MAKROSOMIA
Disusun oleh:
Faishal Lathifi
(030.08.096)
Pembimbing :
dr. Mas Wishnuwardana, Sp. A
LEMBAR PENGESAHAN
Dengan hormat,
Referat pada kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi periode 2 Juni 9
Agustus 2014 dengan judul Makrosomia yang disusun oleh :
Nama : Faishal Lathifi
NIM
: 030.08.096
Menyetujui,
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses kehamilan sampai melahirkan merupakan rantai satu kesatuan dari hasil
konsepsi. Gangguan dan penyulit pada kehamilan umumnya ditemukan pada kehamilan
resiko tinggi. Yang dimaksud dengan kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan yang akan
menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar baik terhadap ibu maupun
terhadap janin yang dikandungnya selama masa kehamilan, melahirkan ataupun nifas bila
dibandingkan dengan kehamilan persalinan dan nifas normal. Secara garis besar,
kelangsungan suatu kehamilan sangat bergantung pada keadaan dan kesehatan ibu, plasenta
dan keadaan janin.
Makrosomia adalah salah satu komplikasi pada kehamilan yang akan berdampak
buruk pada persalinan dan pada saat bayi lahir apabila komplikasi tersebut tidak dideteksi
secara dini dan segera ditangani. Bayi besar (makrosomia) adalah bayi yang begitu lahir
memiliki bobot lebih dari 4000 gram. Padahal pada normalnya, berat bayi baru lahir adalah
sekitar 2.500-4000 gram. Berat neonatus pada umumnya kurang dari 4000 gram dan jarang
melebihi 5000 gram. Frekuensi berat badan lahir lebih dari 4000 gram adalah 5,3% dan yang
lebih dari 4500 gram adalah 0,4%.
Persalinan dengan penyulit makrosomia umumnya faktor keturunan memegang
peranan penting. Selain itu janin besar dijumpai pada wanita hamil dengan diabetes mellitus,
pada postmaturitas dan pada grande multipara. Apabila kepala anak sudah lahir tetapi
kelahiran bagian-bagian lain macet janin dapat meninggal akibat asfiksia. Pada disproporsi
sefalopelvik (tidak seimbang kepala panggul) karena janin besar, seksio sesarea perlu
dipertimbangkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Makrosomia adalah bayi yang berat badannya pada saat lahir lebih dari 4.000 gram..
Berat neonatus pada umumnya kurang dari 4000 gram dan jarang melebihi 5000 gram.
Frekuensi berat badan lahir lebih dari 4000 gram adalah 5,3% dan yang lebih dari 4500 gram
adalah 0,4%.
B. ETIOLOGI
Beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan terjadinya kelahiran bayi besar / baby
giant.
Faktor-faktor dari bayi tersebut diantaranya :
1.
Bayi dan ibu yang menderita diabetes sebelum hamil dan bayi dari ibu yang
menderita diabetes selama kehamilan. Sering memiliki kesamaan, mereka
cenderung besar dan montok akibat bertambahnya lemak tubuh dan membesarnya
organ dalam, mukanya sembab dan kemerahan (plethonic) seperti bayi yang
sedang mendapat kortikosteroid. Bayi dari ibu yang menderita diabetes
memperlihatkan insiden sindrom kegawatan pernafasan yang lebih besar dari pada
bayi ibu yang normal pada umur kehamilan yang sama. Insiden yang lebih besar
mungkin terkait dengan pengaruh antagonis antara kortisol dan insulin pola sintesis
surfakton.
2.
Terjadinya obesitas pada ibu juga dapat menyebabkan kelahiran bayi besar
(bayi giant).
3.
Pola makan ibu yang tidak seimbang atau berlebihan juga mempengaruhi
kelahiran bayi besar.
A.
FAKTOR RESIKO
Kadar gula darah yang lebih tinggi dari ukuran normal. Seorang bayi yang didiagnosis
makrosomia janin lebih mungkin dilahirkan dengan tingkat gula darah yang lebih
tinggi (toleransi glukosa menjadi terganggu).
Obesitas anak. Penelitian menunjukkan bahwa risiko obesitas meningkat seiring dengan
meningkatnya berat badan saat lahir.
