Anda di halaman 1dari 15

Case Report Session

BAYI BERAT LAHIR LEBIH

Oleh:

Nurlia Astari 1210312108

Zulherman 1210311021

Siti Fadhilah 1110312096

Preseptor:

dr. Rahmi Yetti, Sp. A

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


RSUD. ACHMAD MUCHTAR BUKITTINGGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2017
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Pengertian dari NBBLB menurut pendapat para ahli sebagai berikut:
- NBBLB ( Bayi Berat Badan Lebih ) adalah bayi yang berat badannya pada saat lahir lebih
dari 4.000 gram.
- Menurut Cunningham semua neonatus dengan berat badan 4000 gram atau lebih tanpa
memandang umur kehamilan dianggap sebagai NBBLB.
Kondisi bayi dengan berat lahir NBBLB membutuhkan perawatan yang lebih/intensif
dan harus selalu dipantau untuk menghindari resiko dikemudian hari. Berat neonatus pada
umumnya kurang dari 4000 gram dan jarang melebihi 5000 gram. Frekuensi berat badan lahir
lebih dari 4000 gram adalah 5,3% dan yang lebih dari 4500 gram adalah 0,4%.

B. Etiologi
Beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan terjadinya kelahiran bayi besar / baby giant.
Faktor-faktor tersebut diantaranya
1. Ibu yang menderita Diabetes Mellitus (DM) sebelum dan selama kehamilan. Kadar gula
darah ibu hamil penderita Diabetes Melitus tergolong tinggi. Kondisi inilah yang memberi
peluang janin untuk tumbuh melebihi ukuran rata-rata. Jika fungsi plasenta dan tali pusat
baik, maka si calon bayi dapat tumbuh makin subur.

2. Ibu mempunyai riwayat melahirkan bayi besar.


Ibu yang pada kehamilan pertama melahirkan Baby giant berpeluang besar melahirkan anak
kedua dengan kondisi yang sama pada kehamilan berikutnya.

3. Faktor genetik
Obesitas dan overweight yang dialami ayah-ibu dapat menurun pada bayi.

4. Pengaruh kecukupan gizi


Porsi makanan yang dikonsumsi ibu hamil akan berpengaruh terhadapa bobot janin. Asupan
gizi yang berlebih bisa mengakibatkan bayi lahir dengan berat diatas rata-rata. Pola makan
ibu yang tidak seimbang atau berlebihan juga mempengaruhi kelahiran bayi besar.

2
5. Bukan kehamilan pertama
Ada kecenderungan berat badan lahir anak kedua dan seterusnya lebih besar daripada anak
pertama.

C. Manifestasi Klinis
1. Pada saat kehamilan :
a) Uterus lebih besar dari biasanya atau tidak sesuai dengan usia gestasi
b) Tinggi fundus pada kehamilan aterm lebih dari 40 cm.
c) Taksiran berat badan janin (TBBJ) lebih dari 4000 gram.

2. Pada bayi baru lahir :


a) Berat badan lebih dari 4000 gram
b) Badan montok dan kulit kemerahan
c) Organ internal membesar (hepatosplenomegali, spenomegali, kardiomegali)
d) Lemak tubuh banyak.

D. Patofisiologis
NBBLB ini disebabkan oleh terjadinya hiperglikemia pada janin (akibat hiperglikemia ibu)
dan hiperinsulinisme janin yang menyebabkan :
- Timbunan lemak subkutan janin dan glikogen hati bertambah
- Pertambahan ukuran dan berat dari hampir seluruh organ, yang memperlihatkan hipertropf
dan hyperplasia seluler
- Hematopiesis ektramedularis khususnya dari hepar yang menyebabkan pertambahan berat
badan.
Umumnya bayi dengan NBBLB ini dilahirkan oleh ibu diabetik. Insulin merupakan
hormon pertumbuhan primer untuk perkembangan intra uterin. Diabetes Maternal
mengakibatkan peningkatan kadar asam-asam amino bus plasenta, pancreas janin berespon
dengan memproduksi insulin untuk disesuaikan dengan sediaan bahan baker akselerasi
sintesis protein yang diakibatkan bersama dengan penyimpanan glikogen dan lemak berlebih
bertanggung jawab terhadap terjadinya NBBLB yang khas pada kehamilan diabetik.

Bayi dari ibu yang menderita diabetes memperlihatkan insiden sindrom kegawatan
pernafasan yang lebih besar dari pada bayi ibu yang normal pada umur kehamilan yang sama.

