Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KERPERAWATAN PADA Ny.

N
DENGAN SEROTINUS DAN MAKROSOMIA
DI RUMAH SAKIT UMUM dr. SOESELO SLAWI

Dosen Pengampu:

Ahmad zakiudin, SKM,S.Kep.,Ns.,M.Kes.

Disusun oleh :

Eka Luthfiyah (19.015)

YAYASAN PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN AL HIKMAH 2


AKADEMI KEPERAWATAN AL HIKMAH
SIRAMPOG BREBES
2021

1
LAPORAN PENDAHULUAN
SEROTINUS DAN MAKROSOMIA

Bayi besar (makrosomia) adalah bayi yang begitu lahir memiliki bobot lebih
dari 4000 gram. Padahal pada normalnya, berat bayi baru lahir adalah sekitar 2500 –
4000 gram. Frekuensi berat badan lahir lebih dari 4000 gram adalah 5,3% dan yang
lebih dari 4500 gram adalah 0,4%.Makrosomia merupakan salah satu komplikasi pada
kehamilan yang akan berdampak buruk pada persalinan dan pada saat bayi lahir
apabila komplikasi tersebut tidak dideteksi secara dini dan segera ditangani.
Janin dengan berat badan yang besar untuk usia kehamilannya atau makrosomia
mempunyai risiko yang tinggi untuk mengalami distosia bahu, asfiksia pada saat
persalinan, trauma persalinan, kematian janin dan non insulin diabetes melitus. Selain
itu janin yang besar juga memberikan risiko untuk ibunya.
Persalinan dengan penyulit makrosomia umumnya dijumpai pada wanita
hamil dengan diabetes melitus, kehamilan lewat bulan (serotinus) dan pada grande
multipara. Kehamilan serotinus merupakan kehamilan yang melebihi waktu 42
minggu sebelum terjadi persalinan. Kejadian kehamilan lewat waktu berkisar antara
10% dengan variasi 4% sampai 15%. Jika dibandingkan dengan kehamilan yang
berusia 40 minggu, angka kematian perinatalnya 2 kali lebih besar pada usia
kehamilan 42 minggu dan 5-7 kali lebih besar pada usia kehamilan 43 dan 44
minggu sekitar 30% kematian perinatalnya terjadi sebelum persalinan.

Kehamilan postterm mempunyai hubungan yang erat dengan mortalitas,


morbiditas,perinatal, ataupun makrosomia. Sementara itu resiko pada ibu pada
kehamilan postterm dapat berupa perdarahan pascapersalinan maupun tindakan
obstetrik yang meningkat. Berbeda dengan angka kematian ibu yang cenderung
menurun, kematian perinatal nampaknya masih menunjukkan angka yang cukup
tinggi, sehingga pemahaman dan penatalaksanaan yang tepat terhadap kehamilan
postterm akan memberikan sumbangan yang besar dalam menurunkan angka
kematian , terutama angkakematianperinatal.

A. Makrosomia
2
1. Definisi
a. Makrosomia semua neonatus dengan berat badan 4000 gram atau lebih tanpa
memandang umur kehamilan dianggap sebagai makrosomia.
b. Makrosomia adalah bila berat badannya lebih dari 4000 gram. Berat neonatus
pada umumnya kurang dari 4000 gram dan jarang melebihi 5000 gram.
Frekuensi berat badan lebih dari 4000 gram adalah 5,3% dan yang lebih 4500
gram adalah 0,4%.

2. Etiologi

Beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan terjadinya kelahiran bayi


