Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)

DI RUANG PERINATOLOGI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

A. KONSEP DASAR TEORI


1. Definisi
Berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500
gram pada waktu lahir. (Huda dan Hardhi, NANDA NIC-NOC, 2013).
Menurut Ribek dkk. (2011), berat badan lahir rendah yaitu bayi yang lahir
dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi
(dihitung satu jam setelah melahirkan).
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari
2500 gram pada waktu lahir (Amru Sofian, 2012). Dikutip dalam buku Nanda,
(2013).
Keadaan BBLR ini dapat disebabkan oleh :
a. Masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat yang sesuai (masa
kehamilan dihitung mulai hari pertama haid terakhir dari haid yang teratur).
b. Bayi small gestational age (SGA); bayi yang beratnya kurang dari berat
semestinya menurut masa kehamilannya (kecil untuk masa kehamilan =KMK).
c. Masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan SGA.

2. Etiologi
a) Faktor ibu : Riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan antepartum,
malnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik
lainnya, hipertensi, umur ibu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun,
jarak dua kehamilan yang terlalu dekat, infeksi trauma , dan lain-lain.
b) Faktor janin : Cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah
dini.
c) Faktor lingkungan : Kebiasaaan merokok, mionum alkohol, dan status
ekonomi sosial.

3. Manifestasi Klinik
1) Sebelum bayi lahir
a. Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus
dan lahir mati.
b. Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.
c. Pergerakan janin yang pertama (Queckening) terjadi lebih lambat, gerakan
janin lebih lambat walaupun kehamilannya sudah agak lanjut.
d. Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut seharusnya.
e. Sering dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion atau bisa pula dengan
hidramnion, hiperemesis gravidarum dan pada hamil lanjut dengan
toksemia gravidarum atau perdarahan ante partum.
2) Setelah bayi lahir
a. Berat lahir < 2500 gram
b. Panjang badan < 45 cm
c. Lingkaran dada < 30 cm
d. Lingkaran kepala < 33 cm
e. Umur kehamilan < 37 minggu
f. Kepala relatif lebih besar dari badannya
g. Kulit tipis, transparan, lanugonya banyak
h. Lemak subkutan kurang, sering tampak peristaltik usus
i. Tangisnya lemah dan jarang
j. Pernapasan tidak teratur dan sering terjadi apnea
k. Otot-otot masih hipotonik, paha selalu dalam keadaan abduksi
l. Sendi lutut dan pergelangan kaki dalam keadaan flexi atau lurus dan kepala
mengarah ke satu sisi.
m. Refleks tonik leher lemah dan refleks moro positif
n. Gerakan otot jarang akan tetapi lebih baik dari bayi cukup bulan
o. Daya isap lemah terutama dalam hari-hari pertama
p. Kulit mengkilat, licin, pitting edema
q. Frekuensi nadi berkisar 100-140 / menit

4. Klasifikasi
BBLR dibedakan dalam dua golongan, yaitu :
a. Prematuritas murni Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badan lahir
sesuai untuk masa kehamilan.
b. Dismaturitas Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa gestasi itu, artinya bayi mengalami pertumbuhan
intrauterine dan merupakan bayi kecil untuk masa kehamilan.