3
Insiden yang lebih besar mungkin terkait dengan pengaruh antagonis antara kortisol dan
insulin pola sintesis surfakton.
NBBLB dapat meningkatkan resiko pada bayi mengalami hipoglikemia,,
hiperviskostas, hiperbilirubinemiA, dan trauma lahir.

1. Hipoglikemia
Hipoglikemi sering terjadi pada bayi dari ibu yang menderita penyakit DM karena
cadangan glukosa rendah. Pada ibu DM terjadi transfer glukosa yang berlebihan pada janin
sehingga respon insulin juga meningkat pada janin. Saat lahir di mana jalur plasenta terputus
maka transfer glukosa berhenti sedangkan respon insulin masih tinggi (transient
hiperinsulinisme) sehingga terjadi hipoglikemia.
American Academy of Pediatrics (AAP) mendefinisikan bahwa hipoglikemia
merupakan nilai yang tidak spesifik, karena belum ada studi yang dapat mendefinisikan apa
klinis yang sesuai dengan hipoglikemi pada neonatus. Oleh sebab itu, merupkan tantangan
dalam memberikan tatalaksana hipoglikemia, karena tidak mungkin menentukan nilai
glukosa darah tunggal terhadap neonatus yang membutuhkan intervensi. Glukosa darah akan
turun pada 12-24 jam setelah lahir. Beberapa klinisi menggunakan angka 24 jam pertama
kehidupan bayi dalam menndefinisikan hipoglikemia.
Hipoglikemia adalah masalah serius pada bayi baru lahir, karena dapat menimbulkan
kejang yang berakibat terjadinya hipoksi otak. Bila tidak dikelola dengan baik akan
menimbulkan kerusakan pada susunan saraf pusat bahkan sampai kematian. Glukosa
merupakan sumber kalori yang penting untuk ketahanan hidup selama proses persalinan dan
hari-hari pertama pasca lahir. Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang
ada karena meningkatkan penggunaan cadangan glukosa, misalnya pada asfiksia, hipotermi,
hipertermi, gangguan pernapasan.

2. Polisitemia dan Hiperviskositas


Penyebab polisitemia kurang jelas akan tetapi mungkin disebabkan oleh
meningkatnya produksi sel darah merah yang sekunder disebabkan oleh hipoksia intra uterin
kronik pada ibu dengan penyakit vaskuler dan oleh transfusi plasenta intra uterin akibat
hipoksia akut pada persalinan atau kelahiran.
Dengan adanya polisitemia akan menyebabkan hiperviskositas darah dan akan
merusak sirkulasi darah. Selain itu peningkatan sel darah yang akan dihemolisis ini
meningkatkan beban hederobin potensial hiperbilirubinemia. Hiperviskositas mengakibatkan

4
menurunnya aliran darah dan terjadinya hipoksia jaringan serta manifestasi susunan saraf
pusat berupa sakit kepala, dizziness, vertigo, stroke, tinitus dan gangguan penglihatan berupa
pandangan kabur, skotoma dan diplopia.

3. Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia adalah keadaan kadar bilirubin dalam darah >13 mg/dL. Bilirubin
pada neonatus meningkat akibat terjadinya pemecahan eritrosit. Bilirubin mulai meningkat
secara normal setelah 24 jam, dan puncaknya pada hari ke 3-5. Setelah itu perlahan-lahan
akan menurun mendekati nilai normal dalam beberapa minggu. Pada bayi baru lahir, ikterus
yang terjadi pada umumnya adalah fisiologis, kecuali:
a) Timbul dalam 24 jam pertama kehidupan
b) Bilirubin total/indirek untuk bayi cukup bulan > 13 mg/dL atau bayi kurang bulan >10
mg/dL
c) Peningkatan bilirubin > 5 mg/dL/24 jam
d) Kadar bilirubin direk > 2 mg/Dl
e) Ikterus menetap pada usia >2 minggu
f) Terdapat faktor resiko

Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi baru lahir, karena:
- Hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih banyak dan berumur lebih
pendek.
- Fungsi hepar yang belum sempurna

4. Trauma lahir
NBBLB dapat cedera servikal, pleksus brakialis, saraf phrenikus dengan paralisis
diafragma, fraktur klavikula, sefalohematom, subdural hematom dan ekimosis pada wajah
dan kepala. Hal tersebut dapat terjadi akibat komplikasi persalinan.

