“KEJANG DEMAM”
1. Pengkajian
a. Biodata
1) Identitas klien
Dikaji nama, umur, jenis kelamin, agama, kedudukan dalam keluarga, alamat
dan diagnosa keperawatan.
b. Keluhan Utama
Keluhan yang biasa di temukan pada klien dengan kejang demam yaitu kejang
karena panas.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat penyakit sekarang (PQRST)
Lama kejang kurang dari 15 menit bersifat general dan terjadi dalam waktu 16
jam setelah demam.
P : Provokatof/Paliatif (yang memperkuat dan memperingan keluhan)
Q : Quality (seberapa berat keluhan yang dirasakan)
R : Region (lokasi keluhan)
S : Skala (tingkat keluhan)
T : Time (kapan keluhan dirasakan)
Genogram:
Perlu dikaji dengan siapa klien tinggal serumah. Karena apabila di dalam anggota
keluarga ada yang mempunyai penyakit kejang demam.
e. Riwayat Imunisasi
Dikaji jenis imunisasi, waktu pemberian dan reaksi setelah pemberian. Anak yang
diberikan imunisasi dapat membantu kekebalan anak dari terserang penyakit
tertentu.
b) Tinggi badan
Tinggi badan rata-rata pada waktu lahir adalah 50 cm, umur 7-9 bulan
kenaikan panjang badan rata-rata 5 cm.
b) Motorik halus
(1) Bayi mempunyai genggaman yang kuat (usia 1 bulan).
(2) Refleks menggenggam bayi memudar dan bayi dapat memegang
mainan (terutama yang mengeluarkan bunyi) pada usia 3 bulan.
(3) Menggenggam secara sadar (usia 5 bulan).
(4) Dapat memindahkan dari tangan ke tangan (5 bulan).
(5) Dapat menggenggam dengan ibu jari dan jari lain (3,5-8,5).
(6) Bayi mengembangkan gerakan menjepit (9-10 bulan).
(7) Mencoba untuk membangun menara dua balok (12 bulan).
c) Bahasa
(1) Alat komunikasi pertama bayi adalah menangis. Orang tua biasanya
dapat membedakan tangisan. (misalnya lapar dan letih)
(2) Bayi menggumam antara usia 1 dan 2 bulan.
(3) Bayi tertawa, mengoceh dan membuat bunyi konsonan antara usia 3
dan 4 bulan.
(4) Bayi meniru suara pada usia 6 bulan.
(5) Bayi melafalkan suku kata kombinasi (ma-ma) pada usia 8 bulan
(6) Bayi mengerti kata ‘tidak’ pada usia 9 bulan.
(7) Bayi mengatakan dan mengerti ma-ma dan da-da dalam konteks yang
benar pada usia 10 bulan.
(8) Bayi mengatakan anatar 4 dan 10 kata dalam konteks yang benar pada
usia 12 bulan.
d) Adaptasi sosial
(1) Merasa terpaksa jika ada orang asing datang.
(2) Mulai bermain dengan mainan.
(3) Takut akan kehadiran orang asing.
(4) Mudah frustasi dan memukul-mukul lengan dan kaki jika sedang kesal.
e) Bermain
(1) Jenis Permainan
(a) Bermain afektif sosial
Bermain ini menunjukkan adanya perasaan senang dan
berhubungan dengan orang lain, hal ini dapat dilakukan seperti
orang tua memeluk anaknya sambil berbicara, bersenandung,
kemudian anak memberikan respon seperti: tersenyum, tertawa,
gembira.
4) Pola perubahan gizi tiap tahapan usia sampai gizi saat ini.
Kaji jenis nutrisi, lama pemberian dan usia dari 0-4 bulan, 4-12 bulan dan usia
saat ini.
h. Aktivitas Sehari-hari
1) Pola gizi
Biasanya anak-anak tidak nafsu makan, karena mulutnya pahit, yang
ditanyakan kebiasaan makan sehari-hari, berapa kali sehari, berapa porsi yang
dihabiskan, apa makanan yang disukai oleh anak, makan pantangan,
pembatasan pola makan, cara makan dan ritual makan.
2) Cairan
Dikaji jenis minuman yang diminum sehari-hari, berapa kali sehari, berapa
kebutuhan cairannya dan cara pemenuhan.
4) Istirahat tidur
Dikaji jam tidur siang dan malam, biasanya terjadi perubahan jam istirahat
tidur, serta kurangnya kebutuhan istirahat tidur suhu tubuh tinggi.
5) Olahraga
Dikaji program olahraga, jenis dan frekuensi dan kondisi setelah olahraga.
6) Personal hygiene
Mengalami gangguan perubahan pada perawatan personal hygiene karena
adanya kelemahan fisik, disamping itu karena kurangnya pengetahuan orang
tua mengenal perawatan personal hygiene anak dan keluarga merasa takut.
7) Aktivitas/mobilitas fisik
Dikaji kegiatan sehari-hari, apakah ada pengaturan jadwal harian.
8) Rekreasi
Dikaji perasaan saat sekolah, waktu luang, setelah bermain, waktu senggang
keluarga.
i. Riwayat Psikososial
Kaji tentang tempat tinggal klien, lingkungan rumah, adakah tangga yang bisa
berbahaya, hubungan antar anggota.
j. Riwayat Spiritual
Kaji tentang support system dalam keluarga dan kegiatan keagamaan.
k. Reaksi Hospitalisasi
1) Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap.