5. Patofisiologi
Tingginya morbiditas dan mortalitas bayi berat lahir rendah masih
menjadi masalah utama. Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan
maupun pada waktu sedang hamil, lebih sering menghasilkan bayi BBLR. Kurang
gizi yang kronis pada masa anak-anak dengan/tanpa sakit yang berulang akan
menyebabkan bentuk tubuh yang “Stunting/Kuntet” pada masa dewasa, kondisi
ini sering melahirkan bayi BBLR.
Faktor-faktor lain selama kehamilan, misalnya sakit berat, komplikasi
kehamilan, kurang gizi, keadaan stres pada hamil dapat mempengaruhi
pertumbuhan janin melalui efek buruk yang menimpa ibunya, atau mempengaruhi
pertumbuhan plasenta dan transpor zat-zat gizi ke janin sehingga menyebabkan
bayi BBLR.
Bayi BBLR akan memiliki alat tubuh yang belum berfungsi dengan baik.
Oleh sebab itu ia akan mengalami kesulitan untuk hidup di luar uterus ibunya.
Makin pendek masa kehamilannya makin kurang sempurna pertumbuhan alat-alat
dalam tubuhnya, dengan akibat makin mudahnya terjadi komplikasi dan makin
tinggi angka kematiannya.
Berkaitan dengan kurang sempurnanya alat-alat dalam tubuhnya, baik
anatomik maupun fisiologik maka mudah timbul masalah misalnya :
a) Suhu tubuh yang tidak stabil karena kesulitan mempertahankan suhu tubuh
yang disebabkan oleh penguapan yang bertambah akibat dari kurangnya
jaringan lemak di bawah kulit, permukaan tubuh yang relatif lebih luas
dibandingkan BB, otot yang tidak aktif, produksi panas yang berkurang
b) Gangguan pernapasan yang sering menimbulkan penyakit berat pada BBLR,
hal ini disebabkan oleh pertumbuhan dan pengembangan paru yang belum
sempurna, otot pernapasan yang masih lemah
c) Gangguan alat pencernaan dan problem nutrisi, distensi abdomen akibat dari
motilitas usus kurang, volume lambung kurang, sehingga waktu pengosongan
lambung bertambah
d) Ginjal yang immatur baik secara anatomis mapun fisiologis, produksi urine
berkurang
e) Gangguan immunologik : daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena
rendahnya kadar IgG gamma globulin. Bayi prematur relatif belum sanggup
membentuk antibodi dan daya fagositas serta reaksi terhadap peradangan
masih belum baik.
f) Perdarahan intraventrikuler, hal ini disebabkan oleh karena bayi prematur
sering menderita apnea, hipoksia dan sindrom pernapasan, akibatnya bayi
menjadi hipoksia, hipertensi dan hiperkapnea, di mana keadaan ini
menyebabkan aliran darah ke otak bertambah dan keadaan ini disebabkan oleh
karena tidak adanya otoregulasi serebral pada bayi prematur sehingga mudah
terjadi perdarahan dari pembuluh kapiler yang rapuh.

6. Pathway

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intyrauterin serta
menemukan gangguan perttumbuhan, misalnya pemeriksaan USG.
b. Memeriksa kadar gula darah dengan destrostix atau di laboratorium.
c. Pemerioksaan hematokrit.
d. Bayi membutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan dengan bayi SMK
e. Melakukan tracheal-washing pada bayi yang diduga akan menderita aspirasi
mekonium