Hal hal yang dilakukan untuk mengantisipasi NBBLB :


1. Melakukan pemeriksaan kehamilan yang teratur sehingga kenaikan berat badan janin saat
masih dalam kandungan dapat dikontrol dengan baik.
2. Melakukan pemeriksaan kadar gula dalam darah.
3. Konsultasikan pola makan dan asupan gizi semasa hamil dengan dokter.
4. Sesuaikan kenaikan berat badan ibu selama kehamilan antara 8-12 kg.

5
5. Lebih banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung protein (ikan, susu, daging, tahu,
tempe) vitamin dan mineral (sayur dan buah buahan).
6. Kurangi makan makanan yang banyak mengandung karbohidrat seperti nasi, gula, mie,
roti/kue, dll. Melakukan USG secara rutin selama kehamilan, sehingga dapat memantau
penambahan berat badan bayi selama dalam kandungan dan dapat diambil langkah langkah
untuk mencegah terjadinya bayi besar.

E. Penatalaksanaan
Pemeriksaan klinik dan ultrasonografi yang seksama terhadap janin yang sedang
tumbuh, disertai dengan faktor-faktor yang diketahui merupakan predisposisi terhadap
NBBLB (bayi besar) memungkinkan dilakukannya sejumlah kontrol terhadap pertumbuhan
yang berlebihan. Peningkatan resiko bayi besar jika kehamilan dibiarkan hingga aterm harus
diingat dan seksio sesarea harus dilakukan kapan saja jika persalinan pervaginam tidak
memungkinkan untuk dilakukan. Tanpa memandang besarnya, semua bayi dari ibu diabetes
sejak semula harus mendapat pengamatan dan perawatan yang intensif, kadar gula darah pada
bayi harus ditentukan pada 1 jam post partum dan kemudian setiap 2, 4, 6, 12 sampai 24 jam
berikutnya, jika secara klinis baik dan kadar gula darahnya normal. Mula-mula diberikan
makanan oral/sonde air glukosa 5% dilanjutkan dengan ASI. Air susu formula yang dimulai
pada umur 2 – 3 jam dan diteruskan dengan interval makanan oral. Pemberian makanan harus
dihentikan dan glukosa di berikan dengan infus intravena perifer pada kecepatan 4 – 8 mg/kg
BB/menit untuk mengatasi :

1. Hipoglikemia
Pada preterm 34-36 minggu dan aterm , KMK, ibu DM, BMK, AAP merekomendasikan
pengobatan untuk gula darah sebagai berikut :

1. Bayi dengan simptomatik , GD <40 mg/dl


2. Bayi asimptomatik( 0-4 jam) GD <40 mg/dl
3. Bayi asimptomatik ( 4-24 jam) GD < 45 mg/dlAAP juga merekomendasikan target
glukosa plasma ≥ 45 mg / dl sebelum pemberian minum.
4. Pada bayi preterm < 34 minggu < 45 mg/dl (kontroversi).
5. Pada bayi hiperinsulinemia, dikatakan hipoglikemia jika GD < 60 mg / dl

6
Gambar 2.1 Alur tatalaksana hipoglikemia pada neonates.
Sumber: Gomella, TL. 2013. Neonatology. 25 th Edition. Lange.Mc Graw Hill.

Pada bayi biasanya pemeriksaan laboratorium pada bayi yang dicurigai hipoglikemia
yaitu pemeriksaan gula darah plasma pada usia 2, 4, 6, 12, 24, dan 48 jam. Tujuan utama
pengobatan hipoglikemia adalah agar kadar glukosa serum tetap normal.

2. Hiperbilirubinemia
Sejak bayi mulai kurang kadar bilirubin harus dipantau dengan teliti kalau perlu
berikan terapi sinar/transfusi darah.

3. Polisitemia
Penambahan pemberian minum sebanyak 20 – 40 ml/kg BB/ hari disamping itu
dipantau Hb darah tiap 6 – 12 jam tanpa gejala, bila dengan gejala seperti gangguan nafas
jantung atau kelainan neurologik harus dilakukan transfusi parsial dengan plasma beku segar.