besar (makrosomia). Faktor – faktor tersebut diantaranya:
a. Ibu yang menderita Diabetes Melitus (DM) sebelum dan selama kehamilan.
Kadar gula darah ibu hamil penderita DM tergolong tinggi. Kondisi inilah
yang memberi peluang janin untuk tumbuh melebihi ukuran rata-rata. Jika
fungsi plasenta dan tali pusat baik, maka si calon bayi dapat tumbuh makin
subur.
b. mempunyai riwayat melahirkan bayi besar. Ibu yang pada kehamilan pertama
melahirkan baby giant berpeluang besar melahirkan anak kedua dengan
kondisi yang sama pada kehamilan berikutnya.
c. Faktor genetik. Obesitas dan overweight yang dialami ayah-ibu dapat
menurun pada bayi.
d. Pengaruh kecukupan gizi. Porsi makanan yang dikonsumsi ibu hamil akan
berpengaruh terhadap bobot janin. Asupan gizi yang berlebih bisa
mengakibatkan bayi lahir dengan berat diatas rata-rata. Pola makan ibu yang
tidak seimbang atau berlebihan juga mempengaruhi kelahiran bayi besar
e. Bukan kehamilan pertama, ada kecenderungan berat badan lahir anak kedua
dan seterusnya lebih besar dari pada anak pertama.

3. Patofisiologi
Makrosomia ini disebabkan oleh terjadinya hiperglikemia pada
janin (akibat hiperglikemia ibu) dan hiperinsulinisme janin yang
menyebabkan:
a. Timbunan lemak subkutan janin dan glikogen hati bertambah

3
b. Pertambahan ukuran dan berat dari hampir seluruh organ, yang
memperlihatkan hipertropi dan hyperplasia seluler
c. Hematopoesis ektstramedularis khusunya dari hepar yang
menyebabkan pertambahan berat badan.
Umumnya bayi dengan makrosomia ini dilahirkan oleh ibu
diabetik. Insulin dikatakan merupakan hormon pertumbuhan primer
untuk perkembangan intra uterin. Diabetes Maternal mengakibatkan
peningkatan kadar asam-asam amino, pancreas janin merespon dengan
memproduksi insulin untuk disesuaikan dengan sediaan bahan bakar
akselerasi sintesis protein yang diakibatkan bersama dengan
penyimpangan glikogen dan lemak berlebih bertanggung jawab
terhadap terjadinya makrosomia yang khas pada kehamilan diabetik.
Bayi dari ibu yang menderita diabetes memperlihatkan insiden sindrom
kegawatan pernafasan yang lebih besar dari pada bayi ibu yang normal
pada umur kehamilan yang sama. Insiden yang lebih besar mungkin
terkait dengan pengaruh antagonis antara kortisol dan insulin pola
sintesis surfaktan.

4. Faktor Risiko

d. Ibu dengan penyakit diabetes

e. Ibu dengan multipara

f. Ibu dengan obesitas

g. Ibu dengan kehamilan lewat bulan

5. Manifestasi Klinis

Pada saat kehamilan :

a. Uterus lebih besar dari biasanya atau tidak sesuai dengan usia
gestasi

b. Tinggi fundus pada kehamilan aterm lebih dari 40 cm

c. Taksiran berat badan janin (TBBJ) dari 4000 gram


4
Pada bayi baru lahir :
a. Berat badan lebih dari 4000 gram

b. Badan montok dan kulit kemerahan

c. Organ internal membesar (hepatpsplenomegali,


spenomegali, kardiomegali)
d. Lemak tubuh banyak.

6. Penatalaksanaan
Pemeriksaan klinik dan ultrasonografi terhadap janin yang sedang
tumbuh, disertai dengan faktor-faktor yang diketahui merupakan
predisposisi terhadap makrosomia (bayi besar) memungkinkan
dilakukannya sejumlah kontrol terhadap pertumbuhan yang berlebihan.
Peningkatan risiko bayi besar perlu diingatdilakukannya seksio sesarea
efektif. Tanpa memandang besarnya, semua bayi dari ibu diabetes sejak
awal harus mendapat pengamatan dan perawatan yang intensif, kadar
gula darah pada bayi harus ditentukan pada 1 jam post partum dan
kemudian setiap 6-8 jam berikutnya, jika secara klinis baik dan kadar
gula darahnya normal. Mula-mula diberikan makanam oral/sonde air
glukosa 5% dilanjutkan dengan ASI. Susu formula yang dimulai pada
umur 2-3 jam dan diteruskan dengan interval makanan oral. Pemberian
makanan harus dihentikan dan glukosa diberikan dengan infus intravena
perifer pada kecepatan 4-8mg/kg BB/menit untuk mengatasi :
a. Hipoglikemia