8. Penatalaksanaan
Dengan memperhatikan gambaran klinik diatas dan berbagai kemungkinan
yang dapat terjadi pada bayi BBLR, maka perawatan dan pengawasan bayi BBLR
ditujukan pada pengaturan panas badan, pemberian makanan bayi, dan
menghindari infeksi.
1. Pengaturan Suhu Tubuh Bayi BBLR
Bayi BBLR mudah dan cepat sekali menderita Hypotermia bila berada
di lingkungan yang dingin. Kehilangan panas disebabkan oleh permukaan tubuh
bayi yang relatif lebih luas bila dibandingkan dengan berat badan, kurangnya
jaringan lemak dibawah kulit dan kekurangan lemak coklat (brown fat).
Untuk mencegah hipotermi, perlu diusahakan lingkungan yang cukup
hangat untuk bayi dan dalam keadaan istirahat komsumsi oksigen paling sedikit,
sehingga suhu tubuh bayi tetap normal. Bila bayi dirawat dalam inkubator,
maka suhunya untuk bayi dengan berat badan kurang dari 2000 gr adalah 35C
dan untuk bayi dengan BB 2000 gr sampai 2500 gr 34C , agar ia dapat
mempertahankan suhu tubuh sekitar 37C. Kelembaban inkubator berkisar
antara 50-60 persen. Kelembaban yang lebih tinggi di perlukan pada bayi
dengan sindroma gangguan pernapasan. Suhu inkubator dapat di turunkan 1C
per minggu untuk bayi dengan berat badan 2000 gr dan secara berangsur angsur
ia dapat diletakkan di dalam tempat tidur bayi dengan suhu lingkungan 27C-
29C.
Bila inkubator tidak ada, pemanasan dapat dilakukan dengan
membungkus bayi dan meletakkan botol-botol hangat di sekitarnya atau dengan
memasang lampu petromaks di dekat tempat tidur bayi atau dengan menggu
nakan metode kangguru.
Cara lain untuk mempertahankan suhu tubuh bayi sekiter 36C-37C
adalah dengan memakai alat perspexheat shield yang diselimuti pada bayi di
dalam inkubator. Alat ini berguna untuk mengurangi kehilangan panas karena
radiasi. Akhir-akhir ini telah mulai digunakan inkubator yang dilengkapi dengan
alat temperatur sensor (thermistor probe). Alat ini ditempelkan di kulit bayi.
Suhu inkubator di kontrol oleh alat servomechanism. Dengan cara ini suhu kulit
bayi dapat dipertahankan pada derajat yang telah ditetapkan sebelumnya. Alat
ini sangat bermanfaat untuk bayi dengan berat lahir yang sangat rendah.
Bayi dalam inkubator hanya dipakaikan popok. Hal ini penting untuk
memudahkan pengawasan mengenai keadaan umum,perubahan tingkah laku,
warna kulit, pernapasan, kejang dan sebagainya sehingga penyakit yang diderita
dapat dikenal sedini mungkin dan tindakan serta pengobatan dapat dilaksanakan
secepat – cepatnya.
2. Pencegahan Infeksi
Infeksi adalah masuknya bibit penyakit atau kuman kedalam tubuh,
khususnya mikroba. Bayi BBLR sangat mudah mendapat infeksi. Infeksi
terutama disebabkan oleh infeksi nosokomial. Kerentanan terhadap infeksi
disebabkan oleh kadar imunoglobulin serum pada bayi BBLR masih rendah,
aktifitas baktersidal neotrofil, efek sitotoksik limfosit juga masih rendah dan
fungsi imun belum berpengalaman.
Infeksi lokal bayi cepat menjalar menjadi infeksi umum. Tetapi
diagnosis dini dapt ditegakkan jika cukup waspada terhadap perubahan