7
BAB II

LAPORAN KASUS
Identitas
Nama : By. Dewi Sartika
No. MR : 479565
Umur : 1 hari
Jenis Kelamin : laki-laki
Suku bangsa : Indonesia
Nama Ibu : Dewi Sartika
Alamat : Tabing, Jalan Mancuang, Padang Tarok, Baso, Agam, Sumatera Barat

Seorang bayi laki-laki lahir spontan dengan berat badan 4150 di kamar bersalin RS Ahmad
Mochtar Bukittinggi pada Selasa, 22 Agustus 2017 jam 00.30 WIB

Keluhan utama : Neonatus Berat Badan Lahir Besar (NBBLB) 4150 gram

Riwayat Penyakit Sekarang :


Bayi Berat Lahir Besar 4150 gram, PB: 51cm, lahir spontan ditolong dokter, cukup
bulan, langsung menangis ( A/S 7/8)
bayi merintih tidak ada
sesak nafas tidak ada, kebiruan tidak ada
mekonium sudah keluar.
urin sudah keluar
Vit K sudah diberikan
riwayat badan kuning tidak ada
riwayat demam tidak ada, riwayat kejang tidak ada

Riwayat keluarga :
pasien memiliki saudara kandung, laki laki usia 22 bulan dengan riwayat lahir spontan
berat badan lahir 3800 gram.
Riwayat kehamilan ibu sekarang:
□ G2P1A0H1
□ Presentasi janin: Kepala

8
□ Penyakit selama hamil: tidak ada demam, nyeri buang air kecil, keputihan
□ Tindakan selama kehamilan: tidak ada
□ Kebiasaan ibu selama hamil: suka makan makanan ringan
□ Lama hamil: 38-39 Minggu
□ HPHT: 25 November 2016
□ Taksiran Persalinan: 2 Agustus 2017
□ Pemeriksaan waktu hamil:
o Tekanan darah: 110/70 mmHg
o Suhu: 36,5’C
o Hb:11,3 g/dl
o Leukosit: 9920
o Gula darah: -
o Golongan darah: O
Riwayat Persalinan:
□ G2P1A0H1
□ BB ibu: 80 kg TB : 150 cm
□ Ketuban: Jernih

Identitas orang tua


AYAH IBU
NAMA RIDWAN DEWI SARTIKA
UMUR 32 Th 27 Th
PENDIDIKAN STM S1
PEKERJAAN Karyawan swasta Ibu Rumah Tangga
PENGHASILAN 3 juta
PERKAWINAN 1 1
PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA - -

Keadaan bayi saat lahir:


□ Lahir tanggal: 22 Agustus 2017
□ Jam: 00.30 WIB
□ Jenis kelamin: Laki-laki

9
□ Kondisi Saat Lahir: bayi menangis kuat
□ APGAR SCORE:
TANDA 0 1 2 JUMLAH
NILAI
Frekuensi [ ] ( ) Tidak [ ] ( ) <100 [v] ( x) >100 2/2
Jantung ada
Usaha Bernafas [ ] ( ) Tidak [v ] ( ) Lambat [ ] (x) Menangis 1/2
ada kuat
Tonus Otot [ ] ( ) Lumpuh [v ] (x) Ekstremitas [ ] ( ) Gerakan 1/1
fleksi sedikit aktif
Reflex [ ] ( ) Tidak [v ] (x ) Gerakan [ ] ( ) Reaksi 1/1
Bereaksi sedikit melawan
Warna Kulit [ ] ( ) Biru [ ] ( ) Badan [v ] (x) 2/2
Pucat kemerahan, Kemerahan
tangan/kaki
kebiruan

o Penilaian setelah 1 menit lahir lengkap :7


o Penilaian setelah 5 menit lahir lenglap :8

Pemeriksaan fisik:
□ kesan umum: bayi cukup aktif
□ berat badan: 4150 gram
□ frekuensi jantung: 140x/menit
□ frekuensi nafas: 48x/menit
□ suhu: 36,7’C
□ panjang badan: 50cm
□ sianosis: tidak ada
□ ikterus: tidak ada
□ anemis: tidak ada
□ kepala:
o ubun-ubun besar: 1,5 cm x 1,5 cm
o ubun-ubun kecil: 0,5 cm x 0,5 cm

10
o jejas persalinan: tidak ada
□ mata: kojungtiva anemis -/-. Sklera ikterik -/-
□ telinga: tidak ada kelainan
□ hidung: nafas cuping hidung ( –)
□ mulut: lembab, sianosis (–)
□ leher: tidak ada kelainan
□ toraks:
o inspeksi: simetris, retraksi tidak ada
o auskultasi:
 Paru: Suara nafas Bronkovasikuler, ronki dan wheezing tidak ada
 Jantung: irama reguler, bising tidak ada
□ Abdomen:
o Inspeksi: distensi (-), lemas, tanda omfalitis (-)
o Palpasi: hati dan limpa tidak membesar
o Auskultasi: bising usus +
o Tali pusat: Segar
□ Genitala: dalam batas normal
□ Ekstermitas Atas: akral hangat, CRT < 2 detik
□ Ekstremitas Bawah: akral hangat, CRT < 2 detik
□ Kulit: teraba hangat
□ Tulang-tulang: tidak ada kelainan
□ Reflex:
o Moro : +
o Rooting: +
o Isap :+
o Pegang :+
□ Ukuran:
o Lingkar Kepala : 35 cm
o Lingkar dada : 37 cm
o Lingkar Perut : 33 cm
o Simfisis-kaki : 24 cm
o Panjang lengan : 15 cm
o Panjang kaki : 18 cm
o Kepala-Simfisis : 27 cm

