lingkar kepala
kurang atau lebih dari normal (34-36 cm). Adakah kelainan congenital.

Pola nutrisi
Yang perlu dikaji pada bayi dengan makrosomia merupakan pola makan dan
nutrisi/pemenuhan nutrisi dan cairan, muntah aspirasi, cairan, kalori dan juga untuk
mengkoreksi dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian obat
intravena.

Kebutuhan parenteral

Bayi makrosomia menggunakan D10%

Kebutuhan nutrisi enteral

BB < 1250 gram = 24 kali per 24 jam

BB 1250-< 2000 gram = 12 kali per 24 jam

BB > 2000 gram = 8 kali per 24 jam

Kebutuhan minum pada neonatus :

Hari ke 1 = 50-60 cc/kg BB/hari

Hari ke 2 = 90 cc/kg BB/hari

Hari ke 3 = 120 cc/kg BB/hari

Hari ke 4 = 150 cc/kg BB/hari

Dan untuk tiap harinya sampai mencapai 180 – 200 cc/kg BB/hari

(Iskandar Wahidiyat, 1991 :1)

II. Diagnosa Keperawatan dan Rencana Tindakan

No Diagnosa Tujuan/Kriteria Rencana Tindakan


Keperawatan

1. Cedera Cedera  Laporkan gejala-gejala


berhubungan teridentifikasi dan cedera kelahiran pada dokter
dengan trauma teratasi  Dokumentasikan tujuan
pengkajian pada catatan
kelahiran
perawatan dan perbaiki pada
sekunder setiap pergantian shift
terhadap Kriteria :  Ubah posisi dari satu sisi
makrosomia ke sisi lain setiap 2 jam
 Bayi tidak  Implementasikan dan
mengalami pertahankan bebat, popok
cedera yang tak khusus, dll sesuai pesanan
teridentifikasi
/tak teratasi atau
gejala sisa
neurologis

2. Resiko cedera Tidak terjadi  Lakukan pemantauan


berhubungan cedera glukosa darah heelstik,
dengan setiap 1 jam 3 kali, laporkan
nilai-nilai di bawah
perubahan
45 mg% dan lakukan tes
glukosa darah, Kriteria : glukosa
cairan dan
elektrolit  Bayi serum segera sesuai pesanan
mampu
mempertahan-  Observasi terhadap
kan cairan dan tanda dan gejala distres
elektrolit dalam pernafasan
rentang normal  Pantau kadar elektrolit
 Bayi dan Ht sesuai pesanan
mampu  Lakukan pemberian
mencapai dan makanan pada 2 sampai 3
mempertahan- jam usia dengan formula
kan kadar atau air dextrose 5 % sampai
glukosa darah 10 % sesuai pesanan, ikuti
normal jadual pemberian makan
 Kaji perubahan tingkat
kesadaran setiap 4 jam
 Kaji tanda vital setiap 4
jam
 Observasi terhadap
gejala perdarahan
intrakranial dan kejang
 Pertahankan pemberian
glukosa parenteral sesuai
pesanan
 Kolaborasi pemberian
hidrokortison bila
pemberian glukosa tidak
efektif
 Berikan suhu
lingkungan normal
 Pertahankan suhu pada
36,5 ˚C
 Berikan suplemen
elektrolit sesuai pesanan

3. Kurang Pengetahuan orang  Diskusikan dengan orang


pengetahuan tua meningkat tua tentang tanda dan gejala
orang tua hipoglikemia untuk
dilaporkan kepada perawat
berhubungan
atau dokter
dengan kurang Kriteria:  Tekankan pentingnya
informasi tentang pemberian makan teratur
perawatan bayi.  Orang tua  Tekankan pentingnya
dan orang perawatan prenatal dini dan
terdekat mampu baik untuk kehamilan
mengungkapkan selanjutnya
gejala buruk  Ajarkan pemberian obat-
pada bayi obatan bila diindikasikan
 Orang termasuk nama, tujuan,
tua/orang dosis, waktu pemberian,
terdekat mampu dan efek samping
memenuhi
kebutuhan
khusus bayi
DAFTAR PUSTAKA

Arvin Behrman Kliegmen.1996, Ilmu Kesehatan Anak “Nelson“ edisi 15 volume I. Jakarta :
Egc
Almatsier, S. (2010). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Budiastuti, A., & Ronoatmodjo, S. (2016). Hubungan Makrosomia dengan Perdarahan
Postpartum di Indonesia Tahun 2012 (Analisis Data SDKI 2012). Jurnal Epidemiologi
Kesehatan Indonesia, 1(1), 29–34.
Curtis, G. B. (2000). Kehamilan di Atas Usia 30. Jakarta: Arcan.
Darma, S. (2017). Kehamilan, Persalinan, Bayi Preterm dan Postterm disertai evidence based.
Jakarta: Noer Fikri Offset.
Depkes RI. (2007). Pedoman Pelayanan Antenatal. Jakarta: Depkes RI.
Dungga, E. F., & Husain, S. W. (2019). Faktor yang Berhubungan dengan Makrosomia.
Jambura Nursing Journal, 1(2), 65–72.
Wiknjosastro. Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo

Anda mungkin juga menyukai