(kelainan) tingkah laku bayi sering merupakan tanda infeksi umum. Perubahan
tersebut antara lain : malas menetek, gelisah, letargi, suhu tubuh meningkat,
frekwensi pernafasan meningkat, muntah, diare, berat badan mendadak turun.
Fungsi perawatan disini adalah memberi perlindungan terhadap bayi
BBLR dari infeksi. Oleh karena itu, bayi BBLR tidak boleh kontak dengan
penderita infeksi dalam bentuk apapun. Digunakan masker dan abjun khusus
dalam penanganan bayi, perawatan luka tali pusat, perawatan mata, hidung,
kulit, tindakan aseptik dan antiseptik alat – alat yang digunakan, isolasi pasien,
jumlah pasien dibatasi, rasio perawat pasien yang idea, mengatur kunjungan,
menghindari perawatan yang terlalu lama, mencegah timbulnya asfiksia dan
pemberian antibiotik yang tepat.
3. Pengaturan Intake
Pengaturan intake adalah menetukan pilihan susu, cara pemberian dan
jadwal pemberian yang sesuai dengan kebutuhan bayi BBLR. ASI (Air Susu
Ibu) merupakan pilihan pertama jioka bayi mampu mengisap. ASI juga dapat
dikeluarkan dan diberikan pada bayi jika bayi tidak cukup mengisap. Jika ASI
tidak ada atau tidak mencukupi khususnya pada bayi BBLR dapat digunakan
susu formula yang komposisinya mirip mirip ASI atau susu formula khusus bayi
BBLR.
Cara pemberian makanan bayi BBLR harus diikuti tindakan
pencegahan khusus untuk mencegah terjadinya regurgitasi dan masuknya udara
dalam usus. Pada bayi dalam inkubator dengan kontak yang minimal, tempat
tidur atau kasur inkubator harus diangkat dan bayi dibalik pada sisi kanannya.
Sedangkan pada bayi lebih besar dapat diberi makan dalam posisi dipangku.
Pada bayi BBLR yang lebih kecil, kurang giat mengisap dan sianosis ketika
minum melalui botol atau menetek pada ibunya, makanan diberikan melalui
NGT.
Jadwal pemberian makanan disesuaikan dengan kebutuhan dan berat
badan bayi BBLR. Pemberian makanan interval tiap jam dilakukan pada bayi
dengan Berat Badan lebih rendah.
4. Pernapasan
Jalan napas merupakan jalan udara melalui hidung, pharing, trachea,
bronchiolus, bronchiolus respiratorius, dan duktus alveeolaris ke alveoli.
Terhambatnya jalan nafas akan menimbulkan asfiksia, hipoksia dan akhirnya
kematian. Selain itu bayi BBLR tidak dapat beradaptasi dengan asfiksia yang
terjadi selama proses kelahiran sehingga dapat lahir dengan asfiska perinatal.
Bayi BBLR juga berisiko mengalami serangan apneu dan defisiensi surfakatan,
sehingga tidak dapat memperoleh oksigen yang cukup yang sebelumnya di
peroleh dari plasenta. Dalam kondisi seperti ini diperlukan pembersihan jalan
nafas segera setelah lahir (aspirasi lendir), dibaringkan pada posisi miring,
merangsang pernapasan dengan menepuk atau menjentik tumit. Bila tindakan
ini gagal, dilakukan ventilasi, intubasi endotrakheal, pijatan jantung dan
pemberian natrium bikarbonat dan pemberian oksigen dan selama pemberian
intake dicegah terjadinya aspirasi. Dengan tindakan ini dapat mencegah
sekaligus mengatasi asfiksia sehingga memperkecil kematian bayi BBL