Tujuan utama pengobatan hipoglikemia adalah agar kadar glukosa


serum tetap normal. Pada kasus hipoglikemia tanpa gejala dilakukan
tindakan berikut : apabila kadar glukosa dengan dextrosix 25 mg/dl
maka bayi diberi larutan glukosa sebanyak 6 mg/kg BB/menit dan
kemudian diperiksa tiap 1 jam hingga normal dan stabil. Bila
dextrosix menunjukkan hasil 25-46 mg/dl dan bayi tidak tampak
sakit maka diberi minum glukosa 5% lalu diperiksa tiap jam hingga
stabil. Pada kasus hipoglikemia dengan gejala diberikan larutan
glukosa 10% sebnayak 2-4 ml/kg BB intra vena selama 2-3 menit
hingga kadar glukosa stabil.
5
b. Hipokalsemia

Hipokalsemia dengan kejang harus diobati dengan larutan kalsium


glukonat 10% sebanyak 0,2-0,5 ml/kg BB intravena yang harus
diperhatikan selama pemberian adalah aritmia jantung, bradikardi
dan ekstravasasicairan dan alat infuse, kadar kalsium serum harus
dipantau tiap jam.

c. Hiperbilirubinemia

Sejak bayi mulai kurang kadar bilirubin harus dipantau dengan teliti
kalau perlu berikan terapi sinar/transfusi darah.

d. Polisitemia
Dicoba dengan penambahan pemberian minum sebanyak 20-40
ml/kg BB/ hari disamping itu dipantau Hb darah tiap 6-12 jam bila
tanpa gejala, bila disertai dengan gejala seperti gangguan nafas
jantung atau kelainan neurologik harus dilakukan transfusi parsial
dengan plasma beku segar.

B. Kehamilan serotinitus

a. Definisi

Kehamilan serotinus adalah kehamilan yang berlangsung lebih lama dari 42


minggu dihitung berdasarkan rumus neagle dengan siklus haid rata-rata 28 hari. Dikenal
beberapa istilah yang sering digunakan untuk menyebutkan kehamilan yang sudah
melampaui usia kehamilan yang dianggap berada diatas batas normal (usia kehamilan 37
minggu lengkap sampai sebelum 42 minggu lengkap) yaitu:
a). Kehamilan postterm merupakan kehamilan yang berlangsung selama 42 minggu

6
atau lebih sejak awal periode haid yang diikuti oleh ovulasi 2 minggu kemudian.
Meskipun kehamulan postterm ini mungkin mencakup 10 persen dari seluruh
kehamilan, sebagian diantaranya mungkin tidak benar-benar postterm, tetapi lebih
disebabkan oleh kekeliruan dalam memperkirakan usia gestasional. Sekali lagi nilai
informasi yang tepat mengenai lama kehamilan cukup jelas, karena pada umumnya
semakin lama janin yang benar-benar postterm itu berada dalam rahim semakin besar
pula resiko bagi janin dan bayi baru lahir untuk mengalami gangguan yang berat.

b). Post-date pregnancy adalah kehamilan yang melewati taksiran persalinan.


c). Post-mature pregnancy menggambarkan keadaan janin yang lahir dengan ciri-ciri
klinis nyata yang menunjukkan kehamilan yang memanjang patologis, sehingga dapat
menimbulkan beberapa komplikasi.
d). Kehamilan memanjang (prolonged pregnancy) adalah kehamilan yang berusia
lebih dari 42 minggu, sinonim dengan kehamilan post-term.

b. Etiologi

Seperti halnya teoribagaimanaterjadinyapersalinan, sampai saat ini penyebab


terjadinya kehamilan posttermbelum jelas.Beberapa yang diajukan pada umumnya
mengatakan bahwa terjadinya kehamilan postterm sebagai akibat gangguan terhadap
timbulnya persalinan. Beberapa teori diajukan antara lain sebagai berikut

a) Pengaruh Progesterone

Penurunan hormon dalam kehidupan dipercaya merupakan kejadian perubahan


endokrin yang penting dalam memacu proses biomolekular pada persalinan dan
meningkatkan sensitivitas uterus terhadap oksitosin, sehingga diduga terjadinya
kehamilan serotinus adalah karena masih berlangsungnya pengaruh progresteron.

