Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN PADA BAYI

DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH


(BBLR)

A. Definisi
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang BB <
2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram). BBLR dapt dibagi menjadi 2
golongan :
1. Prematur murni
Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan BB sesuai dengan berat badan
untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai
untuk masa kehamilan.
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan BB kurang dari BB seharusnya untuk masa gestasi itu,
berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin dan merupakan
bayi yang kecil untuk masa kehamilannya. (Indrasanto, 2008)

B. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
1. Berat kurang dari 2500 gram
2. Panjang kurang dari 45 cm
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
6. Kepala lebih besar
7. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
8. Otot hipotonik lemah
9. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
10. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus
11. Kepala tidak mampu tegak
12. Pernapasan 40 – 50 kali / menit
13. Nadi 100 – 140 kali / menit. (Prawirohardjo. 2005)

C. Etiologi
1. Faktor Ibu
a. Penyakit, penyakit yang berhubungan langsung dengan pasien
misalnya perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM,
toksemia gravidarum, dan nefritis akut.
b. Usia ibu, angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20
tahun, dan multi gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat. Kejadian
terendah ialah pada usia antara 26-35 tahun.
c. Keadaan sosial ekonomi, keadaan ini sangat berperan terhadap
timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi teradapat pada golongan
social ekonomi rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang
kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang. Demikian pula
kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak
sah, ternyata lebih tinggi bila dibandingakan dengan bayi yang lahir
perkawinan yang sah.
d. Sebab lain, karena ibu merokok, ibu peminum alkohol dan pecandu
obat narkotik.
2. Faktor Janin
Faktor janin diantaranya hidramnion, kehamilan ganda dan kelainan
kromosom
3. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio
plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban
pecah dini.
4. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan di antaranya tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan
zat-zat tertentu. (Suryadi dan Yuliani, 2006 )
D. Patofisiologi
Semakin kecil dan semakin premature bayi itu maka akan semakin
tinggi resiko gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada
masalah gizi.
a. Menurunnya simpanan zat gizi padahal cadangan makanan di dalam
tubuh sedikit, hamper semua lemak, glikogen dan mineral seperti zat
besi, kalsium, fosfor dan seng di deposit selama 8 minggu terakhir
kehamilan. Dengan demikian bayi preterm mempunyai potensi
terhadap peningkatan hipoglikemia, anemia dll. Hipoglikemia
menyebabkan bayi kejang terutama pada bayi BBLR Prematur.
b. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm
mempunyai lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan
untuk mencerna dan mengabsorpsi lemak dibandingkan dengan bayi
aterm.
c. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan, koordinasi
antara refleks hisap dan menelan belum berkembang dengan baik
sampai kehamilan 32-34 minggu, padahal bayi BBLR kebutuhan
nutrisinya lebih tinggi karena target pencapaian BB nya lebih besar.
Penundaan pengosongan lambung dan buruknya motilitas usus terjadi
pada bayi preterm.
d. Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja napas dan
kebutuhan kalori yang meningkat.
e. Potensial untuk kehilangan panas akibat luas permukaan tubuh tidak
sebanding dengan BB dan sedikitnya lemak pada jaringan di bawah
kulit. Kehilangan panas ini akan meningkatkan kebutuhan kalori.
E. Komplikasi
Menurut (Potter, 2005) komplikasi pada masa awal bayi berat lahir
rendah antara lain yaitu :
1. Gangguan cairan dan elektrolit.
2. Perdarahan intraventrikuler.
3. Apnea of prematuruty.
4. Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres
respirasi, penyakit membran hialin
5. Dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu
6. Hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak
7. Hipotermia, Hipoglikemia, Hipokalsemia, Anemi, gangguan pembekuan
darah
8. Infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC)
9. Bronchopulmonary dysplasia, malformasi konginetal
Komplikasi pada masa berikutnya yaitu :
1. Gangguan perkembangan.
2. Gangguan pertumbuhan.
3. Gangguan penglihatan (retionopati).
4. Gangguan pendengaran.
5. Penyakit paru kronis.
6. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit.
7. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia
2. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan
3. Titer Torch sesuai indikasi
4. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
5. Pemantauan elektrolit
6. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan ( missal : foto thorax ).
(Ngastiyah, 2005)
G. Penatalaksanaan
Menurut Prawirohardjo (2005), penanganan bayi dengan berat badan
lahir rendah adalah sebagai berikut :
1. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar
perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis
lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator
2. Pelestarian suhu tubuh
Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam
mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan,
asal suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370 C.
Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan
dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic
yang minimal. Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur
terbuka, juga memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu
perawatan harus diatas 25 0 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan
sampai 300 C untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram
3. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator.
Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“.
Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator, incubator terlebih dahulu
dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan
32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang,
hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa
dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah.
4. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi
preterm BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi
O2yang diberikan sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box,
konsentrasi o2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan menyebabkan
kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan
5. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi
yang kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki
ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat harus
menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat
bayi, memakai masker, gunakan gaun/jas, lepaskan semua asessoris dan
tidak boleh masuk kekamar bayi dalam keadaan infeksi dan sakit kulit.
6. Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu
mencegah terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan
pilihan pertama, dapat diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada
bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah
secara relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi
preterm.
7. Petunjuk untuk volume susu yang diperlukan

