N
DENGAN SEROTINUS DAN MAKROSOMIA
DI RUMAH SAKIT UMUM dr. SOESELO SLAWI
Dosen Pengampu:
Disusun oleh :
1
LAPORAN PENDAHULUAN
SEROTINUS DAN MAKROSOMIA
Bayi besar (makrosomia) adalah bayi yang begitu lahir memiliki bobot lebih
dari 4000 gram. Padahal pada normalnya, berat bayi baru lahir adalah sekitar 2500 –
4000 gram. Frekuensi berat badan lahir lebih dari 4000 gram adalah 5,3% dan yang
lebih dari 4500 gram adalah 0,4%.Makrosomia merupakan salah satu komplikasi pada
kehamilan yang akan berdampak buruk pada persalinan dan pada saat bayi lahir
apabila komplikasi tersebut tidak dideteksi secara dini dan segera ditangani.
Janin dengan berat badan yang besar untuk usia kehamilannya atau makrosomia
mempunyai risiko yang tinggi untuk mengalami distosia bahu, asfiksia pada saat
persalinan, trauma persalinan, kematian janin dan non insulin diabetes melitus. Selain
itu janin yang besar juga memberikan risiko untuk ibunya.
Persalinan dengan penyulit makrosomia umumnya dijumpai pada wanita
hamil dengan diabetes melitus, kehamilan lewat bulan (serotinus) dan pada grande
multipara. Kehamilan serotinus merupakan kehamilan yang melebihi waktu 42
minggu sebelum terjadi persalinan. Kejadian kehamilan lewat waktu berkisar antara
10% dengan variasi 4% sampai 15%. Jika dibandingkan dengan kehamilan yang
berusia 40 minggu, angka kematian perinatalnya 2 kali lebih besar pada usia
kehamilan 42 minggu dan 5-7 kali lebih besar pada usia kehamilan 43 dan 44
minggu sekitar 30% kematian perinatalnya terjadi sebelum persalinan.
A. Makrosomia
2
1. Definisi
a. Makrosomia semua neonatus dengan berat badan 4000 gram atau lebih tanpa
memandang umur kehamilan dianggap sebagai makrosomia.
b. Makrosomia adalah bila berat badannya lebih dari 4000 gram. Berat neonatus
pada umumnya kurang dari 4000 gram dan jarang melebihi 5000 gram.
Frekuensi berat badan lebih dari 4000 gram adalah 5,3% dan yang lebih 4500
gram adalah 0,4%.
2. Etiologi
3. Patofisiologi
Makrosomia ini disebabkan oleh terjadinya hiperglikemia pada
janin (akibat hiperglikemia ibu) dan hiperinsulinisme janin yang
menyebabkan:
a. Timbunan lemak subkutan janin dan glikogen hati bertambah
3
b. Pertambahan ukuran dan berat dari hampir seluruh organ, yang
memperlihatkan hipertropi dan hyperplasia seluler
c. Hematopoesis ektstramedularis khusunya dari hepar yang
menyebabkan pertambahan berat badan.
Umumnya bayi dengan makrosomia ini dilahirkan oleh ibu
diabetik. Insulin dikatakan merupakan hormon pertumbuhan primer
untuk perkembangan intra uterin. Diabetes Maternal mengakibatkan
peningkatan kadar asam-asam amino, pancreas janin merespon dengan
memproduksi insulin untuk disesuaikan dengan sediaan bahan bakar
akselerasi sintesis protein yang diakibatkan bersama dengan
penyimpangan glikogen dan lemak berlebih bertanggung jawab
terhadap terjadinya makrosomia yang khas pada kehamilan diabetik.
Bayi dari ibu yang menderita diabetes memperlihatkan insiden sindrom
kegawatan pernafasan yang lebih besar dari pada bayi ibu yang normal
pada umur kehamilan yang sama. Insiden yang lebih besar mungkin
terkait dengan pengaruh antagonis antara kortisol dan insulin pola
sintesis surfaktan.
4. Faktor Risiko
5. Manifestasi Klinis
a. Uterus lebih besar dari biasanya atau tidak sesuai dengan usia
gestasi
6. Penatalaksanaan
Pemeriksaan klinik dan ultrasonografi terhadap janin yang sedang
tumbuh, disertai dengan faktor-faktor yang diketahui merupakan
predisposisi terhadap makrosomia (bayi besar) memungkinkan
dilakukannya sejumlah kontrol terhadap pertumbuhan yang berlebihan.