b) Teori Oksitosin

Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan postterm memberi


kesan atau dipercaya bahwa oksitosin secara fisiologis memegang peranan penting

7
dalam menimbulkan persalinan dan pelepasan oksitosin dari neurohipofisis ibu hamil
yang kurang pada usia kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu faktor penyebab
kehamilan serotinus.

c) Teori Kortisol/ACTH Janin

Dalam teori ini diajukan bahwa sebagai pemberi tanda untuk dimulainya
persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba- tiba kadar kortisol plasma
janin, kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi progesterone
berkurang dan memperbesar sekresi estrogen, selanjutnya berpengaruh terhadap
meningkatnya produksi prostaglandin. Pada cacat bawaan janin seperti anansefalus,
hipoplasia adrenal janin, dan tidak adanya kelenjar hipofisis akan menyebabkan
kortisol janin tidak diproduksi dengan baik sehingga kehamilan dapat berlangsung
lewat bulan.

d) Saraf Uterus

Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhauser akan


membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan dimana tidak ada tekanan pada
pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek dan bagian bawah masih
tinggi kesemuanya diduga sebagai penyebab terjadinya kehamilan postterm.

e) Herediter
Beberapa penulis menyatakan bahwa seorang ibu yang mengalami kehamilan
postterm mempunyai kecendrungan untuk melahirkan lewat bulan pada kehamilan
berikutnya, sepertidikutip Cunningham, menyatakan bahwa bilamana seorang ibu
mengalami kehamilan postterm saat melahirkan anak perempuan, maka besar
kemungkinan anak perempuannya akan mengalami kehamilan postterm.

8
ASUHAN KERPERAWATAN PADA Ny.N DENGAN SEROTINUS DI RUANG VK
RSUD UMUM dr. SOESELO SLAWI 2021

Nama Mahasiswa : Eka luthfiyah

Hari/tanggal masuk Puskesmas : Senin, 26 juli 2021

Tanggal Pengkajian : 26-27 Juli 2021

Jam masuk : 06.30 WIB

Ruangan rumah sakit : vk

Diagnosa medis : serotinus dan makrosomia

I. BIODATA
a) Identitas Pasien
Nama : Ny. N
Umur : 26 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Danareja slapi
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
b) Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. T
Usia : 34 Tahun
Alamat : Danareja slapi
Pekerjaan : wirausaha
Hubungan dengan pasien : Suami

9
II. Keluhan utama : pasien mengatakan kencang- kencang dan nyeri pada
perineum.
III. Riwayat kehamilan : G2 P1 A0 dengan serotinus dan makrosomia.
IV. Riwayat KB
KB jenis : KB suntik 3 bulan
Efek dari KB : Pasien mengatakan menstruasi tidak teratur, mual,
sakit kepala.
V. Siklus menarche
Mulai haid umur berapa : 14 tahun lamanya 5 hari.
HPHT : 10-10-20
HPL : 17-7-21
VI. Riwayat kesehatan yang lalu : pasien tidak memiliki riwayat penyakit.
VII. Riwayat keluarga : keluarga pasien tidak memiliki riwayat penyakit.
VIII. Riwayat psikososial :-
IX. Kebiasaan sehari-hari
A. Nutrisi : Makan 3x/ hari
Minum 2000 cc/ hari
B. Eliminasi : BAK 1500 cc / hari karakteristik jernih
BAB 1x/ hari karakteristik lembek
C. Istirahat tidur : 8 jam x/ hari
D. Kebersihan diri : -
X. Pemeriksaan fisik
A. Keadaan umum : baik
B. Kesadaran : CM
C. Tanda-tanda vital
 Tekanan darah : 120/80
 Denyut nadi : 82x/ menit
 Suhu : 36,5 c
 Pernafasan : 20x/ menit
 Spo2 : 96
D. Berat badan : 74 kg
E. Tinggi badan : 160 cm

a) Pemeriksaan hand toe to


10
1. Kepala
a. Wajah dan kulit kepala
 Inspeksi : bentuk kepala simetris , ekskresi tampak meringis/menahan rasa
nyeri,warna kulit sawo matang
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada bagian wajah dan kepala