Umur/hari Jmlh ml/kg BB


1 50- 65
2 100
3 125
4 150
5 160
6 175
7 200
14 225
21 175
28 150
H. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata
Terjadi pada bayi prematur yang dalam pertumbuhan di dalam
kandungan terganggu
b. Keluhan utama
Menangis lemah,reflek menghisap lemah,bayi kedinginan atau suhu
tubuh rendah
c. Riwayat penyakit sekarang
Lahir spontan,SC umur kehamilan antara 24 sampai 37 minnggu,berat
badan kurang atau sama dengan 2.500 gram,apgar pada 1 sampai 5
menit,0 sampai 3 menunjukkan kegawatan yang parah,4 sampai 6
kegawatan sedang,dan 7-10 normal 
d. Riwayat penyakit dahulu
Ibu memliki riwayat kelahiran prematur,kehamilan ganda,hidramnion
e. Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan seperti DM,TB
Paru,Tumor kandungan,Kista,Hipertensi
f. ADL
1) Pola Nutrisi : reflek sucking lemah, volume lambung kurang,
daya absorbsi kurang/lemah sehingga kebutuhan nutrisi terganggu
2) Pola Istirahat tidur: terganggu oleh karena hipotermia
3) Pola Personal hygiene: tahap awal tidak dimandikan
4) Pola Aktivitas : gerakan kaki dan tangan lemas
5) Pola Eliminasi: BAB yang pertama kali keluar adalah
mekonium,produksi urin rendah
g. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan Umum
a) Kesadaran compos mentis
b) Nadi : 180X/menit pada menit I kemudian menurun sampai
120-140X/menit
c) RR : 80X/menit pada menit I kemudian menurun sampai
40X/menit
d) Suhu : kurang dari 36,5 C
2) Pemeriksaan Fisik
a) Sistem sirkulasi/kardiovaskular : Frekuensi dan irama jantung
rata-rata 120 sampai 160x/menit, bunyi jantung
(murmur/gallop), warna kulit bayi sianosis atau pucat,
pengisisan capilary refill (kurang dari 2-3 detik).
b) Sistem pernapasan : Bentuk dada barel atau cembung,
penggunaan otot aksesoris, cuping hidung, interkostal;
frekuensi dan keteraturan pernapasan rata-rata antara 40-
60x/menit, bunyi pernapasan adalah stridor, wheezing atau
ronkhi.
c) Sistem gastrointestinal : Distensi abdomen (lingkar perut
bertambah, kulit mengkilat), peristaltik usus, muntah (jumlah,
warna, konsistensi dan bau), BAB (jumlah, warna,
karakteristik, konsistensi dan bau), refleks menelan dan
megisap yang lemah.
d) Sistem genitourinaria : Abnormalitas genitalia, hipospadia,
urin (jumlah, warna, berat jenis, dan PH).
e) Sistem neurologis dan musculoskeletal : Gerakan bayi, refleks
moro, menghisap, mengenggam, plantar, posisi atau sikap
bayi fleksi, ekstensi, ukuran lingkar kepala kurang dari 33 cm,
respon pupil, tulang kartilago telinga belum tumbuh dengan
sempurna, lembut dan lunak.
f) Sistem thermogulasi (suhu) : Suhu kulit dan aksila, suhu
lingkungan.
g) Sistem kulit : Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir,
lesi, pemasangan infus), tekstur dan turgor kulit kering, halus,
terkelupas.
h) Pemeriksaan fisik : Berat badan sama dengan atau kurang dari
2500 gram, panjang badan sama dengan atau kurang dari 46
cm, lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm,
lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm, lingkar
lengan atas, lingkar perut, keadaan rambut tipis, halus, lanugo
pada punggung dan wajah, pada wanita klitoris menonjol,
sedangkan pada laki-laki skrotum belum berkembang, tidak
menggantung dan testis belum turun., nilai APGAR pada
menit 1 dan ke 5, kulit keriput.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat
pernafasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan
energi/kelelahan, ketidakseimbangan metabolik.
b. Thermoregulasi tidak efektif berhubungan dengan kontrol suhu yang
imatur dan penurunan lemak tubuh subkutan.
c. Gangguan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna nutrisi karena
imaturitas.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang
kurang.
e. Risiko gangguan integritas kulit b.d struktur kulit imatur, imobilitas,
penurunan status nutrisi, prosedur invasif.
f. Nyeri b.d prosedur, diagnosa, tindakan.
g. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b.d lingkungan NICU,
perpisahan dari orangtua.
DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta : EGC.


