Anda di halaman 1dari 9

A.

Pengertian
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam
1 (satu) jam setelah lahir. (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2004).
BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram, terjadi
gangguan pertumbuhan dan pematangan (maturitas) organ yang dapat menimbulkan
kematian.
BBLR adalah setiap bayi yang beratnya hanya 2,5 kg atau di bawahnya pada saat
lahir. (Denis Tiran, 2003).
B. Etiologi
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang
lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler,
kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR.
1. Faktor ibu
a. Penyakit, seperti malaria, anaemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain
b. Komplikasi pada kehamilan, seperti perdarahan antepartum, pre-eklamsia berat,
eklamsia, dan kelahiran preterm.
c. Usia Ibu dan paritas, angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang
dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
dan jarak hamil-bersalin terlalu dekat.
d. Faktor kebiasaan ibu seperti ibu perokok, ibu pecandu alkohol dan ibu pengguna
narkotika.
2. Faktor Janin
Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom.
3. Faktor Lingkungan
Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi, sosio-
ekonomi dan paparan zat-zat racun(Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2004)
C. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum
cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir
cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil
ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi
karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan
oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-
keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak
mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal.
Dengan kondisi kesehatan yang baik, system reproduksi normal, tidak menderita sakit,
dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan
melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang
sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan
bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu
menderita anemia.
Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb berada di bawah
normal. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi
selama kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi sehingga hanya memberi
sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal.
Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun sampai
di bawah 11 gr/dl selama trimester III. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan
gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak.
Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat
bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini menyebabkan morbiditas dan
mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu hamil yang
menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko morbiditas maupun mortalitas ibu dan
bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar.
D. Klasifikasi BBLR
1. Prematuritas murni
Bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai
berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau disebut Neonatus
Kurang Bulan Sesuai Masa Kehamilan (NKBSMK).
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa
kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam preterm, term, dan post term. Dismatur ini
dapat juga: Neonatus Kurang Bulan – Kecil untuk Masa Kehamilan (NKB- KMK).
Neonatus Cukup Bulan-Kecil Masa Kehamilan ( NCB-KMK ), Neonatus Lebih
Bulan-Kecil Masa Kehamilan (NLB- KMK ).
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya bayi berat badan lahir
rendah dibedakan:
a. Bayi berat lahir rendah, berat lahir 1500 – 2500 gram
b. Bayi berat lahir sangat rendah, berat lahir kurang dari 1500 gram
c. Bayi berat lahir eksterem, Berat lahir kurang dari 1000 gram
E. Gambaran Bayi BBLR
1. Berat kurang dari 2500 gr
2. Panjang kurang dari 45 cm
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
5. Umur kehamilan kurang dari 37 mgg
6. Kepala relatif lebih besar
7. Kulit: tipis transparan, rambut lanuga banyak, lemak kulit kurang
8. Otot hipotonik – lemah
9. Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea (gagal nafas
10. Ekstrimitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus
11. Kepala tidak mempu tegak
12. Pernapasan sekitar45-50 kali permenit(Manuaba, 1998)
F. Diagnosis dan Gejala Klinis
1. Sebelum bayi lahir
a. Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, portus prematurus dan
lahir mati.
b. Pembesaran uterus tidak sesuai tuannya kehamilan.
c. Pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih lamat
walaupun kehamilannyasudah agak lanjut.
d. Sering dijumpai dengan kehamilan augohidramnion, hidramnion, hieremsis
grandarum.
2. Setelah bayi lahir
a. Bayi dengan retardsi pertumbuhan intrauterin
b. Bayi prematur yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu
c. Bayi prematur kurang sempurna pertumbuhan alat-alat tubuhnya.(Mochtar
Rustam, 1998)
G. Komplikasi
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain :
1. Hipotermia
2. Hipoglikemia
3. Gangguan cairan dan elektrolit
4. Hiperbilirubinemia
5. Sindroma gawat nafas
6. Paten duktus arteriosus
7. Infeksi
8. Perdarahan intraventrikuler
9. Apnea of Prematurity
10. Anemia
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat lahir rendah
(BBLR) antara lain :
1. Gangguan perkembangan
2. Gangguan pertumbuhan
3. Gangguan penglihatan (Retinopati)
4. Gangguan pendengaran
5. Penyakit paru kronis
6. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
7. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :
1. Pemeriksaan skor ballard
2. Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan
3. Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar
elektrolit dan analisa gas darah.
4. Foto dada dan USG

I. Penatalaksanaan Dan Terapi


Dengan memperhatikan gambaran klinik dan berbagai kemungkinanan yang dapat
terjadi pada bayi prematuritas maka perawatan dan pengawasan ditujukan pada
pengaturan suhu, pemberian makanan bayi, Ikterus, pernapasan, hipoglikemi dan
menghindari infeksi.
1. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas /BBLR.
Bayi prematur dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi
hipotermi karena pusat pengaturan panas belum berfungsi dengan baik, metabolisme
rendah dan permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu bayi prematuritas harus
dirawat dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim , apabila
tidak ada inkubator bayi dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh
botol berisi air panas sehingga panas badannya dapat dipertahankan.
2. Nutrisi
Alat pencernaan bayi belum sempurna, lambung kecil enzim peneernaan
belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori 110 kal;/kgBB
sehingga pertumbuhan dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah
lahir dan didahului derngan menghisap cairan lambung , reflek masih lemah sehingga
pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit dengan frekwensi yang lebih
sering. ASI merupakan makanan yasng paling utama sehingga ASI-lah yang paling
dahulu diberikan, bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan
diberikan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde. Permulaan
cairan yang diberikan 50- 60 cc/kgBB/hari terus dinaikan sampai mencapai sekitar
200 cc/kgBB/hari.
3. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum
matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien sampai 4-5
hari berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar hemolisias dan infeksi
karena hperbilirubinemia dapat menyebabkan kernikterus maka wama bayi harus
sering dicatat dan bilirubin diperiksa, bila ikterus muncul dini atau lebih cepat
bertambah coklat.
4. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada penyakit
ini tanda-tanda gawat pernafasan selalu ada dalam 4 jam. Bayi haras dirawat
terlentang atau tengkurap dalam incubator, dada abdomen harus dipaparkan untuk
mengobserfasi usalia pernapasan.
5. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan
lahir rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan gula darah
secara teratur.
6. Menghindari Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali mengalami infeksi karena daya tahan tubuh
masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi belum
sempurna . Oleh karena itu tindakan prefentif sudah dilakukan sejak antenatal
sehingga tidak terjadi persalinan dengan prematuritas (BBLR)