9. Prognosis BBLR
Prognosis BBLR ini tergantung dari berat ringannya masalah perinatal,
misalnya masa gestasi (makin muda masa gestasi/makin rendah berat bayi, makin
tinggi angka kematian), asfiksia/iskemia otak, sindroma gangguan pernapasan,
perdarahan intraventrikuler, displasia bronkopulmonal, retrolental fibro plasia,
infeksi, gangguan metabolik (asidosis, hipoglikemi, hiperbilirubinemia).
Prognosis ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan
orang tua dan perawatan pada saat kehamilan, persalinan dan postnatal
(pengaturan suhu lingkungan, resusitasi, makanan, mencegah oinfeksi, mengatasi
gangguan pernapasan, asfiksia, hiperilirunbinemia, hipoglikemia, dan lain-lain).
10. Pengamatan Lanjutan (follow up)
Bila bayi BBLR ini dapat mengatasi problematik yang dideritanya, maka
perlu diamati selanjjutnya oleh karena kemungkinan bayi ini akan mengalami
gangguan pendengaran, penglihatan, kognitif, fungsi motor susunan saraf pusat
dan penyakit-penyakit seperti hidrosefalus, serebral palsy, dsb.

11. Komplikasi
a. Kerusakan bernafas : fungsi organ belum sempurna.
b. Pneumonia, aspirasi : refleks menelan dan batuk belum sempurna .
c. Perdarahan intraventrikuler : perdarahan spontan di ventrikel otak lateral
disebabkan anoksia menyebabkan hipoksia otak yang dapat menimbulkan
terjadinya kegagalan peredaran darah sistemik.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Aktivitas/ istirahat
Bayi sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama tidur sehari rata-rata 20
jam.
b. Pernafasan
 Takipnea sementara dapat dilihat, khususnya setelah kelahiran cesaria atau
persentasi bokong.
 Pola nafas diafragmatik dan abdominal dengan gerakan sinkron dari dada
dan abdomen, perhatikan adanya sekret yang mengganggu pernafasan,
mengorok, pernafasan cuping hidung.
c. Makanan/ cairan
Berat badan rata-rata 2500-4000 gram ; kurang dari 2500 gr menunjukkan kecil
untuk usia gestasi, pemberian nutrisi harus diperhatikan. Bayi dengan dehidrasi
harus diberi infus. Beri minum dengan tetes ASI/ sonde karena refleks menelan
BBLR belum sempurna,kebutuhan cairan untuk bayi baru lahir 120-150ml/kg
BB/ hari.
d. Berat badan
Kurang dari 2500 gram
e. Suhu BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus
dipertahankan.
f. Integumen Pada BBLR mempunyai adanya tanda-tanda kulit tampak mengkilat
dan kering.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan Pola Nafas
2. Resiko Tinggi Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Hipotermi
4. Resiko infeksi

3. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI
KEPERAWATAN HASIL (NOC) (NIC)
1 Ketidakefektifan Pola Setelah dilakukan asuhan NIC :
nafas keperawatan selama ….. jam Airway Management
diharapakan pola nafas efektif 1. Buka jalan nafas, guanakan teknik
Definisi : Pertukaran udara chin lift atau jaw thrust bila perlu
inspirasi dan/atau ekspirasi dengan kriteria hasil :
2. Posisikan pasien untuk
tidak adekuat NOC : memaksimalkan ventilasi
Batasan karakteristik :
1. Respiratory status : 3. Identifikasi pasien perlunya
- Penurunan tekanan pemasangan alat jalan nafas buatan
Ventilation
inspirasi/ ekspirasi.
2. Respiratory status : Airway 4. Pasang mayo bila perlu
- Penurunan pertukaran 5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
patency.
udara per menit 6. Keluarkan sekret dengan batuk atau
3. Vital sign Status
- Menggunakan otot suction
Kriteria Hasil :
pernafasan tambahan
 Mendemonstrasikan batuk 7. Auskultasi suara nafas, catat adanya
- Nasal flaring
efektif dan suara nafas suara tambahan
- Dyspnea
yang bersih, tidak ada 8. Lakukan suction pada mayo
- Orthopnea
sianosis dan dyspneu 9. Berikan bronkodilator bila perlu
- Perubahan penyimpangan
(mampu mengeluarkan 10. Berikan pelembab udara Kassa
dada
sputum, mampu bernafas basah NaCl Lembab
- Nafas pendek
dengan mudah, tidak ada 11. Atur intake untuk cairan
- Pernafasan pursed-lip mengoptimalkan keseimbangan.
pursed lips).
- Tahap ekspirasi
 Menunjukkan jalan nafas 12. Monitor respirasi dan status O2
berlangsung sangat lama
yang paten (klien tidak Oxygen Therapy
- Peningkatan diameter
merasa tercekik, irama 13. Bersihkan mulut, hidung dan secret
anterior-posterior
nafas, frekuensi pernafasan trakea
- Pernapasan rata-
dalam rentang normal, 14. Pertahankan jalan nafas yang paten
rata/minimal Bayi : < 25
tidak ada suara nafas 15. Atur peralatan oksigenasi
atau > 60 Usia 1-4 : < 20 16. Monitor aliran oksigen
abnormal).
atau > 30 Usia 5-14 : < 14
 Tanda Tanda vital dalam 17. Pertahankan posisi pasien
atau > 25 Usia > 14 : < 11
rentang normal (tekanan 18. Onservasi adanya tanda tanda
atau > 24 hipoventilasi
darah, nadi, pernafasan).
- Kedalaman pernafasan 19. Monitor adanya kecemasan pasien
- Dewasa volume tidalnya terhadap oksigenasi Vital sign
500 ml saat istirahat Monitoring
- Bayi volume tidalnya 6-8 20. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
ml/Kg 21. Catat adanya fluktuasi tekanan
- Timing rasio darah
- Penurunan kapasitas vital 22. Monitor VS saat pasien berbaring,
Faktor yang berhubungan duduk, atau berdiri
: 23. Auskultasi TD pada kedua lengan
- Hiperventilasi dan bandingkan
- Deformitas tulang 24. Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
- Kelainan bentuk dinding selama, dan setelah aktivitas
dada 25. Monitor kualitas dari nadi
- Penurunan 26. Monitor frekuensi dan irama
energi/kelelahan pernapasan
- Perusakan/pelemahan 27. Monitor suara paru
muskulo-skeletal - Obesitas 28. Monitor pola pernapasan abnormal
- Posisi tubuh 29. Monitor suhu, warna, dan
- Kelelahan otot pernafasan kelembaban kulit 30. Monitor sianosis
- Hipoventilasi sindrom perifer
- Nyeri 31. Monitor adanya cushing triad
- Kecemasan (tekanan nadi yang melebar,
- Disfungsi Neuromuskuler bradikardi, peningkatan sistolik) 32.
- Kerusakan Identifikasi penyebab dari perubahan
persepsi/kognitif vital sign.
- Perlukaan pada jaringan
syaraf tulang belakang
- Imaturitas Neurologis
2 Resiko tinggi Setelah dilakukan asuhan NIC :
Ketidakseimbangan keperawatan selama ….. jam Nutrition Management
nutrisi kurang dari
diharapkan tidak terjadi resiko 1. Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh.
ketidakseimbangan nutrisi 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrisi
Definisi : Intake nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
yang dibutuhkan pasien. 3. Anjurkan
tidak cukup untuk
dengan kriteria hasil : pasien untuk meningkatkan intake Fe
keperluan metabolisme
NOC : 4. Anjurkan pasien untuk
tubuh.
meningkatkan protein dan vitamin C