Prawirohardjo, Sarwono. 2005. ILMU KEBIDANAN. Jakarta : YBP-SP.
Indrasanto Eriyati. Dkk. 2008. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri dan Neonatal
Emergency Komprehensif (PONEK) : Asuhan Neonatal Esensial. Jakarta :
JNPK, KR, IDAI, POGI.
Judith M. Wilkinson & Nancy R. Ahern. 2012. Buku Saku Diagnosis
Keperawatan. Edisi 9. Jakarta : EGC.
Suriyadi, Yuliani. 2006. Buku Pegangan Praktik Asuhan Keperawatan Pada
Anak. Ed.2. Jakarta : CV. Agung Seto.
Potter, P. A, Perry, A. G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, dan Praktik. Ed.4 Vol.2. Jakarta : EGC.
Proverawati, Atikah, SKM MPh dan Cahyo Ismawati S, S Berat Badan lahir
Rendah DLkpi : Asuhan pada BBLR. Jakarta : Pustaka Tarbiyah Baru
LAPORAN STASE KEPERAWATAN ANAK
PADA BAYI Ny. “D” DENGAN
BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)
DI RUANG PERINATOLOGI

DI SUSUN OLEH :
SAMSUDIN, S.Kep
JNX. 0190052

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
2020
3. Rencana Keperawatan
NO Diagnosa Perawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
1. Pola nafas tidak efektif Tujuan: Kebutuhan O2 bayi  Letakkan bayi terlentang  Memberi rasa nyaman dan
berhubungan dengan terpenuhi
dengan alas yang data, kepala mengantisipasi flexi leher yang
maturitas pusat Kriteria:
pernafasan, keterbatasan 1. Pernafasan normal 40- lurus, dan leher sedikit dapat mengurangi  kelancaran
perkembangan otot, 60 kali permenit.
tengadah/ekstensi dengan jalan nafas.
penurunan 2. Pernafasan teratur.
energi/kelelahan, 3. Tidak cyanosis. meletakkan bantal atau selimut  Jalan nafas harus tetap
ketidakseimbangan 4. Wajah dan seluruh
diatas bahu bayi sehingga bahu dipertahankan bebas dari lendir
metabolik. tubuh Berwarna
kemerahan (pink terangkat 2-3 cm untuk menjamin pertukaran gas
variable).
5. Gas darah normal  Bersihkan jalan nafas, mulut, yang sempurna.
     PH = 7,35 – 7,45 hidung bila perlu.  Deteksi dini adanya kelainan.
PCO2 = 35 mm Hg
PO2 = 50 – 90  Observasi gejala kardinal dan  Mencegah terjadinya
mmHg      tanda-tanda cyanosis tiap 4 jam hipoglikemia
 Kolaborasi dengan team medis
dalam pemberian O2 dan
pemeriksaan kadar gas darah
arteri
2 Thermoregulasi tidak Tujuan: Tidak terjadi  Letakkan bayi terlentang diatas  Mengurangi kehilangan panas
efektif berhubungan hipotermia
pemancar panas (infant warmer) pada suhu lingkungan sehingga
dengan kontrol suhu yang Kriteria
imatur dan penurunan 1. Suhu tubuh 36,5 –  Singkirkan kain yang sudah meletakkan bayi menjadi hangat
lemak tubuh subkutan. 37,5°C
2. Akral hangat dipakai untuk mengeringkan  Mencegah kehilangan tubuh
3. Warna seluruh tubuh tubuh, letakkan bayi diatas melalui konduksi.
kemerahan
tubuh, letakkan bayi diatas  Perubahan suhu tubuh bayi dapat 
handuk / kain yang kering dan menentukan tingkat hipotermia
hangat.  Mencegah terjadinya
 Observasi suhu bayi tiap 6 jam. hipoglikemia
 Kolaborasi dengan team medis
untuk pemberian Infus Glukosa
5% bila ASI tidak mungkin
diberikan.