Pemberian vitamin K1

1. Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau


2. Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10
hari, dan umur 4-6 minggu)
J. Pemantauan (Monitoring)
1. Pemantauan saat dirawat
a. Terapi
Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan preparat besi sebagai
suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu.
b. Tumbuh kembang
1) Pantau berat badan bayi secara periodik
2) Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10%
untuk bayi dengan berat lair ≥1500 gram dan 15% untuk bayi dengan
berat lahir <1500).
3) Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori
berat lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari :
a) Tingkatkan jumlah ASI denga 20 ml/kg/hari sampai tercapai
jumlah 180 ml/kg/hari
b) Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan
bayi agar jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari
c) Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah
pemberian ASI hingga 200 ml/kg/hari
d) Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala
setiap minggu.
2. Pemantauan setelah pulang
Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan bayi dan
mencegah/ mengurangi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi setelah pulang
sebagai berikut :
a. Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan setiap bulan.
b. Hitung umur koreksi.
c. Pertumbuhan; berat badan, panjang badan dan lingkar kepala.
d. Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST).
e. Awasi adanya kelainan bawaan.
K. Pencegahan
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah
yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan :
1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun
kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko,
terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan,
dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim,
tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar
mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik.
3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat
(20-34 tahun).
4. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan
pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses
terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.
L. Pengkajian
1. Aktivitas/ istirahat
Bayi sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama tidur sehari rata-rata 20 jam.
2. Pernafasan
Takipnea sementara dapat dilihat, khususnya setelah kelahiran cesaria atau persentasi
bokong. Pola nafas diafragmatik dan abdominal dengan gerakan sinkron dari dada
dan abdomen, perhatikan adanya sekret yang mengganggu pernafasan, mengorok,
pernafasan cuping hidung.
3. Makanan/ cairan
Berat badan rata-rata 2500 – 4000 gram ; kurang dari 2500 gr menunjukkan kecil
untuk usia gestasi, pemberian nutrisi harus diperhatikan. Bayi dengan dehidrasi harus
diberi infus. Beri minum dengan tetes ASI/ sonde karena refleks menelan BBLR
belum sempurna,kebutuhan cairan untuk bayi baru lahir 120 – 150m1/kg BB/ hari.
4. Berat badan kurang dari 2500 gram.
5. Suhu
BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus
dipertahankan.
6. Integumen
Pada BBLR mempunyai adanya tanda-tanda kulit tampak mengkilat dan kering.
M. Diagnosa Kebidanan
Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan maturitas pusat pernafasan,
keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi/kelelahan, ketidakseimbangan
metabolik.
N. Intervensi Kebidanan
1. Tidak Efektifnya Termoregulasi
Pada bayi lahir dengan berat badan bayi rendah dapat terjadi termoregulasi yang
tidak efektif hal ini dapat disebabkan karena jaringan lemak pada subkutan yang
kurang, sistem termoregulasi yang imatur, masalah tersebut dapat dilakukan tindakan
keperawatan dengan cara mempertahankan temperatur pada aksila (36,5-37,2 derajat
Celsius) dengan cara mengkaji temperatur pada aksila tiap 1-4 jam, mempertahankan
suhu lingkungan yang netral, mempertahankan suhu bayi ke dalam inkubator,
mempertahankan kestabilan kebutuhan oksigen dengan mengkaji status respiratori.
2. Intoleransi Aktivitas
Intoleransi aktivitas ini dapat disebabkan karena prematuritas serta sistem susunan
syaraf yang imatur, masalah ini dapat diatasi dengan cara mempertahankan
kestabilan oksigen dengan melakukan monitoring pada nadi, mengkondisikan
lingkungan yang nyaman, menyediakan monitoring jantung dan paru, mengurangi
stimulasi dengan mengkaji selama aktivitas.
3. Resiko Tinggi Gangguan Integritas Kulit
Masalah ini dapat disebabkan karena adanya faktor mekanik, adanya imaturitas pada
kulit dan adanya imobilitas, masalah ini dapat dilakukan tindakan keperawatan
dengan mengkaji kulit dan membran mukosa tiap 2-4 jam, mengatur posisi tiap 2-4
jam, menghindari penggunaan lotion, krem atau powder yang berlebih.
4. Resiko Tinggi Infeksi
Resiko tinggi infeksi dapat disebabkan karena sistem imunitas yang masih imatur
atau prosedur invasif, masalah ini dapat diatasi dengan mengkaji tanda vital tiap 1-2
jam, mempertahankan lingkungan dalam suhu normal, memperthankan prinsip
aseptik sebelum kontak dengan pasien.

Anda mungkin juga menyukai