Batasan karakteristik : 1. Nutritional Status
5. Berikan substansi gula
- Berat badan 20 % atau 2. Nutritional Status : food and
6. Yakinkan diet yang dimakan
lebih di bawah ideal Fluid Intake 3. Nutritional
mengandung tinggi serat untuk
- Dilaporkan adanya intake Status : nutrient Intake
mencegah konstipasi
makanan yang kurang dari 4. Weight control
7. Berikan makanan yang terpilih (
RDA (Recomended Daily Kriteria Hasil :
sudah dikonsultasikan dengan ahli
Allowance)  Adanya peningkatan berat
gizi)
- Membran mukosa dan badan sesuai dengan tujuan
 Berat badan ideal sesuai 8. Ajarkan pasien bagaimana membuat
konjungtiva pucat
dengan tinggi badan catatan makanan harian.
- Kelemahan otot yang
 Mampu mengidentifikasi 9. Monitor jumlah nutrisi dan
digunakan untuk
kebutuhan nutrisi
menelan/mengunyah  Tidak ada tanda tanda kandungan kalori 10. Berikan
- Luka, inflamasi pada malnutrisi informasi tentang kebutuhan nutrisi 11.
rongga mulut  Menunjukkan peningkatan Kaji kemampuan pasien untuk
fungsi pengecapan dari
- Mudah merasa kenyang, mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
menelan
sesaat setelah mengunyah  Tidak terjadi penurunan Nutrition Monitoring
makanan berat badan yang berarti 12. BB pasien dalam batas normal
- Dilaporkan atau fakta 13. Monitor adanya penurunan berat
adanya kekurangan badan
makanan 14. Monitor tipe dan jumlah aktivitas
- Dilaporkan adanya yang biasa dilakukan
perubahan sensasi rasa 15. Monitor interaksi anak atau
- Perasaan orangtua selama makan
ketidakmampuan untuk 16. Monitor lingkungan selama makan
mengunyah makanan 17. Jadwalkan pengobatan dan
- Miskonsepsi tindakan tidak selama jam makan
- Kehilangan BB dengan 18. Monitor kulit kering dan
makanan cukup perubahan pigmentasi
- Keengganan untuk makan 19. Monitor turgor kulit
- Kram pada abdomen 20. Monitor kekeringan, rambut
- Tonus otot jelek kusam, dan mudah patah
- Nyeri abdominal dengan 21. Monitor mual dan muntah
atau tanpa patologi 22. Monitor kadar albumin, total
- Kurang berminat terhadap protein, Hb, dan kadar Ht
makanan 23. Monitor makanan kesukaan
- Pembuluh darah kapiler 24. Monitor pertumbuhan dan
mulai rapuh perkembangan
- Diare dan atau steatorrhea 25. Monitor pucat, kemerahan, dan
- Kehilangan rambut yang kekeringan jaringan konjungtiva
cukup banyak (rontok) 26. Monitor kalori dan intake nuntrisi
- Suara usus hiperaktif 27. Catat adanya edema, hiperemik,
- Kurangnya informasi, hipertonik papila lidah dan cavitas
misinformasi Faktor-faktor oral. Catat jika lidah berwarna
yang berhubungan : magenta, scarlet
- Ketidakmampuan
pemasukan atau mencerna
makanan atau
mengabsorpsi zat-zat gizi
berhubungan dengan faktor
biologis, psikologis atau
ekonomi.
3 Hipotermi Setelah dilakukan asuhan NIC :
Definisi : temperatur suhu keperawatan selama ….. jam Temperature Regulation
dibawah rentang normal. diharapkan tidak terjadi 1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
Batasan karateristik : 2. Rencanakan monitoring suhu secara
hipotermi dengan kriteria hasil
- Penurunan suhu tubuh kontinyu
dibawah rentang normal. : 3. Monitor TD, nadi, dan RR
- Pucat 4. Monitor warna dan suhu kulit
- Kulit dingin NOC : 5. Monitor tanda-tanda hipertermi dan
- Kuku sianosis 1. Thermoregulation hipotermi 6. Tingkatkan intake cairan
2. Thermoregulation : neonate dan nutrisi
Kriteria Hasil : 7. Selimuti pasien untuk mencegah
 Suhu tubuh dalam rentang hilangnya kehangatan tubuh
normal 8. Ajarkan pada pasien cara mencegah
 Nadi dan RR dalam keletihan akibat panas
rentang normal 9. Diskusikan tentang pentingnya
pengaturan suhu dan kemungkinan
efek negatif dari kedinginan
10. Beritahukan tentang indikasi
terjadinya keletihan dan penanganan
emergency yang diperlukan
11. Ajarkan indikasi dari hipotermi
dan penanganan yang diperlukan
12. Berikan anti piretik jika perlu Vital
sign Monitoring
13. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
14. Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
15. Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