11
Penatalaksanaan:
o Tatalaksana kegawatdaruratan
Resusitasi bayi baru lahir

o Tatalaksana nutrisi
 ASI disendokkan 8x3 cc

o Tatalaksana medikamentosa

o Edukasi
Rawat tali pusat, ASI OD,

o Rencana Pemeriksaan
 Pemeriksaan GDR Serial, jam ke-2, 4, 6, 12, dan 24

FOLLOW UP

23 Agustus 2017

S/ Demam tidak ada


Kejang tidak ada
Batuk dan sesak tidak ada

O/ Keadaan Umum: bayi cukup aktif


HR: 148X/menit
RR: 42X/menit
T: 36,8’C

12
GDR: setelah lahir: 45 mg/dl
Usia 2 Jam : 57 mg/dl
Usia 4 Jam : 48 mg/dl
Usia 6 Jam : 46 mg/dl
Usia 12 Jam: 57 mg/dl
Usia 24 Jam: 86 mg/dl

Kulit : Ikterik tidak ada


Toraks : Cord dan Pulmo dalam batas normal
Abdomen: Distensi tidak ada, bising usus + Normal
Ekstremitas: akral hangat, < 2’’

A/ NBBLL 4150 gram usia 2 hari

P/ ASI OD
Perawatan tali pusat

13
BAB III
DISKUSI

Telah dirawat seorang bayi baru lahir jenis kelamin laki-laki, usia 1 hari di Ruangan
Perinatologi RS Ahmad Mokhtar Bukittinggi. Berdasarkan hasil anamnesis didapatkan bayi
lahir spontan dengan berat 4150 gram, panjang badan 51 cm, apgar skor 7/8. Berdasarkan
berat badan lahir tersebut, bayi dikelompokkan dalam Neonatus Berat Badan Lahir Besar
(NBBLB). Ibu memiliki berat badan sebelum hamil 68 kg dan saat hamil 80 kg. ibu memiliki
riwayat melahirkan bayi dengan berat 3800 gram. Ibu tidak memiliki riwayat penyakit
diabetes mellitus, dan hipertensi.

Dari pemeriksaan fisik pada bayi tidak ditemukan adanya kelainan. Bayi cukup aktif,
tanda vital dalam batas normal. Tidak ada tanda tanda asfiksia. Pemeriksaan laboratorium
pada bayi didapatkan GDR saat baru lahir 45 g/dl. Glukosa darah pada usia 2, 4, 6,12, 24 jam
berturut-turut adalah 57 mg/dl, 48 mg/dl, 46 mg/dl, 57 mg/dl, dan 86 mg/dl. Bayi tidak
tergolong hipoglikemia. Pada bayi, pemberian ASI on demand dapat dilanjutkan.

Pada bayi baru lahir dengan berat badan lebih ( > 4000 gram) memiliki mortalitas
lebih tinggi dan resiko untuk mengalami hipoglikemia. Resiko lain yang dimiliki oleh BBLB
antara lain hipoglikemia, hiperviskostas, hiperbilirubinemia, dan trauma lahir. Komplikasi
lain yang dapat terjadi pada BBLB seperti cedera servikal, pleksus brakialis, saraf phrenikus
dengan paralisis diafragma, fraktur klavikula, sefalohematom, subdural hematom dan
ekimosis pada wajah dan kepala. Insiden kelainan congenital juga meningkat pada NBBLB
seperti penyakit jantung congenital, gangguan perkembangan intelektual. Pada kasus ini tidak
ditemukan resiko dan komplikasi tersebut

14
DAFTAR PUSTAKA

Arvin Behrman Kliegmen.1996, Ilmu Kesehatan Anak “Nelson“ edisi 15 volume I. Jakarta :
Egc.
Markum, A.H. 1996. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Persis mary. 1995. “Dasar-dasar keperawatan maternitas”. Jakarta : EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Acuan pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Buku Ajar Neonatologi 2010. Jakarta. IDAI
Gomella, TL. 2013. Neonatology. 25th Edition. Lange.Mc Graw Hill.

15

Anda mungkin juga menyukai