2. Mata
 Inspeksi : palpebrae tidak oedema serta tidak ada radang,sklera an
ikhterik,konjungtiva an anemis,serta tidak ada penonjolan dibagian mata
 Palpasi : tidaka ada tekanan pada bola mata
 Penglihatan : Normal, pasien dapat melihat dengan jelas
3. Hidung
 Inspeksi : polip tidak ada,keadaan septum bersih,sekret/cairan tidak
ada,tidak ada radang dibagian hidung
 Palpasi : tidak ada benjolan pada hidung
4. Telinga
 Inspeksi : canalis bersih,pendengaran masih normal,tidak menggunakan alat
bantu untuk mendengar
5. Mulut
 Inspeksi : keadaan gigi bersih tidak ada karang gigi ,keadaan gusi tidak
meradang dan tidak berbau ,keadaan lidah basah dan tidak kotor,keadaan
bibir cenderung basah
6. Leher
 Inspeksi : tidak terdapat kelainan apapun pada kelnjar thyroid, getah
bening, dan pada vena jugularis .
 Palpasi : tidak ada benjolan pada kelenjar thyroid, kelenjar limfe dan
vena jugularis.
7. Thorak dan Paru
 Inspeksi : tidak ada kelainan pada pernafasan, frekuensi, irama. Bentuk
dada, payudara dan pergerakan dada pun simestris
 Palpasi : fokal fremitus dan massa tidak terdapat gangguan
 Auskultasi : suara pernafasan dan suara tambahan tidak terdapat kelainan
8. Jantung
 Inspeksi : ictus kordis tampak
11
 Palpasi : ictus kordis teraba
9. Abdomen
 Inspeksi : tidak ada kelainan bentuk pada abdomen
 Palpasi : adanya nyeri tekan pada perineum
 TFU : 39 cm
 Auskultasi : peristaltic usus 25x/ menit
 Perkusi : bunyi abdomen normal
10. Ginjal
 Tidak ada keluhan pada ginjal
11. Genetalia
 Inspeksi genetalia dan anus : tidak terdapat radang
 Palpasi genetalia dan anus : tidak ada benjolan
12. Muskuluskeletal
 Inspeksi : bentuk tangan dan kaki simestris, tidak ada edema, tidak asa
lest, dan tidak tremor.
 Papasi : tidak ada nyeri tekan.
13. Integumen
 Inspeksi : warna kulit sawo matang, kelembapan normal.
 Palpasi : tidak ada pengerasan pada kulit, adanya nyeri tekan pada
integumen abdomen bagian atas.
XI. Terapi
Sebelum partus : induksi 1x
Setelah partus :
 sf ( ferrous sulfate) 2x1
 asam efenamat 3x1
 methylergometri 2x1
 amox 3x1
XII. Pemeriksaan Laboratorium : -

12
A. ANALISA DATA
No Tanggal Data Etiologi Problem

1 26-juli-2021 DS : Pengeluaran Nyeri melahirkan


- Pasienmengatakan kencang- janin
kencang nyeri pada
perineum dan susah tidur
P : melahirkan
Q : Nyeri seperti ditusuk-
tusuk.
R : Nyeri terdapat di bagian
perineum.
S : Skala nyeri 4
T : hilang timbul
DO:
- Pasien tampak meringis
kesakitan
- Muntah
Ketegangan otot meningkat
Td : 120/80 mmhg
N : 82x/menit
Rr : 20x/menit
S : 36,5 c
Spo2 : 96