Sindrom metabolik. Sindrom metabolik merupakan sekelompok kondisi peningkatan
tekanan darah, peningkatan gula darah, kelebihan lemak tubuh di sekitar pinggang,
atau kadar kolesterol abnormal- yang terjadi bersama-sama, sehingga meningkatkan
risiko penyakit jantung, stroke dan diabetes. Jika bayi anda didiagnosis dengan
makrosomia janin, dia berada pada risiko untuk mengembangkan sindrom metabolik
selama masa kanak-kanak.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah efek ini bisa meningkatkan
risiko diabetes dewasa, obesitas, dan penyakit jantung
Risiko Ibu
Kemungkinan komplikasi makrosomia janin bagi ibu mungkin mencakup:
Masalah kelahiran. Makrosomia janin dapat menyebabkan bayi menjadi terjepit di jalan
lahir, mengalami cedera lahir, atau memerlukan penggunaan forsep atau perangkat
vakum selama persalinan (persalinan pervaginam operatif). Kadang-kadang Csection juga diperlukan.
Laserasi saluran kelamin. Selama persalinan, makrosomia janin dapat menyebabkan
bayi melukai jalan lahirnya - seperti dengan merobek jaringan vagina dan otot-otot
antara vagina dan anus (perineum otot).
Perdarahan
setelah
melahirkan.
Makrosomia
janin
meningkatkan
risiko
ketidaksempurnaan kontraksi otot rahim sang ibu pasca melahirkan (atonia uteri).
Hal ini dapat menyebabkan pendarahan yang serius setelah melahirkan.
Uterine yang pecah. Jika anda sudah pernah melakukan C-section atau operasi rahim
besar sebelumnya, maka makrosomia janin meningkatkan risiko pecahnya rahim komplikasi yang jarang namun serius, dimana rahim tergores hingga terbuka di
sepanjang garis bekas luka akibat C-section atau operasi rahim lainnya. C-section
darurat biasanya diperlukan untuk mencegah komplikasi yang mengancam jiwa.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
KOMPLIKASI
Bayi besar juga kerap menjadi penyulit pada saat persalinan normal, karena dapat
menyebabkan
cedera
baik
pada
ibu
maupun
bayinya.
Pemeriksaan klinik dan ultrasonografi yang seksama terhadap janin yang sedang
tumbuh, disertai dengan faktor-faktor yang diketahui merupakan predisposisi terhadap
makrosomia (bayi besar) memungkinkan dilakukannya sejumlah kontrol terhadap
pertumbuhan yang berlebihan. Peningkatan resiko bayi besar jika kehamilan dibiarkan hingga
aterm harus diingat dan seksio sesarea efektif harus dilakukan kapan saja persalinan
pervaginam.
Pemantauan glukosa darah
(Pada saat datang atau umur 3 jam, kemudian tiap 6 jam sampai 24 jam atau bila
kadar glukosa 45 gr% dua kali berturut-turut.
Pemantauan elektrolit
Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan pemeriksaan
dengan menggunakan standart yang diakui atau berlaku (Effendi Nasrul, 1995)
Keadaan umum
Pada neonatus dengan makrosomia, keadaannya lemah dan hanya merintih. Keadaan
akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis keras. Kesadaran
neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan. Adanya BB yang stabil,
panjang badan sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat
menunjukkan kondisi neonatus yang baik.
Tanda-tanda Vital
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan asfiksia benar, tepat
dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi bila suhu tubuh < 36 C
dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh > 37 C. Sedangkan suhu normal tubuh
antara 36,5C 37,5C, nadi normal antara 120-140 kali per menit respirasi normal
antara 40-60 kali permenit, sering pada bayi post asfiksia berat pernafasan belum teratur
(Potter Patricia A, 1996 : 87).
Pemeriksaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik pasien untuk menentukan
kesehatan pasien (Effendi Nasrul, 1995).
Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi makrosomia
terdapat lanugo dan verniks di lipatan-lipatan kulit.
Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-ubun besar
cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan intrakranial.
Mata
Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding conjunctiva, warna
sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi terhadap cahaya.
Hidung
Tidak terdapat pernafasan cuping hidung dan penumpukan lendir.
Mulut
Bibir berwarna merah, ada lendir atau tidak.
Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
Thorax
Bentuk simetris, tidak terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing dan ronchi,
frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.
Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 2 cm dibawah arcus costaae
mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites atau tumor, perut cekung
adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2 jam setelah masa kelahiran bayi.
Umbilikus
Tali pusat normal, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda tanda infeksi
pada tali pusat.
Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara uretra pada
neonatus laki laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan labia minor, adanya
sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.