3 Gangguan kebutuhan Tujuan: Kebutuhan nutrisi  Lakukan observasi BAB dan   Deteksi adanya kelainan pada 
nutrisi : kurang dari terpenuhi
BAK jumlah dan frekuensi serta eliminasi bayi dan segera
kebutuhan tubuh Kriteria
berhubungan dengan 1. Bayi dapat minum konsistensi. mendapat tindakan / perawatan
ketidak mampuan pespeen / personde
mencerna nutrisi karena dengan baik.  Monitor turgor dan mukosa yang tepat.
imaturitas. 2. Berat badan tidak turun mulut.  Menentukan derajat dehidrasi dari
lebih dari 10%.
3. Retensi tidak ada.  Monitor intake dan out put. turgor dan mukosa mulut.
 Beri ASI/PASI sesuai  Mengetahui keseimbangan cairan
kebutuhan. tubuh (balance)
 Lakukan control berat badan  Kebutuhan nutrisi terpenuhi
setiap hari. secara adekuat.
 Lakukan control berat badan  Penambahan dan penurunan berat
setiap hari. badan dapat di  monitor
 Penambahan dan penurunan berat
badan dapat di  monitor
4 Resiko infeksi Tujuan: Selama perawatan  Lakukan teknik aseptik dan  Pada bayi baru lahir daya tahan
berhubungan tidak terjadi komplikasi
antiseptik dalam memberikan tubuhnya kurang / rendah.
dengan pertahanan (infeksi)
imunologis yang kurang Kriteria asuhan keperawatan  Mencegah penyebaran infeksi
1. Tidak ada tanda-tanda
infeksi.  Cuci tangan sebelum dan nosokomial.
2. Tidak ada gangguan sesudah melakukan tindakan.  Mencegah masuknya bakteri dari
fungsi tubuh.
 Pakai baju khusus/ short waktu baju petugas ke bayi
masuk ruang isolasi (kamar  Mencegah terjadinya infeksi dan
bayi)
 Lakukan perawatan  tali pusat memper-cepat pengeringan tali
dengan triple dye 2 kali sehari. pusat karena  mengan-dung anti
 Jaga kebersihan (badan, biotik, anti jamur, desinfektan.
pakaian) dan  lingkungan bayi.  Mengurangi media untuk
 Observasi tanda-tanda infeksi pertumbuhan kuman.
dan gejala cardinal  Deteksi dini adanya kelainan
 Hindarkan bayi kontak dengan  Mencegah terjadinya penularan
sakit. infeksi.
 Kolaborasi dengan team medis  Mencegah infeksi dari pneumonia
untuk pemberian antibiotik.  Sebagai pemeriksaan penunjang
 Siapkan pemeriksaan
laboratorat  sesuai advis dokter
yaitu pemeriksaan DL, CRP.
5 Risiko gangguan integritas Tujuan:Klien mempertahankan  Bersihkan kulit dengan sabun  Untuk menjaga kebersihan kulit.
kulit intergritas kulit.
lembutatau pembersih . Bilas  Untuk mencegah tetjadinya rash
berhubungan dengan Kriteria : pada kulit.
struktur kulit imatur, kulit tetap bersih dan utuh dengan baik dengan air hangat.  Untuk menjag integritas kulit.
imobilitas, penurunan tanpa tanda-tanda iritasi
status nutrisi, prosedur atau cedera.  Bersihkan mata setiap hari, dan  Untuk menghindari alergi kulit.
 Untuk mencegah adanya luka
invasif. juga area oral dan popok atau pada daerah lipatan dan untuk
perianal, dan area di mana mencegah plebitis pada daerah
insersi.
terjadi kerusakan kulit.  Untuk mencegah luka gesekan
 Berikan zat pelembab setelah pada bayi.
 Untuk mencegah luka dekubitus
dibersihkan untuk pada bayi.
menpertahankan kelembaban  Karena mempengaruhi
kemampuan kulit untuk