Tanyakan pada orang tua alasan membawa anaknya ke RS, kondisi anak,
perasaan orang tua, kehadiran orang tua dalam mengunjungi anaknya dan
orang yang tinggal dengan anak.
l. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum klien : tampak lelah dan gelisah.
2)
3) Kesadaran : PCS (Pedriatik Coma Scale) sampai penurunan
kesadaran sering menangis dan rewel.
6) Head to Toe
a) Kepala : Apakah ubun-ubun cekung, cembung atau
tertutup, kebersihan kulit kepala.
kebersihan.
j) Ekstermitas
Atas : Tonus otot, ROM.
Akral : Hangat atau dingin, Capilary Rate Time
Bawah : Tonus otot, ROM
Akral : Hangat atau dingin, Capilary Rate Time
2) Fisik
Memasuki masa pubertas terjadi perubahan berat badan dan tinggi badan yang
sedikit berbeda dengan bahu “sebelumnya miring” lebih kurang 2 kg dan 6-8
cm pertahun.
3) Kognitif
Sudah dapat membangun hipotase sendiri sebelum memenuhi suatu reaksi
dapat berfikir abstrak dapat melakukan tindakan secara serentak.
n. Test Diagnostik
- EEG
Untuk membuktikan jenis kejang fokal/gangguan fidusi otak akibat lesi
organik, melalui pengukuran EEG ini dilakukan 1 minggu atau kurang setelah
kejang.
- Radiologi
Rontgen kepala, CT Scan, MRI atas indikasi.
- Pungsi Lumbal
Pungsi lumbal adalah pemeriksaan cairan serebrospinal (cairan yang ada di
otak dan kanal tulang belakang) untuk meneliti kecurigaan meningitis.
- Laboratorium
Darah rutin, elektrolit, gula darah
(Sukarmin, 2009)
2. Diagnosa Keperawatan
a) Analisa Data
Setelah dilakukan pengkajian secara lengkap maka tahapan selanjutnya adalah
menganalisa data untuk menentukan masalah keperawatan.
Bagan dibawah ini adalah perjalanan penyakit kejang demam sampai timbulnya
masalah keperawatan:
Pelepasan
Piregon
Reaksi
Inflamasi
Proses
Infeksi
Difusi K dan Na
Metabolisme
Suhu otak
tubuh
Kerusakan neuron
otak
Hipotensi
Penurunan suplai O2
(Ngastiyah, 2012)
c) Diagnosa keperawatan
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi.
2. Resiko kejang berulang berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh.
3. Resiko cidera berhubung dengan kejang.
4. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret.
5. Resiko tinggi gangguan perfusi jaringan ke otak berhubungan dengan
penurunan suplai O2.
3. Perencanaan/intervensi
Diagnosa 1 : Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi.
Tujuan : Suhu tubuh normal.
Kriteria Hasil : Suhu 36,5-37,5 ºC (bayi), 36-37,5ºC (anak)
Intervensi Rasional
1. Observasi suhu tiap 4 jam. 1. Pemantauan yang teratur
menentukan tindakan yang akan
dilakukan.
Intervensi Rasional
1. Observasi kejang dan TTV tiap 4 1. Perubahan suhu tubuh
jam. mengidentifikasikan beratnya
kejang.
Diagnosa III : Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d akumulasi sekret.
Tujuan : Bersihan jalan nafas efektif.
Kriteria Hasil :
- Sekresi mukus berkurang.
- Gigi tidak menggigit.
Intervensi Rasional
1. Ukur tanda-tanda vital. 1. Untuk mengetahui status keadaan
pasien secara umum.
3. Beri tongue spatel antara gigi dan 3. Menurunkan resiko trauma pada
lidah. mulut.
Diagnosa V : Resiko tinggi gangguan perfusi jaringan ke otak b.d penurunan suplai
O2.
Tujuan : Gangguan perfusi jaringan otak tidak terjadi.
Kriteria Hasil :
- Kesadaran baik.
- Tanda-tanda vital stabil.
- Fungsi neurologi tidak terganggu.
- Tidak ada sakit kepala.
- Tidak ada peningkatan TIK.
Intervensi Rasional
1. Observasi TTV. 1. Periksa TTV sangat penting untuk
mengetahui tindakan selanjutnya.
3. Pertahankan leher atau kepala pada 3. Kepala yang miring pada satu sisi
posisi tengah kemudian sokong akan menekan vena jugularis dan
dengan handuk kecil atau bantal menghambat aliran darah vena
kecil. yang selanjutnya meningkatkan
TIK.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan untuk menilai keberhasilan dari rencana tindakan asuhan
keperawatan yang telah dilakukan, jika terjadi kesenjangan maka rencana tindakan
yang telah ada dapat di pertahankan atau dimodifikasi kembali sehingga tindakan
keperawatan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai sesuai diagnosa. Adapun dari
setiap diagnosa diharapkan:
1. Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh.
2. Resiko kejang berulang tidak terjadi.
3. Resiko cidera tidak terjadi.
4. Bersihan jalan nafas tidak efektif teratasi.
5. Resiko tinggi gangguan perfusi jaringan ke otak tidak terjadi.