Anus
Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta warna dari faeses.
Ekstremitas
Warna merah, gerakan lemah/kuat, akral dingin/hangat, perhatikan adanya patah tulang
atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.
Tanpa memandang besarnya semua bayi dari ibu diabetes sejak semula harus mendapat
pengamatan dan perawatan yang intensif, adar gula darah pada bayi harus ditentukan pada 1
jam post partum dan kemudian setiap 6 8 jam berikutnya, jika secara klinis baik dan kadar
gula darahnya normal. Mula-mula diberikan makanan oral/sonde air glukosa 5% dilanjutkan
dengan ASI.air susu formula yang dimulai pada umur 2 3 jam dan diteruskan dengan
interval makanan oral. Pemberian makanan harus dihentikan dan glukosa di berikan dengan
infus intravena perifer pada kecepatan 4 8 mg/kg BB/menit untuk mengatasi.
1. Hipoglikemia
Tujuan utama pengobatan hipoglikemia adalah agar kadar glukosa serum tetap
normal pada kasus hipoglikemia tanpa gejala lakukan tindakan berikut :
INTERPRETASI
Lebih (Advance)
Bila mana anak melewati uji coba yang terletak di kanan garis usia, dinyatakan
perkembangan anak lebih pada uji coba tersebut.
Normal
Bila anak gagal atau menolak melakukan tugas perkembangan di sebelah kanan garis
usia, dikategorikan normal. Demikian juga bila anak lulus (P), gagal (F), menolak (R)
pada tugas perkembangan di mana garis usia terletak antara persentil 25 dan 75 maka
dikategorikan normal.
Caution/Peringatan
Bila anak gagal (F) atau menolak (R) tugas perkembangan dimana garis usia terletak
pada atau antara persentil 75 sampai 90
Delayed/Keterlambatan
Bila seorang anak gagal (F) atau menolak (R) melakukan uji coba yang terletak lengkap
di sebelah kiri garis usia (Tidak menyentuh garis usia)
No Opportunity/Tidak ada kesempatan
Pada tugas perkembangan yang berdasarkan laporan, orang tua melaporkan bahwa
anaknya tidak ada kesempatan untuk melakukan tugas perkembangan tersebut,
hasil ini tidak dimasukkan dalam mengambil kesimpulan
Milestone Perkembangan Anak:
Berat badan dan tinggi badan juga merupakan salah satu parameter penting untuk
menentukan status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi.
Penggunaan Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator status gizi untuk
melihat adanya gangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi tubuh (M.Khumaidi, 1994).
Penggunaan berat badan dan tinggi badan akan lebih jelas dan sensitive/peka
dalam menunjukkan keadaan gizi kurang bila dibandingkan dengan penggunaan BB/U.
Dinyatakan dalam BB/TB, menurut standar WHO bila prevalensi kurus/wasting < -2SD
diatas 10 % menunjukan suatu daerah tersebut mempunyai masalah gizi yang sangat
serius dan berhubungan langsung dengan angka kesakitan.
Tabel 1 Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U,TB/U, BB/TB Standart
Baku Antropometeri WHO-NCHS
Indeks yang
Batas
No
Sebutan Status Gizi
dipakai
Pengelompokan
1
BB/U
< -3 SD
Gizi buruk
- 3 s/d <-2 SD
Gizi kurang
- 2 s/d +2 SD
Gizi baik
> +2 SD
Gizi lebih
2
TB/U
< -3 SD
Sangat Pendek
- 3 s/d <-2 SD
Pendek
- 2 s/d +2 SD
Normal
> +2 SD
Tinggi
3
BB/TB
< -3 SD
Sangat Kurus
- 3 s/d <-2 SD
Kurus
- 2 s/d +2 SD
Normal
> +2 SD
Gemuk
Sumber : Depkes RI 2004.
Data baku WHO-NCHS indeks BB/U, TB/U dan BB/TB disajikan dalan dua versi
yakni persentil (persentile) dan skor simpang baku (standar deviation score = z). Menurut
Waterlow,et,al, gizi anak-anak dinegara-negara yang populasinya relative baik (wellnourished), sebaiknya digunakan presentil, sedangkan dinegara untuk anak-anak yang
populasinya relative kurang (under nourished) lebih baik menggunakan skor simpang baku
(SSB) sebagai persen terhadap median baku rujukan ( Djumadias Abunaim,1990).