16. Auskultasi TD pada kedua lengan
dan bandingkan
17. Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
18. Monitor kualitas dari nadi
19. Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
20. Monitor suara paru
21. Monitor pola pernapasan abnormal
22. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit 23. Monitor sianosis
perifer
24. Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik) 25.
Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign
4 Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan NIC :
Definisi : Peningkatan keperawatan selama ….. jam Infection Control (Kontrol infeksi)
resiko masuknya organisme diharpkan tidak terjadi resiko 1. Bersihkan lingkungan setelah
patogen infeksi dengan kriteria hasil : dipakai pasien lain
Faktor-faktor resiko : NOC : 2. Pertahankan teknik isolasi
- Prosedur Invasif 1. Immune Status 3. Batasi pengunjung bila perlu
- Ketidakcukupan 2. Knowledge : Infection 4. Instruksikan pada pengunjung untuk
pengetahuan untuk control mencuci
menghindari paparan 3. Risk control tangan saat berkunjung dan setelah
patogen Kriteria Hasil : berkunjung meninggalkan pasien
- Trauma  Klien bebas dari tanda dan 5. Gunakan sabun antimikrobia untuk
- Kerusakan jaringan dan gejala infeksi cuci tangan 6. Cuci tangan setiap
peningkatan paparan  Menunjukkan kemampuan sebelum dan sesudah tindakan
untukmencegah timbulnya
lingkungan kperawtan
infeksi
- Ruptur membran amnion  Jumlah leukosit dalam 7. Gunakan baju, sarung tangan
- Agen farmasi batas normal sebagai alat pelindung
(imunosupresan)  Menunjukkan perilaku 8. Pertahankan lingkungan aseptik
- Malnutrisi hidup sehat selama pemasangan alat
- Peningkatan paparan 9. Ganti letak IV perifer dan line
lingkungan patogen central dan dressing sesuai dengan
- Imonusupresi petunjuk umum
- Ketidakadekuatan imum 10. Gunakan kateter intermiten untuk
buatan menurunkan infeksi kandung kencing
- Tidak adekuat pertahanan 11. Tingktkan intake nutrisi
sekunder (penurunan Hb, 12. Berikan terapi antibiotik bila perlu
Leukopenia, penekanan Infection Protection (proteksi
respon inflamasi) terhadap infeksi)
- Tidak adekuat pertahanan 13. Monitor tanda dan gejala infeksi
tubuh primer (kulit tidak sistemik dan lokal
utuh, trauma jaringan, 14. Monitor hitung granulosit, WBC
penurunan kerja silia, 15. Monitor kerentanan terhadap
cairan tubuh statis, infeksi
perubahan sekresi pH, 16. Batasi pengunjung
perubahan peristaltik). 17. Saring pengunjung terhadap
- Penyakit kronik penyakit menular 18. Partahankan
teknik aspesis pada pasien yang
beresiko
19. Pertahankan teknik isolasi k/p
20. Berikan perawatan kuliat pada area
epidema 21. Inspeksi kulit dan
membran mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
22. Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
23. Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
24. Dorong masukan cairan
25. Dorong istirahat
26. Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
27. Ajarkan pasien dan keluarga tanda
dan gejala infeksi
28. Ajarkan cara menghindari infeksi
29. Laporkan kecurigaan infeksi
30. Laporkan kultur positif
DAFTAR PUSTAKA

Kathleen. 2007. Pediatric Care Planning, Springhouse: USA

Latief, Abdul, Ribek, Dkk, 2011, Kuliah Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Bagian Ilmu
Kesehatan Anak: Jakarta

Whalley, F. Lucille; Wong, Donna L, 2010, Nursing Care Of Infant, Mosby Company:
Philadelphia

Wong, Donna L, 2008, Pediatric Nursing, Mosby Company: St Louis, Missouri

Arvin, BMK., Egman. 2014. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta. EGC.

Bobak, Irene M, dkk. 2011. Keperawatan Maternitas. Edisi Keempat. Jakarta. EGC

Ilyas, Jumarni, dkk. 2013. Asuhan Keperawatan Perinatal. Jakarta. EGC

MacDonald. 2010. Obstetri Wilms. Jakarta. EGC

Huda, Hardhi. 2013 NANDA NIC-NOC. Jakarta .EGC

Mochtar, Rustam. 2008. Sinopsis Obstetri. Jilid I. Edisi Kedua. Jakarta. EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan, Edisi Kedua. Jakarta. Yayasan Bina
Pustaka

Anda mungkin juga menyukai