dan rehidrasi kulit, bersihkan mempertahankan integritasnya.
kulit dari krim yang lama
sebelum menambahkan lapisan
baru.
 Gunakan plester atau perekat
minimal pada kulit yang sangat
sensitif, gunakan pelindung,
barier kulit dengan hidrokoloid
dan yang berbahan dasar pektin
di antara kulit dan plester atau
perekat.
 Pastikan bahwa jari-jari tangan
atau jari kaki dapat terlihat
kapan pun, ekstremitas
digunakan untuk jalur IV atau
arterial.
 Kurangi pergesekan dengan
menjaga agar kulit tetap keringa
(berikan bubuk penyerap
(absoben), seperti tepung pati)
dan gunakan linen serta pakaian
yang halus dan lembut.
 Jangan memasase daerah
tonjolan tulang yang memerah
karena dapat menyebabkan
kerusakan jaringan dalam,
berikan penghilang tekanan
pada area ini sebagai gantinya.
 Secara rutin kaji status nutrisi
anak.
6. Nyeri Tujuan: Klien mencapai  Gunakan berbagai stategi  Karena strategi yang berbeda
berhubungan dengan pertumbuhan dan
pengkajian nyeri. meberikan informasi kualitaitf
prosedur, diagnosa, perkembangan potensial yang
tindakan. normal.  Gunakan skala pengkajian nyeri dan kuantitatif tentang nyeri.
Kriteria hasil:
1. Bayi menunjukkan hanya untuk nyeri.  Pneggunaan skala ganda,
penambahan BB  Kaji efektifitas tindakan nyeri misalnya sebagai ukuran umum
mentap saat melewati
fase akut penyakit. nonfarmakologis. terhadap perasaan anak, dapat
2. Bayi hanya terpapar  Evaluasi perubahan perilaku menyebabkan anak kehilangan
stimulasi yang tepat.
dan fisiologis. minat pada skala.
 Observasi adanya perbaikan  Karena beberapa tindakan
perilaku, misalnya kepekaan (misalnya mengayun) dapat
berkurang, berhenti menangis, meningkatkan disstres bayi
tidur, atau bermain setelah prematur.
pemberian analgesik.  Karena perubahan-perubahan ini
 Anjurkan orangtua untuk adalah indikator umum dari nyeri
memberi tindakan kenyamanan pada anak dan nilai khusus dalam
bila memungkinkan mengkaji pada pasien nonverbal.
 Karena perilaku-perilaku seperti
ini merupakan petunjuk terbaik
untuk nyeri yang ada sebelum
pemberian analgesik.
 Karena orangtua adalah yang
paling mengetahui tentang anak
mereka.
7. Keterlambatan Tujuan: Klien mencapai  Berikan nutrisi optimal.  Untuk menjamin penambahan BB
pertumbuhan dan pertumbuhan dan
perkembangan perkembangan potensial yang  Berikan periode istirahat yang yang mantap dan pertumbuhan
berhubungan dengan normal. teratur tanpa gangguan. otak.
lingkungan NICU, Kriteria hasil:
perpisahan dari orangtua. bayi hanya terpapar  Berikan intervensi  Untuk menurunkan penggunaan
stimulus yang tepat. perkembangan sesuai usia. kalori dan oksigen yang tidak
 Kenali adanya tanda-tanda perlu.
stimulasi berlebihan  Untuk mendapatkan tingkat
(flaksiditas, menguap, perkembangan sesuai dengan
membelalak, memalingkan usia.
wajah dengan aktif, peka  Sehingga bayi dibiarkan untuk
rangsang, menangis). istirahat.
 Tingkatkan interaksi orangtua-  Karena merupakan hal yang
bayi. esensial untuk pertumbuhan dan
perkembangan nornal.

Anda mungkin juga menyukai