Tabel 2. Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Tiga Indeks Antropometri (BB/U,TB/U,
BB/TB Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS)
Indeks yang digunakan
No
Interpretasi
BB/U
TB/U
BB/TB
1
2
Rendah
Rendah
Rendah
Normal
Normal
Rendah
Tinggi
Normal
Normal
Tinggi
Normal
Rendah
Rendah
Normal
Rendah
Normal
Rendah
Tinggi
Sekarang lebih, dulu kurang
3
Tinggi
Tinggi
Normal Tinggi, normal
Tinggi
Rendah
Tinggi
Obese
Tinggi
Normal
Tinggi
Sekarang lebih, belum obese
Keterangan : untuk ketiga indeks ( BB/U,TB/U, BB/TB) :
Rendah : < -2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS
Normal : -2 s/d +2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS
Tinggi : > + 2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS
Sumber : Depkes RI 2004.
Pengukuran Skor Simpang Baku (Z-score) dapat diperoleh dengan
mengurangi Nilai Induvidual Subjek (NIS) dengan Nilai Median Baku Rujukan
(NMBR) pada umur yang bersangkutan, hasilnya dibagi dengan Nilai Simpang Baku
Rujukan (NSBR). Atau dengan menggunakan rumus :
+2sd
185.1
+3sd
94.1
+3sd
55.4
+3sd
193.2
Umur
Berat badan : untuk menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral pada
tulang
Lingkar kepala : Untuk memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala atau
peningkatan ukuran kepala. Ini dapat dihubungkan dengan ukuran otak dan tulang
tengkorak
KESIMPULAN
Bayi besar yang sedang berkembang merupakan suatu indikator dari efek ibu. Yang
walaupun dikontrol dengan baik dapat timbul pada janin, maka sering disarankan persalinan
yang lebih dini sebelum aterm.
Makrosomia adalah salah satu komplikasi pada kehamilan yang akan berdampak
buruk pada persalinan dan pada saat bayi lahir apabila komplikasi tersebut tidak dideteksi
secara dini dan segera ditangani. Bayi besar (makrosomia) adalah bayi yang begitu lahir
memiliki bobot lebih dari 4000 gram. Padahal pada normalnya, berat bayi baru lahir adalah
sekitar 2.500-4000 gram. Berat neonatus pada umumnya kurang dari 4000 gram dan jarang
melebihi 5000 gram. Frekuensi berat badan lahir lebih dari 4000 gram adalah 5,3% dan yang
lebih dari 4500 gram adalah 0,4%.
Bayi dan ibu yang menderita diabetes sebelum hamil dan bayi dari ibu yang
menderita diabetes selama kehamilan. Sering memiliki kesamaan, mereka cenderung besar
dan montok akibat bertambahnya lemak tubuh dan membesarnya organ dalam, mukanya
sembab dan kemerahan (plethonic) seperti bayi yang sedang mendapat kortikosteroid. Bayi
dari ibu yang menderita diabetes memperlihatkan insiden sindrom kegawatan pernafasan
yang lebih besar dari pada bayi ibu yang normal pada umur kehamilan yang sama. Insiden
yang lebih besar mungkin terkait dengan pengaruh antagonis antara kortisol dan insulin pola
sintesis surfaktan.
Pada neonatus dengan makrosomia, keadaannya lemah dan hanya merintih. Keadaan
akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis keras. Kesadaran
neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang
badan sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat menunjukkan
kondisi neonatus yang baik.
Tanpa memandang besarnya semua bayi dari ibu diabetes sejak semula harus
mendapat pengamatan dan perawatan yang intensif, adar gula darah pada bayi harus
ditentukan pada 1 jam post partum dan kemudian setiap 6 8 jam berikutnya, jika secara
klinis baik dan kadar gula darahnya normal. Mula-mula diberikan makanan oral/sonde air
glukosa 5% dilanjutkan dengan ASI.air susu formula yang dimulai pada umur 2 3 jam dan
diteruskan dengan interval makanan oral.
DAFTAR PUSTAKA
1. Wiknjosastro. Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo
2. Alatas, Dr. Husein et al : Ilmu Kesehatan Anak, edisi ke 7, buku 2, Jakarta; Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia 1997, hal 573 761.
3. Behrman, Kliegman, Arvin, editor Prof. Dr. dr. A. Samik Wahab, SpA(K) et al :
Nelson, Ilmu Kesehatan Anak, edisi 15, buku 2, EGC 2000, hal 1028 1042.