DS:
2 26-juli-2021
- Pasien mengatakan tidak Trauma Ketidak nyamanan
merasa nyaman perineum pasca partum
selama
DO: persalinan dan
- Pasien tampak meringis kelahiran
- pasien merintih kesakitan
- Terdapat kontraksi uterus

13
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Diagnose keperawatan Tanggal timbul Tanggal teratasi


masalah.
1 Nyeri melahirkan b.d pengeluaran 26 juli 2021 27 juli 2021
janin ditandai nyeri pada perineum,
meringis kesakitan dan ketegangan
otot.
Ketidak nyamanan pasca partum 26 juli 2021 27 uli 2021
b.d trauma perineum selama
persalinan dan kelahiran

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

No tanggal Dx Tujuan intervensi


keperawatan
1 26 juli Nyeri Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi
melahirkan b.d keperawatan 2x24 jam diharapkan loksi
pengeluaran tingkat nyeri menurun dengan karakteristik,d
janin kriteria hasil : urasi frekuensi,
1. Keluhan nyeri menurun kualitas
2. Meringis menurun
3. Kesulitan tidur menurun intensitas
4. Ketegangan otot menurun nyeri.
2. Identifikasi
skala nyeri
3. Identifikasi
factor yang
memperberat
dan
memperingan
nyeri
4. Fasilirtas
istirahat dan
tidur

14
2 26 juli Ketidak Setelah dilakukan tindakan 1. Periksa
2021 nyamanan keperawatan 2x24 jam diharapkan ketegangan

pasca partum ketidak nyamanan pasca partum otot , frekuensi


nadi, tekanan
b.d trauma menurun dengan kriteria hasil :
darah, suhu
perineum 1. Ketuban tidak nyaman
sebelum dan
selama menurun
sesudah latihan
persalinan dan 2. Kontraksi uterus menurun
2. Anjurkan
kelahiran 3. Merintih menurun
mengambil
posisi nyaman
3. Anjurkan sering
mengulangi atau
melatih tehnik
yang di pilih

15
D. IMPLEMENTASI
No Tanggal Jam Dx Implementasi Respon
1 26 juli 08.0 I Identifikasi lokasi Ds:
21 0 karakteristik, durasi, frekuensi, Pasien mengatakan
kualitas, intensitas nyeri nyeri berkurang
Do :
Pasien sudah tidak
tampak meringis
26 juli 11.3 II Menganjurkan pasien Ds :
2021 0 mengambil posisi nyaman Pasien mengatakan
sudah nyaman
dengan posisinya
Do :
Pasien tampak tenang
2 27 juli 08.4 I Memfasilitas istirahat dan tidur Ds :
2021 5 secara teratur Pasien mengatakan
sulit tidur berkurang
Do :
Pasien terlihat bugar

27 juli 10.5 II Menganjurkan pasien Ds :


2021 0 mengulangi atau melatih tehnik Pasien mengatakan
yang dipilih bisa melakukan
latihan yang
dianjurkan perawat
Do :
Pasien tampak
melakukan latihan
sendiri

E. EVALUASI
No tanggal Jam Dx Catatan perkembangan Paraf

16
1 26 juli 14.00 I S : pasien mengatakan nyeri, susah
2021 tidur
P : nyeri melahirkan
Q : perineum tertekan
R : perineum
S : skala 2
T : hilang timbul
O:
Td : 120/80
N : 82x/ menit
Rr : 20x/ menit
S : 36,5 * c
A : nyeri melahirkan belum teratasi
P : mengkaji nyeri dan memonitor
pola tidur

26 juli 20.00 II S : pasien mengatakan dalam posisi


2021 tidak nyaman
O : pasien tampak nyaman dengan
posisinya
A : masalah belum teratasi
P : menganjurkan pasien mengambil
posisi nyaman
27 juli 09.45 I S : pasien mengatakan ingin tidur
2021 secara teratur
O : nyeri berkurang, pola tidur teratur
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
27 juli 13.20 II S : : pasien mengatakan ingin bias
2021 melakukan latihan yang dianjurkan
perawat
O : pasien tampak bias melakukan

17
latihan dengan sendiri
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi

18

Anda mungkin juga menyukai