Peningkatan risiko bayi besar perlu diingatdilakukannya seksio sesarea
efektif. Tanpa memandang besarnya, semua bayi dari ibu diabetes sejak
awal harus mendapat pengamatan dan perawatan yang intensif, kadar
gula darah pada bayi harus ditentukan pada 1 jam post partum dan
kemudian setiap 6-8 jam berikutnya, jika secara klinis baik dan kadar
gula darahnya normal. Mula-mula diberikan makanam oral/sonde air
glukosa 5% dilanjutkan dengan ASI. Susu formula yang dimulai pada
umur 2-3 jam dan diteruskan dengan interval makanan oral. Pemberian
makanan harus dihentikan dan glukosa diberikan dengan infus intravena
perifer pada kecepatan 4-8mg/kg BB/menit untuk mengatasi :
a. Hipoglikemia
c. Hiperbilirubinemia
Sejak bayi mulai kurang kadar bilirubin harus dipantau dengan teliti
kalau perlu berikan terapi sinar/transfusi darah.
d. Polisitemia
Dicoba dengan penambahan pemberian minum sebanyak 20-40
ml/kg BB/ hari disamping itu dipantau Hb darah tiap 6-12 jam bila
tanpa gejala, bila disertai dengan gejala seperti gangguan nafas
jantung atau kelainan neurologik harus dilakukan transfusi parsial
dengan plasma beku segar.
B. Kehamilan serotinitus
a. Definisi
6
atau lebih sejak awal periode haid yang diikuti oleh ovulasi 2 minggu kemudian.
Meskipun kehamulan postterm ini mungkin mencakup 10 persen dari seluruh
kehamilan, sebagian diantaranya mungkin tidak benar-benar postterm, tetapi lebih
disebabkan oleh kekeliruan dalam memperkirakan usia gestasional. Sekali lagi nilai
informasi yang tepat mengenai lama kehamilan cukup jelas, karena pada umumnya
semakin lama janin yang benar-benar postterm itu berada dalam rahim semakin besar
pula resiko bagi janin dan bayi baru lahir untuk mengalami gangguan yang berat.
b. Etiologi
a) Pengaruh Progesterone
b) Teori Oksitosin
7
dalam menimbulkan persalinan dan pelepasan oksitosin dari neurohipofisis ibu hamil
yang kurang pada usia kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu faktor penyebab
kehamilan serotinus.
Dalam teori ini diajukan bahwa sebagai pemberi tanda untuk dimulainya
persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba- tiba kadar kortisol plasma
janin, kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi progesterone
berkurang dan memperbesar sekresi estrogen, selanjutnya berpengaruh terhadap
meningkatnya produksi prostaglandin. Pada cacat bawaan janin seperti anansefalus,
hipoplasia adrenal janin, dan tidak adanya kelenjar hipofisis akan menyebabkan
kortisol janin tidak diproduksi dengan baik sehingga kehamilan dapat berlangsung
lewat bulan.
d) Saraf Uterus
e) Herediter
Beberapa penulis menyatakan bahwa seorang ibu yang mengalami kehamilan
postterm mempunyai kecendrungan untuk melahirkan lewat bulan pada kehamilan
berikutnya, sepertidikutip Cunningham, menyatakan bahwa bilamana seorang ibu
mengalami kehamilan postterm saat melahirkan anak perempuan, maka besar
kemungkinan anak perempuannya akan mengalami kehamilan postterm.
8
ASUHAN KERPERAWATAN PADA Ny.N DENGAN SEROTINUS DI RUANG VK
RSUD UMUM dr. SOESELO SLAWI 2021
I. BIODATA
a) Identitas Pasien
Nama : Ny. N
Umur : 26 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Danareja slapi
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
b) Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. T
Usia : 34 Tahun
Alamat : Danareja slapi
Pekerjaan : wirausaha
Hubungan dengan pasien : Suami
9
II. Keluhan utama : pasien mengatakan kencang- kencang dan nyeri pada
perineum.
III. Riwayat kehamilan : G2 P1 A0 dengan serotinus dan makrosomia.
IV. Riwayat KB
KB jenis : KB suntik 3 bulan
Efek dari KB : Pasien mengatakan menstruasi tidak teratur, mual,
sakit kepala.
V. Siklus menarche
Mulai haid umur berapa : 14 tahun lamanya 5 hari.
HPHT : 10-10-20
HPL : 17-7-21
VI. Riwayat kesehatan yang lalu : pasien tidak memiliki riwayat penyakit.
VII. Riwayat keluarga : keluarga pasien tidak memiliki riwayat penyakit.
VIII. Riwayat psikososial :-
IX. Kebiasaan sehari-hari
A. Nutrisi : Makan 3x/ hari
Minum 2000 cc/ hari
B. Eliminasi : BAK 1500 cc / hari karakteristik jernih
BAB 1x/ hari karakteristik lembek
C. Istirahat tidur : 8 jam x/ hari
D. Kebersihan diri : -
X. Pemeriksaan fisik
A. Keadaan umum : baik
B. Kesadaran : CM
C. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/80
Denyut nadi : 82x/ menit
Suhu : 36,5 c
Pernafasan : 20x/ menit
Spo2 : 96
D. Berat badan : 74 kg
E. Tinggi badan : 160 cm
2. Mata
Inspeksi : palpebrae tidak oedema serta tidak ada radang,sklera an
ikhterik,konjungtiva an anemis,serta tidak ada penonjolan dibagian mata
Palpasi : tidaka ada tekanan pada bola mata
Penglihatan : Normal, pasien dapat melihat dengan jelas
3. Hidung
Inspeksi : polip tidak ada,keadaan septum bersih,sekret/cairan tidak
ada,tidak ada radang dibagian hidung
Palpasi : tidak ada benjolan pada hidung
4. Telinga
Inspeksi : canalis bersih,pendengaran masih normal,tidak menggunakan alat
bantu untuk mendengar
5. Mulut
Inspeksi : keadaan gigi bersih tidak ada karang gigi ,keadaan gusi tidak
meradang dan tidak berbau ,keadaan lidah basah dan tidak kotor,keadaan
bibir cenderung basah
6. Leher
Inspeksi : tidak terdapat kelainan apapun pada kelnjar thyroid, getah
bening, dan pada vena jugularis .
Palpasi : tidak ada benjolan pada kelenjar thyroid, kelenjar limfe dan
vena jugularis.
7. Thorak dan Paru
Inspeksi : tidak ada kelainan pada pernafasan, frekuensi, irama. Bentuk
dada, payudara dan pergerakan dada pun simestris
Palpasi : fokal fremitus dan massa tidak terdapat gangguan
Auskultasi : suara pernafasan dan suara tambahan tidak terdapat kelainan
8. Jantung
Inspeksi : ictus kordis tampak
11
Palpasi : ictus kordis teraba
9. Abdomen
Inspeksi : tidak ada kelainan bentuk pada abdomen
Palpasi : adanya nyeri tekan pada perineum
TFU : 39 cm
Auskultasi : peristaltic usus 25x/ menit
Perkusi : bunyi abdomen normal
10. Ginjal
Tidak ada keluhan pada ginjal
11. Genetalia
Inspeksi genetalia dan anus : tidak terdapat radang
Palpasi genetalia dan anus : tidak ada benjolan
12. Muskuluskeletal
Inspeksi : bentuk tangan dan kaki simestris, tidak ada edema, tidak asa
lest, dan tidak tremor.
Papasi : tidak ada nyeri tekan.
13. Integumen
Inspeksi : warna kulit sawo matang, kelembapan normal.
Palpasi : tidak ada pengerasan pada kulit, adanya nyeri tekan pada
integumen abdomen bagian atas.
XI. Terapi
Sebelum partus : induksi 1x
Setelah partus :
sf ( ferrous sulfate) 2x1
asam efenamat 3x1
methylergometri 2x1
amox 3x1
XII. Pemeriksaan Laboratorium : -
12
A. ANALISA DATA
No Tanggal Data Etiologi Problem
DS:
2 26-juli-2021
- Pasien mengatakan tidak Trauma Ketidak nyamanan
merasa nyaman perineum pasca partum
selama
DO: persalinan dan
- Pasien tampak meringis kelahiran
- pasien merintih kesakitan
- Terdapat kontraksi uterus
13
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
14
2 26 juli Ketidak Setelah dilakukan tindakan 1. Periksa
2021 nyamanan keperawatan 2x24 jam diharapkan ketegangan
15
D. IMPLEMENTASI
No Tanggal Jam Dx Implementasi Respon
1 26 juli 08.0 I Identifikasi lokasi Ds:
21 0 karakteristik, durasi, frekuensi, Pasien mengatakan
kualitas, intensitas nyeri nyeri berkurang
Do :
Pasien sudah tidak
tampak meringis
26 juli 11.3 II Menganjurkan pasien Ds :
2021 0 mengambil posisi nyaman Pasien mengatakan
sudah nyaman
dengan posisinya
Do :
Pasien tampak tenang
2 27 juli 08.4 I Memfasilitas istirahat dan tidur Ds :
2021 5 secara teratur Pasien mengatakan
sulit tidur berkurang
Do :
Pasien terlihat bugar
E. EVALUASI
No tanggal Jam Dx Catatan perkembangan Paraf
16
1 26 juli 14.00 I S : pasien mengatakan nyeri, susah
2021 tidur
P : nyeri melahirkan
Q : perineum tertekan
R : perineum
S : skala 2
T : hilang timbul
O:
Td : 120/80
N : 82x/ menit
Rr : 20x/ menit
S : 36,5 * c
A : nyeri melahirkan belum teratasi
P : mengkaji nyeri dan memonitor
pola tidur
17
latihan dengan sendiri
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
18